OPERASIONAL AMPLIFIER
Disusun Oleh :
Nama : Syaiful Umam
NIM
: 121341005
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
menggunakan umpan balik akan memiliki karakteristik operasi yang unggul pada
pengorbanan keuntungan.
I
R1
Vin
R2
Vn
Vp
Vout
_
resistansi output RL. Dari gambar 2, dapat dilihat bahwa kita memiliki teganganpembagi sirkuit di port input maupun port output dari amplifier. Hal ini
mengharuskan kita untuk menghitung ulang nilai Vi dan Vo setiap kali sumber/
beban yang digunakan berbeda dengan menggunakan rumus berikut:
Ri
Vi
Rs Ri
Vs
RL
Vo
Ro R L
V
V
AVi
................................(2)
INPUT PORT
AV
SO U RCE
o
OUTPUT PORT
................................(1)
A M P L IF IE R
LO AD
(a)
(b)
impedansi ini masih relatif sangat besar sehingga arus input op-amp LM741
mestinya sangat kecil.
Ada dua aturan penting dalam melakukan analisa rangkaian op-amp
berdasarkan karakteristik op-amp ideal. Aturan ini dalam beberapa literatur
dinamakan Golden Rule, yaitu :
Aturan 1: Perbedaan tegangan antara input V+ dan V- adalah nol (V+ V- = 0 atau
V+ = V-)
Aturan 2: Arus pada input Op-amp adalah nol (i+ = i- = 0)
Inilah dua aturan penting op-amp ideal yang digunakan untuk menganalisa
rangkaian op-amp.
Model amplifier standar ditunjukkan pada Gambar 5 dan pada Gambar 6
menunjukkan model amplifier ideal. Op-amp dikatan "differential-to-singleended" amplifier, jika menguatkan perbedaan tegangan Vp Vn = Vi pada port
input dan menghasilkan tegangan Vo di port output yang direferensikan ke node
dasar dari sirkuit yang digunakan op-amp.
ip
+
V_p
Ri
Ro
Vi
_
in
AV
V_p
Vi
+
Vo
AV i
Vo
_
V_n
V_n
Model op-amp yang ideal berasal untuk menyederhanakan analisis rangkaian dan
umumnya digunakan oleh para insinyur untuk perkiraan perhitungan orde
pertama. Model yang ideal membuat tiga asumsi penyederhanaan:
Gain tak terhingga: A =
9
..........................(3)
...................................(7)
Selain itu, karena Ro = 0, maka tidak ada efek pembebanan pada port uotput dari
op-amp ideal:
Vo = A Vi ................................(8)
Akhirnya, karena A = dan Vo harus terbatas, maka:
Vi = Vp Vn = 0
atau Vp = Vn ....................(9)
Gambar 7: Komparator
di mana Vs adalah tegangan catu daya dan penguat operasional beroperasi di
antara Vs+ dan Vs .)
2. Penguat Pembalik (Inverting Amplifier)
Rangkaian dasar penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan pada
gambar 8, dimana sinyal masukannya dibuat melalui input inverting. Seperti
namanya, bahwa fase keluaran dari penguat pembalik ini akan selalu berbalikan
dengan inputnya. Pada rangkaian ini, feedback negatif dibangun melalui resistor
R2.
nol, arus yang mengalir melalui R1 harus sama besarnya dan berlawanan arah
dengan arus yang mengalir melalui R2 (oleh Hukum Saat Kirchhoff):
Vin Vn Vout Vn
R1
R2
..............(10)
Karena Vn = 0, maka:
R
Vout 2
R1
Vin
.................(11)
R2
R1
............................ (12)
Gain dari penguat pembalik selalu negatif, tanda negatif ini menunjukkan bahwa
keluaran adalah pembalikan dari masukan. Contohnya jika R2 adalah 10.000
dan R1 adalah 1.000 , maka nilai gain adalah -10.000 / 1.000, yaitu -10.
Impedansi rangkaian pembalik didefenisikan sebagai impedansi input dari
sinyal masukan terhadap ground. Karena input pembalik (-) pada rangkaian ini
diketahui adalah 0 (virtual ground) maka impendasi rangkaian ini tentu saja
adalah Zin = R1.
3. Penguat Non-Pembalik (Non-Inverting Amplifier)
Penguat non- pembalik amplifier merupakan kebalikan dari penguat
pembalik, dimana input dimasukkan pada input non- pembalik sehingga polaritas
output akan sama dengan polaritas input tapi memiliki penguatan yang tergantung
dari besarnya Rfeedback dan Rinput.
Prinsip utama rangkaian penguat non-pembalik adalah seperti yang
diperlihatkan pada gambar 9 berikut ini. Seperti namanya, penguat ini memiliki
masukan yang dibuat melalui input non-inverting. Dengan demikian tegangan
keluaran rangkaian ini akan satu fasa dengan tegangan inputnya. Untuk
12
R1
Vn
R1 R2
Vout
...........(14)
R
Vout 1 2 Vin
R1
13
...............(15)
Perhatikan bahwa gain (Vout / Vin) selalu lebih besar atau sama dengan satu.
Karena tegangan sinyal masukan terhubung langsung dengan masukan pada
penguat operasional maka impedansi masukan bernilai Z in . Dari datasheet,
LM741 diketahui memiliki impedansi input Zin = 108 to 1012 Ohm.
4. Penguat Differential
Gambar 10 menunjukkan rangkaian penguat diferensial. Sesuai namanya,
konfigurasi op-amp ini dapat memperkuat perbedaan dari dua sinyal input.
Penguat diferensial digunakan untuk mencari selisih dari dua tegangan yang telah
dikalikan dengan konstanta tertentu yang ditentukan oleh nilai resistansi yaitu
sebesar
Rf
R1
diferensiator.
Vout
R
R
f
g
R1 Rg
R2 R1
V2
Rf
R1
V1 ........(16)
Rf
R1
..............................(17)
Jika dua sinyal input sama, secara ideal output pasti nol. Untuk mengukur kualitas
amplifier, istilah Common Mode Rejection Ratio (CMRR) didefinisikan. CMRR
14
adalah rasio dari tegangan output yang sesuai dengan perbedaan dari dua sinyal
masukan dengan tegangan keluaran sesuai dengan "bagian umum" dari dua sinyal.
Op-amp yang bagus memiliki CMRR yang tinggi.
5. Penguat Penjumlah (Summing Amplifier)
Dalam beberapa aplikasi yang besar, input untuk penguat pembalik lebih
dari satu tegangan. Bentuk sederhana dari input yang banyak ditunjukkan pada
gambar 11.
V
V1 V2
... n ) .......(18)
R1 R2
Rn
Rf
R1
(V1 V2 ... Vn )
.....(19)
....(20)
Perlu diperhatikan bahwa keluaran adalah terbalik dan impedansi masukan dari
masukan ke-n adalah Zn = Rn (di mana V- adalah Virtual ground).
15
Vout
1
Vin dt Vmula
R1C
................(21)
di mana t adalah waktu dan Vmula adalah tegangan keluaran pada t=0.
Dengan
demikian,
input
gelombang
persegi
akan
menyebabkan
gelombang output segitiga. Namun, dalam rangkaian yang sebenarnya (R2 < )
ada beberapa kerusakan dalam keadaan sistem pada tingkat proporsional keadaan
itu sendiri. Hal ini menyebabkan peluruhan eksponensial dengan waktu konstan
= R2C.
16
dVin
dt
...........(22)
17
18
Karakteristik Op-Amp
Gain yang tinggi
Bandwidth yang lebar
Impedansi input yang besar
Impedansi output yang kecil
Stabil
Konsumsi daya yang rendah
Noise yang rendah
Tipikal
90 dB 110 dB
4 MHz
2 10 M ohm
20 100 ohm
I bias
I1 I 2
2
2. Arus offset input (input offset current). Arus offset input merupakan
perbedaan arus bias input dari kedua terminal input.
I os I1 I 2
3. Tegangan offset input ( input offset voltage). Bila V1 dan V2 berada pada
tegangan yang sama, tegangan output idealnya harus nol, karena V0 = Ad (V2
V). Tetapi pada prakteknya akan ada tegangan pada output. Tegangan offset
input didefinisikan sebagai perbedaan tegangan yang harus disupplaykan
pada kedua terminal input agar tegangan output sama dengan nol.
4. Differensial voltage gain (Ad). Merupakan gain bila perbedaan sinyal
tegangan input disupplaykan pada kedua terminal input.
19
5. Common mode voltage gain (Ac). Merupakan gain bila suatu sinyal input
yang sama disupplaykan pada kedua termi nal input opamp.
6. Common mode rejection ratio (CMRR). Merupakan perbandingan antara Ad
dan Ac dalam satuan dB.
CMRR = Ad / Ac.
7. Supply voltage rejection ratio (SVRR). SVRR = Perubahan dalam tegangan
suplai. Perubahan dalam tegangan offset input
8. Slew rate. Merupakan ukuran waktu yang dibutuhkan untuk mensaklarkan
output dari minimum tegangan negatif ke maksimum tegangan positif.
SR = V / T.
9. Full power bandwidth (f FPBW). f FPBW merupakan frekwensi terbesar dari
tegangan sinus penuh yang dapat dioutputkan op-amp tanpa terjadinya efek
slew rate. Jika output, V0 = Vom sin (2ft), maka gradienya:
dV0
2fVom cos 2ft .
dt
Gradien akan maximum bila cos (2ft) = 1. Maka:
dV0
2fVom , dimana f adalah f FPBW.
dt
20
23
besar penguatan pada tingkat ini, dengan menganggap tegangan offset = 0V, besar
penguatannya adalah seperti berikut:
penguatan saat potensiometer posisi minimal:
R10 0
R10 R11
AIm in 1
R9
0 300
AIm in 1
10
AIm in 31
AIm ax 1
AIm ax 1
R10 R11
R9
100 300
10
AIm ax 41
c. Penguat tingkat II
Penguat tingkat II juga menggunakan penguat non-inverting sama seperti
menguat tingkat I. Op-amp yang digunakan adalah LF 353 Pada penguat ini nilai
gain adalah tetap yaitu sebesar:
AII 1
AII 1
R7
R8
68
10
AIm in 6.8
A AIm in AII
A 31 6.8
A 210.8
26
BAB III
PENUTUP
27