ini menunjukkan aspek paling menarik dari proses pencernaan. Untuk mempelajari hal itu
ia pun berfokus pada bagian lain dari pencernaan anjing.
Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti sebuah nada
atau sinar untuk membentuk perilaku (respons). Dalam hal ini, eksperimen yang dilakukan
oleh pavlov menggunakan anjing sebagai subyek penelitian.
Ia meninggal di Leningrad pada tanggal 27 Februari 1936. Ivan Petrovich Pavlov
(1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal dengan teori pengkondisian asosiatif
stimulus-respons dan hal ini yang dikenang darinya hingga kini. Ia tidak pernah memiliki
hambatan serius dalam sepanjang kariernya meskipun terjadi kekacauan dalam revolusi
rusia.
PEMBIASAAN KLASIK
Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil
eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936), seorang ilmuan besar Rusia
yang berhasil menggondol hadiah nobel pada tahun 1909. Pada dasarnya classic
conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan
stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (Terace,1973).
Dalam eksperimennya, Pavlov mengguanakan anjing untuk mengetahui
hubungan-hubungan antara conditioned stimuls (CS), unconditioned stimulus (UCS),
conditioned response(CS), dan unconditioned response(UCR). CS adalah rangsangan
yang mampu mendatangkan respon yang dipelajari, sedangkan respon yang dipelajari itu
sendiri disebut CR. Adapun UCS berarti rangsangan yang menimbulkan respon yang tidak
dipelajari, dan respon yang tidak dipelajari itu disebut UCR.
Anjing percobaan itu mula-mula diikat sedemikian rupa dan pada salah satu
kelenjar air liurnya diberi alat penampung cairan yang dihubungkan dengan pipa kecil.
Perlu diketahui bahwa sebelum dilatih (dikenai eksperimen), secara alami anjing itu selalu
mengeluarkan air liur setiap kali mulutnya berisi makanan. Ketika bel dibunyikan, secara
alami pula anjng itu menunjukan reaksinya yang relevan, yakni tidak mengeluarkan air liur.
Kemudian dilakukan eksperimen berupa latihan pembiasaan mendengarkan bel
(CS) bersama-sama dengan pemberian makanan berupa serbuk daging (UCS) setelah
latihan yang berulang-ulang ini selesai, suara bel tadi (CS) diperdengarkan lagi tanpa
dusertai makanan (UCS). Apa yang terjadi ? ternyata anjing percobaan tadi mengeluarkan
2
air liur juga (CR), meskipun hanya mendengarkan suara bel (CS). Jadi,CS akan
menghasilkan CR apabila CS dan UCS telah berkali-kali dihadirkan bersama-sama.
Eksperimen pembiasaan klasik
Sebelum eksperimen
Pemberian makanan (UCS)
Bunyi bel
(CS)
Eksperimen / Latihan
Bunyi bel
(CS)
Setelah eksperimen
Bunyi bel
(CS)
4. Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari
penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi
bel dengan makanan.
Menilik psikologi behavioristik menggunakan suatu pendekatan ekperimental, refleksiologis
objektif pavlov tetap merupakan model yang luar biasa dan tidak tertandingi.
buatan ini akan menimbulkan syarat (kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut.
Peristiwa ini disebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons.
Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih. Bectrev
murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia, yang
ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak disadari manusia.
rangsang tak berkondisi tidak ada lagi. Pada tingkat yang lebih lanjut, bunyi bel didahului
oleh sebuah lampu yang menyala, maka lama-kelamaan air liur sudah keluar setelah
anjing melihat nyala lampu walaupun ia tidak mendengar bel atau melihat makanan
sesudahnya.
Demikianlah satu rangsang berkondisi dapat dihubungkan dengan rangsang
berkondisi lainnya sehingga binatang percobaan tetap dapat mempertahankan refleks
berkondisi walaupun rangsang tak berkondisi tidak lagi dipertahankan. Tentu saja tidak
adanya rangsang tak berkondisi hanya bisa dilakukan sampai pada taraf tertentu, karena
terlalu lama tidak adarangsang tak berkondisi, binatang percobaan itu tidak akan
mendapat imbalan (reward) atas refleks yang sudah dilakukannya dan karena itu refleks
itu makin lama akan semakin menghilang dan terjadilah ekstinksi atau proses
penghapusan refleks (extinction).
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku
sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang
terjadi setelah adanya proses kondisioning (conditioning process) di mana refleks-refleks
yang tadinya dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan
dihubungkan dengan rangsang berkondisi.
Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan
sehari-hari ada situasi yang sama seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari
penjual es krim Walls yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin suara itu
asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa
menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas. Bayangkan, bila tidak ada lagu
tersebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya.
Contoh lain bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di bank.
Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian dari
pedagang makanan (rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di rumah, bel
masuk kelas-istirahat atau usai sekolah dan antri di bank tanpa harus berdiri lama.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov
ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan
stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara
individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar
dirinya.
Penemuan Pavlov yang sangat menentukan dalam sejarah psikologi adalah hasil
penyelidikannya tentang refleks berkondisi (conditioned reflects). Dengan penemuannya
ini Pavlov meletakkan dasar-dasar Behaviorisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi
penelitian-penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori tentang
belajar. Bahkan Amerika Psychological Association (APA) mengakui bahwa Pavlov adalah
orang yang terbesar pengaruhnya dalam psikologi modern di samping Freud.
perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan
teori belajar Pavlov ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang
diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat
penghargaan negatif.
Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Kritik terhadap teori
belajar Pavlov adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik,
dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak
berdasar karena penggunaan teori Pavlov mempunyai persyaratan tertentu sesuai dengan
ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga
kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk
menerapkan kondisi behavioristik.
Metode Pavlov ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang membuthkan
praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas,
kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing,
mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini
juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi
peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang
dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Penerapan teori belajar Pavlov yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi
siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru
melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif, perlu
motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid
hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar
dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan
hukum-hukum belajar,diantaranya
LAW OF RESPONDENT CONDITIONING yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
LAW OF RESPONDENT EXTINCTION yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks
yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
PENGKODISIAN KLASIK
Pavlov menggunakan seekor anjing sebagai binatang percobaan. Anjing itu didikat
dan diopersi pada bagian rahangnya sedemikian rupa, sehingga tiap-tiap air liur yang
keluar dapat ditampung dan diukur jumlahnya. Pavlov kemudian menekan sbuah tombol
dan keluarlah semangkuk makanan, anjing itu mengeluarkan air liur yang dapat terlihat
dengan jelas pada alat pengukur. Makanan yang keluar disebut sebagai rangsang tak
berkondisi (uncontioned stimulus) dan air liur yang keluar setelah anjing melihat makanan
disebut refleks tak berkondisi (unconditioned reflek) karena setiap anjing akan melakukan
refleks yang sama (mengeluarkan air liur) kalau melihat rangsang yang sama pula
(makanan). Kemudian dalam percobaan selanjutnya Paplov membunyikan sebuah bel
setiap kali ia hendak mengeluarkan makanan. Dengan demikian anjing akan mendengar
bel dahulu sebeluim ia melihat makanan muncul didepannya.
Percobaan ini dilakukan berkali-kali dan selama itu keluarnya air liur diamati terus.
Mula-mula air liur keluar hanya keluar setelah anjing melihat makanan (refleks tak
berkondisi), tetapi lama kelamaan air liur sudak keluar pada waktu anjing baru mendengar
bel. Keluarnaya air liur setelah anjing mendengar bel disebut sebagai refleks berkondisi
(conditioned reflex), karena refleks itu merupakan hasil latihan yang terus menerus dan
hanya anjing yang sudah mendapat latihan itu saja yang dapat melakukannya. Bunyi bel
jadinya adalah rangsang berkondisi (conditioned stimulus). Kalau latihan itu diteruskan
maka pada suatu waktu keluarnya air liur setelah anjing mendengar bunyi bel akan tetap
terjadi walaupun tidak ada lagi makanan yang mengikuti bunyi bel itu. sehinggga reflex
berkondisi akan bertahan walaupun rangsang tak berkondisi tidak ada lagi.
Pada tingkat yang lebih lanjut, bunyi bel didahului oleh sebuah lampu yang
menyala, maka lama kelamaan air liur sudah keluar setelah anjing melihat nyala lampu
walaupun ia tidak mendengar bel atau melihat makanan sesudahnya.
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku
sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleksi berkondisi yaitu refleks-refles yang
terjadi setelah adanya proses conditioning (conditioning proses) dimana refleks-refleks
10
11
itu diikat dan dioperasi pada bagian rahangnya sedemikian rupa, sehingga tiap-tiap air liur
yang keluar dapat ditampung dan diukur jumlahnya. Pavlov kemudian menekan sebuah
tombol dan keluarlah semangkuk makanan di hadapan anjing percobaan. Sebagai reaksi
atas munculnya makanan, anjing itu mengeluarkan air liur yang dapat terlihat jelas pada
alat pengukur. Makanan yang keluar disebut sebagai perangsang tak berkondisi
(unconditioned stimulus) dan air lliur yang keluar setelah anjiing melihat makanan disebut
refleks tak berkondisi (unconditioned reflex), karena setiap anjing akan melakukan refleks
yang sama (mengeluarkan air liur) kalau melihat rangsang
yang
sama
pula
(makanan). Kemudian dalam percobaan selanjutnya Pavlov membunyikan bel setiap kali
ia hendak mengeluarkan makanan. Dengan demikian anjing akan mendengar bel dahulu
sebelum ia melihat makanan muncul di depannya. Percobaan ini dilakukan berkali-kali dan
selama itu keluarnya air liur diamati terus. Mula-mula air liur hanya keluar setelah anjing
melihat makanan (refleks tak berkondisi), tetapi lama-kelamaan air liur sudah keluar pada
waktu anjing baru mendengar bel. Keluarnya air liur setelah anjing mendengar bel disebut
sebagai refleks berkondisi (conditioned reflects, karena refleks itu merupakan hasil latihan
yang terus-menerus dan hanya anjing yang sudah mendapat latihan itu saja yang dapat
melakukannya. Bunyi bel jadinya rangsang berkondisi (conditioned reflects). Kalau latihan
itu diteruskan, maka pada suatu waktu keluarnya air liur setelah anjing mendengar bunyi
bel akan tetap terjadi walaupun tidak ada lagi makanan yang mengikuti bunyi bel itu.
Dengan perkataan lain, refleks berkondisi akan bertahan walaupun rangsang tak
berkondisi tidak ada lagi. Pada tingkat yang lebih lanjut, bunyi bel didahului oleh sebuah
lampu yang menyala, maka lama-kelamaan air liur sudah keluar setelah anjing melihat
nyala lampu walaupun ia tidak mendengar bel atau melihat
makanan
sesudahnya.
12
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku
sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang
terjadi setelah adanya proses kondisioning (conditioning process) di mana refleks-refleks
yang tadinya dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan
dihubungkan dengan rangsang berkondisi.
Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar di atas:
1. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing
akan mengeluarkan air liur (UCR).
2. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air
liur.
3. Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah
diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air
liur (UCR) akibat pemberian makanan.
4.
mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan
memberikan respon berupa keluarnya dari
mulutnya.
Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika
bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa
diberikan makanan. Karena pada awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon apapun
ketika mendengar bunyi bel.
Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian
mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan
stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini
disebut dengan extinction atau penghapusan.
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan
penghapusan sebagai berikut:
1.
13
lingkungan.
Contohnya yaitu pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar
mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap
murid-muridnya, sehingga para murid merasa
gurunya.
Sebagai contoh untuk menambah kelekatan dengan pasangan, Jika anda
mempunyai pasangan yang sangat suka (UCR) dengan coklat (UCS). Disetiap anda
bertemu (CS) dengan kekasih anda maka berikanlah sebuah coklat untuk kekasih anda,
secara otonom dia akan sangat suka dengan coklat pemberian anda. Berdasarkan teori,
ketika hal itu dilakukan secara berulang-ulang, selanjutnya cukup dengan bertemu dengan
anda tanpa memberikan coklat, maka secara otonom pasangan anda akan sangat suka
(CR) dengan anda, hal ini dapat terjadi karena pembentukan perilaku antara UCS, CS,
UCR, dan CR seperti ekperimen yang telah dilakukan oleh Pavlov.
Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud sesuatu yang konkret atau yang
non konkret, berlangsung secara mekanik memerlukan penguatan. Aplikasi teori belajar
behaviorisme dalam pembelajaran, tergantung dari beberapa hal seperti tujuan
pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran
14
yang tersedia. Adapun contoh aplikasi teori belajar behaviorisme menurut Pavlov adalah
pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang
guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-muridnya,
sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya.
Pada awal masuk kelas, guru memberikan kenyamanan pada siswa sehingga siswa
merasa aman untuk melanjutkan pembelajaran. Sebagai pembukaan guru dapat bertanya
kepada siswa tetang kabar mereka, keluarga, hewan peliharaan/hal pribadi dalam hidup
mereka dan apakah siswa sudah siap untuk belajar.Dalam pembukaan pembelajaran guru
memberikan motivasi, untuk memberikan stimulus guru dapat memberikan makanan kecil
pada siswa apabila siswa dapat menjawab pertanyaan (respon). Hal ini untuk
membangkitkan semangat siswa untuk menjawab pertanyaan. Dengan demikian bila
stimulus ini terjadi terus- menerus akan menjadikan
siswa
menjadi
aktif
dalam
pembelajaran.
Dalam pembelajaran guru hendaknya menjadikan lingkungan belajar yang
nyaman dan hangat, sehingga kelas menjadi satu kesatuan (saling berhubungan) dengan
emosi positf (adanya hubungan persahabatan/kekerabatan) Guru berusaha agar siswa
merespek satu sama lain pada prioritas tinggi di kelas, misalnya, pada diskusi kelas guru
merangsang siswa untuk berpendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan.
Pada pembelajaran dalam tanya jawab, guru berusaha membuat siswa berada
dalam situasi yang nyaman dengan memberikan hasil (positf outcome masukan positif).
Misalnya, jika siswa diam/tidak aktif, maka guru bisa memulai dengan pertanyaan apa
pendapatmu tentang masalah ini, atau bagaimana kamu membandingkan dua contoh ini.
Dengan kata lain, guru memberi pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk
berpendapat. Namun jika dengan cara inipun siswa tidak sanggup/ segan untuk merespon,
maka tugas guru untuk membimbing/ memacu sampai siswa memberi jawaban yang dapat
diterima.
15
pembelajaran.
Karena suatu hal, guru ini dipindah tugaskan sehingga dihadirkan guru yang
karena mereka berlomba untuk menjadi yang terbaik dan agar mendapat hadiah.
System ini dilakukan secara terus- menerus.
Suatu hari guru tidak dapat hadir, namun guru tetap memberikan tugas untuk
diselesaikan.
Karena murid sudah terbiasa untuk selalu menyelesaikan soal dengan baik, maka
muris akan menyelesaikan soal itu dengan sungguh-sungguh walaupun sang guru
tidak hadir saat itu.
Pada Pembelajaran Matematika ini ada 2 orang yang berperan sebagai Guru
Matematika,yakni guru Matematika yang galak dan guru Matematika yang baik. 3 orang
lainnya menjadi siswa dan 1 orang menjadi prolog.
Diceritakan bahwa siswa merasa bosan dengan pengajaran guru yang galak, setiap
pemnbelajaran matematika siswa selalu merasa takut dan tertekan sehingga membuat
siswa tidakmempunyai motivasi untuk memahami matematika.
Kemudian didatangkan seorang guru matematika yang baik, yang mana guru itu mampu
membawa dan memahami kondisi setiap siswa sehingga siswa timbul motivasi untuk bisa
memahami dan menegerjakan soal matematika. Guru ini sering memberikan latihan soal.
Unutk setiap siswa yang berani dan bisa mengerjakan akan diberikan reward. Kegiatan ini
dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi proses pembiasaan. Sehingga hal ini
dapat memotivasi siswa untuk bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru.
16
Namun seiring berjalannya waktu guru memberikan soal tanpa imbalan reward seperti
biasanya dan siswa pun karena telah terbiasa mengerjakan soal yang diberikan guru tanpa
ada reward pun siswa berantusias untuk mengerjakan soal tersebut. Selain itu guru pun
sering mengkoreksi tugas-tugas yang ia berikan pada muridnya,sehinggga murid akan
terbiasa mengerjakan tugas dan dapat memahami materi tersebut.
Inilah aplikasi proses pembiasaan yang digambarkan oleh Ivan P Pavlov .
17