Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media berdasarkan gejalanya
dibagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif, di mana masing-masing
memiliki bentuk yang akut dan kronis. Selain itu, juga terdapat jenis otitis media spesifik,
seperti otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitika. Otitis media yang lain adalah otitis
media adhesiva (Djaafar, 2007).

Gambar 1. Skema Pembagian Otitis Media


Otitis Media

Otitis Media
Akut

Otitis Media
Sub Akut

Risiko tinggi,
risiko rendah

Otitis Media
Kronik

Tipe aman, tipe


bahaya

Gambar 2. Skema Pembagian Otitis Media Berdasarkan Gejala

Otitis Media Supuratif Akut / Otitis


Media Akut (OMA)
Otitis Media Supuratif
Otitis Media Supuratif Kronik
(OMSK/OMP)
Otitis Media Serosa Aktif
Otitis Media

Otitis Media Non-supuratif


Otitis Media Serosa Kronik
Otitis Media Adhesif
Otitis Media Spesifik

BAB II
PEMBAHASAN

A. Embriologi Telinga
Telinga Luar
Liang telingan berasal dari celah brankial pertama ektoderm. Membrana timpani
mewakili membran penutup celah tersebut. Selama satu stadium perkembangannya, liang
telinga akhirnya tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan telinga tapi kemudian
terbuka kembali. Namun demikian kejadian ini mungkin merupakan suatu faktor
penyebab dari beberapa kasus atresia atau stenosis bangunini. Pinna (aurikula) berasal
dari pinggir-pinggir celah brankial pertama dan arkus brankialis pertama dan kedua.
Aurikula dipersarafi oleh cabang aurikulotemporalis dari saraf mandibularis serta saraf
aurikularis mayor dan oksipitalis minor yang merupakan cabang pleksus servikalis.
Telinga Tengah
Rongga telinga tengah berasal dari celah brankial pertama endoderm. Rongga berisi
udara ini meluas ke dalam resus tubotimpanikus yang selanjutnya meluas di sekitar
tulang-tulang dan saraf dari telinga tengah dan meluas kurang lebih ke daerah mastoid.
Osikula berasal dari rawan arkus brakialis. Untuk mempermudah pemikiran ini maleus
dapat dianggap berasal dari rawan arkus brakialis pertama (kartilago meckel), sedangkan
inkus dan stapes berasal dari rawan arkus brankialis ke dua (kartilago Reichert). Saraf
korda timpani berasal dari arkus kedua (fasialis) menuju saraf pada arkus pertama
(mandibularis-lingualis). Saraf timpanikus (dari Jacobson) berasal dar saraf arcus
brankialis ketiga (glosofaringeus menuju saraf fasialis. Kedua saraf ini terletak dalam
rongga telinga tengah. Otot-otot telinga tengah berasal dari otot-otot arkus brankialis.
Otot tensor timpani yang melekat pada maleus berasal dari arkus pertama dan dipersarafi
oleh saraf mandibularis (saraf kranialis kelima). Otot stapedius berasal dari arkus kedua,
dipersarafi oleh suatu cabang saraf ketujuh.
Telinga Dalam
Plakoda otika ektoderm terletak pada permukaan lateral dari kepala embrio. Plakoda
ini kemudian tenggelam dan membentuk suatu lekukan otika dan akhirnya terkubur di
bawah permukaan sebagai vesikel otika. Letak vesikel dekat dengan otak belakang yang
sedang berkembang dan sekelompok neuron yang dikenal sebagai

ganglion

akustikofasialis. Ganglion ini penting dalam perkembangan saraf fasialis, akustikus dan
vestibularis. Vesikel auditorius membentuk suatu divertikulum yang terletak dekat tabung
saraf yang sedang berkembang dan kelak akan menjadi duktus endolimfatikus. Vesikel
otika kemudian berkerut membentuk suatu utrikulus superior dan sakulus inferior. Dari
utrikus kemudian timbul tiga tonjolan mirip gelang. Lapisan membran yang jauh dari
perifer gelang diserap, meninggalkan tiga kanalis semisirkularis pada perifer gelang.
Sakulus kemudian membentuk duktus koklearis berbentuk spiral. Secara filogenetik,
organ-organ akhir khusus berasal dari neuromast yang tidak terlapisi yang berkembang
dalam kanalis semisirkularis untuk membentuk krista, dalam urtikulus dan sakulus untuk
membentuk makula, dan dalam koklea untuk membentuk organ korti. Organ-organ akhir
ini kemudian berhubungan dengan neuron-neuron ganglion akustikofasialis. Neuronneuron inilah yang membentuk ganglia saraf vestibularis dan ganglia spiralis dari saraf
koklearis.
Mesenkim di sekitar ganglion otikum memadat untuk membentuk suatu kapsul rawan
di sekitar turunan membranosa dari vesikel otika. Rawan ini diserap pada daerah-daerah
tertentu di sekitar apa yang dikenal sekarang sebagai labirin membranosa, menyisakan
suatu rongga yang berhubungan dengan rongga yang terisi LCS melalui akuaduktus
koklearis dan membentuk perimlimfatik labirin tulang. Labirin membranosa berisi
endolimfe. Tulang yang berasal dari kapsula rawan vesikel otika adalah jenis tulang
khusus yang dikenal sebagai tulang endokondral.

B. Anatomi Telinga
Telinga luar atau aurikula merupakan gabungan dari rawan yang diliputi kulit. Bentuk
rawan ini unik dan dalam merawat telinga luar harus diusahakan untuk mempertahankan
bangunan ini. Kulit dapat terlepas dari rawan di bawahnya oleh hematom atau pus, dan
rawan yang nekrosis dapat menimbulkan deformitas kosmetik pada pinna.
Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral namun bertulang di sebelah
medial. Seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang dan rawan ini.
Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di depan liang telinga, sementara
prosesus mastoideus terletak di belakangnya. Saraf fasialis meninggalkan foramen
stilomastoideus dan berjalan ke lateral menuju prosesus stiloideus di posteroinferior liang
telinga, dan kemudian berjalan dibawah liang telinga untuk memasuki kelenjar parotis.
Rawan liang telinga merupakan salah satu patokan pembedahan yang digunakan untuk
mencari saraf fasialis; patokan lainnya adalah sutura timpanomastoideus.

Anatomi Telinga Luar


Telinga luar terdiri dari aurikula dan kanalis auditorius eksternus dan dipisahkan dari
telinga tengah oleh membrana timpani. Aurikula berfungsi untuk membantu
pengumpulan gelombang suara. Gelombang suara tersebut akan dihantarkan ke telinga
bagian tengah melalui kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius
eksternus terdapat sendi temporal mandibular.
Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral
mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat tempat kulit melekat. Dua pertiga
medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir
pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula
seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Serumen
mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.

Anatomi Telinga Tengah


Telinga tengah terdiri atas: membran timpani, kavum timpani, processus mastoideus, dan
tuba eustachius.
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batasnya adalah sebagai berikut:

Batas luar

: membran timpani

Batas depan

: tuba eustachius

Batas bawah

: vena jugularis (bulbus jugularis)

Batas belakang: aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis

Batas atas

: tegmen timpani (meningen/otak)

Batas dalam

: berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis

facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium.

1. Membran Timpani
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang
telinga luar dari kavum timpani. Membran ini memiliki panjang vertikal rata-rata 9-10 mm,
diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm, dan ketebalannya rata-rata 0,1 mm. Letak
membran timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya
dari belakang luar ke muka dalam dan membuat sudut 450 dari dataran sagital dan
horizontal. Membran timpani berbentuk kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut
menonjol ke arah kavum timpani yang dinamakan umbo. Dari umbo ke muka bawah tampak
refleks cahaya (cone of light).
Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu :
a. Stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal dari liang telinga.
b. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.
c. Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum dan
mukosum.
Secara Anatomis membran timpani dibagi dalam 2 bagian :
a. Pars tensa
Bagian terbesar dari membran timpani yang merupakan permukaan yang tegang dan bergetar,
sekelilingnya menebal dan melekat pada anulus fibrosus pada sulkus timpanikus bagian tulang
dari tulang temporal.
b. Pars flaksida atau membran Shrapnell.
Letaknya di bagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa. Pars flaksida dibatasi oleh 2 lipatan
yaitu :

Plika maleolaris anterior (lipatan muka).

Plika maleolaris posterior (lipatan belakang).


Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang dinamakan sulkus

timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus ini dan bagian ini disebut
incisura timpanika (rivini). Permukaan luar dari membran timpani disarafi oleh cabang
nervus aurikulo temporalis dari nervus mandibula dan nervus vagus. Permukaan dalam
disarafi oleh nervus timpani cabang dari nervus glossofaringeal.

Aliran darah membrana timpani berasal dari permukaan luar dan dalam. Pembuluhpembuluh epidermal berasal dari aurikula yang merupakan cabang dari arteri maksilaris
interna. Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh arteri timpani anterior cabang
dari arteri maksilaris interna dan oleh stylomastoid cabang dari arteri aurikula posterior.
Persarafan sensoris baggian luar membran timpani, merupakan terusan dari persarafan
sensoris kulit liang telinga. N. aurikulotemporalis mengurus bagian posterior dan inferior
membran timpani, sedangkan bagian anterior dan superior diurus oleh cabang aurikuler n.
vagus (a. arnold), persarafan sensoris permukaan dalam membran timpani (mukosa)
diurus oleh n. jacobson yaitu cabang timpani n. glosofaringeus.
Saraf sensoris kavum timpani terutama oleh pleksus timpani cabang dari n.
glosofaringeus. Persarafan simpatis berasal dari pleksus saraf simpatis karotis interna,
persarafan simpatis terutama berfungsi pada vaskularisasi dan mempunyai efek
vasokontriksi.
Muskulus stapedius dipersarafi oleh n. fasialis, akan berkontraksi bila ada suara keras.
Muskulus tensor timpani dipersarafi N. VII, bila kontraksi akan menarik maleus ke
medial sehingga membran timpani lebih tegang.

2. Kavum Timpani
Kavum timpani terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya
bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter antero-posterior atau vertikal 15 mm,
sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu : bagian
atap, lantai, dinding lateral, medial, anterior, dan posterior.

Kavum timpani terdiri dari :


a. Tulang-tulang pendengaran, terbagi atas: malleus (hammer / martil), inkus (anvil /
landasan), stapes (stirrup / pelana)

b. Otot, terdiri atas: otot tensor timpani (muskulus tensor timpani) dan otot stapedius
(muskulus stapedius).

c. Saraf korda timpani.


d. Saraf pleksus timpanikus.
3. Processus mastoideus.
Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap
mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa kranii posterior.
Sinus sigmoid terletak di bawah duramater pada daerah ini. Pada dinding anterior mastoid
terdapat aditus ad antrum.

4. Tuba eustachius.
Tuba eustachius disebut juga tuba auditori atau tuba faringotimpani berbentuk seperti
huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan
nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan
medial dari telinga tengah dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.
Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :
a. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).
b. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).

Anatomi Telinga Dalam


Menurut Rambe, koklea bagian tulang dibagi menjadi dua lapisan oleh suatu sekat.
Bagian dalam sekat ini adalah lamina spiralis ossea dan bagian luarnya adalah lamina
spiralis membranasea.Ruang yang mengandung perilimfe terbagi dua, yaitu skala
vestibuli dan skala timpani. Kedua skala ini bertemu pada ujung koklea yang disebut
helikotrema.
Skala vestibuli berawal pada foramen ovale dan skala timpani berakhir pada foramen
rotundum. Pertemuan antara lamina spiralis ossea dan membranasea kearah perifer
membentuk suatu membrana yang tipis yang disebut membrana Reissner yang
memisahkan skala vestibuli dengan skala media (duktus koklearis). Duktus koklearis
berbentuk segitiga, dihubungkan dengan labirin tulang oleh jaringan ikat penyambung
periosteal dan mengandung end organ dari nervus koklearis dan organ Corti. Duktus
koklearis berhubungan dengan sakkulus dengan perantaraan duktus Reuniens.
Organ Corti terletak di atas membrana basilaris yang mengandung organel-organel
yang penting untuk mekenisma saraf perifer pendengaran. Organ Corti terdiri dari satu
baris sel rambut dalam yang berisi kira-kira 3000 sel dan tiga baris sel rambut luar yang
berisi kira-kira 12.000 sel. Sel-sel ini menggantung lewat lubang-lubang lengan horisontal
dari suatu jungkat-jangkit yang dibentuk oleh sel-sel penyokong. Ujung saraf aferen dan
eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan sel rambut terdapat
strereosilia yang melekat pada suatu selubung yang cenderung datar yang dikenal sebagai
membrana tektoria. Membrana tektoria disekresi dan disokong oleh limbus.

2.1. Otitis Media Supuratif


2.1.1. Otitis Media Akut (OMA)
1.

Definisi
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di daerah
nasofaring dan faring. Secara fisiologik nterdapat mekanisme pencegahan
masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba
Eustachius, enzim dan antibody.
Otitis media akut (OMA) biasanya terjadi karena factor pertahanan
tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan factor penyebab
utama dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu,
pencegahan invasi kuman ke telinga tengah juga terganggu, sehingga
kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.
Selain itu, pencetus lain adalah infeksi saluran napas atas. Pada anak,
makin sering anak terkena infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan
terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba
Eustachiusnya pendek, lebar dan letaknya agak horizontal, dan juga
adenoid pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa.

2.

Patologi
Kuman

utama

penyebab

OMA

adalah

bakteri

piogenik,

seperti

Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu


kadang

ditemukan

Streptokokus

juga

anhemolitikus,

Hemofilus
Proteus

influenza, Escherichia
vulgaris

dan

colli,

Pseudomonas

aurugenosa. Hemofilus influenza sering ditemukan pada anak dibawah 5


tahun.

3.

Stadium
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5
stadium:
1) Oklusi tuba Eustachius
Stadium oklusi tuba Eustachius terdapat sumbatan tuba Eustachius yang
ditandai oleh retraksi membrana timpani akibat tekanan negatif dalam
telinga tengah karena terjadinya absorpsi udara. Selain retraksi,
membrana timpani kadang-kadang tetap normal atau hanya berwarna

keruh pucat atau terjadi efusi. Stadium oklusi tuba Eustachius dari otitis
media supuratif akut (OMA) sulit kita bedakan dengan tanda dari otitis
media serosa yang disebabkan virus dan alergi.

2) Hiperemis (pre supurasi)


Stadium hiperemis (pre supurasi) akibat pelebaran pembuluh darah di
membran timpani yang ditandai oleh membran timpani mengalami
hiperemis, edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit
terlihat.

3) Supurasi
Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen
(nanah). Selain itu edema pada mukosa telinga tengah makin hebat dan
sel epitel superfisial hancur. Ketiganya menyebabkan terjadinya bulging
(penonjolan) membrana timpani ke arah liang telinga luar. Pasien akan
tampak sangat sakit, nadi & suhu meningkat dan rasa nyeri di telinga
bertambah hebat. Anak selalu gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak.
Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak tertangani dengan baik akan
menimbulkan ruptur membran timpani akibat timbulnya nekrosis
mukosa dan submukosa membran timpani. Daerah nekrosis terasa lebih
lembek dan berwarna kekuningan. Nekrosis ini disebabkan oleh
terjadinya iskemia akibat tekanan kapiler membran timpani karena
penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat
tromboflebitis vena-vena kecil. Keadaan stadium supurasi dapat kita
tangani dengan melakukan miringotomi. Bedah kecil ini kita lakukan
dengan membuat luka insisi pada membran timpani sehingga nanah
akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi
pada membran timpani akan mudah menutup kembali sedangkan ruptur
lebih sulit menutup kembali. Bahkan membran timpani bisa tidak
menutup kembali jika membran timpani tidak utuh lagi.
4) Perforasi
Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga
sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga
tengah ke liang telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat

pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya


pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman.
Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu menurun
dan bisa tidur nyenyak. Jika membran timpani tetap perforasi dan
pengeluaran sekret (nanah) tetap berlangsung selama lebih 3 minggu
maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Jika kedua
keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih 1,5-2 bulan maka
keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik (OMSK).

5) Resolusi
Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal
hingga perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen
tidak ada lagi. Stadium ini berlangsung jika membran timpani masih
utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah. Stadium ini
didahului oleh sekret yang berkurang sampai mengering.
Apabila stadium resolusi gagal terjadi maka akan berlanjut menjadi
otitis media supuratif kronik (OMSK). Kegagalan stadium ini berupa
membran timpani tetap perforasi dan sekret tetap keluar secara terusmenerus atau hilang timbul. Otitis media supuratif akut (OMA) dapat
menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa. Otitis
media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa
mengalami perforasi membran timpani.

4.

Gejala Klinik
Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium
penyakit dan umur penderita. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi
dan suhu tubuh menurun pada stadium perforasi.
Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) berdasarkan umur
penderita, yaitu :
-

Bayi dan anak kecil. Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 390C (khas
pada stadium supurasi), sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, mencret,
kejang-kejang, dan kadang-kadang memegang telinga yang sakit. Jika
terjadi rupture membrane timpani, maka secret mengalir ke liang
telinga, suhu tubuh menurun dan anak tertidur tenang.

Anak yang sudah bisa bicara. Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam
telinga, suhu tubuh tinggi, dan riwayat batuk pilek.

Anak lebih besar dan orang dewasa. Gejalanya : rasa nyeri dan
gangguan pendengaran (rasa penuh dan pendengaran berkurang).

5.

Terapi
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.
-

Oklusi tuba Eustachius. Terapinya : obat tetes hidung & antibiotik.

Hiperemis (pre supurasi). Terapinya : antibiotik, obat tetes hidung,


analgetik & miringotomi.

Supurasi. Terapinya : antibiotik & miringotomi.

Perforasi. Terapinya : antibiotik & obat cuci telinga.

Resolusi. Terapinya : antibiotik.


o

Aturan pemberian obat tetes hidung :


Bahan. HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis untuk anak
berusia dibawah 12 tahun. HCl efedrin 1% dalam larutan
fisiologis untuk anak berusia diatas 12 tahun dan orang dewasa.
Tujuan. Untuk membuka kembali tuba Eustachius yang
tersumbat sehingga tekanan negatif dalam telinga tengah akan
hilang.

o Aturan pemberian obat antibiotik :

Stadium oklusi. Berikan pada otitis media yang


disebabkan kuman bukan otitis media yang disebabkan
virus dan alergi (otitis media serosa).

Stadium hiperemis (pre supurasi). Berikan golongan


penisilin atau ampisilin selama minimal 7 hari. Golongan
eritromisin dapat kita gunakan jika terjadi alergi
penisilin. Penisilin intramuskuler (IM) sebagai terapi
awal untuk mencapai konsentrasi adekuat dalam darah.
Hal ini untuk mencegah terjadinya mastoiditis, gangguan
pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan.
Berikan ampisilin 50-100 mg/kgbb/hr yang terbagi
dalam 4 dosis, amoksisilin atau eritromisin masing-

masing 50 mg/kgbb/hr yang terbagi dalam 3 dosis pada


pasien anak.

Stadium resolusi. Lanjutkan pemberiannya sampai 3


minggu bila tidak terjadi resolusi. Tidak terjadinya
resolusi dapat disebabkan berlanjutnya edema mukosa
telinga tengah. Curigai telah terjadi mastoiditis jika
sekret masih banyak setelah kita berikan antibiotik
selama 3 minggu.

o Aturan tindakan miringotomi:

Stadium hiperemis (pre supurasi). Bisa kita lakukan bila


terlihat hiperemis difus.

Stadium supurasi. Lakukan jika membran timpani masih


utuh. Keuntungannya yaitu gejala klinik lebih cepat
hilang dan ruptur membran timpani dapat kita hindari.

o Aturan pemberian obat cuci telinga :


Bahan. Berikan H2O2 3% selama 3-5 hari.
Efek. Bersama pemberian antibiotik yang adekuat, sekret akan
hilang dan perforasi membran timpani akan menutup kembali
dalam 7-10 hari.

6.

Komplikasi
Ada 3 komplikasi otitis media supuratif akut (OMA), yaitu :
-

Abses subperiosteal.

Meningitis.

Abses otak.
Dewasa ini, ketiga komplikasi diatas lebih banyak disebabkan oleh
otitis media supuratif kronik (OMSK) karena maraknya pemberian
antibiotik pada pasien otitis media supuratif akut (OMA).

2.1.2. Otitis Media Supuratif Kronik


1.

Definisi
Otitis media supuratif kronik (OMSK), dahulu disebut otitis media
perforata (OMP) atau dalam keseharian disebut congek. Otitis media

supuratif kronik (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan


perforasi membrane timpani dan secret yang keluar dari telinga terus
menerus atau hilang timbul. Secret mungkin encer atau kental, bening atau
berupa nanah.

2.

Perjalanan penyakit
Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis meia
supuratif kronis apabila prosesnya sudah leih dari 2 bulan. Bila kurang dari
2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut.
Beberapa factor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang
terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi,
daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk.
Letak perforasi di membrane timpani penting untuk menentukan jenis/ tipe
OMSK. Perforasi sentral adalah pada pars tensa dan sekitar dari sisa
membran timpani atau sekurang-kurangnya pada annulus. Defek dapat
ditemukan seperti pada anterior, posterior, inferior atau subtotal. Menurut
Ramalingam

bahwa

OMSK

adalah

peradangan

kronis

lapisan

mukoperiosteum dari middle ear cleft sehingga menyebabkan terjadinya


perubahan-perubahan

patologis

yang

ireversibe. Perforasi

marginal,

terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus
fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai
perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan
kolesteatom. Perforasi atik terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan
primary acquired cholesteatoma.

3.

Jenis OMSK
OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :
1) Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen = tipe
mukosa.
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars
tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit.
Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:
a) Penyakit aktif

Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya
didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba
eutachius, atau setelah berenang dimana kuman masuk melalui liang
telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen.
b) Penyakit tidak aktif
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering
dengan mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai
berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti
vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.
2) Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit
atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan
terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai
menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :
a) Kongenital
b) Didapat.
Pada umumnya kolesteatom terdapat pada otitis media kronik
dengan perforasi marginal. teori itu adalah:

Epitel dari liang telinga masuk melalui perforasi kedalam kavum


timpani dan disini ia membentuk kolesteatom ( migration teori
menurut Hartmann); epitel yang masuk menjadi nekrotis,
terangkat keatas.

Embrional sudah ada pulau-pulau kecil dan ini yang akan


menjadi kolesteatom.

Mukosa dari kavum timpani mengadakan metaplasia oleh karena


infeksi (metaplasia teori menurut Wendt).

Ada pula kolesteatom yang letaknya pada pars plasida ( attic


retraction cholesteatom).

Tabel Perbedaan Antara Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) Benigna & Maligna

4.

Diagnosis
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT
terutama

pemeriksaan

otoskopi.

Pemeriksaan

penala

merupakan

pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran.


Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan
pemeriksaan

audiometric

nada

murni,

audiometric

tutur

(speech

audiometry) dan pemeriksaan BERA (brainstem evoked response


audiometry) bagi pasien/anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan
audiometric nada murni. Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen
mastoid serta kultur dan uji resistensi kuman dari secret telinga.

Gejala Klinis
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan.
Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau
busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh
perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya
hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya
sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga
tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara
luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya
jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya

kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa


nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran
timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke
telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli
konduktif berat.
3. Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis,
atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda
berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses
atau trombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel
labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang
timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau
pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena
perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih
mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam
labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi
akibat komplikasi serebelum.

Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna


Mengingat OMSK tipe bahaya sering kali menimbulkan komplikasi yang
berbahaya, maka perlu ditegakkan diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti
baru dapat ditegakkan di kamar operasi, namun beberapa tanda klinik dapat
menjadi pedoman akan adnaya OMSK tipe bahaya, yaitu perforasi pada
marginal atau pada atik yang merupakan tanda dini pada OMSK tipe
bahaya, sedangkan pada kasus yang lebih lanjut dapat terlihat :
-

Adanya Abses atau fistel retroaurikular

Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum
timpani.

5.

Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)

Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

Terapi
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama dan harus berulangulang. Prinsip terapi OMSK tipe jinak atau aman ialah konservatif atau
dengan medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus maka diberi
obat pencuci telinga berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah
sekret berkurang maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes
telinga yang mengandung antibiotika dan kortikesteroid. Secara oral
diberikan antibiotika dari golongan ampicillin atau eritromisin sebelum
hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai ada resistensi
terhadap

ampicillin

dapat

diberikan

ambicillin

dengan

asam

klavulanat. Bila sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah
diobservasi selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau
timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara
permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah
terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta
memperbaiki pendengaran.
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya atau maligna adalah pembedahan, yaitu
mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan
pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi
abses sebaiknya dilakukan sebelum mastoidektomi. Infeksi kronis telinga
tengah dapat menyebabkan mastoiditis. Ada beberapa jenis teknik operasi
yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe
aman atau bahaya, antara lain :

Mastoidektomi sederhana

Mastoidektomi radikal

Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

Miringoplasti

Timpanoplasti

6.

Timpanoplasti dengan pendekatan ganda

Komplikasi
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan
patologik yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang
resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi.
biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi
suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen
pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi
akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom.
A. Komplikasi ditelinga tengah :
1. Perforasi persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
B. Komplikasi telinga dalam
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf ( sensorineural)
C. Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hindrosefalus otitis
Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati
3 macam lintasan :
1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak
2. Menembus selaput otak.
3. Masuk kejaringan otak.

2.2. Otitis Media Non-Supuratif


Disebut juga otitis media serosa, otitis media efusi, otitis media sekretoria, otitis media
mucois (glue ear). Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya secret yang
nonpurulen di telinga tengah, sedangkan membrane timpani utuh. Adanya cairan di
telinga tengah dengan membrane timpani yang utuh disebut otitis media dengan efusi.
Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental
seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear). Otitis media serosa terjadi terutama
akibat transudat yang mengalir dari pembuluh darah ke telinga tangah yang sebagian
besar terjadi akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media
mukoid, cairan yang ada ditelinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan
kista yang terdapat pada mukosa telinga tengah, tuba Eustachius dan rongga mastoid.
Faktor utama yang berperan adalah terganggunya tuba Eustachius. Factor lain dapat
berupa hipertrofi adenoid, adenoiditis, sumbing palatum (cleft-palate), tumor di
nasofaring, barotraumas, sinusitis, rhinitis, defisiensi imunologik atau metabolic, dan
juga alergik.
Otitis media serosa dapat dibagi menjadi dua jenis; otitis media serosa akut dan otitis
media serosa kronik.

2.2.1 Otitis Media Serosa Akut


Merupakan keadaan terbentuknya secret di telinga secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Penyebabnya antara lain sumbatan tuba
(barotrauma), virus, alergi dan idiopatik.
Gejala yang menonjol biasanya pendengaran yang berkurang, selain itu ada rasa
tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda
pada telinga yang sakit. Kadang terasa seperti ada cairan yang bergerak di dalam
telinga dengan perubahan posisi. Rasa nyeri relative. Vertigo kadang dalam
bentuk ringan. Dengan otoskop terlihat retraksi membrane timpani. Kadang
tampak gelembung udara atau permukaan cairan dalam kavum timpani. Tuli
konduktif dapat dibuktikan dengan garpu tala.
Pengobatan dapat dengan medikamentosa dan pembedahan. Dapat diberikan
tetes hidung (vasokontriktor lokal), anti histamine, serta perasat valsava. Bila
gejala masih menetap setelah 12 minggu, dilakukan miringotomi, dan apabila
belum mebaik dengan miringotomi dapat ditambahkan pemasangan pipa
ventilasi (Grommet).

2.2.2 Otitis Media Serosa Kronik


Pada keadaan kronis secret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan
gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.
Otitis media kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan otitis media
serosa akut lebih sering pada orang dewasa. Otitis media serosa kronik dapat
juga terjadi sebagai gejala sisa dari OMA yang tidak sembuh sempurna.
Penyebab lain diduga adanya hubungan dengan infeksi virus, keadaan alergi
atau gangguan mekanis pada tuba.
Gejala klinis yang menonjol adalah perasaan tuli, oleh karena adanya secret
yang kental. Pada otoskopi terlihat membrane timpani utuh, retraksi, suram,
kuning kemerahan atau keabu-abuan.
Pengobatan yang harus dilakukan adalah mengeluarkan secret dengan
miringotomi dan memasang pipa ventilasi. Pengobatan dengan medikamentosa
dianjurkan selama 3 bulan, apabila tidak berhasil baru dilakukan tindakan
operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Djaafar, Zainul A. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
& Leher : Kelainan Telinga Tengah. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat Obgyn
    Referat Obgyn
    Dokumen19 halaman
    Referat Obgyn
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • Autisme Pada Anak
    Autisme Pada Anak
    Dokumen33 halaman
    Autisme Pada Anak
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • KALA DUA
    KALA DUA
    Dokumen1 halaman
    KALA DUA
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • REFERAT Gangguan Cemas
    REFERAT Gangguan Cemas
    Dokumen24 halaman
    REFERAT Gangguan Cemas
    Suci Joe Armstrong
    100% (1)
  • Status Mental
    Status Mental
    Dokumen16 halaman
    Status Mental
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan GGG Tidur
    Penyuluhan GGG Tidur
    Dokumen24 halaman
    Penyuluhan GGG Tidur
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • Brady Lengkap
    Brady Lengkap
    Dokumen10 halaman
    Brady Lengkap
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Ondansentron Suci
    Jurnal Ondansentron Suci
    Dokumen17 halaman
    Jurnal Ondansentron Suci
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • BAB 1-Tinjauan Pustaka DR, Khotib
    BAB 1-Tinjauan Pustaka DR, Khotib
    Dokumen1 halaman
    BAB 1-Tinjauan Pustaka DR, Khotib
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • REFERAT
    REFERAT
    Dokumen28 halaman
    REFERAT
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • Update On Mpharyanagement of Acute Ngitis in Children
    Update On Mpharyanagement of Acute Ngitis in Children
    Dokumen18 halaman
    Update On Mpharyanagement of Acute Ngitis in Children
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • Retno Suci
    Retno Suci
    Dokumen5 halaman
    Retno Suci
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • Word BP Ok
    Word BP Ok
    Dokumen25 halaman
    Word BP Ok
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • Referat
    Referat
    Dokumen27 halaman
    Referat
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • Patofisiologi Retinopati Diabetik
    Patofisiologi Retinopati Diabetik
    Dokumen16 halaman
    Patofisiologi Retinopati Diabetik
    Winda Fricilia Oktarina
    Belum ada peringkat
  • Retinopati Diabetik
    Retinopati Diabetik
    Dokumen6 halaman
    Retinopati Diabetik
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • Vina Nurhasanah
    Vina Nurhasanah
    Dokumen3 halaman
    Vina Nurhasanah
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • ISPA
    ISPA
    Dokumen29 halaman
    ISPA
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • STRABISMUS
    STRABISMUS
    Dokumen29 halaman
    STRABISMUS
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • Status Pasien Lapkas
    Status Pasien Lapkas
    Dokumen14 halaman
    Status Pasien Lapkas
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • Tumor Pada Colli
    Tumor Pada Colli
    Dokumen16 halaman
    Tumor Pada Colli
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • Modul 3 Kelompok 5
    Modul 3 Kelompok 5
    Dokumen16 halaman
    Modul 3 Kelompok 5
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • Tutorial
    Tutorial
    Dokumen24 halaman
    Tutorial
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • Amenore
    Amenore
    Dokumen2 halaman
    Amenore
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • Pterigium
    Pterigium
    Dokumen9 halaman
    Pterigium
    miss.JEJE
    Belum ada peringkat
  • STRABISMUS
    STRABISMUS
    Dokumen29 halaman
    STRABISMUS
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • Strabismus Referat
    Strabismus Referat
    Dokumen40 halaman
    Strabismus Referat
    Suci Joe Armstrong
    75% (4)
  • Kel 12
    Kel 12
    Dokumen10 halaman
    Kel 12
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat
  • Tutorial
    Tutorial
    Dokumen24 halaman
    Tutorial
    Suci Joe Armstrong
    Belum ada peringkat