Anda di halaman 1dari 8

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

PENGANTAR SOSIOLOGI

DISUSUN OLEH:
LUTFI CHAKIM
A15.2014.00038

FAKULTAS ILMU KOMPUTER


UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
2014

LATAR BELAKANG

Kerrie Williams, Acuhkan Anak Demi


Boneka Mahal
Liputan 6 Jum, 24 Okt 2014 11:35 WIB
Biasanya, seorang ibu akan membelikan boneka untuk puteri kesayangannya. Namun hal ini
tidak berlaku bagi wanita 33 tahun bernama Kerrie Williams. Bukan untuk sang anak,
namun Kerrie justru membeli boneka untuk dirinya sendiri. Tak heran, jika ia rela
menghabiskan uang hingga ratusan juta hanya untuk membeli boneka-boneka idamannya.
Dilansir dari Daily Mail Kamis (23/10/2014) mungkin Anda akan menyangka jika puluhan
boneka mungkin sudah tersusun rapi di rumah Kerrie. Tidak, Kerrie hanya memiliki tujuh
buah boneka saja. Reborn Babies adalah sebutan untuk boneka berbahan vinil yang dibuat
menyerupai bayi manusia milik Kerrie ini. Walaupun hanya tujuh buah saja, namun jangan
salah, boneka ini dibanderol dengan harga selangit yaitu berkisar 150 hingga 400 untuk
satu buah boneka saja.

Ketujuh bonekanya ini ia dapatkan dari Durham. Tak hanya bonekanya saja yang memiliki
harga super mahal, namun Kerrie juga mempermanis boneka-bonekanya dengan baju-baju
dan aksesoris yang sangat mahal. Bak anak kandungnya sendiri, Kerrie bahkan rela
menghabiskan seluruh uangnya untuk koleksinya.

Kegilaan terhadap boneka membuat Kerrie bersikap acuh pada kedua anak kandungnya yang
bernama Karina (13) dan Jade (12). Kerrie bahkan menghidupi kedua puterinya secara paspasan karena ingin koleksinya dapat terjaga dengan baik. Tak hanya dari segi finansial saja,
namun Kerrie jauh lebih perhatian pada koleksinya ketimbang memperhatikan tumbuh
kembang kedua buah hatinya.

"Anakku sering memohon untuk membelikan baju baru. Namun aku menolaknya dengan
alasan pemborosan. Beberapa kali aku sempat ditegur oleh keluarga, namun aku tidak peduli.
Karena bagiku, ketujuh bayi ini membutuhkan segalanya ketimbang anak-anakku," ujar
Kerrie.
(Cyn/Igw)Latar

[1]

PEMBAHASAN

Pada dasarnya manusia tidak mampu hidup sendiri di dalam dunia ini baik sendiri
dalam konteks fisik maupun dalam konteks sosial budaya. Terutama dalam konteks sosial
budaya, manusia membutuhkan manusia lain untuk saling berkolaborasi dalam pemenuhan
kebutuhan fungsi-fungsi sosial satu dengan lainnya. Karena pada dasarnya suatu fungsi yang
dimiliki oleh manusia satu akan sangat berguna dan bermanfaat bagi manusia lainnya.
Sehingga fungsi-fungsi sosial yang diciptakan oleh manusia ditujukan untuk saling
berkolaborasi dengan sesama fungsi sosial manusia lainnya dengan kata lain, manusia
menjadi sangat bermartabat apabila bermanfaan bagi manusia lainnya. [2]
Setiap manusia memiliki kebutuhan masing-masing secara individual maupun
kelompok, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka perlu adanya perilaku
selaras yang bias diadaptasi oleh masing-masing manusia. Penyelarasan kebutuhan dan
penyesuaian kebutuhan individu, kelompok, dan kebutuhan sosial satu dan lainnya, menjadi
konsentrasi utama pemikiran manusia dalam masyarakatnya yang beradab. Sosiologi
berpendapat bahwa tindakan awal dalam penyelarasan fungsi-fungsi sosial danberbagai
kebutuhan manusia diawali oleh dan dengan melakukan interaksi sosial atautindakan
komunikasi satu dengan yang lainnya. Aktivitas interaksi sosial dan tindakan komunikasi itu
dilakukan baik secara verbal, nonverbal, mapun simbolis. Kebutuhan adanya sinergi
fungsional dan akselerasi positif dalam melakukan pemenuhan kebutuhan manusia satu dengan lainnya
ini kemudian melahirkan kebutuhan tentang adanya norma-norma dan nilai-nilai sosial yang
mampu

mengatur tindakan

manusia

dalam

memenuhi

berbagai

kebutuhannya,

sehingga tercipta keseimbangan social antara hak dan kewajiban dalam pemenuhan kebutuhan
manusia, terutama juga kondisi keseimbangan ituakan menciptakan tatanan sosial dalam
proses kehidupan masyarakat saat inidan di waktu yang akan datang.
Fokus interaksi sosial dalam masyarakat adalah komunikasi itu sendiri. Sebagaimana
dijelaskan oleh sosiologi bahwa komunikasi menjadi unsur terpenting dalam seluruh
kehidupan manusia. Dominasi perspektif ini dalam sosiologi yang begitu luas dan mendalam,
maka lahirlah kebutuhan untuk mengkaji kekhususan dalam studi-studi sosiologi yang
dinamakan Sosiologi Komunikasi, yaitu perspektif kajian sosiologi tentang aspek-aspek
khusus komunikasi dalam lingkungan individu, kelompok, masyarakat, budaya, dan dunia.
[3]
Dalam kasus Kerrie Williams (33) ini tidak terjadi keseimbangan social dalam
keluarga yang berdampak juga pada lingkungan disekitar. Kerrie Williams seorang ibu rumah

tangga yang lebih mengutamakan Reborn Babies (boneka)nya dibandingkan dengan kedua
anak kandungnya sendiri yaitu Karina (13) dan Jade (12). Sebagai seorang ibu Kerrie tidak
melakukan tugas dan tidak memfungsikan dirinya sebagaimana mestinya, yang secara
langsung mempengaruhi psikis dan terpenuhinya kebutuhan kedua anaknya. Kegilaannya
terhadap boneka ini membuat Kerrie menjadi apatis, teguran atau saran dari keluarga
besarnya pun tidak dihiraukan. Dalam hal ini sebenarnya tidak mengapa kita memenuhi
keinginan-keinginan yang membuat hati merasakan kebahagian, asalkan seimbang dan tidak
merugikan orang lain sehingga terciptanya keseimbangan social.
Komunikasi adalah transmisi dari satu orang ke satu orang, di mana pengirim atau
penerima spesifik. Komunikasi ini adalah bentuk transmisi yang paling klasik dalam sejarah
umat manusia. [4]
Dalam kasus Kerrie ini tidak terjadinya komunikasi yang baik yang menyebabkan
sikap acuh itu terjadi. Seorang ibu yang seharusnya mau mengerti dan memahami anaknya
tidak dilakukan Kerrie, karena kedudukan sang anak tergantikan dengan boneka yang
berharga jutaan. Miris dan sangat disayangkan.

PENUTUP

Dari pemberitaan tentang Kerrie Williams dapat disimpulkan bahwa kehidupan


manusia akan menjadi seimbang apabila terjadi keselarasan antara keseimbangan social dan
komunikasi yang baik, sehingga tidak aka nada yang dirugikan.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://id.she.yahoo.com/kerrie-williams,-acuhkan-anak-demi-043500099.html,
diunduh pada tanggal 26 Oktober 2014
2. https://www.scribd.com/doc/52079300/SEJARAH-SOSIOLOGI-KOMUNIKASI,
diunduh pada tanggal 26 Oktober 2014
3. Prof. Dr. Hj. Nina W. Syam, M.Si,. 2009. Sosiologi Komunikasi. Humaniora
4. Prof Dr HM Burhan Bungin S.Sos MSi. 2011. Sosiologi Komunikasi. Jakarta.
Penerbit Kencana Prenada Media Group

Anda mungkin juga menyukai