Nama
: Ny. A
Umur
: 39 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
Pendidikan
: SLTA
Tanggal masuk
: 17 Mei 2010
Tanggal periksa
: 19 Mei 2010
: Sesak nafas.
B. Keluhan tambahan
: kaki bengkak.
lantai dengan ukuran sekitar 20x15m pun Os tidak sanggup, Os merasa badannya
lemah dan bila dipaksakan timbul sesak, mual.
Sejak 2 bulan yang lalu pasien mengeluh perutnya terasa membesar
seolah-olah banyak air dalam perutnya dan sejak saat itu juga pasien merasa
sering cepat lelah, dan dada sering berdebar debar, selain itu pasien mudah merasa
kenyang, dan pasien merasa sesak nafas. Perut bagian kanan terasa nyeri bila
tersentuh. BAK berwarna cokelat seperti air teh.
Penderita juga mengeluh kalau kedua tungkai kakinya membengkak sejak
1 minggu sebelum masuk RSMS. Hal ini bukan pertama kali dialami oleh
penderita, bengkak seperti ini sudah mulai dirasakan sejak 6 bulan lalu.
Saat usia 5 tahun Os pernah menderita sakit pada seluruh sendi-sendi
tubuhnya yang dirasakan berpindah-pindah. Nyeri dirasakan amat sangat bahkan
sampai tidak mampu berdiri. Pada saat itu Os juga merasa jantungnya berdebardebar. Sebelum keluhan ini timbul Os mengaku 1 minggu sebelumnya Os
mengalami sakit tenggorokan disertai nyeri menelan dan demam. Timbul bercakbercak merah yang tidak gatal di tubuh disangkal, timbul benjolan keras dibawah
kulit dan tidak nyeri disangkal. Keluhan seperti ini baru pertama kali dirasakan.
Os lalu dibawa berobat ke dokter disekitar rumahnya, pada saat itu Os didiagnosa
oleh dokter sakit demam rematik. Os diberi obat dan disuruh kontrol kembali bila
obat habis, tetapi setelah obat habis Os tidak control-kontrol lagi.
D. Riwayat penyakit dahulu
-
berbaring,
Kesadaran
1.
: Compos Mentis
Vital Sign
T : 100/60 mmHg
N : 70 x/menit irregular
R : 28 x/menit
t : 36,5C
Berat badan
: 46 kg
Tinggi badan
: 154 cm
IMT
: 19,4
: Mesochepal, simetris, tumor (-), tanda radang (-), bekas luka (-)
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Pemeriksaan leher
Inspeksi
Palpasi
2. Pemeriksaan thorak
Paru-paru :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Suara tambahan : Ronkhi basah minimal di kedua basal paru. Wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi
: ictus terlihat
Palpasi
Perkusi
Kanan atas
Kiri bawah
3. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Hepar
Lien
4. Pemeriksaan Ekstremitas
Superior
(-/-), akral
dingin (-/-)
Inferior
RP (-/-), akral
LABORATORIUM
Hb
Ht
leukosit
trombosit
Prot.total
Albumin
Globulin
Ureum
Kreatinin
SGOT
SGPT
Natrium
Kalium
Clorida
Bil. Tot
Bil. Direct
Bil. indirect
HBsAG
GDS
17/05/2010
12,9
42
8400
157.000
18/05/2010
8,6
3,3
5,3
35
1,3
38
12
141
3,2
104
7,35
3,79
3,56
negatif
108
C. Echocardiograpi
Kesan :
- MS Severe (MVA 0,66 cm2)
- MR(+) moderate
- PH severe
- trombus (-)
- TR (+), PR (+), AR (+)
20/05/2010
13,5
42
6500
142.000
7,3
3,7
3,6
6.93
2.49
4,44
Nilai normal
12-16 g/dl
38-46%
5rb-10rb
150rb-400rb
6,6-8,8 g/dl
3,5-5,2 g/dl
2,6-3,4 g/dl
17-43 mg/dl
0,6-1 mg/dl
<31
<31
134-146
3,5-4,5
96-108
0,1-1,2 mg/dl
<0,2 mg/dl
<0,9
negatif
80-125mg%
D. EKG
- AF rapid respons
- RAD
VII. KESIMPULAN
A.
Anamnesis
Dypsneu de effort
Orthopneu
Asites
Edema tungkai
Keringat dingin
B.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital Sign
Respirasi
: takipneu (28x/mnt)
Leher :
JVP
gagal jantung
kongestif
Cor :
Inspeksi
: ictus terlihat
Palpasi
Perkusi
Kanan atas
Kiri bawah
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Hepar
Lien
Ekstremitas
Inferior
IX. TERAPI
A.
Non Farmakologis
B.
Farmakologis
Oksigen
2-3 L/menit
Infus D5%
10 tts/mnt
Aldactone
1x100 mg
Digoksin
1 x 1tab
Simarc
1x1
Ranitidine
2x1 tab
Antacid
3x 1C
Lasix
2x1 amp
C. Edukatif
-
Kontrol rutin
X. PROGNOSIS
Dubia
ANALISA KASUS
Definisi gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak lagi mampu
memompa darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh,
walaupun darah balik masih normal (Buku Ajar Kardiologi FKUI).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan dimana terjadi gagal jantung kiri
dan jantung kanan disaat yang bersamaan. (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam)
e.
f.
h.
i.
j.
KRITERIA MINOR
kapasitas vital 1/3 maksimum
suatu diagnosis yang pasti dari CHF memerlukan 2 kriteria mayor, atau 1
kriteria mayor + 2 minor yang terjadi bersamaan.
Pembahasan Anamnesa :
1. PND
10
Patogenesis PND :
a) pada posisi berbaring terjadi resorpsi cairan interstitial pada tempat bagian
bawah ekstremitas.
b) venous return meningkat pada LV failure, menyebabkan tekanan kapiler paru
meningkat dan menyebabkan terjadinya udema alveoli sehingga proses pertukaran
udara terganggu.
c) menurunnya pengaruh adrenergic / tonus simpatis terhadap fungsi ventrikel
selama tidur.
d) depresi pusat napas selama tidur juga memegang peranan
Selain gejala diatas, dapat pula penderita merasa berkeringat dingin, batuk-batuk,
pucat dan tekanan darah menurun.
2. Ortopnea
Pembahasan :
Sesak napas yang terjadi pada saat berbaring dapat dikurangi dengan sikap
duduk atau berdiri. Hal ini disebabkan pada saat berdiri terjadi penimbunan cairan
di kaki dan perut. Pada waktu berbaring maka cairan ini kembali ke pembuluh
darah dan menambah darah balik, sehingga terjadi sesak.
11
Kanan bawah
Kiri atas
Kiri bawah
kesan : kardiomegali
AF rapid respons
RAD
12
- PH severe
- trombus (-)
- TR (+), PR (+), AR (+)
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan :
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Hepar
II)
Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas
sehari-hari tanpa keluhan.
III)
IV)
Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan harus
tirah baring.
Pada pasien ini masuk fungsional kelas III karena tidak mampu melakukan
aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
13
Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal. Pada beberapa keadaan
sangat sulit untuk menentukan penyebab dari gagal jantung. Terutama pada
keadaan yang terjadi bersamaan pada penderita. Salah satunya adalah kelainan
pada katup jantung. Kelaianan katup jantung mitral stenosis pada penderita ini
kemungkinan yang mendasari terjadinya CHF, dimana mitral stenosis ini banyak
disebabkan akibat penyakit sakit jantung reumatik dimasa lampau. Pada anamnesa
didapat kemungkinan penderita pernah mengalami penyakit jantung reumatik
dimasa dia kecil.
Pembahasan terapi :
1.
3.
14
Digoksin 1 x 1tab
Merupakan prototipe glikosida jantung yang berasal dari Digitalis lanata.
Mekanisme Digoksin melalui 2 cara yaitu efek langsung dan efek tidak langsung.
Efek langsung yaitu meningkatkan kekuatan kontraki otot jantung (efek inotropik
positif). Hal ini terjadi berdasarkan penghambatan enzim Na+,K+ -ATPase dan
peningkatan arus masuk ion kalsium ke inta sel. Efek tidak langsung yaitu
pengaruh digoksin terhadap aktivitas saraf otonom dan sensitivitas jantung
terhadap neorotransmiter.
5. Simarc 1x1 (Na warfarin)
Digunakan untuk mencegah trombosis vena
6. Ranitidine 2x1 tab
ranitidine menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversible. Reseptor
H2 akan merangsang sekresi cairan lambung sehingga pada pemberian ranitidine
sekresi cairan lambung dihambat.
7. Antacid
3x 1C
15
dalam darah sebelum disaring menjadi cairan urin dan dieliminasi dari tubuh.
Furosemide bekerja dengan menghambat penyerapan natrium, klorida, dan air
dari cairan yang disaring dalam tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan besar
dalam output urin (diuresis)Awal tindakan oral setelah berada dalam satu jam, dan
diuresis yang berlangsung sekitar 6-8 jam. Terjadinya tindakan injeksi setelah
lima menit dan durasi diuresis adalah dua jam. Efek diuretik dari furosemid dapat
menyebabkan deplesi natrium, klorida, air dan mineral tubuh lainnya Oleh karena
itu, pengawasan medis berhati-hati diperlukan selama perawatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure)
Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) adalah
kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang
kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh.
Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh:
1. penyakit-penyakit yang melemahkan otot-otot jantung,
2. penyakit-penyakit yang menyebabkan kekakuan otot-otot jantung, atau
3. penyakit-penyakit yang meningkatkan permintaan oksigen oleh jaringan tubuh
diluar kemampuan jantung untuk memberikannya.
16
17
yang berkurang ini dapat menyebabkan tubuh menahan lebih banyak cairan. Paruparu mungkin menjadi padat dengan cairan (pulmonary edema) dan kemampuan
seseorang untuk berolahraga berkurang. Cairan mungkin juga berakumulasi dalam
hati, dengan demikian mengganggu kemampuannya untuk menghilangkan racunracun dari tubuh dan menghasilkan protein-protein penting. Usus-usus mungkin
menjadi kurang efisien dalam menyerap nutrisi-nutrisi dan obat-obat. Melalui
waktu, tidak dirawat, gagal jantung kongestif yang memburuk akan hampir
mempengaruhi setiap organ dalam tubuh.
Penyebab Gagal Jantung Kongestif
Banyak proses-proses penyakit dapat mengganggu efisiensi memompa dari
jantung untuk menyebabkan gagal jantung kongestif. Di Amerika, penyebabpenyebab yang paling umum dari gagal jantung kongestif adalah:
18
Gejala-gejala dari gagal jantung kongestif bervariasi diantara individualindividual menurut sistim-sistim organ tertentu yang terlibat dan tergantung pada
derajat kepadanya seluruh tubuh telah "mengkompensasi" untuk kelemahan otot
jantung.
kelelahan adalah indikator yang sensitif dari kemungkinan gagal jantung kongestif
yang mendasarinya, ia adalah jelas gejala yang tidak spesifik yang mungkin
disebabkan oleh banyak kondisi-kondisi lain. Kemampuan seseorang untuk
berolahraga mungkin juga berkurang. Pasien-pasien mungkin bahkan tidak
merasakan pengurangan ini dan mereka mungkin tanpa sadar mengurangi
aktivitas-aktivitas mereka untuk mengakomodasikan keterbatasan ini.
Ketika tubuh menjadi terlalu terbebani dengan cairan dari gagal jantung
kongestif, pembengkakan (edema) dari pergelangan-pergelangan kaki dan kakikaki atau perut mungkin tercatat.
Beberapa mungkin tidak mampu untuk tidur kecuali duduk tegak lurus.
19
20
umur dan jenis kelamin namun secara khas meningkat dari gagal jantung dan
dapat membantu dalam diagnosis, dan dapat bermanfaat dalam mengikuti respon
pada perawatan dari gagal jantung kongestif.
Pilihan dari tes-tes tergantung pada setiap kasus pasien dan didasarkan
pada diagnosa-diagnosa yang dicurigai.
Perawatan Gagal Jantung Kongestif
Tergantung pada penyakit yang mendasarinya dari gagal jantung kongestif,
faktor-faktor yang berpotensi dapat dibalikan harus diselidiki. Contohnya, pada
pasien-pasien tertentu yang gagal jantung kongestifnya disebabkan oleh aliran
darah yang tidak cukup ke otot jantung, restorasi (pemulihan) dari aliran darah
melalui operasi arteri koroner atau prosedur-prosedur kateter (angioplasty,
intracoronary stenting) mungkin dipertimbangkan. Gagal jantung kongestif yang
disebabkan oleh penyakit yang parah dari klep-klep mungkin dikurangi pada
pasien-pasien yang tepat dengan operasi klep. Jika gagal jantung kongestif
disebabkan oleh hipertensi yang kronis dan tidak terkontrol, kontrol tekanan darah
yang agresif akan seringkali memperbaiki kondisi. Demikian juga, kelemahan otot
jantung yang disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol yang parah dan
berkepanjangan dapat menjadi baik secara signifikan dengan penghentian
meminum. Gagal jantung kongestif yang disebabkan oleh keadaan-keadaan
penyakit lain mungkin dengan cara yang sama sebagian atau seluruhnya dapat
dibalikan dengan tindakan-tindakan yang tepat.
Obat-Obat
Sampai akhir-akhir ini, pilihan dari obat-obat yang tersedia untuk
perawatan gagal jantung kongestif terbatasnya membuat frustrasi dan terfokus
terutama pada mengontrol gejala-gejala. Obat-obat sekarang telah dikembangkan
yang melakukan kedua-duanya yaitu memperbaiki gejala-gejala, dan yang
penting, memperpanjang kelangsungan hidup.
Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitors
21
elektrolit,
Jika digunakan secara hati-hati dengan pengamatan yang tepat, bagaimanapun,
mayoritas dari pasien-pasien gagal jantung kongestif mentolerir obat-obat ini
tanpa persoalan-persoalan yang signifikan. Contoh-contoh dari ACE inhibitors
termasuk:
captopril (Capoten),
enalapril (Vasotec),
ramipril (Altace).
Untuk pasien-pasien yang tidak mampu untuk mentolerir ACE inhibitors,
22
II pada tempat reseptornya secara langsung. Studi awal yang kecil dari salah satu
dari agen-agen ini menyarankan manfaat kelangsungan hidup yang lebih besar
pada pasien-pasie gagal jantung kongestif yang lebih tua dibandingkan dengan
ACE inhibitor. Bagaimanapun, studi follow-up yang lebih besar gagal untuk
menunjukan keunggulan dari ARBs atas ACE inhibitors. Studi-studi lebih jauh
sedang dalam perjalanan untuk menyelidiki penggunaan dari agen-agen ini pada
gagal jantung kongestif kedua-duanya yaitu sendirian dan dalam kombinasi
dengan ACE inhibitors.
Efek-efek sampingan yang mungkin dari obat-obat ini adalah serupa pada
yang berhubungan dengan ACE inhibitors, meskipun batuk keringnya jauh kurang
umum. Contoh-contoh dari kelompok obat-obat ini termasuk:
losartan (Cozaar),
candesartan (Atacand),
telmisartan (Micardis),
irbesartan (Avapro).
Beta-blockers
Hormon-hormon
tertentu,
seperti
epinephrine
(adrenaline),
norepinephrine, dan hormon-hormon serupa lain, bekerja pada reseptor beta dari
beragam jaringan-jaringan tubuh dan menghasilkan efek stimulasi. Efek dari
hormon-hormon ini atas reseptor-reseptor beta dari jantung adalah kontraksi yang
lebih kuat dari otot jantung. Beta-blockers adalah agen-agen yang menghalangi
aksi dari hormon-hormon yang menstimulasi ini atas reseptor-reseptor beta dari
jaringan-jaringan tubuh. Karena diasumsikan bahwa menghalangi reseptorreseptor beta lebih jauh menekan fungsi dari jantung, beta-blockers secara tradisi
telah tidak digunakan pada pasien-pasien dengan gagal jantung kongestif. Pada
gagal jantung kongestif, bagaimanapun, efek stimulasi dari hormon-hormon ini,
sementara awalnya bemanfaat dalam memelihara fungsi jantung, tampaknya
mempunyai efek-efek yang merugikan pada otot jantung dari waktu ke waktu.
23
penahanan cairan,
24
mual,
muntah,
kelainan-kelainan elektrolit.
Efek-efek sampingan ini, bagaimanapun, umumnya adalah akibat dari tingkattingkat racun dalam mdarah dan dapat dimonitor oleh tes-tes darah. Dosis dari
digoxin mungkin juga perlu di sesuaikan pada pasien-pasien dengan gangguan
ginjal yang signifikan.
Diuretics
Diuretics adalah seringkali komponen yang penting dari perawatan gagal
jantung kongestif untuk mencegah atau mengurangi gejala-gejala dari penahanan
cairan. Obat-obat ini membantu menahan pembetukan cairan dalam paru-paru dan
jaringan-jaringan lain dengan memajukan aliran dari cairan melalui ginjal-ginjal.
Meskipun mereka efektif dalam membebaskan gejala-gejala seperti sesak napas
dan pembengkakan kaki, mereka telah tidak ditunjukan berdampak secara positif
pada kelangsungan hidup jangka panjang.
Meskipun demikian, diuretics tetap kunci dalam mencegah perburukan dari
kondisi pasien dengan demikian keperluan opname rumah sakit. Ketika opname
rumah sakit diperlukan, diuretics seringkali dimasukan secara intravena karena
kemampuan untuk menyerap diuretics oral mungkin terganggu, ketika gagal
jantung kongestifnya parah. Efek-efek sampingan yang potensial dari diuretics
termasuk:
dehidrasi,
kelainan-kelainan elektrolit,
25
furosemide (Lasix),
hydrochlorothiazide (Hydrodiuril),
bumetanide (Bumex),
torsemide (Demadex),
metolazone (Zaroxolyn).
Satu diuretic tertentu telah ditunjukan secara mengejutkan mempunyai
26
Transplantasi Jantung
Pada beberapa kasus-kasus, meskipun dengan penggunaan terapi-terapi
yang optimal seperti digambarkan diatas, kondisi pasien terus menerus memburuk
yang disebabkan oleh gagal jantung yang progresif. Pada pasien-pasien yang
terpilih, transplantasi jantung adalah opsi (pilihan) perawatan yang sehat. Caloncalon untuk transplantasi jantung umumnya berumur dibawah 70 tahun dan tidak
mempunyai penyakit-penyakit yang parah atau yang tidak dapat dibalikan yang
mempengaruhi organ-organ lain. Sebagai tambahan, transplantasi dilakukan hanya
ketika jelas bahwa prognosis pasien adalah buruk dengan perawatan medis yang
berkelanjutan dari kondisi jantung. Pasien-pasien transplantasi memerlukan
follow-up medis yang ketat sembari meminum obat-obat yang diperlukan yang
menekan sistim imun, dan karena risiko penolakan dari jantung yang
ditransplantasikan. Mereka harus bahkan dimonitor untuk kemungkinan
perkembangan dari penyakit arteri koroner dalam jantung yang ditransplantasikan.
Meskipun ada ribuan pasien-pasien di daftar tunggu untuk transplantasi
jantung pada saat mana saja, jumlah operasi-operasi yang dilakukan setiap tahun
adalah terbatas oleh jumlah dari organ-organ donor yang tersedia. Untuk sebabsebab ini, transplantasi jantung adalah realistik pada hanya subset yang kecil dari
jumlah-jumlah pasien yang besar dengan gagal jantung kongestif.
Terapi-Terapi Mekanik Lain
Karena keterbatasan-keterbatasan yang berhubungan dengan transplantasi
jantung, banyak perhatian baru-baru ini telah diarahkan menuju ke perkembangan
dari alat-alat yang dibantu mekanik yang didisain untuk mengambil sebagian atau
seluruh fungsi memompa jantung. Ada beberapa alat-alat yang tersedia untuk
penggunaan klinik dan lebih banyak lagi sedang dikembangkan secara aktif.
Contohnya, sekarang ada alat-alat bantu ventricle (bilik) kiri yang disetujui untuk
27
implant-implant
(penanaman)
menyatu
yang
permanen
sedang
berlangsung. Pembatasan utama sekarang ini dari alat-alat ini adalah risiko
infeksi, terutama di tempat dimana alat keluar dari tubuh melalui kulit untuk
berkomunikasi dengan sumber kekuatan eksternalnya.
Modalitas (cara sesuatu dilakukan) yang kurang invasif, yang dapat
ditempatkan tanpa operasi, adalah pemacu jantung biventricular. Alat ini telah
membuktikan berharga pada tipe-tipe pasien yang tepat dengan gagal jantung dan
gangguan ventricles dengan memperbaiki sinkroni dari kontraksi.
Harapan Jangka Panjang Untuk Pasien-Pasien Dengan Gagal Jantung
Kongestif
Gagal jantung kongestif umumnya adalah penyakit yang progresif dengan
periode-periode dari stabilitas yang diberi tanda baca oleh perburukan-perburukan
klinis secara episodik (kadang-kadang). Perjalanan penyakit pada pasien mana
saja, bagaimanapun, adalah bervariasi dengan ekstrem. Faktor-faktor yang terlibat
dalam menentukan harapan jangka panjang (prognosis) untuk pasien yang
diberikan termasuk:
derajat yang padanya sistim-sistim organ lain terlibat dan keparahan dari
28
signifikan bukannya tidak biasa diamati, bahkan ke titik dimana fungsi jantung
menjadi normal.
Hal yang penting pada gagal jantung kongestif adalah risiko gangguangangguan irama jantung (arrhythmias). Dari kematian-kematian yang terjadi pada
pasien-pasien dengan gagal jantung kongestif, kira-kira 50% berhubungan dengan
gagal jantung yang profresif. Penting, setengahnya diperkirakan berhubungan
dengan aritmia-aritmia yang serius. Kemajuan utama adalah penemuan bahwa
penempatan yang bukan operasi dari cardioverter/defibrillators automatik yang
dapat ditanamkan atau automatic implantable cardioverter/defibrillators (AICD)
pada pasien-pasien dengan gagal jantung kongestif yang parah (ditentukan oleh
fraksi ejeksi atau ejection fraction dibawah 30%-35%) dapat secara signifikan
memperbaiki kelangsungan hidup, dan telah menjadi standar dari perawatan pada
kebanyakan pasien-pasien seperti ini.
29
medis, dapat memelihara gaya-gaya hidup yang aktif dan penuh arti. Batasan dari
opsi-opsi perawatan telah diperkuat secara signifikan oleh obat-obat seperti ACE
inhibitors dan beta-blockers. Di masa depan, kita pasti akan melihat tambahan dari
lebih banyak dan sama kuatnya intervensi-intervensi.
MITRAL STENOSIS
Sebagai negara berkembang dengan higiene yang belum baik, Indonesia
memiliki angka kekerapan penyakit infeksi yang relatif tinggi. Berdasarkan
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1975, 1981, 1986, 1995, hingga
2001, penyakit infeksi selalu menempati urutan pertama, disusul oleh penyakit
kardiovaskular dan keganasan sebagai pembunuh masyarakat. Saluran pernapasan
merupakan lahan utama terjadinya infeksi mengingat sangat banyaknya partikel
asing yang masuk melalui daerah tersebut. Kuman paling sering ialah Coryzavirus
yang menyebabkan common cold atau selesma, sedangkan bakteri yang tersering
ialah Streptococcus sp. yang menyebabkan faringitis.
Sebagian penyebab infeksi bakteri saluran pernapasan ialah Streptococcus
beta hemolyticus yang 0.3% nya akan berpotensi menjadi demam rheuma pada
anak. Salah satu tanda mayor (berdasarkan kriteria Jones) demam rheuma ialah
30
31
32
disebabkan oleh aorta asenden, merupakan garis lurus mengarah ke atas menuju
ke arkus aorta. Batas vena kava dengan aorta asenden sukar ditetapkan tanpa
aortogram. Tonjolan III : kadang-kadang ada tonjolan kecil yang disebabkan oleh
vena azygos. Tonjolan IV : tonjolan besar adalah atrium kanan.
Edema paru
MS murni terdapat pada kurang lebih 40% dari semua penderita penyakit jantung
reumatik. Terdapat periode laten antara 10-20 tahun, atau lebih, setelah suatu
episode penyakit jantung rematik; dengan demikian tidak akan terjadi onset dari
gejala MS sebelumnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa MS memiliki
perjalanan kronik progresif yang tidak mudah terdeteksi.
MS merupakan obstruksi inflow ventrikel kiri setinggi katup mitral akibat
abnormalitas struktrural pada komponen mitral. Proses patologis MS akibat
demam rheuma menyebabkan penebalan dan kalsifikasi katup, komisura
menempel, korda menyatu, serta kombinasi dari proses-proses tersebut.
Penyempitan katup mitral menyebabkan perubahan peredaran darah, terutama di
atas katup. Ventrikel kiri yang berada di bawah katup tidak banyak mengalami
perubahan kecuali pada MS yang berat, ventrikel kiri dan aorta dapat menjadi
kecil.
Luas normal orifisium katup mitral adalah 4-6 cm2. Ketika daerah
orifisium ini berkurang hingga 2 cm2 maka akan terjadi peningkatan tekanan
atrium kiri yang dibutuhkan agar aliran transmitral tetap normal. MS yang parah
terjadi ketika pembukaan berkurang hingga 1 cm2. Pada tahap ini dibutuhkan
tekanan atrium kiri sebesar 25 mmHg untuk mempertahankan cardiac output yang
normal.
MS menghalangi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri selama fase
diastolik ventrikel. Untuk mengisi ventrikel dengan adekuat dan mempertahankan
curah jantung, atrium kiri harus menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk
mendorong darah melampaui katup yang menyempit. Karena itu, selisih tekanan
atau gradien tekanan antara kedua ruang tersebut meningkat. Dalam keadaan
normal selisih tekanan tersebut minimal.
33
34
35
sedikit penonjolan atrium kanan, namun secara umum jantung kanan dalam
keadaan normal.
Perubahan yang terjadi pada paru dan pembuluh-pembuluh darah meliputi
penonjolan arteri dan vena (terutama arteri) dengan ujung pembuluh yang
berdekatan dengan hilus menjadi lebih terlihat dan pembuluh distal memanjang
keluar ke perifer paru. Pada MS edema paru dapat terjadi pada jaringan interstitial
dan dalam ruangan alveolar. Edema interstitial menyebabkan paru berbercakbercak tipis, halus, sehingga gambaran radiolusen paru berubah menjadi suram.
Akan terlihat "garis Kerley" (garis septa) yang muncul di lapangan paru bagian
tepi-tepi dan kebanyakan di lapangan bawah. Garis ini sering terdapat pada sinus
kostofrenikus dan mewakili adanya cairan dalam jaringan interlobaris. Garis ini
disebut juga "Kerley B lines", agak spesifik untuk stenosis mitral dengan edema
paru. Sedangkan MS yang disertai dengan hipertensi pulmonal yang kronis akan
menyebabkan dilatasi kapiler dan perdarahan. Akibatnya besi bebas (Fe) akan
terkumpul pada daerah interstitial jaringan sebagai hemosiderosis, tampak seperti
nodul pada radiografi.
Ekokardiografi adalah metode noninvasif yang paling sensitif dan spesifik
untuk mendiagnosis MS, tetapi tidak dapat digunakan untuk menentukan derajat
keparahan dari stenosis mitral. Daun katup menebal dan nampak paralel, dengan
densitas echo agak nampak sebagai garis tipis yang bergerak dengan cepat. Fusi
komisura nampak sebagai gerakan anterior paralel dari daun katup posterior.
Terlihat Hockey stick appearance dari katup mitral anterior. Dengan menggunakan
teknik dua dimensi, seluruh bagian katup mitral dan orifisiumnya dapat
divisualisasikan. Teknik Doppler berwarna sangat membantu mengevaluasi
gradien transvalvuler, tekanan arteri pulmonal, dan ada tidaknya regurgitasi mitral
yang menyertai.
Ekokardiografi sangat bermanfaat dalam evaluasi stenosis katup mitral.
Pertama, pada pasien yang sakit berat, gambaran ekokardiografi gerakan mitral
yang normal dapat langsung menyingkirkan MS sebagai penyebab respiratory
distress. Kedua, sewaktu terdapat MS maka ekokardiogram dapat memperlihatkan
pembesaran atrium kiri, gerakan bersamaan daun mitral anterior dan posterior,
36
pengurangan gerakan katup mitral yang mengurangi lereng ejection fraction (EF)
daun mitral anterior dan kalsifikasi katup; perkiraan kasar keparahan obstruksi
dapat dibuat dengan 2D Echo. Ketiga, ekokardiografi Doppler dapat mendeteksi
keparahan stenosis mitral dengan pengukuran tekanan setengah hari, yakni waktu
yang diperlukan agar tekanan diastolik seketika turun mencapai setengah nilai
puncaknya; lebih parah obstruksi, lebih memanjang tekanan setengah hari.
Terdapat dua diagnosis banding terdekat untuk MS, yakni mitral
insufficiency (MI) serta aorta regurgitation (AR). Bentuk jantung pada MI nyaris
sama dengan MS. Bedanya, pada MI ventrikel kiri nampak besar, sedangkan pada
MS ventrikel kiri normal atau mengecil. Pada AR terdapat hipertrofi ventrikel kiri
yang jelas, pengurangan bunyi jantung pertama (S1), namun tidak terdapat
opening snap pada auskultasi. Bunyi murmur pada MS dan AR hampir sama,
murmur diastolik dengan derajat yang bervariasi.
Penggantian katup
Tidak ada pengobatan yang dibutuhkan jika gejala-gejala tidak ditemukan
atau hanya ringan saja. Rujukan ke rumah sakit hanya dibutuhkan untuk diagnosis
atau penanganan gejala yang berat. Tak ada obat yang dapat mengoreksi suatu
defek katup mitral. Hanya saja obat-obatan tertentu dapat digunakan untuk
mengurangi gejala dengan mempermudah kerja pemompaan jantung dan
mengatur irama jantung, misalnya diuretik untuk mengurangi akumulasi cairan di
paru. Antikoagulan dapat membantu mencegah terbentuknya bekuan darah pada
jantung dengan kerusakan katup. Antibiotik diberikan bila pasien akan menjalani
tindakan bedah, tindakan dentologi, atau tindakan medis tertentu lainnya.
Tindakan bedah dapat dilakukan untuk mengoreksi kelainan ini. Kadangkadang katup dapat dibuka teregang dengan prosedur yang disebut dengan
Percutaneous Balloon Mitral Valvuloplasty (PBMV). Sebuah balon berujung
kateter disusupkan dari arteri femoralis melewati vena dan akhirnya sampai ke
jantung. Ketika berada di dalam katup balon dikembangkan lalu memisahkan
daun katup. (baca artikel tentang PBMV) Pilihan lainnya adalah bedah jantung
37
untuk memisahkan fusi kommisura. Jika katup rusak berat dapat dilakukan mitral
valve repair atau mitral valve replacement.
Sebenarnya prognosis penyakit ini bervariasi. Gangguan dapat saja ringan,
tanpa gejala, atau menjadi berat. Riwayat yang banyak terjadi pada MS adalah
timbulnya murmur 10 tahun setelah masa demam rematik, 10 tahun berikutnya
gejala berkembang, serta 10 tahun berikutnya sebelum penderita mengalami sakit
serius. Tentu tidak semua pasien mengalami perjalanan seperti ini. MS biasanya
dapat dikontrol dengan pengobatan dan membaik dengan valvuloplasty atau
pembedahan. Tingkat mortalitas post operatif pada mitral commisurotomy adalah
1-2% dan pada mitral valve replacement adalah 2-5%. Komplikasi utama dari MS
ialah edema paru dan gagal jantung, yang membahayakan jiwa jika tidak diterapi
dengan benar.
38