Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Definisi Hernia


Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan.1
Hernia adalah adanya penonjolan peritoneum yang berisi alat visera dari
rongga abdomen melalui suatu lokus minoris resistensieae baik bawaan maupun
didapat.2
Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah
dari bagian muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong
dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang
potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan
intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.1
I.2 Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen
muncul didaerah sekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia
direct yaitu 2:1, dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih
sedikit. Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan
pria : wanita pada hernia indirect adalah 7:1.2
Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10 % dari semua hernia tetapi
40% dari itu muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau strangulasi.
Hernia femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah
menjalani operasi hernia inguinal. Meskipun kasus hernia femoralis pada pria dan
wanita adalah sama, insiden hernia femoralis di kalangan wanita 4 kali lebih
sering dibandingkan di kalangan pria, karena secara keseluruhan sedikit insiden
hernia inguinalis pada wanita.2,3

I.3 Etiologi
Penyebab terjadinya hernia : 1-5
1. Kongenital.
a. Hernia kongenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat-tempat
tertentu.
b. Hernia kongenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai
defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan
(0-1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut
karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan,
batuk,menangis)
2. Aquisital
Aquisial adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek
bawaan tetapi disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia selama
hidupnya, antara lain :
a. Tekanan intraabdominal yang tinggi.
Misalnya pada seseorang yang sering mengejan, batuk dan menangis.
b. Lemahnya dinding rongga abdomen.
c. Akibat dari pembedahan sebelumnya.
d. Konstitusi tubuh.
Orang kurus cenderung terkena hernia karena jaringan ikatnya yang
sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena
banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja
jaringan ikat penyokong.
e. Banyaknya preperitoneal fat yang banyak terjadi pada orang gemuk.
f. Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal.
g. Sikatrik
h. Penyakit yang melemahkan dinding perut.

I.4 Bagian Hernia :


Bagian-bagian hernia :
1. Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia
memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia
intertitialis.
2. Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya
usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
3. Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
4. Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
5. Locus minoris resistence (LMR)

I.5 Jenis Hernia :


1. Berdasarkan klinis : (Chirurgica, De Jong).

Hernia reponibel
Apabila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar apabila dalam
posisi berdiri atau mengedan, lalu masuk lagi apabila berbaring
atau didorong masuk perut. Dapat direposisi tanpa operasi. Pada
pasien tidak terdapat keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

Hernia ireponibel
Apabila isi hernia tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga
abdomen. Biasanya diakibatkan karena adanya perlengketan isi
pada peritoneum kantong hernia (Hernia Akreta). Memiliki risiko
lebih

besar

untuk

terjadi

inkarserata

dan

strangulata.

Penatalaksanaan dengan tindakan operatif.

Hernia inkarserata
Hernia ireponibel dimana sudah disertai tanda-tanda ileus mekanis
yang disebabkan karena isi kantong hernia terjepit oleh cincin
hernia sehingga isi kantong tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut. Tanda-tanda ileus diantaranya nyeri, mual, muntah, distensi
dan obstipasi.

Hernia strangulata
Hernia ireponibel dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi
viscera yang terperangkap dalam kantong hernia. Aliran darah
normal terganggu dan juga pergerakan otot serta mungkin dapat
menimbulkan penyumbatan usus dan kerusakan jaringan berupa
iskemia hingga nekrosis. Timbul gejala ileus yaitu perut kembung,
muntah, obstipasi, nyeri yang lebih hebat dan kontinu, daerah
benjolan menjadi merah, hangat, indurasi dan pasien menjadi
gelisah.

2. Berdasarkan arah hernia :

Hernia eksterna
Hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar karena
menonjolnya ke arah luar, misalnya :
-

Hernia inguinalis medialis (15%) dan lateralis (60%)

Hernia femoralis

Hernia umbilicalis

Hernia epigastrika

Hernia lumbalis

Hernia obturatoria
5

Hernia semilunaris

Hernia perinealis

Hernia ischiadica

Hernia interna
Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum
thoraks, bursa omentalis, atau masuk ke dalam recessus dalam
cavum abdomen.
Pada cavum abdominalis :
-

Hernia epiploica winslowi

Hernia bursa omentalis

Hernia mesentrika

Hernia retro peritonealis

Pada cavum thoraks


-

Hernia diafragmatica traumatica

Hernia diafragmatica non-traumatica


a. Kongenital, misalnya Hernia Bochdalek dan Hernia
Morgagni
b. Aquisital, misalnya hernia hiatus oesephagus

3. Berdasarkan lokasi :

Hernia Inguinalis
Hernia yang terletak di dalam kanalis inguinalis diantara lapisan
otot. Jenis ini merupakan yang tersering.

Hernia Femoralis
Hernia yang terjadi melalui kanalis femoralis

Hernia Umbilicalis

Hernia Epigastrika

Menonjol melalui defek di linea alba, cranial dari umbilicus


4. Menurut nama penemunya : 4,5

Hernia petit yaitu hernia di daerah lumbosacral.

Hernia spigelli yaitu hernia yang terjadi pada linen semi sirkularis
diatas penyilangan vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus
abdominalis bagian lateral.

Hernia richter yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus


yang terjepit.

8. Jenis hernia lainnya : 1,2


a. Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia femuralis yang terjadi
pada satu sisi dan dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.
b. Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum
secara lengkap.
c. Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.

I.6 HERNIA INGUINALIS


I.6.1 Anatomi
Region inguinal harus dipahami, karena pengetahuan tentang region ini
penting untuk terapi operatif dari hernia.

Kanalis inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan

terletak 2-4 cm kearah caudal ligamentum inguinal. Kanal melebar diantara


cincin internal dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas
deferens atau ligamentum uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat
otot cremaster, pleksus pampiniformis, arteri testicularis n.ramus genital
nervus genitofemoralis, ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan
prosesus vaginalis. 2-4
Batas kanalis inguinalis : (Chirurgica, 2005)

Dinding anterior : aponeurosis m.obliquus eksternus abdominis

Dinding posterior : fascia transversa

Dasar

: permukaan superior ligamentum inguinale dan


ligamentum lacunae

Atap

:tepi batas m.obliquus internus dan m.transversus


abdominis

Berisi :

Funiculus spermaticus

Arteri dan vena spermatica

N. Ilioinguinal

N. Iliofemoral

Pintu canalis :

Annulus inguinalis internus (sebelah kraniolateral) : bagian terbuka


dari fascia transversalis dan aponeurosis m.transversus abdominis

Annulus inguinalis eksternus (sebelah medial bawah) : bagian terbuka


dari aponeurosis m.obliquus eksternus

Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus
internus turut kendur, tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis
berjalan lebih vertikal. Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis
8

inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga


dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari trigonum
Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus, dan
ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum
Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral
dari trigonum adalah hernia indirect.4
II.6.2 Patofisiologi
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut.
Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi
tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritoneal. Bila bayi
lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga
perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum
menutup. Karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka
kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.1,2
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal
terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi
kerana usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah.
Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses
degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerah
ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk-batuk kronik, bersin yang
kuat dan mengangkat barang-barang berat, mengejan maka kanal yang sudah
tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena
terdorongnya suatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya
menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi protat,
asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada
semua.2-4
II.6.3 Klasifikasi

a. Hernia Inguinalis Lateralis (Indirek)


Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari abdomen di lateral
vasa epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui
dua pintu dan saluran, yaitu annulus dan kanalis. Hernia ini melalui
annulus inguinalis abdominalis/lateralis/internus dan mengikuti jalannya
spermatic cord di canalis inguinalis dan keluar melalui annulus inguinalis
eksternus sampai di scrotum. Jika isi hernia sampai pada scrotum maka
disebut hernia scrotalis. Insiden hernia inguinalis lateralis lebih sering
dibandingkan hernia inguinalis medialis, dan lebih banyak terjadi pada
pria serta lebih sering pada sisi sebelah kanan. Pada bayi dan anak
disebakan karena kelainan bawaan yaitu tidak menutupnya prosesus
vaginalis.
Kantung hernia berupa suatu prosesus vaginalis yang berdilatasi
secara persisten. Pada pemeriksaan ditemukan adanya penonjolan
berbentuk lonjong di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke
medial bawah.

b. Hernia Inguinalis Medialis (Direk)


Hernia yang berjalan melalui dinding inguinal belakang, medial
dari vasa epigastrica inferior ke daerah yang dibatasi oleh trigonum
Hasselbach.

10

Batas trigonum Hasselbach (Trigonum Inguinale) :


-

Caudal : ligamentum inguinal

Lateral : vasa epigastrica inferior

Medial : tepi lateral m.reus abdominis

Dasar trigonum Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat


oleh serat aponeurosis m.transversus abdominis yang terkadang tidak sempurna
sehingga daerah ini potensial menjadi lemah (Locus Minoris Resistenciae) dan
hernia ini disebabkan bila adanya peningkatan tekanan intaabdominal. Insidens
15% dan umumnya terjadi bilateral, khususnya pada lelaki tua (>40 tahun).
Hernia ini tidak keluar melalui kanalis inguinalis medialis, hanya mendesak
trigonum Hasselbach dan sampai pada annulus inguinalis externus di bawah kulit
11

saja dan tidak sampai pada scrotum. Kantung hernia terdiri dari peritoneum dan
fascia transversalis. Pada pemeriksaan ditemukan adanya tonjolan bulat.1

HERNIA INGUINALIS DIREK

HERNIA INGUINALIS INDIREK

(MEDIALIS)

(LATERALIS)

Terletak di atas ligamentum inguinal

Terletak di atas ligamentum inguinal

Medial terhadap vasa epigasrika inferior

lateral terhadap vasa epigasrika inferior

Jika dapat dimasukan, kemudian pasien Jika dapat dimasukan, kemudian pasien
disuruh valsava dengan tangan di cincin disuruh valsava dengan tangan di cincin
eksternus teraba tekanan pada sisi medial dan eksternus teraba tekanan pada ujung jari, jalan
hernia timbul lagi (Finger Test)

keluar hernia tertutup (Finger Test)

Bentuk hernia biasanya bulat

Bentuk hernia biasanya lonjong

II.6.4 Diagnosis
Finger test

: Melalui skrotum, jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral

dari tuberkulum pubikum ikuti fasikulus spermatikus sampai ke


annulus inguinalis internus:
Normal

: jari tangan tidak dapat masuk

Hernia inguinalis lateralis : massa menyentuh ujung jari


Hernia inguinalis medialis : massa menyentuh sisi jari

12

II.6.5 Penatalaksanaan
a. Pengobatan konservatif
Reposisi dan pemakaian penyangga untuk mempertahankan hernia
yang telah direposisi. Reposisi secara bimanual, tangan kiri memegang isi
hernia membentuk corong, sedangkan tangan kanan mendorongnya ke
arah cincin dengan sedikit tekanan perlahan sampai terjadi reposisi.
Reposisi hernia inguinalis strangulata hanya dilakukan pada anak-anak.
Dilakukan dengan cara menidurkan anak dengan pemberian sedative dan
kompres es diatas hernia. Apabila berhasil, anak disiapkan untuk reposisi
di hari berikutnya, apabila tidak dalam waktu 6 jam harus dilakukan
operasi segera.

1
:
sedativ
e parenteral, 2: sikap tredelenburg, 3: cairan parenteral, 4: kompres es di lipat
paha pada hernia
b. Pengobatan operatif
Pada keadaan strangulasi / inkarserata dilakukan operasi cyto namun
keadaan umum diperbaiki terlebih dahulu.
Tujuan :
-

Reposisi isi hernia

Menutup pintu hernia (menghilangkan LMR)

Mencegah residif dengan memperkuat dinding perut

13

Operasi hernia ada 3 tahap :


1. Herniotomi
Membuka dan memotong kantong hernia, mengembalikan isi hernia ke
cavum abdominalis.
2. Hernioraphy
Mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint tendon
(pertemuan m.transversus internus abdominis dan m.oblikus internus
abdominis) supaya tidak keluar masuk lagi.
3. Hernioplasty
Memberi kekuatan pada dinding abdomen dan menghilangkan LMR
sehingga tidak residif dengan cara mengikatkan conjoint tendon ke
ligamen inguinal. Hal ini tidak dilakukan pada pasien anak-anak..
Umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional.
Usia lanjut tidak merupakan kontraindikasi operasi elektif.

Berdasarkan

pendekatan operasi, teknik herniorraphy dapat dikelompokkan dalam 4 kategori


utama :

K elompok 1: Open Anterior Repair 6.7.8


Kelompok

operasi

hernia

(teknik

Bassini,

McVay

dan

Shouldice)melibatkan pembukaan aponeurosis otot obliquus abdomins


ekternus danmembebaskan funikulus spermatikus. fascia transversalis
kemudian dibuka,dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan
indirect. Kantunghernia biasanya diligasi dan dasar kanalis spinalis di
rekonstruksi.
Teknik Bassini

7,8

Komponen utama dari teknik bassini adalah


-

Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus di


kanalis ingunalis hingga ke cincin ekternal.

Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari


hernia indirect sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal
untuk mencari hernia direct.

Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis


(fascia transversalis).

14

Melakukan ligasi kantung hernia seproksimal mungkin.

Rekonstuksi

didinding

posterior

dengan

menjahit

fascia

tranfersalis, otot transversalis abdominis dan otot abdominis


internus ke ligamentum inguinalis lateral.

Kelompok 2: Open Posterior Repair 9


Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan
denganmembelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar
dan masuk ke properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam ke semua
bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan
teknik open anterior adakah rekonrtuksi dilakukan dari bagian dalam.
Posterior repair sering digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena
menghindari jaringan parut dari operasi sebelumnya. Operasi ini
biasanyadilakukan dengan anastesi regional atau anastesi umum.

Kelompok 3 : Tension Free Repair With Mess 8,9


Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow)
menggunakan pendekatan awal yang sama degan teknik open anterior.
Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek , tetapi
menempatkan sebuah prostesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat
memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan
disekitar fascia. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan
angkakekambuhan dilaporkan kurang dari 1 %.

15

Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang


penggunaan implant prosthesis, khususnya kemungkinan

infeksi atau

penolakan. Akan tetapi pengalaman yang luas dengan mesh hernia telah
mulai menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus populer. Teknik
ini dapat dilakukan dengan anastesi lokal, regional atau general.

Kelompok 4 : Laparoscopic 7,9,10


Operasi hernia laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun
terakhir, tetapi juga menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan
teknik ini, hernia diperbaiki dengan menempatkan potongan mesh yang
besar di region inguinal diatas peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena
potensi obstruksi usus halus dan pembentukan fistel karena paparan usus
terhadap mesh. Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphies
dilakukan

menggunakan

salah

satu

pendekatan

transabdominal

preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP


dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum abdomen
dan memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh
diletakkan dan kemudian ditutupi dengan

peritoneum. Sedangkan

pendekatan TAPP adalah prosedur laparoskopi


mengharuskan

masuk

ke cavum

langsung yang

peritoneal untuk diseksi.

Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cidera selama operasi.

16

BAB II
LAPORAN KASUS

II.1

II. 2

IDENTITAS PASIEN
No. Register

: 278421

Ruangan

: Poli Bedah

Nama

: I Nyoman Krinit

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 65 tahun

Bangsa

: Indonesia

Agama

: Hindu

Suku

: Bali

Pekerjaan

: Petani

Alamat

: Ling. Bongan Kauh Kaja Bongan, Tabanan

Tanggal pemeriksaan

: 4 Nopember 2014

ANAMNESA.
Keluhan utama :
Kontrol luka post herniotomi
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh nyeri pada luka bekas operasi pada perut kanan bawah
setelah dilakukan operasi pada. Luka jahitan terawat baik, nyeri (+), Pus ().
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien datang ke RS Tabanan pada tanggal 30 Oktober 2014 mengeluh
benjolan pada lipatan paha kanan. Benjolan dikatakan timbul sejak 2
minggu SMRS. Benjolan dikatakan hilang timbul. pertama kali

saat

bekerja bangunan dan bisa hilang sendiri. 2 hari SMRS pasien merasa
benjolan turun ke skrotum dan masih dapat di masukan kembali. Pasien
datang ke IGD RSUD Ambarawa dengan keluhan kemeng dibenjolan
skrotum, benjolan tersebut masih bisa kembali ketempat semula. Mual,
muntah, dan pusing disangkal

17

Hernia di inguinalis kanan (+) 1 tahun yang lalu, riwayat DM (-),


riwayat penyakit jantung (-), dan riwayat darah tinggi (-)
Riwayat penyakit keluarga :
Anggota keluarga yang punya keluhan sama (-), riwayat DM (-), riawayat
penyakit jantung (-), riwayat darah tinggi (-)
Riwayat alergi :
(-)
Riwayat trauma :
Tidak ada trauma sebelumnya

II.3 PEMERIKSAAN FISIK


Status generalis
Keadaan umum

: Sakit sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda Vital

: TD

: 120/80 mmHg

: 90 x/mnt

: 22 x/mnt

: 37 OC.

Kepala
Bentuk

: Bentuk bulat, mesosephal, deformitas (-)

Rambut

: Warna hitam, distribusi rambut merata

Mata

: Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),

pupil

isokor diameter 4 mm, reflek cahaya (+/+), reflek kornea


(+/+) pergerakan mata ke segala arah baik.

Telinga
(-)
Hidung
),
Mulut

: Deformitas (-/-), benjolan (-/-), discharge (-/-), nyeri tekan


pendengaran normal
: Deformitas (-), deviasi septum (-), napas cuping hidung (perdarahan (-), sekret (-), daya penciuman normal
: warna mukosa bibir kemerahan, sianosis (-), mukosa

kering(-)
Thorax
a. Jantung

18

Inspeksi

: simetris dan dinamis, iktus kordis tidak tampak, massa (-),


jejas (-)

Palpasi

: iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi

: batas jantung normal

Auskultasi

: BJ I/II normal, regular, murmur (-), gallop (-)

b. Paru paru
Inspeksi

: simetris statis dan dinamis, retraksi intercostae (-)

Palpasi

: fremitus taktil (n), nyeri tekan (-)

Perkusi

: sonor seluruh lapang paru

Auskultasi

: suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)

c. Abdomen
Inspeksi

: distensi (-), jejas (-)

Auskultasi

: bising usus (+)

Palpasi

: tegang (-), nyeri tekan (-)

Perkusi

: timpani (+)

d. Skrotum
Inspeksi

: benjolan di skrotum kanan

Palpasi

: terdapat benjolan dan dapat di masukan, nyeri tekan (+)

Finger test

: hernia lateralis

e. Ekstremitas
Atas

: Akral hangat (+/+), deformitas (-/-), edema (-/-),sianosis

(-

/-), capillary refill < 2 detik.

Bawah

: Akral hangat (+/+), deformitas (-/-), edema (-/-), capillary


refill < 2 detik.

I1.4 DIAGNOSIS SEMENTARA

Hernia Skrotalis Dextra Reponibel

Peradangan di Skrotum

II.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium (30 Oktober 2013)


Pemeriksaan

Hasil

Nilai Rujukan

19

Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin

13.3g/dl L

14.0-18.0 g/dl

Leukosit

11.0 ribu

4.0-10 ribu

Eritrosit

4.15 juta

4.0-6.2 juta

Hematokrit

34.6 % L

40-58 %

Trombosit

188 ribu L

200-400 ribu

MCV

83.4 mikro m3

80-90 mikro m3

MCH

32 pg

27-34 pg

38.4 g/dl H

32-36 g/dl

RDW

11.4 %

10-16 %

MPV

6.5 mikro m3 L

7-11 mikro m3

Limfosit

2.2

1.7-3.5

Monosit

0.5

0.2-0.6

Granulosit

8.3 H

2.5-7

Limfosit %

19.8% L

25-35 %

Monosit %

4.6 %

4-6 %

Granulosit %

75.6

50-80 %

PCT

0.122 L

0.2-0.5

PDW

13.1

10-18

MCHC

KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu

109 mg/dl

60-110 mg/dl

Ureum

17.8 mg/dl

10-50 mg/dl

Creatinin

0.94 mg/dl

0.62-1.1 mg/dl

SGOT

13 IU/L

0-50 IU/L

SGPT

6 IU/L

0-50 IU/L

NON REAKTIF

NON REAKTIF

SEROLOGI
HbsAg

I1.6 DIAGNOSIS KERJA


Hernia Skrotalis Dextra Reponibel

20

1I.7 PENATALAKSANAAN
-

Infus RL

Inj. Ketorolac 3x30 mg

Konsul Sp.B untuk dilakukan Hernioraphy

BAB III
PEMBAHASAN

III.1. S (Subjective)
Pasien bernama Tn. J datang ke IGD RSUD Ambarawa pada tanggal 30
Oktober 2013 dengan keluhan utama terdapat benjolan di skrotum kanan
yang dapat dimasukan kembali dan keluhan tambahan merasa kemeng di
daerah skrotum kanan. Keluhan ini dirasakan 2 hari SMRS. Pasien mengaku
sebelumnya memiliki benjolan di lipat paha kanan 1 tahun yang lalu dan
sekarang turun ke skrotum. Benjolan keluar pertama kali

saat bekerja

bangunan.

Benjolan awalnya terdapat di inguinal kanan dan turun ke skrotum.


hernia yang didapat pasien berupa hernia inguinal yang sudah turun
ke skrotum. Anamnesa lebih lanjut menjelaskan bahwa benjolan ini
timbul setelah pasien bekerja bangunan dan dapat dimasukan
kembali, mengarahkan hipotesis hernia skrotalis reponible.

Pasien juga mengeluhkan kemeng di skrotum tetapi tidak disertai keluhan


mual, muntah, perut kembung, demam, serta tidak ada gangguan BAB.

Kemeng dapat berupa nyeri visceral ketika usus masuk ke cincin


hernia

Tidak ada mual, muntah, perut kembung, demam, serta BAB normal
menunjukkan belum adanya hernia inkarserata atau strangulate yang
akan menimbulkan gejala obstruksi dan nekrosis.

Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya, tidak ada


riwayat penyakit batuk kronik/BPH/konstipasi/trauma.

21

Hal ini ditanyakan untuk menggali berbagai faktor resiko dan


perjalanan penyakit yang dapat menyebabkan hernia

III.2. O (Objective)
Berdasarkan hasil pemeriksaan status lokalis pasien pada regio
inguinal dekstra:

Inspeksi : terlihat benjolan di regio skrotum dekstra

Palpasi (finger test) : teraba massa (usus) menyentuh ujung jari


menunjukkan jenis hernia berasal dari hernia inguinalis lateralis
Tidak ada nyeri tekan dan dapat dimasukan kembalimerupakan
hernia skrotalis reponible dan bukan hernia inkarserata atau
strangulate yang akan menimbulkan gejala obstruksi dan nekrosis

III.3. A (Assessment)
Hernia inguinalis reponible dekstra

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik

III.4. P (Planning)

Infuse RL 20 tpm
-

Ringer Laktat merupakan salah satu cairan kristaloid yang bersifat


isotonic yaitu cairan yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya
mendekati serum tubuh. Komposisi RL terdiri dari Na+ (130 mEq/L),
Cl- (109 mEq/L), Ca2+ (3 mEq/L), dan laktat (28 mEq/L).
osmolaritasnya sebesar 273 mOsm/L. Sediaannya adalah 500 ml dan
1000 ml.

Pemberian infuse RL pada pasien hernia sebagai maintenance cairan


tubuh.

Inj. Ketorolac 3x30 mg


Merupakan analgetik yang digunakan untuk mengurangi nyeri
jangka pendek yang sifatnya sedang sampai berat.

Operatif
Pasien dikonsulkan ke dokter spesialis bedah untuk dilakukan
tindakan operatif yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.

22

23

DAFTAR PUSTAKA
1.

R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit

buku kedokteran EGC. Jakarta. 2005. Hal 700-718


2.

A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta

Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius,Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal313-317
3.

Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by

stepapproach). Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global Hospital


& Endosurgery Institute. New Delhi. 2003.(Ebook, di akses 10 juli 2010)
4.

H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-

356
5.

C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I.

Penerbit GEM Foundation. 2004. Hal 39-58


6.

Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergecy surgery. Edisi XXIII.

Penerbit Hodder Arnold. 2006.


7.

Gary G. Wind. Applied Laparoscopic Anatomy (Abdomen and Pelvis).

Edisi I.Penerbit Williams & Wilkins, a Waverly Company. 1997.


8.

Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi II.

2005.
9.

R. Bendavid, J. Abrahamson, Mauruce E. A, dkk. Abominal Wall Hernias

(Principlesand Management). Edisi I. Penerbit Sringer-Varlag. New York.2001.


(Ebook, di akses 10 Juli 2010)
10.

Michael S. Kavic. Laparoscopic Hernia Repair. Edisi I. Penerbit

HarwoodAcademic Publishers. Amsterdam. 1997. (Ebook, diakses 10Juli 2010)

24

Anda mungkin juga menyukai