PENDAHULUAN
Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media berdasarkan gejalanya
dibagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif, di mana masing-masing
memiliki bentuk yang akut dan kronis. Selain itu, juga terdapat jenis otitis media spesifik,
seperti otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitika. Otitis media yang lain adalah otitis
media adhesiva (Djaafar, 2007).
Otitis Media
Akut
Otitis Media
Sub Akut
Risiko tinggi,
risiko rendah
Otitis Media
Kronik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Embriologi Telinga
Telinga Luar
Liang telingan berasal dari celah brankial pertama ektoderm. Membrana timpani
mewakili membran penutup celah tersebut. Selama satu stadium perkembangannya, liang
telinga akhirnya tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan telinga tapi kemudian
terbuka kembali. Namun demikian kejadian ini mungkin merupakan suatu faktor
penyebab dari beberapa kasus atresia atau stenosis bangunini. Pinna (aurikula) berasal
dari pinggir-pinggir celah brankial pertama dan arkus brankialis pertama dan kedua.
Aurikula dipersarafi oleh cabang aurikulotemporalis dari saraf mandibularis serta saraf
aurikularis mayor dan oksipitalis minor yang merupakan cabang pleksus servikalis.
Telinga Tengah
Rongga telinga tengah berasal dari celah brankial pertama endoderm. Rongga berisi
udara ini meluas ke dalam resus tubotimpanikus yang selanjutnya meluas di sekitar
tulang-tulang dan saraf dari telinga tengah dan meluas kurang lebih ke daerah mastoid.
Osikula berasal dari rawan arkus brakialis. Untuk mempermudah pemikiran ini maleus
dapat dianggap berasal dari rawan arkus brakialis pertama (kartilago meckel), sedangkan
inkus dan stapes berasal dari rawan arkus brankialis ke dua (kartilago Reichert). Saraf
korda timpani berasal dari arkus kedua (fasialis) menuju saraf pada arkus pertama
(mandibularis-lingualis). Saraf timpanikus (dari Jacobson) berasal dar saraf arcus
brankialis ketiga (glosofaringeus menuju saraf fasialis. Kedua saraf ini terletak dalam
rongga telinga tengah. Otot-otot telinga tengah berasal dari otot-otot arkus brankialis.
Otot tensor timpani yang melekat pada maleus berasal dari arkus pertama dan dipersarafi
oleh saraf mandibularis (saraf kranialis kelima). Otot stapedius berasal dari arkus kedua,
dipersarafi oleh suatu cabang saraf ketujuh.
Telinga Dalam
Plakoda otika ektoderm terletak pada permukaan lateral dari kepala embrio. Plakoda
ini kemudian tenggelam dan membentuk suatu lekukan otika dan akhirnya terkubur di
bawah permukaan sebagai vesikel otika. Letak vesikel dekat dengan otak belakang yang
sedang berkembang dan sekelompok neuron yang dikenal sebagai
ganglion
akustikofasialis. Ganglion ini penting dalam perkembangan saraf fasialis, akustikus dan
vestibularis. Vesikel auditorius membentuk suatu divertikulum yang terletak dekat tabung
saraf yang sedang berkembang dan kelak akan menjadi duktus endolimfatikus. Vesikel
otika kemudian berkerut membentuk suatu utrikulus superior dan sakulus inferior. Dari
utrikus kemudian timbul tiga tonjolan mirip gelang. Lapisan membran yang jauh dari
perifer gelang diserap, meninggalkan tiga kanalis semisirkularis pada perifer gelang.
Sakulus kemudian membentuk duktus koklearis berbentuk spiral. Secara filogenetik,
organ-organ akhir khusus berasal dari neuromast yang tidak terlapisi yang berkembang
dalam kanalis semisirkularis untuk membentuk krista, dalam urtikulus dan sakulus untuk
membentuk makula, dan dalam koklea untuk membentuk organ korti. Organ-organ akhir
ini kemudian berhubungan dengan neuron-neuron ganglion akustikofasialis. Neuronneuron inilah yang membentuk ganglia saraf vestibularis dan ganglia spiralis dari saraf
koklearis.
Mesenkim di sekitar ganglion otikum memadat untuk membentuk suatu kapsul rawan
di sekitar turunan membranosa dari vesikel otika. Rawan ini diserap pada daerah-daerah
tertentu di sekitar apa yang dikenal sekarang sebagai labirin membranosa, menyisakan
suatu rongga yang berhubungan dengan rongga yang terisi LCS melalui akuaduktus
koklearis dan membentuk perimlimfatik labirin tulang. Labirin membranosa berisi
endolimfe. Tulang yang berasal dari kapsula rawan vesikel otika adalah jenis tulang
khusus yang dikenal sebagai tulang endokondral.
B. Anatomi Telinga
Telinga luar atau aurikula merupakan gabungan dari rawan yang diliputi kulit. Bentuk
rawan ini unik dan dalam merawat telinga luar harus diusahakan untuk mempertahankan
bangunan ini. Kulit dapat terlepas dari rawan di bawahnya oleh hematom atau pus, dan
rawan yang nekrosis dapat menimbulkan deformitas kosmetik pada pinna.
Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral namun bertulang di sebelah
medial. Seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang dan rawan ini.
Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di depan liang telinga, sementara
prosesus mastoideus terletak di belakangnya. Saraf fasialis meninggalkan foramen
stilomastoideus dan berjalan ke lateral menuju prosesus stiloideus di posteroinferior liang
telinga, dan kemudian berjalan dibawah liang telinga untuk memasuki kelenjar parotis.
Rawan liang telinga merupakan salah satu patokan pembedahan yang digunakan untuk
mencari saraf fasialis; patokan lainnya adalah sutura timpanomastoideus.
Batas luar
: membran timpani
Batas depan
: tuba eustachius
Batas bawah
Batas atas
Batas dalam
facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium.
1. Membran Timpani
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang
telinga luar dari kavum timpani. Membran ini memiliki panjang vertikal rata-rata 9-10 mm,
diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm, dan ketebalannya rata-rata 0,1 mm. Letak
membran timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya
dari belakang luar ke muka dalam dan membuat sudut 450 dari dataran sagital dan
horizontal. Membran timpani berbentuk kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut
menonjol ke arah kavum timpani yang dinamakan umbo. Dari umbo ke muka bawah tampak
refleks cahaya (cone of light).
Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu :
a. Stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal dari liang telinga.
b. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.
c. Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum dan
mukosum.
Secara Anatomis membran timpani dibagi dalam 2 bagian :
a. Pars tensa
Bagian terbesar dari membran timpani yang merupakan permukaan yang tegang dan bergetar,
sekelilingnya menebal dan melekat pada anulus fibrosus pada sulkus timpanikus bagian tulang
dari tulang temporal.
b. Pars flaksida atau membran Shrapnell.
Letaknya di bagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa. Pars flaksida dibatasi oleh 2 lipatan
yaitu :
timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus ini dan bagian ini disebut
incisura timpanika (rivini). Permukaan luar dari membran timpani disarafi oleh cabang
nervus aurikulo temporalis dari nervus mandibula dan nervus vagus. Permukaan dalam
disarafi oleh nervus timpani cabang dari nervus glossofaringeal.
Aliran darah membrana timpani berasal dari permukaan luar dan dalam. Pembuluhpembuluh epidermal berasal dari aurikula yang merupakan cabang dari arteri maksilaris
interna. Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh arteri timpani anterior cabang
dari arteri maksilaris interna dan oleh stylomastoid cabang dari arteri aurikula posterior.
Persarafan sensoris baggian luar membran timpani, merupakan terusan dari persarafan
sensoris kulit liang telinga. N. aurikulotemporalis mengurus bagian posterior dan inferior
membran timpani, sedangkan bagian anterior dan superior diurus oleh cabang aurikuler n.
vagus (a. arnold), persarafan sensoris permukaan dalam membran timpani (mukosa)
diurus oleh n. jacobson yaitu cabang timpani n. glosofaringeus.
Saraf sensoris kavum timpani terutama oleh pleksus timpani cabang dari n.
glosofaringeus. Persarafan simpatis berasal dari pleksus saraf simpatis karotis interna,
persarafan simpatis terutama berfungsi pada vaskularisasi dan mempunyai efek
vasokontriksi.
Muskulus stapedius dipersarafi oleh n. fasialis, akan berkontraksi bila ada suara keras.
Muskulus tensor timpani dipersarafi N. VII, bila kontraksi akan menarik maleus ke
medial sehingga membran timpani lebih tegang.
2. Kavum Timpani
Kavum timpani terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya
bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter antero-posterior atau vertikal 15 mm,
sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu : bagian
atap, lantai, dinding lateral, medial, anterior, dan posterior.
b. Otot, terdiri atas: otot tensor timpani (muskulus tensor timpani) dan otot stapedius
(muskulus stapedius).
4. Tuba eustachius.
Tuba eustachius disebut juga tuba auditori atau tuba faringotimpani berbentuk seperti
huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan
nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan
medial dari telinga tengah dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.
Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :
a. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).
b. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).
Definisi
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di daerah
nasofaring dan faring. Secara fisiologik nterdapat mekanisme pencegahan
masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba
Eustachius, enzim dan antibody.
Otitis media akut (OMA) biasanya terjadi karena factor pertahanan
tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan factor penyebab
utama dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu,
pencegahan invasi kuman ke telinga tengah juga terganggu, sehingga
kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.
Selain itu, pencetus lain adalah infeksi saluran napas atas. Pada anak,
makin sering anak terkena infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan
terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba
Eustachiusnya pendek, lebar dan letaknya agak horizontal, dan juga
adenoid pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa.
2.
Patologi
Kuman
utama
penyebab
OMA
adalah
bakteri
piogenik,
seperti
ditemukan
Streptokokus
juga
anhemolitikus,
Hemofilus
Proteus
influenza, Escherichia
vulgaris
dan
colli,
Pseudomonas
3.
Stadium
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5
stadium:
1) Oklusi tuba Eustachius
Stadium oklusi tuba Eustachius terdapat sumbatan tuba Eustachius yang
ditandai oleh retraksi membrana timpani akibat tekanan negatif dalam
telinga tengah karena terjadinya absorpsi udara. Selain retraksi,
membrana timpani kadang-kadang tetap normal atau hanya berwarna
keruh pucat atau terjadi efusi. Stadium oklusi tuba Eustachius dari otitis
media supuratif akut (OMA) sulit kita bedakan dengan tanda dari otitis
media serosa yang disebabkan virus dan alergi.
3) Supurasi
Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen
(nanah). Selain itu edema pada mukosa telinga tengah makin hebat dan
sel epitel superfisial hancur. Ketiganya menyebabkan terjadinya bulging
(penonjolan) membrana timpani ke arah liang telinga luar. Pasien akan
tampak sangat sakit, nadi & suhu meningkat dan rasa nyeri di telinga
bertambah hebat. Anak selalu gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak.
Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak tertangani dengan baik akan
menimbulkan ruptur membran timpani akibat timbulnya nekrosis
mukosa dan submukosa membran timpani. Daerah nekrosis terasa lebih
lembek dan berwarna kekuningan. Nekrosis ini disebabkan oleh
terjadinya iskemia akibat tekanan kapiler membran timpani karena
penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat
tromboflebitis vena-vena kecil. Keadaan stadium supurasi dapat kita
tangani dengan melakukan miringotomi. Bedah kecil ini kita lakukan
dengan membuat luka insisi pada membran timpani sehingga nanah
akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi
pada membran timpani akan mudah menutup kembali sedangkan ruptur
lebih sulit menutup kembali. Bahkan membran timpani bisa tidak
menutup kembali jika membran timpani tidak utuh lagi.
4) Perforasi
Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga
sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga
tengah ke liang telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat
5) Resolusi
Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal
hingga perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen
tidak ada lagi. Stadium ini berlangsung jika membran timpani masih
utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah. Stadium ini
didahului oleh sekret yang berkurang sampai mengering.
Apabila stadium resolusi gagal terjadi maka akan berlanjut menjadi
otitis media supuratif kronik (OMSK). Kegagalan stadium ini berupa
membran timpani tetap perforasi dan sekret tetap keluar secara terusmenerus atau hilang timbul. Otitis media supuratif akut (OMA) dapat
menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa. Otitis
media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa
mengalami perforasi membran timpani.
4.
Gejala Klinik
Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium
penyakit dan umur penderita. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi
dan suhu tubuh menurun pada stadium perforasi.
Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) berdasarkan umur
penderita, yaitu :
-
Bayi dan anak kecil. Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 390C (khas
pada stadium supurasi), sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, mencret,
kejang-kejang, dan kadang-kadang memegang telinga yang sakit. Jika
terjadi rupture membrane timpani, maka secret mengalir ke liang
telinga, suhu tubuh menurun dan anak tertidur tenang.
Anak yang sudah bisa bicara. Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam
telinga, suhu tubuh tinggi, dan riwayat batuk pilek.
Anak lebih besar dan orang dewasa. Gejalanya : rasa nyeri dan
gangguan pendengaran (rasa penuh dan pendengaran berkurang).
5.
Terapi
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.
-
6.
Komplikasi
Ada 3 komplikasi otitis media supuratif akut (OMA), yaitu :
-
Abses subperiosteal.
Meningitis.
Abses otak.
Dewasa ini, ketiga komplikasi diatas lebih banyak disebabkan oleh
otitis media supuratif kronik (OMSK) karena maraknya pemberian
antibiotik pada pasien otitis media supuratif akut (OMA).
Definisi
Otitis media supuratif kronik (OMSK), dahulu disebut otitis media
perforata (OMP) atau dalam keseharian disebut congek. Otitis media
2.
Perjalanan penyakit
Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis meia
supuratif kronis apabila prosesnya sudah leih dari 2 bulan. Bila kurang dari
2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut.
Beberapa factor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang
terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi,
daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk.
Letak perforasi di membrane timpani penting untuk menentukan jenis/ tipe
OMSK. Perforasi sentral adalah pada pars tensa dan sekitar dari sisa
membran timpani atau sekurang-kurangnya pada annulus. Defek dapat
ditemukan seperti pada anterior, posterior, inferior atau subtotal. Menurut
Ramalingam
bahwa
OMSK
adalah
peradangan
kronis
lapisan
patologis
yang
ireversibe. Perforasi
marginal,
terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus
fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai
perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan
kolesteatom. Perforasi atik terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan
primary acquired cholesteatoma.
3.
Jenis OMSK
OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :
1) Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen = tipe
mukosa.
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars
tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit.
Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:
a) Penyakit aktif
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya
didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba
eutachius, atau setelah berenang dimana kuman masuk melalui liang
telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen.
b) Penyakit tidak aktif
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering
dengan mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai
berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti
vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.
2) Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit
atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan
terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai
menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :
a) Kongenital
b) Didapat.
Pada umumnya kolesteatom terdapat pada otitis media kronik
dengan perforasi marginal. teori itu adalah:
Tabel Perbedaan Antara Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) Benigna & Maligna
4.
Diagnosis
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT
terutama
pemeriksaan
otoskopi.
Pemeriksaan
penala
merupakan
audiometric
nada
murni,
audiometric
tutur
(speech
Gejala Klinis
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan.
Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau
busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh
perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya
hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya
sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga
tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara
luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya
jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya
Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum
timpani.
5.
Terapi
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama dan harus berulangulang. Prinsip terapi OMSK tipe jinak atau aman ialah konservatif atau
dengan medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus maka diberi
obat pencuci telinga berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah
sekret berkurang maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes
telinga yang mengandung antibiotika dan kortikesteroid. Secara oral
diberikan antibiotika dari golongan ampicillin atau eritromisin sebelum
hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai ada resistensi
terhadap
ampicillin
dapat
diberikan
ambicillin
dengan
asam
klavulanat. Bila sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah
diobservasi selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau
timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara
permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah
terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta
memperbaiki pendengaran.
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya atau maligna adalah pembedahan, yaitu
mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan
pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi
abses sebaiknya dilakukan sebelum mastoidektomi. Infeksi kronis telinga
tengah dapat menyebabkan mastoiditis. Ada beberapa jenis teknik operasi
yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe
aman atau bahaya, antara lain :
Mastoidektomi sederhana
Mastoidektomi radikal
Miringoplasti
Timpanoplasti
6.
Komplikasi
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan
patologik yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang
resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi.
biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi
suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen
pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi
akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom.
A. Komplikasi ditelinga tengah :
1. Perforasi persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
B. Komplikasi telinga dalam
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf ( sensorineural)
C. Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hindrosefalus otitis
Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati
3 macam lintasan :
1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak
2. Menembus selaput otak.
3. Masuk kejaringan otak.
DAFTAR PUSTAKA
Djaafar, Zainul A. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
& Leher : Kelainan Telinga Tengah. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.