Anda di halaman 1dari 89

STRUKTUR KAYU

Peraturan yang dipakai:


SNI
Tata cara perencanaan konst.kayu
indonesia

RUANG LINGKUP
Tata cara ini meliputi persyaratan umum serta
syarat teknis perencanaan dan pelaksanaan
s.kayu untuk bangunan gedung atau struktur
bangunan lain yang mempunyai kesamaan
karakter dg struktur bangunan gedung.

KADAR AIR
Kandungan air yang terdapat dalam
kayu,biasanya dinyatakan dalam persen dari
berat kayu kering oven.
Kadar air kayu atau bahan berkayu dapat
dinyatakan berdasarkan berat kayu kering
oven atau berat kayu basah.

JENIS KAYU
1. Kayu keras(daun lebar)
Kelompok kayu yang berasal dari gol. Berbiji
tertutup(angiospermal)yg pada umumnya
berdaun lebar dg ciri2 kayu memiliki pori2 dan
pembuluh serta struktur anatomi yg kompleks.
2. Kayu lunak(daun jarum)
Kelompok kayu yg berasal dari gol.berbiji terbuka
(gimuospermal) yang pada umumnya berdaun
jarum dg ciri2 kayu terdiri dari trakeida
longitudinal dg struktur anatomi yg relatif lebih
sederhana.

STRUKTUR KAYU
Kayu gubal : bagian terluar dari kayu yg
berbatasan dg kulit dan merupakan bagian
batang yg masih hidup berisi zat makanan
cadangan biasanya berwarna terang.

PENAMPANG KAYU

MATA KAYU

CACAT KAYU
Mata kayu: salah satu cacat pada kayu
gergajian yang merupakan tempat
munculnya cabang atau ranting yg
berbentuk bulat atau lonjong.

PERSYARATAN-PERSYARATAN
dlm s.kayu hrs dipenuhi syarat-syarat
sbb:

Analisis struktur hrs dilakukan dg cara2


mekanika teknik yg baku.
Analisis dg komputer,hrs menunjukkan prinsip
cara kerja program dan hrs ditunjukkan dg
jelas data masukkan serta penjelasan data
keluaran.
Percobaan model diperbolehkan bila
diperlukan untuk analisis teoritis.

Analisis struktur hrs dilakukan dg model2 matematis yg


mensimulasikan keadaan struktur yg sesungguhnya dilihat dari segi
sifat bahan dan kekakuan unsur2nya.
Bila cara perhitungan menyimpang dari tata cara ini, mk hrs
mengikuti persyaratan sbb.
- Struktur yg dihasilkan dpt.dibuktikan dg perhitungan &atau
percobaan yg cukup aman.
- Tanggung jwb atas penyimpangan,dipikul oleh perencana yg
bersangkutan.
- Perhitungan&atau percobaan tsb diajukan kpd panitia yg ditunjuk
oleh pengawas lap,yg terdiri dari ahli2 yg diberi wewenang
menentukan segala keterangan &cara2tersebut.
- Penanggung jwb perhitungan: perencana bertanggung jwb thd hasil
perencanaan.

Nilai kuat acuan (Mpa) berdasarkan


atas pemilahan secara mekanis pada
kadar air 15%
Kode
mutu

Modulus
Elastisitas
lentur
(Ew)

Kuat
lentur Fb

Kuat tarik
// serat
Ft

Kuat
tekan //
serat Fc

Kuat
geser Fv

Kuat
tekan tgk
lurus
serat Fc+

E26

25000

66

60

46

6.6

24

E25

24000

62

58

45

6.5

23

E24

23000

59

56

45

6.4

22

E23

22000

56

53

43

6.2

21

E22

21000

54

50

41

6.1

20

E21

20000

56

47

40

5.9

19

E20

19000

47

44

39

5.8

18

E19

18000

44

42

37

5.6

17

E18

17000

42

39

35

5.4

16

E17

16000

38

36

34

5.4

15

E16

15000

35

33

33

5.2

14

KUAT ACUAN
berdasarkan pemilahan secara visual
Dasar: dilakukan berdasarkan atas pengukuran
berat jenis.
Kuat acuan untuk kayu berserat lurus tanpa
cacat.
1. Kerapatan pada kondisi basah (berat dan
volume diukur pada kondisi basah,ttp kadar
airnya <30%) dihitung dg mengikuti prosedur
baku.Gunakan satuan kg/munt

2. Kadar air , m%(m<30%),diukur dg prosedur


baku.
3. Hitung berat jenis pada m%(Gm)dg rumus:

Gm: -----------------------{1000(1+m/100)}

4. Hitung berat jenis dasar (Gb) dg rumus:


Gm
Gb= ----------------------(1+0,265 a Gm)
(30-m)
a= --------------30

5. Hitung berat jenis pada kadar air 15%(G15)dg


rumus:
Gb
G15= ---------------------(1-0,133 Gb)

6. Hitung estimasi kuat acuan dg rumus2 pada


tabel di bawah ini dg G=G15

Estimasi kuat acuan berdasarkan atas berat jenis pada kadar


air 15% untuk kayu berserat lurus tanpa cacat kayu.
Kuat Acuan
Rumus estimasi
---------------------------------------------------------------0,7
Modulus elastisitas lentur
16.000.G
Ew(Mpa)

Catatan: G adalah berat jenis kayu pada kadar air 15%


Nilai kuat acuan lainnya dapat diperoleh dari tabel di depan
dg berdasarkan nilai Ew(dr tabel di atas)

NILAI RASIO TAHANAN


Kelas
mutu
A
B
C

Nilai Rasio Tahanan


0,8
0,63
0,50

Untuk kayu dengan serat tdk lurus & atau


mempunyai cacat kayu,nilai modulus
elastisitas lentur acuan dari tabel di atas harus
direduksi dg mengalikan nilai rasio tahanan
dan tergantung pada mutu kayunya.

Cacat maksimum untuk setiap kelas


mutu kayu.
Macam cacat

*Mata kayu
-terletak di muka
lebar
-terletak di muka
sempit
*Retak
*Pingul
*Arah serat
*Saluran damar
*Gubal
*Lubang serangga

*Cacat lain

Kelas mutu A

Kelas mutu B

Kelas mutu C

1/6 lebar kayu

lebar kayu

lebar kayu

1/8 lebar kayu

1/6 lebar kayu

lebar kayu

1/5 tebal kayu


1/10 tebal/lebar
kayu
1:13
1/5 tebal kayu
Diperkenankan
Diperkenankan asal
terpencar&ukuran
dibatasi&tdk ada
tanda2 serangga
hidup
Tdk diperkenankan

tebal kayu
1/6 tebal/lebar
kayu
1:9
2/5 tebal kayu
Diperkenankan
Idem mutu A

tebal kayu
tebal/lebar kayu

Tdk diperkenankan

Tdk diperkenenkan

1:6
tebal kayu
diperkenankan
Idem mutu A

PERENCANAAN STRUKTUR
Meliputi untuk:
1. Kayu struktural
2. Glulam (kayu laminasi struktural)
3. Produk-produk panel
4. Tiang pancang
5. Dll.komponen struktur lainnya.

BEBAN DAN KOMBINASI


PEMBEBANAN
Beban nominal adalah beban yang ditentukan di
dalam:
1. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk
Rumah dan Gedung
2. SKBI-1.3.53.1987
3. SNI 03-1727-1989 Tata Cara Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung atau
penggantinya

BEBAN NOMINAL
1. D: beban mati yang diakibatkan oleh berat
konstruksi permanen,termasuk dinding,
lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan
peralatan layan tetap.
2. L: beban hidup yang ditimbulkan oleh
penggunaan gedung, termasuk pengaruh
kejut, ttetapi tidak termasuk beban
lingkungan seperti angin, hujan dll.

3. La: beban hidup di atap yang ditimbulkan selama


perawatan oleh pekerja, peralatan,& material,
atau selama penggunaan biasa oleh orang atau
benda bergerak.
4. H: beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan
oleh genangan air.
5. W: beban angin termasuk dengan
memperhitungkan bentuk aerodinamika
bangunan&peninjauan terhadap pengaruh angin,
topan&tornado, bila diperlukan.

6. E: beban gempa yang ditentukan menurut SNI


03-1726-1989 atau penggantinya.
KOMBINASI PEMBEBANAN
1,4 D
1,2 D+1,6 L+0,5(La atau H)
1,2 D+1,6 (La atau H)+(0,5L atau 0,8W)
1,2 D+ 1,3 W+ 0,5L+0,5(La atau H)
1,2 D 1,0 E+ 0,5 L
0,9 D (1,3W atau 1,0 E)

Keterangan
L: 1 untuk garasi parkir, daerah yang digunakan
untuk pertemuan umum& semua daerah dimana
beban hidup>5 Kpa.

Beban lainnya:
. Beban yang ditimbulkan oleh fluida(F):1,3F
. Beban yang ditimbulkan oleh tanah(S):1,6S
.Beban yang ditimbulkan oleh genangan air(P):1,2P
. Beban yang ditimbulkan oleh temperatur(T):1,2T

Beban yang berlawanan


Apabila pengaruh suatu beban saling
berlawanan di dalam komponen struktur atau
sambungannya, maka harus ditinjau gaya
aksial, geser, dan momen yang mungkin
berbalik arah.

DASAR PERENCANAAN
Perencanaan keadaan batas :
Beban Rencana < keadaan batas dari komponen
struktur dan sambungan
Analisis struktur:
Dengan methode analisis struktur elastis yang
memperhitungkan: keseimbangan,
stabilitas,kompatibilitas geometris&sifat material
jangka pendek maupun jangka panjang.

MODULUS ELASTISITAS LENTUR

Digunakan modulus elastisitas lentur rerata


terkoreksi: Ew
Ew: nilai rerata Ew.

TAHANAN RENCANA
Tahanan rencana= R
Ru R
Ru: beban terfaktor..(Mu,Vu dll)
R: tahanan terkoreksi
: faktor waktu (tergantung dari macam kombinasi
beban yang dipilih)
: faktor tahanan (tergantung dari jenis gaya)

Faktor Tahanan
()
JENIS

SIMBOL

NILAI

Tekan
Lentur
Stabilitas
Tarik
Geser/Puntir
Sambungan

c
b
s
t
v
z

0,90
0,85
0,85
0,80
0,75
0,65

FAKTOR WAKTU()
CATATAN: UNTUK SAMBUNGAN, = 1 JIKA L DARI KEJUT.

KOMBINASI PENBEBANAN

FAKTOR WAKTU ()

1,4 D

0,6

1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H)

0,7 jika L dari gudang


0,8 jika L dari ruangan umum
1,25 jika L dari kejut

1,2 D + 1,6 (La atau H) + (0,5 L atau 0,8 W) 0,8


1,2 D + 1,3 W + 0,5 L + 0,5 (La atau H)

1,0

1,2 D 1,0 E + 0,5 L

1,0

0,9 D (1,3 W atau 1,0 E)

1,0

LUAS
LUAS BRUTO (A)=
jumlah luas seluruh elemen penyusun komponen
srtuktur kayu tersebut, yang diukur tegak lurus
terhadap sumbu komponen struktur.
LUAS NETO(An)=
Luas bruto dikurangi dengan jumlah material kayu
yang hilang karena adanya lubang bor, baut,
paku, coakan, takik, dll.

TAHANAN TERKOREKSI
Menurut SNI Tata Cara Perencanaan Konstruksi
Kayu Indonesia.
R= R C C C ..Cn.
R= tahanan terkoreksi
R = tahanan acuan
Ci = faktor-faktor koreksi

FAKTOR-FAKTOR KOREKSI
1. Faktor koreksi untuk masa layan
2. Faktor koreksi untuk konfigurasi komponen
struktur
3. Faktor koreksi untuk kayu struktural dan kayu
laminasi struktural
4. Faktor koreksi tambahan untuk panel srtuktural
5. Faktor koreksi tambahan untuk tiang dan
pancang kayu
6. Faktor koreksi tambahan untuk sambungan
struktural

KOMPONEN STRUKTUR TARIK


Lingkup: gaya tarik konsentris,gaya tarik setempat
akibat pengaruh sambungan
Perencanaan komponen struktur:
Tu t T
Dengan:
Tu= gaya tarik terfaktor
= faktor waktu (lihat tabel)
t= faktor tahanan tarik sejajar serat
T = tahanan tarik terkoreksi

TAHANAN TARIK
Tahanan tarik terkoreksi komponen struktur
tarik konsentris, T ditentukan pada
penampang tarik kritis,
T= Ft An
Dengan:
Ft= kuat tarik sejajar serat terkoreksi
An= luas penampang neto

TAHANAN TARIK TERKOREKSI


T = tahanan tarik terkoreksi
T= Ft An
Ft = Cm Ct Cpt CF Crt Ft
Cm= faktor koreksi layan basah
Ct= faktor koreksi temperatur
Cpt= faktor koreksi pengawetan kayu
CF= faktor koreksi bentuk
Crt= faktor koreksi tahan api
Ft= kuat tarik acuan(dari tabel)

STRUKTUR TEKAN DAN TUMPU


Lingkup: komponen struktur yang mengalami gaya tekan
aksial dan gaya tekan tumpu.
Pu c P

Dengan:
P: gaya tekan terfaktor
: faktor waktu (lihat tabel)
c: 0,90 faktor tahanan tekan sejajar serat
P: tahanan tekan terkoreksi

TAHANAN TEKAN TERKOREKSI


P= Cp A Fc

Dengan:
P= tahanan tekan terkoreksi
Cp= faktor kestabilan kolom
A= penampang bruto
Fc= kuat tekan terkoreksi
Fc= C . . . . .Cn Fc
C , C = faktor koreksi(selain Cp)
Fc= kuat tekan acuan

FAKTOR KESTABILAN KOLOM


(Cp)
1 + c
1 + c
Cp= ------------ ------------(KeL)
(Ke L/r)
s Pe
c= --------------- c P

Tahanan tekuk kritis


E I
E A
Pe= --------------- = ----------------(Ke L)
(Ke L/r)
Dengan:
E= nilai modulus elastis lentur terkoreksi pada
persentil kelima(Mpa)
Pe= tahanan tekuk kritis (Euler) pada arah yang
ditinjau (N)

Tahanan tekan aksial


terkoreksi
P= tahanan tekan aksial terkoreksi // serat pada
kelangsingan kolom=0(N)
C= 0,8 unt batang masif
0,85 unt tiang&pancang bundar
0,9 unt glulam
c= faktor tahanan tekan(=0,9)
s= faktor tahanan stabilitas(=0,85)

PANJANG EFEKTIF & KELANGSINGAN


Nilai kelangsingan kolom=
Ke L/r 175
Dengan:
Ke= faktor panjang tekuk unt komponen struktur tekan
L= panjang kolom tak terkekang
r= jari-jari girasi

Panjang efektif kolom

PENGENALAN ALAT SAMBUNG


Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya
kekuatan sambungan pada konstruksi kayu:
1. Terjadinya pengurangan luas tampang.
2. Terjadinya penyimpangan arah serat, mis
terjadi pada buhulkekuatan sambungan
didasarkan pada kekuatan kayu yg tdk
//serat.

3. Terbatasnya luas sambungan.


Kayu memiliki kuat geser // serat yang kecil,
shg mudah pecah jika dipasang
berdekatan,mk hrs disyaratkan jarak minimal
spy tdk pecah.

CIRI-CIRI ALAT SAMBUNG YANG BAIK


1. Pengurangan luas kayu yang digunakan untuk
penempatan alat sambung relatif kecil atau
bahkan 0.
2. Memiliki nilai banding antara kuat dukung
sambungan dg kuat ultimit btg yang
disambung tinggi.
3. Menunjukkan perilaku pelelehan sebelum
mencapai keruntuhan(daktil).

4. Memiliki angka penyebaran panas yang


rendah.
5. Murah dan mudah digunakan.

JENIS-JENIS SAMBUNGAN
Dibedakan menjadi:
a. Sambungan satu irisan (menyambung 2
batang kayu)
b. Sambungan dua irisan (menyambung 3
batang kayu)
Atau:
Sambungan desak, tarik atau momen

ALAT SAMBUNG MEKANIK


1. Alat sambung lem.
2. Alat sambung paku, ada dua jenis paku yi,
paku bulat dan paku ulir, diameter berkisar
antara 2,75 mm sampai 8 mm, dan
panjangnya antara 40 mm sampai dengan
200 mm. Angka kelangsingan (perbandingan
antara panjang dg diameter paku) sangat
tinggi, shg mudah membengkok saat dipukul.

Keuntungan & kebaikan dari


sambungan paku
1.
2.
3.
4.
5.

Harga murah,
Konstruksi lebih kaku,
Tdk perlu tenaga ahli,
Pekerjaan dapat dikerjakan dg cepat,
Perlemahan kayu oleh paku-paku sangat
kecil.

ANALISIS SAMBUNGAN PAKU


Tebal kayu yang disambung antara 20 mm sampai
dg 40 mm.
Sambungan paku direncanakan dg persamaan:

Zu z Z
Dengan:
Zu= tahanan perlu sambungan
= faktor waktu ( unt tahanan tarik alat
pengencang=1)

z = faktor tahanan sambungan=0,65(sesuai


tabel)
Z = tahanan terkoreksi sambungan (diperoleh
dari hasil perkalian antara tahanan acuan
sambungan dg faktor-faktor koreksi)
(Z didapat dari tabel moda kelelehan tabel no
12.4.1)

TAHANAN LATERAL ACUAN


Tahanan lateral acuan dari suatu sambungan
yang menggunakan paku baja satu irisan yang
dibebani secara tegak lurus terhadap sumbu
alat pengencang dan dipasang tegak lurus
sumbu komponen struktur, diambil sbg nilai
terkecil dari nilai-nilai yang dihitung
menggunakan semua persamaan pada tabel di
bawah ini.

TABEL TAHANAN LATERAL ACUAN PAKU(Z) UNTUK SATU ALAT


PENGENCANG DG SATU IRISAN

CATATAN
Re = Fem/Fes
p = kedalaman penetrasi efektif batang alat
pengencang pada komponen pemegang (lihat
gambar)
KD = 2,2
untuk D 4,3 mm
= 0,38D+0,56 untuk 4,3 mm<D<6,4 mm
= 3,0
untuk D 6,4 mm
D = diameter paku

Fe = kuat tumpu kayu


1,84
= 114,45G
Mpa(G: berat jenis kering oven)
Fyb = kuat lentur paku

KUAT TUMPU KAYU


(Fe)

Berat
jenis

0,40

Fe
21,21
(Mpa)

0,45

0,50

0,55

0,60

0,65

0,70

26,35

31,98

38,11

44,73

51,83

59,40

KUAT LENTUR PAKU


(Fyb)
Diameter paku
(mm)

Kuat lentur paku (Fyb)


(N/mm)

D3,6

689

3,6<D4,7

620

4,7<D5,9

552

5,9<D7,1

483

7,1<D8,3

414

D>8,3

310

UKURAN PAKU
Nama paku

Diameter paku
(mm)

Panjang paku
(mm)

2BWG12

2,8

51

18

2,5BWG11

3,1

63

20

3BWG10

3,4

76

22

3,5BWG9

3,8

89

23

4BWG8

4,2

102

24

4,5BWG6

5,2

114

22

GEOMETRI SAMBUNGAN PAKU

a.Spasi dalam satu baris (a)


* 10D bila digunakan pelat sisi dari kayu
* minimal 7D untuk pelat sisi dari baja
b.Spasi antar baris (b)
spasi minimum antar baris adalah 5D
c.Jarak ujung (c)
*untuk beban tarik lateral:
15D untuk pelat sisi dari kayu
10D untuk pelat sisi dari baja

*Untuk beban tekan lateral:


10D untuk pelat sisi dari kayu
5D untuk pelat sisi dari baja
d. Jarak tepi (d)
5D pada tepi yang tidak dibebani
10D pada tepi yang dibebani

FAKTOR KOREKSI SAMBUNGAN PAKU


1. Kedalaman penetrasi (Cd),
ditentukan oleh nilai p(kedalaman),
untuk p 6D Cd=0
unt 6D p 12D Cd = p/12D
unt p 12D Cd = 1,0
2. Serat ujung:
untuk alat pengencang yang ditanam pada
serat ujung kayu,Ceg = 0,67.

3. Sambungan paku miring,


Faktor paku miring Ctn = 0,83

4. Sambungan diafragma,
faktor koreksi ini hanya berlaku unt
sambungan rangka kayu unt plywood , nilai 1

Kedalaman penetrasi:

Serat ujung

SAMBUNGAN BAUT
Alat sambung baut difungsikan untuk
mendukung beban tegak lurus sumbu
panjangnya.
Kekuatan samb baut ditentukan oleh:
1. Kuat tumpu kayu
2. Tegangan lentur baut
3. Angka kelangsingan (nilai banding antara
panjang baut pada kayu utama dg diameter
baut)

Distribusi tegangan tumpu kayu pada


sambungan baut

TAHANAN LATERAL
Tahanan lateral baut dihhitung dg persamaan:
Zu = z Z
Dengan:
Zu= tahanan perlu sambungan
= faktor waktu sesuai tabel
z = faktor tahanan sambungan=0,65
Z = tahanan terkoreksi sambungan, diperoleh dari hasil
perkalian antara tahanan acuan sambungan dg faktor2
koreksi

Tahanan lateral acuan

lanjutan

b.Tampang dua

Kuat tumpu kayu


Fem= kuat tumpu kayu utama (Mpa)
Fes= kuat tumpu kayu samping (Mpa)
a. Sejajar arah serat=
Fe//=77,25 G
b. Tegak lurus serat=
1,45 -0,5
Fe tgk lurus=212G
D
c. Untuk sudut thd serat(Fe)
Fe//Fe tgk lurus
Fe= --------------------------------------Fe// sin + Fe tgk lurus cos

Kuat tumpu kayu

Kuat lentur baut


Menurut National Design Specification(NDS)unt
konst.kayu, definisi kuat lentur baut(Fyb)
adalah:
Nilai rerata antara tegangan leleh dan tegangan
tarik ultimit pada pengujian tarik baut, pada
umumnya kuat lentur baut sebesar 320 Mpa.

Geometri sambungan baut

lanjutan

catatan
1. Im adalah panjang pasak pada komponen utama pada
suatu sambungan atau panjang total pasak pada
komponen sekunder pada suatu sambungan.
2. Diperlukan spasi yang lebih besar unt sambungan
yang menggunakan ring.
3. Unt alat pengencang sejenis pasak, spasi tegak lurus
arah serat antar alat-alat pengencang terluar pada
suatu sambungan tdk boleh >127 mm, kecuali bila
digunakan pelat penyambung khusus atau bila ada
ketentuan mengenai perubahan dimensi kayu.

Gambar geometri sambungan baut

FAKTOR KOREKSI
PADA BAUT
1. FAKTOR AKSI KELOMPOK (Cg)
alasan: untuk memperhitungkan
ketakseragaman gaya yang bekerja pada
baut, krn masing-masing baut mendukung
beban lateral yang tidak sama,karena:
a. Jarak antar alat sambung baut yang kurang
panjang shg menyebabkan kuat tumpu kayu
tidak terjadi secara maksimal.
b. Distribusi gaya tidak merata.

Persamaan nilai faktor aksi kelompok


(Cg)

lanjutan

Menghitung jumlah baris alat


pengencang dlm 1 samb.
1. Bila a b
maka baris-baris yang berdekatan dianggap sebagai satu baris dg
jml baut sama dg jml baut pada kedua baris tersebut.
# untuk kelompok baut yg jml barisnya genap:
prinsip ini digunakan unt setiap pasang baris.
# untuk kelompok baut yg jml barisnya gasal:
digunakan kombinasi pasangan-pasangan baris yang
menghasilkan nilai terkecil.
2. Bila a> b
maka jumlah baut pada setiap baris adalah jumlah baut pada
baris tersebut.

Gambar faktor aksi kelompok samb


baut

Tabel Nilai Faktor Aksi Kelompok


(Cg)

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Cg:


1. Kemiringan kurva beban & sesaran baut (slip
modulus)
2. Jumlah baut
3. Spasi alat sambung dalam satu baris
4. Plastis deformasi
5. Perilaku rangkak.

2.FAKTOR KOREKSI GEOMETRIS


(C)
Adalah nilai terkecil dari faktor-faktor geometri
yang dipersyaratkan untuk jarak ujung atau
spasi dalam baris baut.
a. Jarak ujung(a)
aa optimum maka C=1
a optimum/2a<a optimum maka
C=a/a optimum

b. Spasi dalam baris alat pengencang(s)


Adalah:
jika ss optimum maka C=1
jika 3Ds<s optimum maka C=s/s optimum.

Anda mungkin juga menyukai