BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT
KEDUDUKAN, IDENTITAS
Pasal 1
Nama
Organisasi ini bernama Forum Ekonomi Syariah, disingkat FES
Pasal 2
Waktu dan Tempat Kedudukan
FES didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Robiul Awwal 1366 H bertepatan dengan
tanggal 5 Februari 1947 M untuk waktu yang tidak ditentukan dan berkedudukan di tempat
Pengurus Besarnya.
BAB II
ASAS
Pasal 3
HMI berasaskan Islam
BAB III
TUJUAN, USAHA, DAN SIFAT
Pasal 4
Tujuan
Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung
jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridai Allah Subhanahu Wata'ala.
Pasal 5
Usaha
a. Membina pribadi mahasiswa muslim untuk mencapai akhlaqul karimah
b. Mengembangkan potensi kreatif, keilmuan, sosial dan budaya
c. Mempelopori pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemaslahatan masa
depan ummat manusia
d. Memajukan kehidupan ummat dalam mengamalkan dinnul Islam dalam kehidupan pribadi,
BAB IV
STATUS, FUNGSI, DAN PERAN
Pasal 7
Status
HMI adalah organisasi mahasiswa
Pasal 8
Fungsi
HMI berfungsi sebagai organisasi kader
Pasal 9
Peran
HMI berperan sebagai organisasi perjuangan
BAB V
KEANGGOTAAN
Pasal 10
a. Yang dapat menjadi anggota HMI adalah mahasiswa Islam yang terdaftar pada perguruan
tinggi dan/atau yang sederajat yang ditetapkan oleh Pengurus Cabang/Pengurus Besar HMI.
b. Anggota HMI terdiri dari :
1. Anggota Muda
2. Anggota Biasa
3. Anggota Luar Biasa
4. Anggota Kehormatan
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 11
Kekuasaan
Kekuasaan dipegang oleh Kongres, Konferensi Cabang dan Rapat Anggota Komisariat
Pasal 12
Kepemimpinan
a. Kepemimpinan organisasi dipegang oleh Pengurus Besar HMI, Pengurus HMI Cabang dan
Pengurus HMI Komisariat
b. Untuk membantu tugas Pengurus Besar HMI, dibentuk Koordinasi
c. Untuk Membantu tugas Pengurus HMI Cabang, dibentuk Koordinator Komisariat dan/atau
Rayon.
Pasal 13
Majelis Konsultasi
a. Ditingkat Pengurus Besar HMI dibentuk Majelis Pekerja Kongres
b. Ditingkat Pengurus HMI Cabang dibentuk Majelis Pekerja Konperensi Cabang
c. Di tingkat Pengurus HMI Komisariat dibentuk Majelis Pekerja Rapat Anggota Komisariat
Pasal 14
Badan-Badan Khusus
Untuk melaksanakan tugas dan kewajiban dalam bidang khusus dibentuk lembaga-lembaga
kekaryaan, Lembaga Pengelola Latihan, Korp HMI-wati (KOHATI) dan badan-badan khusus
lainnya.
BAB VII
PERBENDAHARAAN
Pasal 15
Harta benda HMI diperoleh dari:
a. Uang pangkal, iuran, dan dana anggota
BAB VIII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN
Pasal 16
Perubahan Anggaran Dasar dan pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh Kongres
BAB IX
PENJABARAN ANGGARAN DASAR,
ATURAN TAMBAHAN DAN PENGESAHAN
Pasal 17
Penjabaran Anggaran Dasar HMI :
a. Penjabaran pasal 3 tentang azas organisasi dirumuskan dalam tafsir azas HMI
b. Penjabaran pasal 4 Tentangtujuan organisasi dirumuskan dalam Tafsir Tujuan
c. Penjabaran pasal 5 tentang usaha organisasi dirumuskan dalam Garis-Garis Pokok
Perjuangan Organisasi (GPPO) dan Program Kerja Nasional (PKN) HMI
d. Penjabaran pasal 6 sifat organisasi dirumuskan dalam Tafsir Independensi HMI
e. Penjabaran pasal 9 tentang peran organisasi dirumuskan dalam Nilai Dasar Perjuangan
(NDP) HMI
f. Penjabaran Anggaran Dasar HMI tentang hal-hal di luar point a, b, c, d dan e di atas
dirumuskan dalam Anggaran Rumah Tangga HMI .
Pasal 18
Aturan Tambahan
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan Penjelasan Anggaran Dasar dimuat
dalam Peraturan-Peraturan/Ketentuan-Ketentuan tersendiri yang tidak bertentangan dengan
Anggaran Dasar dan Penjabaran Anggaran Dasar HMI
Pasal 19
Pengesahan Anggaran Dasar HMI ditetapkan pada Kongres III di Jakarta, tanggal 4
September 1953
yang diperbarui pada Kongres IV di Bandung, tanggal 4 Oktober 1955,
Kongres V di Medan, tanggal 31 Desember 1957,
Kongres VI di Makasar, tanggal 20 Juli 1960,
Kongres VII di Jakarta, tanggal 14 September 1963,
Kongres VIII di Solo, tanggal 17 September 1966,
Kongres IX di Malang, tanggal 10 Mei 1969,
Kongres X di Palembang, tanggal 10 Oktober 1971,
Kongres XI di Bogor, tanggal 12 Mei 1974,
Kongres XII di Semarang, tanggal 15 Oktober 1976,
Kongres XIII di Ujung Pandang, Tanggal 12 Februari 1979,
Kongres XIV di Bandung, tanggal 30 April 1981,
Kongres XV di Medan, tanggal 25 Mei 1983,
Kongres XVI di Padang, Tanggal 31 Maret 1986,
Kongres XVII di Lhokseumawe, tanggal 6 Juli 1988,
Kongres XVIII di Jakarta, tanggal 24 September 1990,
Kongres XIX di Pekanbaru, tanggal 9 Desember 1992,
Kongres XX di Surabaya, tanggal 29 Januari 1995,
Kongres XXI di Yogyakarta, tanggal 26 Agustus 1997, dan
Kongres XXII di Jambi, tanggal 3 Desember 1999.
ART HMI
]BAB I
KEANGGOTAAN
BAGIAN I
ANGGOTA
Pasal 1
Anggota Muda
Ialah Mahasiswa Islam yang menuntut ilmu pada perguruan tinggi dan/atau yang
sederajat yang telah mengikuti Masa Perkenalan Calon Anggota (MAPERCA).
Pasal 2
Anggota Biasa
Ialah anggota muda yang telah memenuhi syarat dan/atau anggota muda yang telah
mengikuti Latihan Kader
Pasal 3
Anggota Luar Biasa
a. Mahasiswa pendengar yang beragama Islam yang telah mencatatkan namanya
b. Mahasiswa Islam di luar negeri yang telah mencatatkan namanya
c. Mahasiswa Islam luar negeri yang belajar di Indonesia yang telah mencatat
namanya
Pasal 4
Anggota Kehormatan
Ialah orang yang berjasa kepada HMI yang telah ditetapkan oleh Pengurus
Cabang/Pengurus Besar
BAGIAN II
SYARAT-SYARAT KEANGGOTAAN
Pasal 5
a. Setiap mahasiswa Islam yang ingin menjadi anggota, harus mengajukan
permohonan serta menyatakan secara tertulis kesediaan mengikuti dan menjalankan
Anggaran Dasar/Rumah Tangga serta Pedoman-Pedoman Pokok lainnya kepada
Pengurus Cabang setempat
b. Apabila telah memenuhi syarat pada ayat (a) dan yang bersangkutan telah
mengikuti MAPERCA, setelah itu dinyatakan sebagai anggota muda HMI
c. Mahasiswa Islam yang telah memenuhi syarat (a) dan/atau anggota muda HMI
dapat mengikuti latihan kader I dan setelah lulus dinyatakan sebagai anggota biasa
HMI
BAGIAN III
MASA KEANGGOTAAN
Pasal 6
a. Masa keanggotaan berakhir :
1. Maksimal 6 (enam) tahun untuk program S0
2. Maksimal 9 (sembilan) tahun untuk program sarjana dan 11 (sebelas)
tahun untuk program Pasca Sarjana
b. Anggota yang habis masa keanggotaannya karena:
1. Telah habis masa keanggotaannya
2. Meninggal dunia
3. Atas permintaan sendiri
4. Diberhentikan atau dipecat
c. Anggota yang habis masa keanggotaanya saat menjadi pengurus diperpanjang
masa keanggotaanya sampai habis masa kepengurusan
BAGIAN IV
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 7
Hak Anggota
a. Anggota muda hanya mempunyai hak mengeluarkan pendapat, mengajukan usul
atau pernyataan secara lisan atau tertulis kepada pengurus, mengikuti Latihan Kader I
dan kegiatan lainnya yang bersifat umum
b. Anggota biasa disamping mempunyai hak sebagaimana pada ayat (a), dan
mengikuti latihan-latihan organisasi, juga mempunyai hak untuk memilih dan dipilih
c. Anggota luar biasa mempunyai hak mengajukan saran atau usul dan pertanyaan
kepada pengurus secara lisan atau tertulis dan bila diperlukan dapat menjadi pengurus
lembaga kekaryaan
d. Anggota kehormatan dapat mengajukan saran/usul dan pertanyaaan kepada
pengurus secara lisan atau tertulis
Pasal 8
Kewajiban Anggota
a. Membayar uang pangkal dan iuran anggota
b. Menjaga nama baik organisasi
c. Berpartisipasi dalam setiap kegiatan HMI
d. Bagi anggota luar biasa dan anggota kehormatan tidak berlaku ayat (a)
BAGIAN V
RANGKAP ANGGOTA DAN RANGKAP JABATAN
Pasal 9
a. Dalam keadaan tertentu anggota HMI dapat merangkap menjadi anggota organisasi
lain atas persetujuan Pengurus Cabang
b. Pengurus HMI tidak dibenarkan untuk merangkap jabatan pada organisasi lain
sesuai ketentuan yang berlaku
c. Ketentuan tentang jabatan seperti dimaksud pada ayat ( b ) diatas, diatur dalam
ketentuan sendiri
d. Anggota HMI mempunyai kedudukan pada organisasi lain di luar HMI, harus
menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga dan ketentuan-ketetuan lainnya
BAGIAN VI
SKORSING DAN PEMECATAN
Pasal 10
Skorsing/Pemecatan
a. Anggota dapat diskors/dipecat karena:
1. Bertindakbertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh HMI
2. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik HMI
b. Anggota yang diskors atau dipecat dapat melakukan pembelaan dalam forum yang
ditunjuk untuk itu
c. Mengenai skorsing/pemecatan dan tata cara pembelaan, diatur dalam
ketentuan/peraturan sendiri
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI
A. STRUKTUR KEKUASAAN
BAGIAN I
KONGGRES
Pasal 11
Status
a. Kongres merupakan musyawarah utusan cabang-cabang
b. Kongres memegang kekuasaan tertinggi organisasi
c. Kongres diadakan 2 (dua) tahun sekali
d. Dalam keadaan luar biasa, kongres dapat diadakan menyimpang dari ketentuan
pasal 11 ayat (c)
e. Dalam keadaan luar biasa, kongres dapat diselenggarakan atas inisiatif satu cabang
dengan persetujuan sekurang-kurangnya melebihi separuh dari jumlah cabang penuh
Pasal 12
Kekuasaan/Wewenang
a. Menetapkan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Pedoman-Pedoman
j. Menyelenggarakan Konperensi/Muscab.
k. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada anggota melalui
Konperensi/Muscab.
Pasal 30
Pendirian Cabang
a. Anggota HMI yang ingin mendirikan Cabang Persiapan harus mendapat
pengesahan dari Badko yang bersangkutan.
b. Untuk mendirikan Cabang Persiapan harus mengajukan permohonan kepada Badko
untuk mendapatkan pengesahan, setelah mempunyai anggota sekurang-kurangnya
100 (seratus) orang.
c. Sekurang-kurangnya setelah setahun berdiri dengan bimbingan dan pengawasan
Badko yang bersangkutan, mempunyai minimal 150 (seratus limapuluh) orang anggota
biasa, mempunyai 1 (satu) lembaga kekaryaan aktif, mempunyai 1 (satu) lembaga
pengelola latihan aktif, Pengurus Cabang Persiapan dapat mengajukan permohonan
kepadaPB untuk disahkan sebagai cabang penuh dengan disertai yang rekomendasi
Badko yang bersangkutan.
d. Di tempat tertentu di luar negeri Pengurus Besar dapat mendirikan cabang dengan
pengecualian ayat 1, 2, dan 3.
e. Untuk mendirikan cabang baru dari satu Cabang Penuh harus mempunyai minimal
150 (seratus lima puluh) orang anggota biasa, sekurang-kurangnya 3(tiga) komisariat
penuh, mempunyai 1 (satu) LPL aktif, 1 (satu) lembaga kekaryaan aktif,
direkomendasikan oleh konperensi cabang penuh bersangkutan dan tidak berada
dalam satu wilayah administrasi tingkat II )kodya/kabupaten) yang sama
BAGIAN VII
RAYON
Pasal 31
Status
a. Rayon merupakan kesatuan organisasi yang dibentuk secara geografis dalam
lingkungan satu cabang.
b. Di tempat yang dianggap perlu, Pengurus Cabang dapat membentuk Rayon.
Pasal 32
Personalia Pengurus Rayon
a. Formasi dan masa jabatan Pengurus Rayon disesuikan dengan formasi dan masa
jabatan Pengurus Cabang.
b. Ketua Umum Rayon adalah bagian dari Pengurus Cabang.
c. Pengurus Rayon Disyahkan oleh Pengurus Cabang.
d. Yang dapat menjadi Pengurus Rayon adalah anggota biasa yang telah mencapai
usia keanggotaan 1 (satu) dan minimal telah mengikuti Latihan Kader II.
e. Apabila Ketua Umum Rayon tidak dapat melaksanakan tugas/non aktif, maka dapat
dipilih calon-calon Pejabat Ketua Umum Rayon oleh Rapat Harian Pengurus Rayon
untuk selanjutnya ditetapkan dan disahkan menjadi Pejabat Ketua Umum Rayon oleh
Pengurus Cabang.
Pasal 33
Tugas dan Wewenang
a. Mengkoordinir anggota HMI yang ada dilingkungannya.
b. Melaksanakan kebijakan Pengurus cabang dalam berbagai masalah organisasi
khususnya dharma bakti kemasyarakatan.
c. Kegiatan rayon ditekankan pada masalah dharma bakti kemasyarakatan setempat
dan peningkatan kualitas akademis anggota.
d. Menyampaikan laporan kerja 4 (empat) bulan sekali dan laporan kerja
kepengurusan kepada pengurus cabang.
e. Melaksanakan keputusan musyawarah rayon.
f. Bertanggungjawab kapada pengurus cabang.
Pasal 34
Musyawarah Rayon
a. Musyawah rayon adalah musyawarah yang diselenggarakan dalam lingkungan
rayon yang bersangkutan dan diadakan satu tahun sekali.
b. Kekuasaan dan wewenang musyawarah rayon adalah memilih seorang ketua
umum/formatur yang selanjutnya menyusun kepengurusan untuk disahkan serta
melakukan program kerja rayon dibidang kemasyarakatan dan kegiatan akademis.
c. Ketua umum rayon ditetapkan oleh pengurus cabang dari calon yang diajukan
dengan memperhatikan aspirasi yang berkembang.
BAGIAN VIII
KOORDINATOR KOMISARIAT
Pasal 35
Status
a. Koordinator komisariat (korkom) adalah badan pembantu pengurus cabang.
b. Pada perguruan tinggi yang dianggap perlu, pengurus cabang dapat membentuk
korkom untuk mengkoordinir beberapa komisariat.
c. Masa jabatan pengurus korkom disesuaikan dengan masa jabatan pengurus
cabang.
Pasal 36
Personalia Pengurus Korkom
a. Formasi pengurus korkom sekurang-kurangnya terdiri dari ketua umum, sekretaris
umum dan bendahara umum.
b. Yang dapat menjadi pengurus korkom adalah anggota biasa yang telah mencapai
usia keanggotaannya selama satu tahun, berpretasi dan telah mengikuti latihan kader
II serta pernah menjadi pengurus komisariat.
c. Apabila ketua umum korkom tidak dapat menjalankan tugasnya/non aktif maka
dapat dipilih calon-calon pejabat ketua umum korkom oleh sidang pleno korkom untuk
selanjutnya ditetapkan dan disyahkan pejabat ketua umum korkom oleh pengurus
cabang.
Pasal 37
Tugas dan Wewenang
a. Melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan pengurus cabang tentang
berbagai masalah organisasi.
b. Mewakili pengurus cabang dalam menyelesaikan persoalan intern di lingkungannya
tanpa meninggalkan keharusan berkonsultasi dengan cabang yang bersangkutan.
c. Melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan khusus pengurus cabang
dalam bidang kemahasiswaan dan perguruan tinggi di wilayah koordinasinya.
d. Melaksanakan berbagai hal yang diputuskan dalam Musyawarah Komisariat.
e. Memberi bimbingan,membina, mengkoordinir dan mengawasi kegiatan-kegiatan
komisariat dalam wilayah koordinasinya.
f. Membentuk komisariat persiapan.
g. Meminta laporan komisariat dalam lingkungan koordinasinya
h. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepengurusan setiap 4 (empat) bulan
sekali kepada pengurus cabang.
i. Menyelenggarakan musyawarah komisariat selambat-lambatnya 2 (dua) bulan
setelah konperensi.
j. Memberi laporan kerja dalam Musyawarah Komisariat.
Pasal 38
Musyawarah Komisariat
a. Musyawarah komisariat adalah musyawarah utusan komisariat yang ada dalam
wilayah koordinasinya.
b. Penyelenggaraan musyawarah komisariat dilaksanakan selambat-lambatnya 2
(dua) bulan setelah terbentuknya pengurus cabang.
c. Apabila ayat (2) terpenuhi maka pengurus cabang dapat mengambil inisiatif untuk
menetapkan Ketua Umum Korkom atau segera mengambil alih pelaksanaan
Musyawarah Komisariat.
d. Kekuasaan dan wewenang Muskom adalah memilih sebanyak-banyaknya 3 (tiga)
orang calon Ketua Umum Korkom untuk selanjutnya ditetapkan/disyahkan menjadi
Ketua Umum KORKOM oleh Pengurus cabang dengan tetap mamperhatikan aspirasi
yang berkembang dan menetapkan program kerja KORKOM.
e. Tata tertib musyawarah komisariat disesuaikan dengan pasal 16 ART HMI.
BAGIAN IX
KOMISARIAT
Pasal 39
Status
a. Komisariat merupakan kesatuan organisasi yang dibentuk pada satu atau beberapa
fakultas dalam lingkungan satu universitas atau perguruan tinggi.
b. Masa jabatan pengurus komisariat adalah satu tahun, terhitung sejak pelantikan
/serah terima jabatan dari pengurus komisariat demisioner.
c. Setelah satu tahun berdirinya dengan bimbingan dan pengawasan dari Korkom
yang bersangkutan serta syarat-syarat berdirinya komisariat penuh telah terpenuhi,
maka dapat mengajukan permohonan kepada pengurus cabang untuk disahkan
menjadi komisariat penuh dengan rekomendasi korkom.
d. Dalam hal lain tidak ada Korkom, pengajuan komisariat langsung kepada pengurus
cabang.
Pasal 40
Personalia pengurus komisariat
a. Formasi pengurus komisariat sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,
Sekretaris Umum, dan Bendahara Umum.
b. Pengurus komisariat disyahkan oleh pengurus cabang.
c. Yang dapat menjadi pengurus komisariat adalah anggota biasa yang telah mencapai
usia keanggotaan selama satu tahun dan telah mengikuti latihan kader I.
d. Apabila Ketua Umum komisariat tidak dapat melaksanakan tugasnya/non aktif,
maka dapat diangkat pejabat Ketua Umum komisariat oleh rapat harian Pengurus
komisariat untuk selanjutnya ditetapkan dan disyahkan Pejabat Ketua Umum
komisariat oleh pengurus cabang.
Pasal 41
Tugas dan Wewenang
a. Melaksanakan hasil-hasil keputusan RAK, kebijakan organisasi ditingkat Cabang
dan Nasional serta ketentuan organisasi lainnya.
b. Menyampaikan laporan kerja kepengurusan 3 (tiga) bulan sekali serta laporan kerja
kepengurusan kepada pengurus Cabang dengan tembusan kepada pengurus Korkom
c. Pengurus Komisariat bertanggung jawab kepada RAK
d. Pengurus Komisariat baru dapat menjalankan tugasnya setelah pelantikan/serah
terima jabatan pengurus komisariat demisioner
e. Selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah RAK personalia pengurus
komisariat demisioner segera mengadakan serah terima jabatan dengan pengurus
komisariat yang baru.
Pasal 42
Pendirian komisariat
a. Anggota yang akan mendirikan komisariat persiapan harus mengajukan
permohonan kepada korkom untuk mendapat persetujuan.
b. Untuk mendirikan komisariat persiapan harus mengajukan persetujuan kepada
korkom untuk mendapat pengesahan ,setelah mempunyai anggota biasa sekurangkurangnya 25(dua puluh lima) orang.
c. Sekurang-kurangnya setelah satu tahun berdiri dan mempunyai 50(lima
puluh)anggota biasa, mendapat bimbingan dan pengawasan dari korkom yang
bersangkutan ,Pengurus Komisariat persiapan dapat mengajukan permohonan kepada
Pengurus Cabang untuk disahkan sebagai Komisariat Penuh dengan disertai
rekomendasi Korkom yang bersangkutan.
d. Dalam hal tidak ada Korkom, pengajuan pendirian Komisariat langsung kepada
Pengurus Cabang.
C. MAJELIS KONSULTANSI
BAGIAN X
MAJELIS PEKERJA KONGRES (MPK)
Pasal 43
Penurunan dan Pembubaran Komisariat
a. Status komisariat dapat diturunkan dari komisariat penuh ke komisariat persiapan
apabila:
Dalam 1 (satu) periode kepengurusan tidak melaksanakan RAK selambat-lambatnya
2 (dua) periode kepengurusan berturut-turut.
Tidak melaksanakan rapat harian/presidium minimal 10 (sepuluh) kali selama dua
periode kepengurusan
b. Apabila komisariat yang sudah diturunkan statusnya tidak mampu menaikkan status
komisariatnya menjadi komisariat penuhnya dalam waktu 2 (dua) tahun, maka
komisariat yang bersangkutan dinyatakan bubar.
Pasal 44
Pengurus cabang.
b. Memberikan Usul-usul/saran kepada pengurus cabang untuk melancarkan
pelaksanaan ketetapan konfercab baik diminta atau tidak diminta.
c. Menyampaikan hasil-hasil pengawasan pelaksanaan ketetapan konfercab.
d. Menyiapkan draft materi konfercab.
PASAL 50
Tata Tertib Pemilihan Anggota MPKC
a. Anggota MPKC sebanyak-banyaknya 15 orang ditetapkan oleh Sidang Pleno I
Pengurus cabang berdasarkan calon yang diusulkan dan dipilih oleh konfercab.
b. Jumlah calon yang diajukam adalah 2 x 15 orang.
c. Pemilihan calon-calon anggota MPKC dilaksanakan serta pemilihan Ketua
Umum/Formateur dan Mede Formateur pengurus cabang.
d. Bila kemudian ternyata ada calon anggota MPKC dipilih sebagai Pengurus Cabang
maka keanggotaannya gugur dan diganti oleh urutan berikutnya yang telah dipilih oleh
konfercab.
Pasal 51
Persidangan MPKC
a. Pimpinan sidang MPKC dipilih dalam sidang MPKC.
b. Sidang MPKC sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali bersidang dalam satu periode.
c. Koordinator MPKC dipilih dari anggota MPKC dan ditetapkan dalam sidang MPKC.
d. Sebelum koordinator MPKC terpilih, sidang MPKC pertama dipimpin oleh pengurus
cabang.
e. Apabila telsh melewati 4 (empat) bulan pengurus cabang belum menyelenggarakan
sidang MPKC pertama, maka MPKC dapat berinisiatif mengadakan sidang MPKC
pertama atas persetujuan lebih dari separuh jumlah anggota MPKC.
Pasal 52
Tata Kerja MPKC
a. Tata kerja MPKC diselenggarakan oleh koordinator MPKC bersama anggota MPKC
lainnya.
b. MPKC terdiri dari komisi-komisi yang disesuaikan dengan pembidangan kerja
pengurus cabang.
c. Masing-masing komisi dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih dari dan oleh
anggota MPKC.
BAGIAN XI
MAJELIS PEKERJA RAPAT ANGGOTA KOMISARIAT
Pasal 53
Status, Keanggotaan dan Masa Jabatan
a. Majelis Pekerja Rapat Anggota (MPRAK) adalah badan konsultasi dan pengawas
pelaksanaan ketetapan Rapat Anggota Komisariat.
b. Anggota MPRAK adalah anggota HMI/alumni HMI yang memiliki kapasitas
intelektual dan pengalaman organisasi, untuk satu periode kepengurusan, serta tidak
dapat dipilih untuk yang kedua kalinya.
c. Anggota sidang MPRAK terdiri dari anggota Rapat harian pengurus komisariat dan 7
(tujuh) orang anggota MPRAK.
d. Masa jabatan MPRAK disesuaikan dengan masa jabatan pengurus komisariat.
Pasal 54
Tugas Sidang MPRAK
a. Mengawasi pelaksanaan ketetapan-ketetapan RAK yang dijalankan oleh pengurus
komisariat.
b. Memberikan usul-usul/saran kepada pengurus komisariat untuk melancarkan
pelaksanaan ketetapan RAK baik diminta atau tidak diminta.
c. Menyiapkan draft materi RAK.
Pasal 55
Tata Tertib Pemilihan Anggota MPRAK
a. Anggota MPRAK sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang ditetapkan oleh rapat harian
pengurus komisariat berdasarkan calon yang diusulkan dan dipilih oleh RAK.
b. Jumlah calon yang diajukan adalah 2 x 7 orang.
c. Pemilihan calon-calon anggota MPRAK dilaksanakan setelah pemilihan Ketua
Umum/Formateur dan Mide Formateur pengurus komisariat.
d. Bila kemudian ternyata ada calon anggota MPRAK dipilih sebagai Pengurus
komisariat maka keanggotaanya gugur dan diganti oleh urutan berikutnya yang telah
dipilih oleh RAK.
Pasal 56
Persidangan MPRAK
a. Pimpinan sidang MPRAK dipilih dalam sidang MPRAK.
b. Sidang MPRAK sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali bersidang dalam satu periode.
c. Koordinator MPRAK dipilih dari anggota MPRAK dan ditetapkan dalam sidang
MPRAK.
d. Sebelum koordinator MPRAK terpilih, Sidang MPRAK pertama dipimpin oleh
pengurus komisariat.
e. Apabila telah melewati 4 (empat) bulan pengurus komisariat belum
menyelenggarakan sidang MPRAK pertama, maka MRAK dapat berinisiatif
mengadakan sidang MPRAK pertama atas persetujuan lebih dari separuh jumlah
anggota MPRAK.
Pasal 57
Tugas Kerja MPRAK
a. Tata kerja MPRAK diselenggarkan oleh koordinator MPRAK bersama anggota
MPRAK lainnya.
b. MPRAK terdiri dari komisi-komisi yang disesuaikan dengan pembidangan kerja
pengurus komisariat.
c. Masing-masing komisi dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih dari dan oleh
anggota MPRAK.
D. BADAN-BADAN KHUSUS
Pasal 58
Status Badan Khusus
a. Badan khusus terdiri dari Korps HMI-wati, Lembaga Kekaryaan, Lembaga Pengelola
Latihan, dan Badan Khusus lainnya.
b. Badan Khusus adalah pembantu pimpinan yang dibentuk oleh pimpinan HMI.
c. Di tingkat Pengurus Besar dibentuk badan Koordinasi Nasional (BAKORNAS)
Lembaga Kekaryaan, BAKORNAS LPL, dan KOHATI PB HMI ; di tingkat BADKO
dibentuk KOHATI BADKO ; di tingkat Cabang dibentuk Lembaga Kekaryaan, Lembaga
Pengelola Latihan dan KOHATI Cabang ; di tingkat Komisariat dibentuk KOHATI
Komisariat.
d. Lembaga-Lembaga Kekaryaan terdiri dari :
Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI)
Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI)
Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI)
Lembaga Tehnologi Mahasiswa Islam (LTMI)
Lembaga Da'wah Mahasiswa Islam (LDMI)
Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSMI)
Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI)
Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum Mahasiswa Islam
(LKBHMI)
Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI)
Lembaga Lingkungan Hidup Mahasiswa Islam (LHMI)
Pasal 59
Tugas dan Kewajiban
a. Badan-badan khusus HMI bertugas melaksanakan program dan kewajibankewajiban HMI sesuai dengan fungsi dan peran bidang masing-masing.
b. Pengurus badan khusus HMI mempunyai tugaas untuk meningkatkan keahlian para
anggota melalui pendidikan, penelitian dan latihan kerja praktis dalam bentuk
profesionalisasi anggota dan dharma bakti kemasyarakatan.
c. Lembaga Pengelola latihan mengembangkan dan meningkatkan pengelolaan
perkaderan.
d. KOHATI membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-Wati dalam
bidang peranan wanita.
e. Badan-badan khusus bertanggung jawab kepada pengurus HMI setempat.
Pasal 60
Personalia Badan-Badan Khusus
a. Formasi Pengurus Lembaga Kekaryaan sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua