Anda di halaman 1dari 12

BEBERAPA TEORI FERTILITAS

Oleh Mundiharno
Pendahuluan Analisis terhadap fertilitas, demikian juga analisis terhadap dua ko
mponen demografi lainnya yaitu mortalitas dan migrasi, pada dasarnya dapat dikel
ompokan dalam tiga bagian pembahasan. Pertama, membahas tentang pengertian konse
p dasar dan ukuran-ukuran fertilitas. Kedua, membahas tentang teknik-teknik peng
hitungan ukuran fertilitas seperti bagaimana menghitung CBR, ASFR, TFR, GRR, NRR
dan sebagainya. Ketiga, membahas tentang berbagai hal yang menyangkut penyebab
fertilitas dan dampaknya terhadap berbagai aspek kehidupan. Pembahasan kelompok
pertama lebih merupakan pengantar. Pembahasan pada kelompok kedua lebih mengarah
pada demografi formal tentang bagaimana memperoleh berbagai ukuran yang tepat t
entang fertilitas mengingat berbagai keterbatasan data yang ada. Pembahasan kelo
mpok kedua amat kuantitatif. Pembahasan ketiga lebih bersifat multidisipliner ya
ng mengkaji faktorfaktor yang mempengaruhi fertilitas dan dampak dari tingkat fe
rtilitas terhadap berbagai aspek kehidupan. Pembahasan tentang teori-teori ferti
litas seringkali berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas. Tu
lisan ini lebih mengacu pada pembahasan kelompok ketiga tentang berbagai teori y
ang telah dikemukakan oleh para ahli tentang faktor-faktor mempengaruhi fertilit
as dan dampaknya terhadap berbagai aspek kehidupan manusia. Ada berbagai macam t
eori yang menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas. Teori tentang
fertilitas tersebut dirumuskan dari berbagai disiplin seperti sosiologi, ekonomi
, psikologi dan anthropologi. Tulisan ini hanya membahas beberapa teori fertilit
as dari disiplin sosiologi dan ekonomi, dua disiplin yang telah cukup banyak mem
bahas tentang fertilitas1.
Teori Sosiologi tentang Fertilitas Davis dan Blake: Variabel Antara Kajian tenta
ng fertilitas pada dasarnya bermula dari disiplin sosiologi. Sebelum disiplin la
in membahas secara sistematis tentang fertilitas, kajian sosiologis tentang fert
ilitas sudah lebih dahulu dimulai. Sudah amat lama kependudukan menjadi salah sa
tu sub-bidang sosiologi. Sebagian besar analisa kependudukan (selain demografi f
ormal) sesungguhnya merupakan analisis sosiologis. Davis and Blake (1956), Freed
man (1962),
1
Robinson, Warren C. & Sarah F. Harbison, Menuju Teori Fertilitas Terpadu (Toward
a unified theory of fertility), Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan UGM, Yo
gyakarta, 1983

Hawthorne (1970) telah mengembangkan berbagai kerangka teoritis tentang perilaku


fertilitas yang pada hakekatnya bersifat sosiologis. Dalam tulisannya yang berj
udul The Social structure and fertility: an analytic framework (1956)2 Kingsley Da
vis dan Judith Blake melakukan analisis sosiologis tentang fertilitas. Davis and
Blake mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas melalui apa yang
disebut sebagai variabel antara (intermediate variables). Menurut Davis dan Blake
faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang mempengaruhi fertilitas akan melal
ui variabel antara. Ada 11 variabel antara yang mempengaruhi fertilitas, yang masi
ng-masing dikelompokkan dalam tiga tahap proses reproduksi sebagai berikut:
Intermediate variables of fertility Davis and Blake I. Faktor-faktor yang mempen
garuhi terjadinya hubungan kelamin (intercouse variables): A. Faktor-faktor yang
mengatur tidak terjadinya hubungan kelamin: 1. Umur mulai hubungan kelamin 2. S
elibat permanen: proporsi wanita yang tidak pernah mengadakan hubungan kelamin 3
. Lamanya masa reproduksi sesudah atau diantara masa hubangan kelamin: a. Bila k
ehidupan suami istri cerai atau pisah b. Bila kehidupan suami istri nerakhir kar
ena suami meninggal dunia B. Faktor-faktor yang mengatur terjadinya hubungan kel
amin 4. Abstinensi sukarela 5. Berpantang karena terpaksa (oleh impotensi, sakit
, pisah sementara) 6. Frekuensi hubungan seksual II. Faktor-faktor yang mempenga
ruhi terjadinya konsepsi (conception variables): 7. Kesuburan atau kemandulan ya
ng dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak disengaja 8. Menggunakan atau tidak
menggunakan metode kontrasepsi: a. Menggunakan cara-cara mekanik dan bahan-baha
n kimia b. Menggunakan cara-cara lain 9. Kesuburan atau kemandulan yang dipengar
uhi oleh faktor-faktor yang disengaja (sterilisasi, subinsisi, obat-obatan dan s
ebagainya) III. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dan kelahiran (gestati
on variables) 10. Mortalitas janin yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak
disengaja 11. Mortalitas janin oleh faktor-faktor yang disengaja
Menurut Davis dan Blake, setiap variabel diatas terdapat pada semua masyarakat.
Sebab masing-masing variabel memiliki pengaruh (nilai) positip dan negatipnya se
ndirisendiri terhadap fertilitas. Misalnya, jika pengguguran tidak dipraktekan m
aka variabel nomor 11 tersebut bernilai positip terhadap fertilitas. Artinya, fe
rtilitas dapat meningkat karena tidak ada pengguguran. Dengan demikian ketidak-a
daan variabel tersebut juga
2
Davis, Kingsley & Judith Blake, Struktur Sosial dan Fertilitas (Social structure
and fertility: an analytical framework), Lembaga Kependudukan UGM, Yogyakarta,
1974

menimbulkan pengaruh terhadap fertilitas, hanya pengaruhnya bersifat positip. Ka


rena di suatu masyarakat masing-masing variabel bernilai negatip atau positip ma
ka angka kelahiran yang sebenarnya tergantung kepada neraca netto dari nilai sem
ua variabel. Lebih lanjut dalam artikelnya Davis dan Blake menguraikan tetang pe
ngaruh pola-pola institusional terhadap fertilitas melalui 11 variabel antara ya
ng telah dikemukakan dimuka.
Ronald Freedman: Variabel Antara dan Norma Sosial Menurut Freedman variabel anta
ra yang mempengaruhi langsung terhadap fertilitas pada dasarnya juga dipengaruhi
oleh norma-norma yang berlaku di suatu masyarakat. Pada akhirnya perilaku ferti
litas seseorang dipengaruhi norma-norma yang ada yaitu norma tentang besarnya ke
luarga dan norma tentang variabel antara itu sendiri. Selanjutnya norma-norma te
ntang besarnya keluarga dan variabel antara di pengaruhi oleh tingkat mortalitas
dan struktur sosial ekonomi yang ada di masyarakat. Kerangka analisis fertilita
s yang dikemukakan oleh Freedman digambarkan dalam Bagan 1.
Bagan 1 Kerangka Analisa Sosiologis tentang Fertilitas: Freedman
Tingkat Mortalitas L I N G K U N G A N Norma ttg besarnya keluarga Variabel Anta
ra Struktur SosialEkonomi Program KB Norma ttg Variabel Antara F E R T I L I T A
S
Sumber: Ronald Freedman, The Sociology of Human Fertility (1962)
Menurut Freedman intermediate variables yang dikemukakan Davis-Blake menjadi var
iabel antara yang menghubungkan antara norma-norma fertilitas yang sudah mapan dit
erima masyarakat dengan jumlah anak yang dimiliki (outcome). Ia

mengemukakan bahwa norma fertilitas yang sudah mapan diterima oleh masyarakat dapa
t sesuai dengan fertilitas yang dinginkan seseorang. Selain itu, norma sosial di
anggap sebagai faktor yang dominan. Secara umum Freedman mengatakan bahwa: Salah
satu prinsip dasar sosiologi adalah bahwa bila para anggota suatu masyarakat men
ghadapi suatu masalah umum yang timbul berkali-kali dan membawa konsekuensi sosi
al yang penting, mereka cenderung menciptakan suatu cara penyelesaian normatif t
erhadap masalah tersebut. Cara penyelesaian ini merupakan serangkaian aturan ten
tang bertingkah laku dalam suatu situasi tertentu, menjadi sebagian dari kebuday
aannya dan masyarakat mengindoktrinasikan kepada para anggotanya untuk menyesuai
kan diri dengan norma tersebut baik melalui ganjaran (rewards) maupun hukuman (p
enalty) yang implisit dan eksplisit. ... Karena jumlah anak yang akan dimiliki o
leh sepasang suami isteri itu merupakan masalah yang sangat universal dan pentin
g bagi setiap masyarakat, maka akan terdapat suatu penyimpangan sosiologis apabi
la tidak diciptakan budaya penyelesaian yang normatif untuk mengatasi masalah in
i Jadi norma merupakan resep untuk membimbing serangkaian tingkah laku tertentu pad
a berbagai situasi yang sama. Norma merupakan unsur kunci dalam teori sosiologi
tentang fertilitas. Dalam artikelnya yang berjudul Theories of fertility decline:
a reappraisal (1979)3 Freedman juga mengemukakan bahwa tingkat fertilitas yang c
enderung terus menurun di beberapa negara pada dasarnya bukan semata-mata akibat
variabel-variabel pembangunan makro seperti urbanisasi dan industrialisasi seba
gaimana dikemukakan oleh model transisi demografi klasik tetapi berubahnya motiv
asi fertilitas akibat bertambahnya penduduk yang melek huruf serta berkembangnya
jaringan-jaringan komunikasi dan transportasi. Menurut Freedman, tingginya ting
kat modernisasi tipe Barat bukan merupakan syarat yang penting terjadinya penuru
nan fertilitas. Pernyataan yang paling ekstrim dari suatu teori sosiologi tentan
g fertilitas sudah dikemukakan oleh Judith Blake. Ia berpendapat bahwa masalah ek
onomi adalah masalah sekunder bukan masalah normatif; jika kaum miskin mempunyai
anak lebih banyak daripada kaum kaya, hal ini disebabkan karena kaum miskin lebi
h kuat dipengaruhi oleh norma-norma pro-natalis daripada kaum kaya.
Teori Ekonomi tentang Fertilitas
3
Freedman, Ronald, Theories of fertility decline: a reappraisal in Philip M. Hauser
(ed.), World Population and development, Syracuse University Press, New York, 1
979.

Pandangan bahwa faktor-faktor ekonomi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap fert
ilitas bukanlah suatu hal yang baru. Dasar pemikiran utama dari teori transisi de
mografis yang sudah terkenal luas adalah bahwa sejalan dengan diadakannya pembang
unan sosial-ekonomi, maka fertilitas lebih merupakan suatu proses ekonomis dari
pada proses biologis. Berbagai metode pengendalian fertilitas seperti penundaan
perkawinan, senggama terputus dan kontrasepsi dapat digunakan oleh pasangan suam
i isteri yang tidak menginginkan mempunyai keluarga besar, dengan anggapan bahwa
mempunyai banyak anak berarti memikul beban ekonomis dan menghambat peningkatan
kesejahteraan sosial dan material. Bahkan sejak awal pertengahan abad ini, suda
h diterima secara umum bahwa hal inilah yang menyebabkan penurunan fertilitas di
Eropa Barat dan Utara dalam abad 19. Leibenstein dapat dikatakan sebagai peleta
k dasar dari apa yang dikenal dengan teori ekonomi tentang fertilitas. Menurut Lei
benstein tujuan teori ekonomi fertilitas adalah: untuk merumuskan suatu teori yan
g menjelaskan faktor-faktor yang menentukan jumlah kelahiran anak yang dinginkan
per keluarga. Tentunya, besarnya juga tergantung pada berapa banyak kelahiran y
ang dapat bertahan hidup (survive). Tekanan yang utama adalah bahwa cara berting
kah laku itu sesuai dengan yang dikehendaki apabila orang melaksanakan perhitung
an-perhitungan kasar mengenai jumlah kelahiran anak yang dinginkannya. Dan perhi
tunganperhitungan yang demikian ini tergantung pada keseimbangan antara kepuasan
atau kegunaan (utility) yang diperoleh dari biaya tambahan kelahiran anak, baik
berupa uang maupun psikis. Ada tiga macam tipe kegunaan yaitu (a) kegunaan yang
diperoleh dari anak sebagai suatu barang konsumsi misalnya sebagai sumber hiburan
bagi orang tua; (b) kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu sarana prod
uksi, yakni, dalam beberapa hal tertentu anak diharapkan untuk melakukan suatu p
ekerjaan tertentu dan menambah pendapatan keluarga; dan (c) kegunaan yang dipero
leh dari anak sebagai sumber ketentraman, baik pada hari tua maupun sebaliknya. M
enurut Leibenstein anak dilihat dari dua aspek yaitu aspek kegunaannya (utility)
dan aspek biaya (cost). Kegunaannya adalah memberikan kepuasaan, dapat memberik
an balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan s
umber yang dapat menghidupi orang tua di masa depan. Sedangkan pengeluaran untuk
membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai anak tersebut. Biaya memiliki tamb
ahan seoarang anak dapat dibedakan atas biaya langsung dan biaya tidak langsung.
Yang dimaksud biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan dalam memelihara ana
k seperti memenuhi kebutuhan sandang dan pangan anak sampai ia dapat berdiri sen
diri. Yang dimaksud biaya tidak langsung adalah kesempatan yang hilang karena ad
anya tambahan seoarang anak. Misalnya, seoarang ibu tidak dapat bekerja lagi kar
ena harus merawat anak, kehilangan penghasilan selama masa hamil, atau berkurang
nya mobilitas orang tua yang mempunyai tanggungan keluarga besar (Leibenstein, 1
958).

Menurut Leibenstein, apabila ada kenaikan pendapatan maka aspirasi orang tua aka
n berubah. Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti bi
ayanya naik. Pengembangan lebih lanjut tentang ekonomi fertiitas dilakukan oleh
Gary S. Becker dengan artikelnya yang cukup terkenal yaitu An Economic Analysis o
f Fertility. Menurut Becker anak dari sisi ekonomi pada dasarnya dapat dianggap s
ebagai barang konsumsi (a consumption good, consumers durable) yang memberikan su
atu kepuasan (utility) tertentu bagi orang tua. Bagi banyak orang tua, anak meru
pakan sumber pendapatan dan kepuasan (satisfaction). Secara ekonomi fertilitas d
ipengaruhi oleh pendapatan keluarga, biaya memiliki anak dan selera. Meningkatny
a pendapatan (income) dapat meningkatkan permintaan terhadap anak4. Karya Becker
kemudian berkembang terus antara lain dengan terbitanya buku A Treatise on the
Family. 5 Perkembangan selanjutnya analisis ekonomi fertilitas tersebut kemudian
membentuk teori baru yang disebut sebagai ekonomi rumah tangga (household econo
mics). Analisis ekonomi fertilitas yang dilakukan oleh Becker kemudian diikuti p
ula oleh beberapa ahli lain seperti Paul T. Schultz, Mark Nerlove, Robert J. Wil
lis dan sebagainya. Dalam tulisannya yang berjudul Economic growth and populatio
n: Perspective of the new home economics6 Nerlove mengemukakan: Ekonomi rumah tan
gga terdiri dari empat unsur utama, yaitu (a) suatu fungsi kegunaan. Yang dimaks
ud kegunaan disini bukanlah dalam arti komoditi fisik melainkan berbagai kepuasa
n yang dihasilkan rumah tangga; (b) suatu teknologi produksi rumah tangga; (c) s
uatu lingkungan pasar tenaga kerja yang menyediakan sarana untuk merubah sumbersumber daya rumah tangga menjadi komoditi pasar; dan (d) sejumlah keterbatasan s
umber-sumber daya rumah tangga yang terdiri dari harta warisan dan waktu yang te
rsedia bagi setiap anggota rumah tangga untuk melakukan produksi rumah tangga da
n kegiatankegiatan pasar. Waktu yang tersedia dapat berbeda-beda kualitasnya, da
n dalam hal ini tentunya termasuk juga sumberdaya manusia (human capital) yang d
iwariskan dan investasi sumberdaya manusia dilakukan oleh suatu generasi baik un
tuk kepentingan tingkah laku generasi-generasi yang akan datang maupun untuk kep
entingan tingkah laku sendiri Dalam analisis ekonomi fertilitas dibahas mengapa p
ermintaan akan anak berkurang bila pendapatan meningkat; yakni apa yang menyebab
kan harga pelayanan anak berkaitan dengan pelayanan komoditi lainnya meningkat j
ika pendapatan meningkat? New household economics berpendapat bahwa (a) orang tu
a mulai lebih menyukai anak-anak yang berkualitas lebih tinggi dalam jumlah yang
hanya sedikit
4
Becker, Gary S., An Economic Analysis of Fertility dalam Becker, Gary S., The Econ
omic Approach to Human Behaviour, The University of Chicago, 1976, pp. 171-194 5
Becker, Gary S., A Treatise on the Family, Harvard University Press, London, En
gland, 1981 6 Nerlove, Mark, Economic growth and population: Perspective of the
new home economics, Agricultural Development Council, Inc, ADC Reprint Series, 1
974 dikutip dari Robinson & Harbison, Ibid, p.4

sehingga harga beli meningkat; (b) bila pendapatan dan pendidikan meningkat maka s
emakin banyak waktu (khususnya waktu ibu) yang digunakan untuk merawat anak. Jad
i anak menjadi lebih mahal.
Bagan 2 Model Analisis Ekonomi tentang Fertilitas: Robinson
Pendapatan keluarga
Biaya langsung per anak
Biaya tdk langsung & opportunity cost per anak
Selera thd anak
Potensi permintaan akan anak
Keterbatasan supplai fisiologis thd kesuburan
Kompetisi cara penggunaan sumberdaya utk mencapai manfaat yg sebanding
FERTILITAS
Di dalam setiap kasus, semua pendekatan ekonomi melihat fertilitas sebagai hasil
dari suatu keputusan rasional yang didasarkan atas usaha untuk memaksimalkan fu
ngsi utility ekonomis yang cukup rumit yang tergantung pada biaya langsung dan t
idak langsung, keterbatasan sumberdaya, selera. Robinson dan Harbinson menggamba
rkan kerangka analisis ekonomi terhadap fertilitas dalam Bagan 2. Topik-topik ya
ng dibahas dalam ekonomi fertilitas antara berkaitan dengan pilihan-pilihan ekon
omi seseorang dalam menentukan fertilitas (jumlah dan kualitas anak). Pertimbang
an ekonomi dalam menentukan fertilitas terkait dengan income, biaya (langsung ma
upun tidak langsung), selera, modernisasi dan sebagainya. Sejalan dengan apa yan
g telah dikemukakan Becker, Bulato menulis tentang konsep demand for children an
d supply of children. Konsep demand for children dan supply of children dikemuka
kan dalam kaitan menganalisis economic determinan factors dari fertilitas. Bulat
ao mengartikan konsep demand for children sebagai jumlah anak yang dinginkan. Te
rmasuk dalam pengertian jumlah adalah jenis kelamin anak, kualitas, waktu memlik
i anak dan sebagainya. Konsep demand for children diukur melalui pertanyaan surv
ey tentang jumlah keluarga yang ideal atau diharapkan atau diinginkan. Pertanyaann
ya, apakah konsep demand for children berlaku di negara berkembang. Apakah pasan
gan di negara berkembang dapat memformulasikan jumlah anak yang dinginkan? Menur
ut Bulato, jika pasangan tidak dapat memformulasikan jumlah anak yang dinginkan
secara tegas maka digunakan konsep latent demand dimana jumlah anak yang dingink
an akan disebut oleh pasangan ketika mereka ditanya. Menurut Bulatao,

modernisasi berpengaruh terhadap demand for children dalam kaitan membuat latent
demand menjadi efektif. Menurut Bulatao, demand for children dipengaruhi (deter
mined) oleh berbagai faktor seperti biaya anak, pendapatan keluarga dan selera.
Dalam artikel tersebut Bulato membahas masing-masing faktor tersebut (biaya anak
, pendapatan, selera) secara lebih detail. Termasuk didalamnya dibahas apakah an
ak bagi keluarga di negara berkembang merupakan net supplier atau tidak7. Sedang
supply of children diartikan sebagai banyaknya anak yang bertahan hidup dari sua
tu pasangan jika mereka tidak berpisah/cerai pada suatu batas tertentu. Supply t
ergantung pada banyaknya kelahiran dan kesempatan untuk bertahan hidup. Supply o
f children berkaitan dengan konsep kelahiran alami (natural fertility). Menurut
Bongart dan Menken fertilitas alami dapat diidentifikasi melalui lima hal utama,
yaitu: a. Ketidak-suburan setelah melahirkan (postpartum infecundibality) b. Wa
ktu menunggu untuk konsepsi (waiting time to conception) c. Kematian dalam kandu
ngan (intraurine mortality) d. Sterilisasi permanen (permanent sterility) e. Mem
asuki masa reproduksi (entry into reproductive span) Analisis ekonomi tentang fe
rtilitas juga dikemukakan oleh Richard A. Easterlin. Menurut Easterlin permintaa
n akan anak sebagian ditentukan oleh karakteristik latar belakang individu seper
ti agama, pendidikan, tempat tinggal, jenis/tipe keluarga dan sebagainya. Setiap
keluarga mempunyai norma-norma dan sikap fertilitas yang dilatarbelakangi oleh
karakteristik diatas. Easterlin juga mengemukakan perlunya menambah seperangkat
determinan ketiga (disamping dua determinan lainnya: permintaan anak dan biaya r
egulasi fertilitas) yaitu mengenai pembentukan kemampuan potensial dari anak. Ha
l ini pada gilirannya tergantung pada fertilitas alami (natural fertility) dan k
emungkinan seorang bayi dapat tetap hidup hingga dewasa. Fertilitas alami sebagi
an tergantung pada faktor-faktor fisiologis atau biologis, dan sebagian lainnya
tergantung pada praktek-praktek budaya. Apabila pendapatan meningkat maka terjad
ilah perubahan suplai anak karena perbaikan gizi, kesehatan dan faktor-faktor biol
ogis lainnya. Demikian pula perubahan permintaan disebabkan oleh perubahan penda
patan, harga dan selera. Pada suatu saat tertentu, kemampuan suplai dalam suatu ma
syarakat bisa melebihi permintaan atau sebaliknya. Easterlin berpendapat bahwa b
agi negaranegara berpendapatan rendah permintaan mungkin bisa sangat tinggi teta
pi suplainya rendah, karena terdapat pengekangan biologis terhadap kesuburan. Ha
l ini menimbulkan suatu permintaan berlebihan (excess demand) dan juga menimbulkan
sejumlah besar orang yang benar-benar tidak menjalankan praktek-praktek pembata
san keluarga. Di pihak lain, pada tingkat pendapatan yang tinggi, permintaan ada
lah rendah sedangkan kemampuan suplainya tinggi, maka akan menimbulkan suplai ber
lebihan (over supply) dan meluasnya praktek keluarga berencana.
7
Lee, Ronald D. & Rodolfo A. Bulatao, The Demand for Children: A Critical Essay dal
am Bulatao & Lee (Ed.), Determinants of Fertility in Developing Countries Volume
1 Supply and Demand for Children, Academic Press, 1983, London

John C. Caldwell juga melakukan analisis fertilitas dengan pendekatan ekonomisos


iologis. Tesis fundamentalnya adalah bahwa tingkah laku fertilitas dalam masyara
kat pra-tradisional dan pasca-transisional itu dilihat dari segi ekonomi bersifa
t rasional dalam kaitannya dengan tujuan ekonomi yang telah ditetapkan dalam mas
yarakat, dan dalam arti luas dipengaruhi juga oleh faktor-faktor biologis dan ps
ikologis. Teori Caldwell menekankan pada pentingnya peranan keluarga dalam arus
kekayaan netto (net wealth flows) antar generasi dan juga perbedaan yang tajam p
ada regim demografis pra-transisi dan pasca-transisi. Caldwell mengatakan bahwa s
ifat hubungan ekonomi dalam keluarga menentukan kestabilan atau ketidak-stabilan
penduduk. Jadi pendekatannya lebih menekankan pada dikenakannya tingkah laku fer
tilitas terhadap individu (atau keluarga inti) oleh suatu kelompok keluarga yang
lebih besar (bahkan yang tidak sedaerah) dari pada oleh norma-norma yang sudah di
terima masyarakat. Seperti diamati oleh Caldwell, didalam keluarga selalu terdap
at tingkat eksploitasi yang besar oleh suatu kelompok (atau generasi) terhadap k
elompok atau generasi lainnya, sehingga jarang dilakukan usaha pemaksimalan manf
aat individu. Selain teori yang disajikan dalam tulisan ini masih banyak teori l
ain yang membahas fertilitas. Namun karena keterbatasan tempat tidak semua teori
fertilitas dapat disajikan dalam tulisan ini.
Penutup Berbagai teori fertilitas baik yang diformulasikan melalui pendekatan so
siologis maupun melalui pendekatan ekonomi pada dasarnya berupaya untuk menerang
kan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku fertilitas. Faktor-faktor apa saja
yang secara signifikan mempengaruhi besar kecilnya fertilitas seseorang atau kel
ompok masyarakat. Tidak ada teori fertilitas yang dapat dengan sempurna menerang
kan faktor-faktor tersebut. Tidak bisa pula dikemukakan pendekatan sosiologis le
bih baik dengan pendekatan ekonomi dalam menganalisis perilaku fertilitas. Atau
sebaliknya pendekatan ekonomi lebih unggul dalam dibanding pendekatan sosiologis
. Masing-masing teori memiliki kelebihan dan kekurangannya. Teori A mungkin memi
liki kegunaan yang relevan pada kasus A sementara kurang relevan dengan kasus B
dan teori B mungkin lebih relevan untuk menganalisis kasus B dibanding untuk men
ganalisis kasus C. Dan yang lebih penting lagi adalah sejauhmana teori-teori ter
sebut didukung oleh ketersediaan data untuk menganalisisnya, sehingga dapat meng
uji lebih lanjut ketepatan teori tersebut.

DAFTAR BACAAN
Biro Pusat Statistik, Estimasi Fertilitas, Mortalitas dan Migrasi. Hasil Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995, Seri: S3, Biro Pusat Statistik, Jakarta, 199
7 B.L. Wolfe & J.R. Behrman, The synthesis economic fertility model. A latent var
iable investigation of some critical attributes, Journal of Populations Economics
, Volume 5, Number 1, 1992 G.S. Becker, Fertility and pensions, Journal of Populat
ions Economics, Volume 5, Number 3, 1992 Davis, Kingsley & Judith Blake, Struktu
r Sosial dan Fertilitas, Lembaga Kependudukan Universitas Gadjah Mada, Yogyakart
a, 1974 Freedman, Ronald, Teori-teori Penurunan Fertilitas: Suatu Tinjauan, Pusa
t Penelitian dan Studi Kependudukan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1983 Ha
tmadji, Sri Harijati Fertilitas dalam Dasar-Dasar Demografi, Lembaga Demografi Fak
ultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1981, pp. 57-83 Hull, Terence H. &
Valerie J. Hull, Hubungan Antara Status Ekonomi dan Fertilitas, Lembaga Kependu
dukan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1976 Hull, Terence H. & Masri Singari
mbun, The Sociocultural Determinants of Fertiity Decline in Indonesia 1965-1976,
Population Studies Center Gadjah Mada University, Yogyakarta, 1989 Palmore, Jam
es A., Pengukuran Fertilitas dan Pertambahan Alamiah, Lembaga Kependudukan Unive
rsitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1977 Palmore, James A., Si Gde Made Mamas & Yoha
ndarwati Arifiyanto, Fertility Decline in Indonesia, Journal of Populations, Volum
e 1 number 1, Demographic Intitute Faculty of Economics University of Indonesia,
pp. 45-69 Robinson, Warren C. & Sarah F. Harbison, Menuju Teori Fertilitas Terp
adu, Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
, 1993 Shryock, Henry S & Jacob S. Siegel et. al., The Methods and Materials of
Demography, Academic Press, New York, 1973

United Nations, Manual X. Indirect Techniques for Demographic Estimation, Depart


ment of International Economic Economic and Social Affairs, United Nations, New
York, 1983 Singarimbun, Masri, Kependudukan. Liku-liku Penurunan Kelahiran, LP3E
S dan Lembaga Kependudukan UGM, Yogyakarta, Juli 1978

Anda mungkin juga menyukai