15. Dalam upaya pengembangan Industri Agro, Pemerintah memberikan perhatian beberapa isu
strategis, antara lain kesiapan industri makanan & minuman menghadapi AEC 2015,
revitalisasi industri gula, dan jaminan legalitas bahan baku industri kayu olahan. Untuk
menjaga kualitas produk dan daya saing dengan produk luar, industri makanan & minuman
harus menggunakan bahan baku yang berkualitas dan sesuai standar higienis. Untuk
revitalisasi industri gula, perlu ada peningkatan kapasitas dan efisiensi pabrik gula. Untuk
menjamin legalitas bahan baku industri kayu olahan, Pemerintah mewajibkan sektor industri
menggunakan kayu yang telah memenuhi syarat Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK).
16. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) diarahkan untuk mewujudkan
penyebaran dan pemerataan industri ke luar Pulau Jawa serta memperkokoh perekonomian
masyarakat. Progam pengembangan IKM antara lain melalui pengembangan OVOP, klaster
IKM, industri kreatif IKM, kewirausahaan, restrukturisasi mesin/peralatan IKM, fasilitasi
layanan IKM, serta promosi dan pameran IKM. Dengan adanya UU No. 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian dan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, Kementerian Perindustrian memiliki
peluang yang lebih besar untuk pengembangan IKM di daerah pedesaan.
17. Arah pembangunan RPJMN ke-3 (2015-2019) adalah Memantapkan pembangunan secara
menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif
perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia
(SDM) berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi (IPTEK) yang terus meningkat. Arah
kebijakan pembangunan industri dalam RPJMN 2015-2019 adalah Akselerasi Pertumbuhan
Industri, dengan fokus pada: pengembangan perwilayahan industri, penumbuhan populasi
dan pemerataan persebaran industri, serta peningkatan daya saing dan produktivitas industri.
18. Pokok-pokok kebijakan fiskal tahun 2014 antara lain: Pengendalian defisit anggaran yang
lebih sehat, Peningkatan sumber-sumber pendapatan negara, baik penerimaan pajak maupun
PNBP, Peningkatan efektivitas dan kualitas belanja negara terutama pengendalian subsidi
energi serta efisiensi dan efektifitas belanja K/L. Sedangkan kebijakan anggaran belanja
pemerintah pusat diarahkan untuk meningkatkan kinerja K/L melalui langkah-langkah:
Melanjutkan pelaksanaan reformasi birokrasi, Perbaikan perencanaan anggaran di masingmasing K/L, serta Peningkatan efisiensi dan efektivitas belanja operasional K/L (perjalanan
dinas, kegiatan seminar, konsinyering).
19. Arahan yang harus ditindaklanjuti dalam pelaksanaan anggaran K/L tahun 2014 antara lain:
(a) Perubahan rincian anggaran yang telah ditetapkan berdasarkan APBN TA 2014 dan
disahkan dalam DIPA TA 2014 mengacu kepada PMK Nomor 7/PMK.02/2014 tentang Tata
Cara Revisi Anggaran TA 2014, (b) Penyelesaian dana Optimalisasi APBN 2014 yang masih
memerlukan proses lebih lanjut, (c) Deviasi Disbursement Plan Belanja K/L dan realisasinya,
perlu dimonitor target capaiannya.
20. Untuk menjaga agar pelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Kementerian
Perindustrian berjalan secara akuntabel dan transparan, Inspektorat Jenderal melaksanakan
beberapa Monitoring dan Evaluasi (Monev) yang hasilnya perlu ditindaklanjuti oleh unit
terkait, antara lain: (a) Monev efektivitas penerapan SNI, yaitu masih kurangnya pengawasan
terhadap SNI; (b) Monev pelaksanaan RICE dan IBC, yaitu dibutuhkan sinergi antara lembaga
pendidikan, industri dan badan pemerintah yang lebih erat; (c) Monev Program P3DN, yaitu
kewajiban penggunaan produk dalam negeri belum dijadikan prioritas oleh pelaksana
3
Kementerian Perindustrian