Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala
manic, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat
berlangsungseumur hidup. Setiap episode dipisahkan sekurangnya dua bulan tanpa gejala
penting mania atauhipomania. Tetapi pada beberapa individu, gejala depresi dan mania dapat bergantian
secara cepat,yang dikenal dengan rapid cycling. Episode mania yang ekstrim dapat menunjukkan
gejala-gejala psikotik seperti waham dan halusinasi
Gangguan bipolar adalah gan gguan yang lebih jarang dibandingkan dengan
gangguandepresif berat. Prevalensi gangguan bipolar di Indonesia hanya sekitar 2% sama dengan
prevalensiskizofrenia. Prevalensi antara laki-laki dan wanita sama besar. Onset gangguan bipolar adalah
darimasa anak-anak (usia 5-6 tahun) sampai 50 tahun atau lebih. Rata-rata usia yang
terkena adalahusia 30 tahun. Gangguan bipolar cenderung mengenai semua ras
Penyebab gangguan bipolar multifaktor. Secara biologis dikaitkan dengan faktor
genetik dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa kanakkanak, stress yang menyakitkan, stress kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan banyak lagifaktor
lainnya.
Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manic depresi yaitu gangguan pada
fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan dan
proses berpikir. Disebut Bipolar karena penyakit kejiwaan ini didominasi adanya
fluktuasi periodic dua kutub, yakni kondisi manic (bergairah tinggi yang tak terkendali)
dan depresi
Di dunia, tingkat prevalensi gangguan Bipolar sebagai gangguan yang lama dan menetap
sebesar 0,3 1,5 %. Di Amerika Serikat tingkat prevalensi ini dapat mencapai 1 6 %,
Sedangkan jumlah yang menderita gangguan ini di Indonesia, tidak diketahui dengan
pasti. Sekitar 10%, individu dengan gangguan depresi mayor biasanya akan mengalami
episode manik atau hipomanik pada perkembangan penyakitnya. Onset usia yang muda,
ditemukannya gejala-gejala psikotik (menyerupai skizofrenia), dan ditemukannya
episode depresi berulang merupakan faktor risiko munculnya gangguan Bipolar.
Menurut perkiraan, rata-rata angka morbiditas dari pasien yang tidak diterapi adalah 14
tahun dimana akan muncul kondisi hilangnya produktifitas dan gangguan dalam fungsi
hidup sehari-hari. Dijumpai perilaku bunuh diri pada 10 hingga 20 persen pasien.
Gangguan ini umumnya muncul pada awal usia 20 tahunan walaupun variasinya luas.
Oleh sebab itu penulis bermaksud untuk menghubungkan aspek medikolegal penyakit
bipolar ini, dalam pengaruh nya terhadap hukum, termasuk inform consent dan
penegakkan hukum terhadap pasien yang terdiagnosis bipolar.

BAB III
KESIMPULAN
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh
gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat
berlangsung seumur hidup. Episode depresif dari gangguan bipolar memiliki kriteria diagnostik
yang sama dengan gangguan depresi mayor episode tunggal. Sedangkan pada gangguan bipolar
episode campuran terdapat gejala-gejala manik atau hipomanik dan depresi yang berganti-ganti
secara cepat pada suatu periode waktu yang berlangsung sekurangnya satu minggu. Pada
tampilan klinis, seorang yang menderita gangguan bipolar episode campuran biasanya
mengalami kondisi mood yang sangat tidak stabil. Secara umum, terdapat dua jenis gangguan
bipolar, pada gangguan bipolar tipe satu, ditemukan sekurangnya satu episode manik.
Sedangkan pada gangguan bipolar tipe dua ditemukan sekurangnya satu episode hipomanik.
Hingga saat ini, tatalaksana untuk gangguan bipolar masih difokuskan dalam pemberian terapi
farmakologi. Obat-obat golongan mood stabilizer diberikan (seperti Lithium dan Valproate) baik
untuk kondisi akut maupun untuk terapi maintenance yang bertujuan mencegah kekambuhan.
Terapi farmakologis biasanya dikombinasi dengan terapi non farmakologis berupa psikoterapi.
Dalam status nya terhadap hukum pasien bipolar merupakan gangguan psikiatri yang harus
selalu diperhatikan bahwa pasien yang terdiagnosis gangguan bipolar ini menjadi perhatian
khusus dalam hukum termasuk didalam nya dalam hal informed consent dan status nya dalam
penegakkan hukum.

Anda mungkin juga menyukai