BAB I
PENDAHULUAN
perang
dingin.
Adanya
kecenderungan
meningkatnya
jumlah
pemantauan. Hal ini semua dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses dan
kondisi apa yang memungkinkan berlangsungnya perubahan demokratis di
masyarakat masyarakat yang sebelumnya otoriter itu (Mohtar Masoed, 2003:vvl). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa banyak negara didunia ini
menuntut adanya penerapan demokrasi pada pemerintahannya.
Implikasi lebih lanjut dengan adanya tuntutan penerapan prinsip
demokrasi disuatu negara adalah diperlukannya sikap dan prilaku demokratis pada
setiap warganegara dalam tatanan hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Untuk itu adalah menjadi kewajiban bagi setiap warganegara untuk memiliki dan
mengembangkan sikap dan prilaku demokratis agar dapat berperan aktif atau
berpertasi dalam pembinaan dan membangun masyarakat negara dan bangsanya.
Demokrasi masuk di Indonesia melalui aspek kultural dalam hal ini
subkultur pergerakan nasional. Sejak semula demokrasi menimbulkan persoalan
yang cukup rumit dalam mencari perpaduanya dengan nilai nilai yang hidup
dalam masyarakat Indonesia. Demokrasi yang ingin ditegakkan di Indonesia
adalah demokrasi yang didasarkan pada nilai dasar negara yaitu Pancasila.
Demokrasi Pancasila tidak hanya demokrasi dalam bidang politik kenegaraan
namun juga meliputi bidang ekonomi, sosial, dan budaya, sebagai cita cita yang
ingin diwujudkan (Rudini, 1994:32)
Konsep demokrasi bila dianut oleh sesuatu negara harus berjalan dengan
kontrol yang ketat dan tidak semata mata mengandalkan Political will. Ada
dua alasan utama mengapa sebuah negara memilih sistem demokrasi untuk
pemerintahannya. Pertama adanya pengakuan hak azazi manusia sebagai
penghargaan terhadap martabat manusia; Kedua adanya partisipasi dan dukungan
rakyat dalam pemerintahan. Inti pemikiran ini adalah bahwa kemajuan masyarakat
/ negara sejalan dengan sejauh mana perkembangan demokrasi di dalam
kehidupan masyarakat dan manusia (Nusantara, 2003:28-29).
Menurut Susilo Bambang Yudoyono (SBY) bahwa karakteristik dan
efektifitas sistem setiap negara berbeda beda. Pada bangsa yang tingkat
pendidikan tinggi, maka demokratisasi, kebebasan dan keterbukaan sangat efektif
dalam membangun karakter bangsa. Akan tetapi pada bangsa yang tradisioanal
dan tingkat pendidikan warganya tidak merata, maka keteladanan seorang
pemimpin lebih efektif dibandingkan demokratisasi dan keterbukaan. Pada bangsa
Indonesia demokrasi tidak bisa dilempar ke pasar bebas tanpa melihat nilai nilai
budaya lokal (Achmad Mubarok, 2005 : xii).
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa demokrasi yang ingin di
tegakkan di Indonesia ialah demokrasi yang didasarkan pada nilai dasar negara
yaitu Pancasila. Dengan demikian, maka demokrasi yang dikembangkan di
Indonesia ialah demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila dapat diartikan secara
luas maupun sempit. Secara luas berarti kedaulatan rakyat yang didasarkan pada
nilai nilai Pancasila dalam bidang politik ekonomi dan sosial. Sedangkan dalam
arti sempit demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang dilaksanakan
menurut hikmat kebijaksanaan dalam permussyawaratan perwakilan (Winarno,
2006:74). Menyambut bergulirnya era demokratisasi banyak orang berharap pada
dunia pendidikan yang semakin baik dan bermutu pada setiap negara. Hal ini
adalah wajar karena pendidikan adalah sebagai sebuah wahana penyadaran yang
diyakini mampu membawa bangsa dan warga negara keluar dari krisis (Susetyo,
2005 : v).
Bila dikaitkan dengan demokrasi maka membangun demokrasi sejati
dalam suatu negara memerlukan sikap dan prilaku hidup demokratis
masyarakatnya melalui pendidikan. Untuk itu diperlukan kerja keras dan waktu
yang tidak sedikit. Oleh karena itu secara substantif berdimensi jangka panjang
guna mewujudkan masyarakat yang demokratis maka pendidikan demokrasi
mutlak diperlukan. Tujuannya adalah mempersiapakan warga masyarakat
berprilaku dan bertindak demokratis melalui aktifitas menanamkan pada generasi
muda pengetahuan, kesadaran, dan nilai nilai demokrasi (Winarno, 2006:82-83).
Selanjutnya untuk mewujudkan kehidupan yang lebih demokratis di Indonesia
dimasa depan faktor yang harus diperhatikan adalah melakukan pembinaan nilai
nilai demokrasi kepada generasi muda. Dengan pembinaan ini diharapkan nilai
nilai demokrasi dapat difahami kemudian diamalkan / dipraktekkan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yang pada akirnya nanti
dapat membentuk individu yang benar benar memiliki sikap demokratis.
Salah satu faktor penting yang perlu dicermati adalah sekolah atau
lembaga pendidikan. Melalui proses belajar mengajar, seorang guru / dosen
dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mempraktekkan nilai
nilai demokrasi yang telah difahami. Peran ini terasa belum dioptimalkan karena
dalam kenyataan yang terjadi lebih mengarah pada ranah kognitif dan cenderung
belum menyentuh ranah afektif maupun psikomotor. Akibatnya sosialisasi nilai
demokrasi melalui lembaga pendidikan belum berjalan dengan baik. Dampak
lebih jauh adalah peserta didik akan menjadi individu yang hanya mengerti nilai
demokrasi, namun, kurang melaksanakan nilai demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Mahasiswa merupakan salah satu komponen generasi muda harus terus
dibina, dikembangkan sikap, dan prilaku demokratisnya pembinaan ini terasa
amat mendesak untuk dilakukan mengingat banyaknya peristiwa yang menjadikan
kurangnya menerapkan prinsip demokrasi dalam penyelesaikan masalah sehari
hari seperti tawuran, pemaksaan kehendak, dalam menghadapi masalah sosial,
perbuatan anarkis dan sebagainya.
Sebagaimana telah diketahui bahwa Dikwar merupakan pendidikan yang
wajib diberikan pada semua jenjang pendidikan termasuk jenjang pendidikan
tinggi (menurut Ps 37 UU No. 20 tahun 2003). Dikwar di Perguruan Tinggi
diwujudkan dalam matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang sebelumnya
bernama Kewiraan. Tujuan Dikwar ini pada dasarnya adalah bagaimana
menjadikan warga negara yang baik (good citizen) yang mampu mendukung
bangsa dan negara. Dalam hal menjadikan warganegara yang baik tergantung dari
pandangan hidup dan sistem politik negara.
Bangsa Indonesia memiliki pengalaman yang cukup panjang dan kaya
dalam upaya meng Indonesiakan warganya melalui serangkaian pelaksanaan
pendidikan kewarganegaraan. Pada era reformasi dan demokrasi sekarang ini
tentunya dibutuhkan Dikwar yang bertujuan membentuk warga negara yang
demokratis yaitu warganegara yang cerdas, berkedaulatan dan bertanggung jawab
bagi kelangsungan negara Indonesia. Kiranya inilah kriteria warganegara yang
baik untuk saat ini (Winarno, 2006 : V).
Berdasarkan paparan tersebut di atas terlihat bahwa masalah sikap dan
prilaku demokratis pada generasi muda dalam hal ini mahasiswa perguruan tinggi
menarik untuk dicermati oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas hal ini
secara lebih mendalam. Hal ini didasarkan karena sikap dan prilaku demokratis ini
nantinya akan tercipta kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
uraian
latar
belakang
diatas
maka
dapat
dirumuskan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP LANDASAN TEORI DAN MODEL
PENELITIAN
10
Kesimpulan lainnya adalah : bahwa dalam kasus pemilihan ketua OSIS tanpak
adanya suatu upaya belajar bersikap demokrasi dari siswa. Selanjutnya sikap
demokratis siswa di pengaruhi oleh banyak faktor yang saling berkaitan seperti
guru, teman, orangtua, dan media masa unsur ini saling berinteraksi dalam pikiran
siswa yang menghasilkan sikap demokratis. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi
sebagi perbandingan dan masukan yang pada dasarnya samasama mengambil
obyeksubyek demokrasi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah bahwa
penelitian ini membahas tentang bagaimana pelaksaan pendidkan demokrasi pada
mata kuliah pendidikan kewarganegaraan (Dikwar) di perguruan tinggi.
Selain hasil penelitian di atas ada lagi hasil penelitian Saiful Munjani
berjudul Muslim Demokrat Islam, Budaya Demokrasi dan Partisipasi Politik di
Indonesia Pasca Orde Baru penelitian ini menemukan bahwa Islam didefinisikan
sebagai dua satuan ibadah: sunah dan wajib. Jaringan keterlibatan kewargaan,
identitas sosail islam dan orientasi politik islamis tidak memiliki hubungan negatif
yang berarti dengan unsur unsur demokrasi. Namun demikian adanya islamis
yang intoleran bukanlah ancaman nyata terhadap stabilitas demokrasi karena
kalangan islamis yang intoleran cenderung merupakan partisipan politik pasif
bukan aktif. Tidak ada kaitan antara islamisme yang intoleran dengan aktifitas
protes yang berpotensi menjadi faktor yang mendestabilisasi sistem demokrasi.
Sebaliknya hampir semua unsur Islam mempunyai hubungan yang positif
dan signifikan dengan keterlibatan kewargaan yang bersifat sekuler, dengan
keterlibatan politik dan partisipasi politik. Oleh karena itu islam mendorong warga
11
negara muslim terlibat aktif dalam politik dan aktifitas ini sejalan dengan sistem
demokrasi secara keseluruhan. Mereka yang berpartisipasi inilah dan kemudian
disebut sebagai : kaum muslim demokrat. Hasil penelitian ini juga bermanfaat
untuk menambah hasanah pengetahuan tentang demokrasi di indonesai di samping
pendamping sebagai pembanding dalam membahas penelitian ini.
Hasil penelitian lain yang mirip dengan penelitian ini adalah Tesis dari
Nor Anida Fateraniah berjudul Nasionalisme Dalam Pembelajaran IPS Sejarah
SLTP Negeri 8 Yogyakarta. Penelitian ini menangkap upaya penanaman
nasionalisme melalui pembelajaran IPS sejarah. Selain itu mengungkap faktor
pendorong dan penghambat dalam upaya penanaman nasionalisme pada siswa
serta sikap siswa dalam upaya penanaman sikap nasionalisme dalam pembelajaran
IPS sejarah penelitian ini memenyimpulkan antara lain: dalam proses
pembelajaran guru belum secara optimal menerapkan metode dan penggunaan
media yang berakibat pada kurang menariknya pembelajaran IPS sejarah.
Sedangkan faktor pendorong penanaman nasionalisme adalah kompentensi
personal sosial guru, lingkungan, dan mata pelajaran lain seperti PPKn. Sementara
faktor penghambatnya adalah penerapan metode dan media yang belum optimal
juga sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS sejarah tersebut yang bukan menjadi
makna tapi masih bersifat menghafal. Hasil penelitian ini juga penulis gunakan
sebagai pembanding dalam menguraikan pelaksanaan Dikwar di perguruan tinggi.
Lain lagi dengan bahasan tentang demokrasi yang ditulis oleh Afan Gaffar
dalam bukunya yang berjudul Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi
(2004). Buku ini membahas tentang demokrasi di Indonesia. Apakah yang
12
13
Indonesia.
Akibatnya
pembangunan
masyarakat
Indonesia
juga
berpikirnya.
Dengan demikian
14
sehingga protes masyarakat semakin tidak bisa diabaikan oleh pejabat pemerintah.
Penyelesaian kompromis yang menampung aspirasi rakyat adalah cara terbaik
dalam mencari solusinya. Dengan demikian dapat dikatakan satu-satunya cara
untuk mengatasi dampak politik dari kemajuan masyarakat Indonesia adalah
demokratisasi yakni menerapkan kaidah-kaidah demokrasi dalam setiap kegiatan
politik dan lain-lain. Tujuannya adalah terbentuknya kehidupan politik yang
bercirikan demokrasi sehingga demokrasi sangat perlu dikembangkan di
Indonesia dalam hal ini pengembangan sikap dan perilaku pemerintah serta
masyarakat yang lebih luas (2000:xvii-xix).
Untuk mengembangkan dan membina sikap dan perilaku demokratis
tersebut salah satu caranya adalah melalui jalur pendidikan. Zamroni dalam
bukunya berjudul Pendidikan dan Demokrasi dalam Transisi membahas tentang
Nilai-Nilai Demokrasi dan Pendidikan berkaitan dengan globalisasi.
Buku tersebut diawali dengan membahas apa dan mengapa masyarakat
informasi yaitu suatu bentuk baru masyarakat yang melahirkan nilai-nilai, sikap
dan perilaku baru masyarakat. Kemudian diikuti pembahasan masalah kultur yang
diyakini memiliki dampak yang besar terhadap kehidupan masyarakat dengan
segala sistem yang menyertainya. Berikutnya membahas posisi pendidikan dan
demokrasi pada masa kini yang merupakan masa transisi dari suatu bentuk dan
sistem pemerintahan otoriter menuju sistem demokrasi yang liberal dalam waktu
yang relatif singkat. Pendidikan tidak bisa terlepas dari sistem dan pemerintahan
yang ada. Dalam kaitan dengan demokrasi maka pemahaman pendidikan
15
pluralitas amat penting. Untuk itu perlu pengkajian ulang pendidikan khususnya
pendidikan demokrasi.
Bagaimana demokrasi diharapkan akan dapat mengantarkan masyarakat
menuju masyarakat madani. Bagaimana upaya menjadikan pendidikan sebagai
sarana untuk mempercepat proses mewujudkan masyarakat madani, masyarakat
sipil pada rekayasa proses pendidikan menjadi piranti mempercepat terwujudnya
masyarakat
madani
tersebut
peran
civic
education
atau
pendidikan
2.2. Konsep
2.2.1 Pendidikan Kewarganegaraan (Dikwar)
Berbicara
tentang
Pendidikan
Kewarganegaraan
(Pendidikan
16
kesadaran berbangsa dan bernegara secara rasional dan untuk meyakini kebenaran
serta ketetapatan konsepsi bela negara dalam aplikasi pandangan hidup bangsa
(Noor MS Bachry, 2004: iii).
Secara
bahasa
istilah
Civic
Education
oleh
sebahagian
pakar
17
Kewiraan (Dikwir) yang lebih menekankan pada aspek (PPBN). Pada tahun 2000,
diadakan penyempurnaan kurikulum nasional dimana materi Pendidikan
Kewiraan di samping membahas materi PPBN juga ditambah dengan pembahasan
materi tentang hubungan antara warga negara dengan negara. Sebutan Dikwir
kemudian
diganti
dengan
Pendidikan
kewarganegaraan
(Pendidikan
18
Dengan
kata
lain
bagaimana
pendidikan
kewarganegaraan
dalam
ketahanan
nasional
(Tannas)
dan
wawasan
nusantara
(Wasantara);
3. Agar mahasiswa memiliki sikap dan prilaku sesuai engan nilai-nilai
perjuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa, bangsa dan
negara.
19
20
bersumber pada kepribadian bangsa atau jati diri bangsa (Majelis Dikti
Litbang PP Muhamadiyah 2005:4)
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan
yang berhasil adalah akan membuahkan sikap mental yang cerdas penuh tanggung
jawab dari peserta didik dengan sikap dan prilaku yang bertaqwa kepda Tuhan
Yang Maha Esa, menghayati nilai falsafah bangsa, berbudi luhur, berdisiplin,
nasional, dinamis, sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara,
profesional, sadar untuk bela negara, serta cinta tanah air dalam melaksanakan
profesi masing-masing. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam
21
2.2.2 Demokrasi
Konsep demokrasi lahir dari tradisi pemikiran bangsa Yunani sekitar abad
ke-4 SM negara dan hukum. Demokrasi adalah suatu bentuk kekuasaan rakyat.
Berdasarkan konsep ini kekuasaan menyiratkan tentang makna politik dan
pemerintahan dan rakyat atau warga masyarakat diartikan sebagiai warganegara.
Demokrasi yang dipraktekkan pada masa itu adalah demokrasi langsung artinya
hak
perwakilan oleh sewluruh rakyat atau warga negara. Hal ini dapat dilakukan
karena Yunani pada waktu itu berupa Negara Kota (Polis) yang penduduknya
relatif sedikit atau terbatas pada sebuah kota dan sekitarnya.
Kata Demokrasi dari segi pengertiannya dapat ditinjau dari dua pengertian
yaitu pengertian secara etimologis dan secara terminologis. Bila ditinjau dari segi
etimologis maka kata demokrasi ini berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari
22
dua kata yaitu demos berarti rakyat dan cratos berarti kekuasaan atau
pemerintahan . Jadi bila digabung kedua kata demos + \cratos menjadi
demokrasi yang memiliki arti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat dan
selanjutnya dimaknai Sistim Pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat.
Sedangkan pengertian demokrasi secara terminologi banyak sekali
pengertian atau definisi yang dikemukakan oleh para ahli politik. Masing-masing
ahli memberikan pengertian/atau definisi dari sudut pandang yang berbeda.
Berikut ini beberapa definisi tentang demokrasi:
1) Henry B. Mayo
Demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang
menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas
oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihanpemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik .
2) C. F. Strong
Suatu sistem pemerintahan dalam mana mayoritas anggota dewasa dari
masyarakat politik ikut serta atas dasar sistem perwakilan yang menjamin
bahwa pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan
kepada mayoritas itu.
3) Samuel Hatington
Sistem politik sebagai demokratis sejauh para pembuat keputusan kolektif
yang paling kuat dalamsistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang
adil, jujur dan berkala dan didalam sistenm itu para calon bebas bersaing
23
pemerintah
24
penelitian
ini
akan
membahas
bagaimana
Pendidikan
25
pada nilai ideologi bangsa yaitu Pancasila. Sehingga demokrasi Indonesia dikenal
dengan istilah Demokrasi Pancasila.
Nilai-nilai demokrasi yang terjabar dari nilai-nilai Pancasila dalam UUD 1945
adalah sebagai berikut :
a.
Kedaulatan Rakyat
Hal ini didasarkan Pembukaan UUD 1945 alinea IV yaitu ............
yang terbentuk dalam Susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat .......... Kedaulatan rakyat adalah merupakan
substansi demokrasi.
b.
Republik
Negara Indonesia adalah negara yang bentuk pemerintahannya
Republik yang berarti negara untuk kepentingan umum dan rakyat.
Hal ini didasarkan pada Pembukaan UUD 1945 alinea IV yaitu
.............yang terbentuk dalam Suatu Susunan Negara Republik
Indonesia.
c.
26
d.
e.
f.
Prinsip Musyawarah
Berdasarkan sila ke empat Pancasila : Kerakyatan yang dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dan Permusyawaratan/Perwakilan
g.
Prinsip Ketuhanan/Religius
Bahwa
demokrasi
yang
dijalankan
harus
dapat
27
pertama adalah bahwa hampir semua negra di dunia ini telah menjadikan
demokrasi sebagai azas fondamental dalam kehidupan bernegara. Hal ini
ditunjukan dari hasil studi UNESCO pada awal tahun 1950an yang
mengumpulkan lebih dari 100 sarjana Barat dan Timur. Sementara di negaranegara demokrasi itu pemberian peranan pada negara dan masyarakat hidup dalam
porsi yang berbeda-beda walaupun sama-sama berazas demokrasi. Alasan kedua ,
demok rasi sebagi azas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi
peranan masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai sebagai organisasi
tertingginya tetapi ternyata demokrasi berjalan dalam jalur yang berbeda-beda
(Amin Rais, 1995:1). Dengan alasan tersebut dapat dikatakan bahwa asas
demokrasi hampir sepenuhnya disepakati sebagi model terbaik bagi dsar
penyelenggaraan suatu negara walaupun secara riil dalam penyelenggaraannya
diberbagai negara memberikan implikasi yang berbeda-beda.
Penerapan Demokrasi dalam sistem pemerintahan suatu negara
yang berbeda beda akan melahirkan sistem berbeda-beda pula seperti:( 1 ).
Sistem
memberi dua kedudukan kepada presiden yakni sebagai kepala negara dan sebagai
kepala pemerintahan. ( 2 ). Sistem Parlementer yang meletakkan pemerintahan
dipimpin oleh Perdana Menteri yang hanya berkedudukan sebagai kepala
poemerintahan , dan bukan sebagai kepala negara.Sedangkan kepala negaranya
bisa diduduki oleh seorang raja/(/ratu ) atau presiden yang hanya sebagai simbol
kedaultan dan persatuan negara. ( 3 ) Sistem
pemerintah sebagai bagian (badan pekerja) dari parlemen, dibeberapa negara ada
28
29
yang demokratis. Untuk itu pendidikan kiranya merupakan suatu instrumen untuk
membangun kultur demokrasi dan Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan
tinggi merupakan salah satu bentuk untuk itu. (Asykuri Ibnu Chanim, 2003. VII).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa demokrasi tidak hanya memerlukan
institusi, hukum aturan ataupun lembaga-lembaga negara yang lain. Demokrasi
sejati memerlukan sikap dan prilaku hidup dari masyarakat pendukungnya. Oleh
karenanya pendidikan merupakan bagian yang penting dalam membina warga
negara yang demokratis.
Untuk dapat berkembang dan berjalannya demokrasi pada suatu negara
tidak hanya memerlukan institusi, hukum, aturan ataupun lembaga negara.
Demokrasi sejati memerlukan sikap dan prilaku masyarakatnya di samping
lembaganya. Tersedianya kondisi seperti ini membutuhkan waktu yang lama,
berat dan sulit. Oleh karena itu secara substantif berdimensi jangka panjang guna
mewujudkan masyarakat atau kehidupan demokratis pendidikan demokrasi
mutlak diperlukan. Karena pendidikan demokrasi pada hakekatnya merupakan
pengenalan dan mensosialisasikan nilai-nilai demokrasi agar dapat diterima dan
dijalankan serta dapat ditegakkan dalam kehidupan berbangsa bermasyarakat dan
bernegara oleh warga negara.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pendidikan demokrasi
bertujuan mempersiapkan warga masyarakat berprilaku dan bertindak demokratis
melalui penanaman pengetahuan, kesadaran untuk dapat melaksanakan nilai-nilai
demokrasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Zamroni (2001 : 165) menyatakan
bahwa pengetahuan dan kesadaran akan nilai-nilai demokrasi itu meliputi tiga hal
30
yaitu : (1) kesadaran bahwa demokrasi adalah pola kehidupan yang paling
menjamin hak-hak warga masyarakat itu sendiri dan merupakan pilihan terbaik
tentang pola hidup bernegara ; (2) demokrasi adalah merupakan sebuah learning
proses yang lama dan tidak sekedar meniru dari masyarakat lain ; (3)
kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan mentranspormasikan nilai
nilai demokrasi pada masyarakat.
31
32
33
34
karya mereka dibatasi oleh sejarah tertentu baik dalam konteks kultur maupun
sosial tertentu. Teori ini digunakan untuk membedah masalah yang berpengaruh
terhadap pelaksanaan Dikwar. Pelaksanaan Dikwar dipengaruhi oleh beberapa
aspek antara lain aspek ekonomi, politik, hukum, sosial budaya. Terlebih saat ini
otonomi daerah dalam pendidikan dapat juga berpengaruh dalam pelaksanaan
Dikwar.
2.3.3. Teori Komunikasi
Komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi
seseorang
dalam
hidup
bermasyarakat.
Hal
yang mendorong
manusia
(2)
Upaya
manusia
untuk
dapat
beradaptasi
dengan
35
pengajaran Dikwar (Demokrasi) pada perguruan tinggi di Mataram. Elemenelemen tersebut berupa kurikulum yang meliputi jenis, materi, target dan fasilitas
belajar mengajar seperti, buku, perpustakaan, Lab. dsb. Pelaku komunikasi
mencakup dosen, mahasiswa, pejabat perguruan tinggi dalam kompetensinya
masing-masing. Selanjutnya, yang terkait dengan proses dan efek komunikasi
yang terjadi dalam pengajarn Dikwar, seperti proses belajar mengajar, materi
pelajaran, metode dan sistem evaluasi, target dan penggunaan fasilitas belajar
mengajar.
36
UUD 1945
Sistem Pendidikan
Nasional
EKSTERN
INTERN
-
Kurikulum
Sarana
Dosen
Pelaksanaan Dikwar
pada 3 PT di Kota
Mataram
Pelaksanaan Dikwar
pada 3 Perguruan Tinggi
di Mataram
Faktor yang
mempengaruhi
Pelaksanaan Dikwar
pada 3 PT di Kota
Mataram
Globalisasi
Ideologi
Politik
Sosial
Budaya
Makna Pelaksanaan
Dikwar dalam Konteks
Pembinaan kehidupan
demokrasi pada 3 PT di
Kota Mataram
37
tinggi
wajib
memuat
Pendidikan
Agama,
Pendidikan
Mataram.
Dalam
pelaksanaan/penyelenggaraan
Pendidikan
kurikulum
43/Dikti/Kep/2006)
Dikwar
terbaru
dicantumkan
(SK
tentang
Dirjen
Dikti
Pendidikan
Diknas
No.
Demokrasi.
otonomi.
Sedangkan
otonomi
pendidikan
merupakan
upaya
38
pelaksanaan
pendidikan
kewarganegaraan
dalam
konteks
pembinaan
39
BAB III
METODE PENELITIAN
ini
secara
khusus
membicarakan
pelaksanaan
pendidikan
40
41
42
3.6.1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melihat,
mengamati, subyek penelitian. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran
yang jelas tentang subyek penelitian. Dalam hal ini sebagai mana pelaksanaan
pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi dalam perspektif kajian budaya.
Kegiatan yang diamati antara lain : 1) kegiatan mahasiswa dalam mengikuti
kuliah di kelas 2) Kegiatan dosen pendidikan kewarganegaraan dalam
memberikan materi pengajaran / melaksanakan tugas 3) mengamati sarana dan
prasarana pendukung kegiatan pengajaran.
43
ector, dekan,
atau koordinator mata kuliah umum atau MKPK. Adapun data yang akan
dikumpulkan melalui wawancara adalah tentang 1) pelaksanaan pendidikan
kewaqrganegraan di perguruan tinggi 2) aspek aspek yang berpengaruh dalam
melaksanakan
pendidikan
kewarganegaraan
3)
makna
pendidikan
terkait
juga
aspek-aspek
yang
44
Dalam hal studi kepustakaan ini peneliti mengumpulkan data dengan jalan
mengkaji buku-buku/literatur atau dokumen yang berkaitan dengan pokok
masalah dalam penelitian ini.
yang
diperoleh
baik
melalui
pengamatan,wawancara,studi
45
46
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Dari pihak
kolonial sebagai wakil disebut controleur dan dari pihak wilayah administratif
disebut Kepala Pemerintahan Setempat (KPS) sampai ke tingkat kedistrikan.
Adapun ketiga wilayah administratif masih disebut West Lombok (Lombok
Barat), midle Lombok (Lombok Tengah) dan East lombok (Lombok Timur) di
pimpin oleh controleur dan Kepala Pemerintahan Setempat.
47
48
selanjutnya
49
50
: Selat Lombok
51
4.1.3 Penduduk
Penduduk kota Mataram sampai pada pertengahan 2005 berjumlah sekitar
342.020 jiwa dengan luas wilayah 61,30 kilometer persegi. Dari data di atas dapat
dihitung kepadatan penduduk kota Mataram mencapai 5.555 jiwa per kilometer
persegi. Bila dirinci maka Kecamatan Mataram yang tertinggi kepadatan
penduduknya yakni 6.160 per kilometer persegi diikuti Kecamatan Cakranegara
5.346 jiwa per kilometer persegi sedang Kecamatan Ampenan terendah 5.225 per
kilometer persegi.
Dilihat dari etnis dan suku bangsa yang mendiami kota Mataram sangat
beragam di samping etnis penduduk asli yaitu etnik atau suku bangsa sasak. Suku
suku bangsa tersebut antara lain suku Jawa, Bali, Sumbawa, Mbojo (Bima +
Dompu) dan lain lain yang masing masing etnis bebas menggunakan bahasanya
masing masing di kalangannya mereka sendiri. Namun dalam berkomunikasi
antar etnis rata rata dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Bahkan
dikatakan penggunaan bahasa Indonesia tertinggi adalah di kota Mataram bila
dibandingkan dengan Kabupaten / Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara
Barat.
52
53
54
menunjukkan suasana yang lebih akrab dan erat. Di samping itu tidak
mengabaikan masalah pembangunan sarana dan prasarana keagamaan serta
keputusan tentang pembinaan bimbingan dan penyuluhan oleh para dai pada
umat masing masing pemeluk agama terus dilakukan secara berkesinambungan
dan bersinergi.
Kesemarakan kehidupan beragama di Kota Mataram antara lain ditandai
dengan makin meningkatnya sarana dan prasarana pribadatan dari masing
masing pemeluk agama sebagai berikut berikut (sumber : Kandepag Kota
Mataram) : Masjid = 210 buah ; Mushollah = 180 buah ; Gereja Protestan = 15
buah ; Gereja Katolik = 3 buah ; Pura = 121 buah ; Wihara = 3 buah.
Sedangkan jumlah umat beragama di Kota Mataram berdasarkan sumber
dari Kantor Departemen Agama kota Mataram :
Pemeluk agama Islam
263.439 Orang
4.378 Orang
3.405 Orang
51.757 Orang
3.925 Orang
4.1.6.2 Pendidikan
Melalui pendidikan baik itu pendidikan formal nonformal maupun
informal merupakan sarana pembentukan sumber daya manusia, pembentukan
sikap watak dan kepribadian bangsa dan menopang laju pembangunan yang
sanggat cepat. Dengan demikian dapat dikatakan pendidikan menempati
55
56
Sementara data untuk angka putus sekolah berdasarkan jenjang sekolah sebagai
berikut :
a. Untuk SD sebanyak 59 orang
b. Untuk SMP sebanyak 144 orang
c. Untuk SMA sebanyak 103 orang
d. Untuk SMK sebanyak 37 orang
Kemudian data untuk Perguruan Tinggi yang ada di kota Mataram
termasuk akademi : 20 buah dengan jumlah mahasiswa 32.266 orang jumlah
dosen 3.066 orang (sumber, Kota Mataram Dalam Angka:2007)
Dari jumlah Perguruan Tinggi yang ada seperti tersebut di atas yang
menjadi tempat penelitian adalah hanya 3 Perguruan Tinggi sebagai sampel. Hal
ini diambil karena dari sekian banyak Perguruan Tinggi tersebut pedoman yang
dipakai ada 3 (tiga) kelompok yaitu yang umum dari Depdiknas dan Lemhanas,
bahan yang dipakai khusus untuk IAIN dan STAIN, kemudian yang khusus
dipakai untuk Perguruan Tinggi Muhammadiyah.
hilang
maupun
berubah
dari
aslinya,
disesuaikan
dengan
57
58
Pemilu 1999
Pemilu 2004
Pemilu 1999
1)
Nahdatul Ulama
1) PPP
1)
PIB
1)
PNI Marhaenisme
2)
PSII
2) GOLKAR
2)
KRISNA
2)
3)
PMI
3) PDI
3)
PNI
3)
4)
PERTI
4)
PADI
4)
Partai Merdeka
5)
Golongan Karya
5)
Partai KAMI
5)
6)
PNI
6)
6)
7)
IPKI
7)
PKU
8)
MURBA
8)
Masyumi Baru
9)
PARKINDO
9)
PPP
10)
KATHOLIK
10)
PSII
11)
PDI-Perjuangan
12)
ABUL YATAMA
Kebangsaan
7)
8)
9)
Partai Demokrat
59
13)
PKM
10)
14)
PDKB
15)
PAN
16)
PRD
17)
PSII-1905
18)
PKD
19)
PILAR
13)
20)
PARI
14)
21)
PPII-Masyumi
15)
22)
PBB
16)
23)
PSP
17)
24)
Partai Keadilan
18)
25)
26)
19)
27)
IP-KI
20)
28)
Partai Republik
21)
29)
22)
30)
23)
31)
MURBA
24)
Partai Pelopor
32)
PDI
33)
Partai GOLKAR
34)
Partai Persatuan
35)
PKB
36)
PUDI
37)
PBN
38)
Partai MKGR
39)
40)
41)
PKP
42)
Partai SPSI
43)
PNBI
44)
PBI
45)
Partai SUNI
46)
PND
47)
PUMI
48)
PPI
Indonesia
11)
12)
Perjuangan
60
Pemilu Kedua dilaksanakan pada tahun 1977, Pemilu kedua ini diikuti
oleh 2 (dua) Parpol yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai
Demokrasi Inonesia (PDI) serta satu Golongan Karya (Golkar). Hal ini setelah
dilakukan penggabungan (fusi) yaitu yang berjumlah 9 pada pemilu pertama, fusi
parpol didasarkan pada pengelompokan partai yang berdasarkan agama (Islam)
yaitu NU, Permasi, PSII dan Perti berfusi menjadi Partai Persatuan Pembangunan
(PPP). Kedua yang berasaskan Nasionalis yaitu Perkindo Partai Katolik, PNI,
Murba, dan IPKI bergabung atau berfusi menjadi Partai Demokrasi Indonesia
(PDI). Sedangkan Golongan Karya (Golkar) berdiri sendiri.
Pemilu ke 3 dilaksanakan pada tahun 1982, Pemilu ke 4 tahun 1987
Pemilu ke 5 tahun 1992 dan Pemilu ke 6 dilaksanakan tahun 1997. Pada
pelaksanaan Pemilu sejak tahun 1971 sampai tahun 1997 sebagai pelaksana
adalah Lembaga Pemilihan Umum (LPU) yang diketuai atau sebagai penanggung
jawab pelaksanaan adalah Menteri Dalam Negeri (Mendagri).
Pemilu diadakan pada 7 Juni 1999 diikuti oleh 48 parpol. Hasil pemilu ini
melalui sidang umum MPR terpilih KH Abdulrahman Wahid sebagai Presiden RI
ke IV dan Megawati Soekarno Putri sebagai Wakil Presiden. Namun masa
pemerintahan KH Abdulrahman Wahid tidak bertahan lama. Hal ini disebabkan
beberapa peristiwa yang terjadi di Indonesia kemudian laporan pertanggungan
jawaban Presiden Abdulrahman Wahid tidak diterima Oleh MPR maka Presiden
Abdulrahman Wahid dirberhentikan dari jabatannya, kemudian diganti oleh
Megawati Soekarno Putri sebagai Presiden dan Hamzah Has sebagai Wakil
Presiden.
61
62
63
Menag RI Nomor 27/1994. Pada tahun 1997 fakultas Syariah IAIN Mataram
membuka jurusan Peradilan Agama, Muamalah, dan Jinayah Siyashah.
Sejak menjadi fakultas syariah di IAIN Sunan Ampel cabang Mataram
tidak pernah mewisuda alumni yang memang berasal dari fakultas Syariah, tetapi
selama tiga kali wisuda selalu mewisuda alumni STIS Mataram. Alumni Fakultas
Syariah diwisuda setelah berubah status menjadi STAIN Mataram dalam jurusan
Syariah. Pada tanggal 13 Juni 1997 (berdasarkan Kep. Menpan Nomor B589/1/1997) Tentang Persetujuan Pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri,
terjadi alih status dari fakultas Tarbiyah dan Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel
Cabang Mataram menjadi STAIN Mataram sesuai dengan KEPRES RI, Nomor
11 tahun 1997. Fakultas Tarbiyah berubah menjadi Jurusan Tarbiyah dan Fakultas
Syariah berubah menjadi Jurusan Syariah, sedangkan Jurusan menjadi Program
Studi (Prodi). Ketua Jurusan Tarbiyah pada saat itu adalah Drs. H. Asnawi, MA
Sekretaris Jurusan Drs. Zulkarnain sedangkan Ketua Jurusan Syariah adalah Drs.
H.M Fahrir Rahman, MA dan Sekjur adalah Drs. Sainun, M.Ag.
Jurusan Dakwah saat itu terbentuk seiring tuntutan kemandirian Institut
cabang menjadi Institut atau Sekolah Tinggi mandiri. Jurusan Dakwah STAIN
Mataram saat itu memiliki dua Program Studi (Prodi) yakni Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) dan Program Studi Pengembangan
Masyarakat Islam (MPI). Melalui proses yang panjang, Fakultas Tarbiyah,
Fakultas Syariah dan Fakultas Dakwah (penyempurnaan syarat dan rukun) IAIN
Sunan Ampel Cabang Mataram berbenah dan berubah status menjadi Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Mataram sejak saat itu memiliki tiga
64
jurusan yakni Jurusan Tarbiyah, Jurusan Syariah dan Jurusan baru (penyempurna
syarat dan rukun) yakni Jurusan Dakwah.
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman serta tuntutan era
globalisasi dan sistem
informasi,
serta
untuk
dapat berkiprah
dalam
mengembangkan potensinya yang lebih leluasa, maka STAIN Mataram dalam hal
ini melakukan pengembangan kelembagaan yang didukung oleh lokal area yang
strategis, dimana STAIN Mataram berada pada kawasan yang diapit oleh wilayah
sebelah timur Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan masyarakat mayoritas
Nasrani dan dari sebelah barat provinsi Bali dengan masyarakat mayoritas Hindu,
sehingga dirasakan sangat strategis dan perlu diadakan penataan serta
pengembangan kelembagaan dari STAIN Mataram menjadi IAIN Mataram,
Setelah melalui proses panjang yang didukung oleh masyarakat NTB dari
berbagai kelangan, yakni Gubernur (Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat),
Perguruan Tinggi se NTB, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat, serta
Organisasi Kemasyarkatan Islam, kemudian berkat semangat dan perjuangan para
petinggi STAIN Mataram, sesuai dengan visi/misinya maka terlaksana alih status
menjadi IAIN Mataram yang berada pada kawasan Nusa Tenggara. (Bali, NTB
dan NTT). Yang kemudian diresmikan oleh Menteri Agama RI pada hari Senin
tanggal 11 Juli 2005. Berdasarkan Surat Keputusan Alih Status dari Presiden RI.
Nomor 91 Tahun 2004, Tanggal 18 Oktober 2004 tentang : Perubahan Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Mataram menjadi Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Mataram.
65
Kedudukan
Sesuai dengan Keputusan Menteri Agama Nomor : 3 tahun 2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram
Bab 1 pasal 1, 2 dan 3 bahwa :
a. Institut Agama Islam Negeri Mataram yang selanjutnya disebut
IAIN Mataram adalah perguruan tinggi di Lingkungan Departemen
Agama yang dipimpin oleh Rektor yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Menteri Agama.
66
vokasi dalam
Organisasi
Organisasi Institut agama Islam Negeri (IAIN) Mataram terdiri dari :
1. Dewan Penyantun
2. Rektor dan Pembantu Rektor
3. Senat Institut
67
4. Fakultas :
a. Tarbiyah
b. Syariah
c. Dawah
5. Lembaga Penelitian (LEMLIT)
6. Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPM)
7. Biro Administrasi Umum, Akademik dan Kemahasiswaan (AUAK)
8. Unit Pelaksana Teknik;
a. Perpustakaan
b. Pusat Bahasa dan Budaya
Untuk lebih jelasnya tentang Struktur Organisasi IAIN Mataram ini dapat
dilihat pada gambar/bagan struktur organisasi berikut ini :
68
Gambar 2 :
Bagan Struktur Organisasi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram
REKTOR
Senat
Institut
Senat
Institut
Biro AUAK
Bag Can/
Kua
Bag Kepg
Otl Um
Bag
Akadma
Bag KSM/
Publikasi
Subag
Can
Subag
Otl Um
Subag
Regist
Subag
KSM
Subag
Keu
Subag
Kepeg
Subag
Kemah
Subag
Pubdok
LPM
LEMLIT
Subag TU
Subag TU
PUSLIT
PERPUSTAKAAN
FAK. TARBIYAH
PUSLIT
PUSAT BHS/BUDAYA
FAK. SYARIAH
FAK. DAWAH
69
pengambilan
keputusan
dan
pembinaan
karier
pegawai
serta
70
71
b.
72
Pembantu Rektor I
Pembantu Rektor II
73
2.
3.
4.
5.
6.
Dr. Ir. Sri Widodo, M.Sc. (Rektor periode 1993 1997) berdasarkan Surat
Keputusan Presiden nomor 43/M tahun 1993 tanggal 8 Februari 1993.
7.
Prof. Dr. dr. Mulyanto (Rektor periode 1997 2001) berdasarkan Surat
Keputusan Presiden nomor 74/M tahun 1997 tanggal 2 April 1997.
8.
9.
10.
Prof. Ir. Sunarpi, Ph.D. (Rektor periode 2009 2013) berdasarkan Surat
Keputusan Presiden Nomor 96/M tanggal 21 September 2009.
Dalam perkembangannya, hingga tahun akademik 2010/2011 Universitas
74
Alam
berdasarkan
Surat
(FMIPA)
Ketetapan
dan
Fakultas
Rektor
Kedokteran,
Universitas
masing-masing
Mataram
Nomor
75
Bahasa,
UPT
Penelitian,
UPT
Pengembangan
Masyarakat,
dan
76
2.
3.
4.
TUJUAN
A. Tujuan Bidang Pendidikan
Menata kelembagaan pendidikan dan pelayanan program studi yang sudah
ada dan mengembangkan
2.
3.
77
1.
dan pembiayaan secara efektif dan efisien dalam pelaksanaan ipteks yang
bermanfaat bagi kemajuan masyarakat dan pembangunan nasional.
2.
3.
2.
3.
2.
78
3.
Fakultas Ekonomi
2.
Fakultas Teknik
3.
Fakultas Pertanian
4.
Fakultas Hukum
5.
Fakultas Peternakan
6.
7.
Fakultas MIPA
8.
Fakultas Perikanan
9.
Fakultas Kedokteran
2.
3.
4.
5.
6.
7.
79
Dewan Penyantun
2.
Senat Universitas
3.
I (Bidang
80
Bidang
Pengabdian
Pada
Masyarakat
(memiliki
pusat
bagian
yaitu
(1)
Pendidikan
dan
kerjasama,
(2)
Unsur Penunjang :
-
UPT
Laboratorium
Bengkel
pendidikan
81
82
1.
2.
Kyokushin
3.
4.
Kyokushinkai
Fokus (Fotografi)
No.
Bidang Keagamaan
22. Lembaga Dakwah
Kampus
23.Keluarga Mahasiswa
Hindu Dharma
24. Oikumene
25. Studi Pengembangan AlQuran
83
5.
Tae Kwon Do
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Merpati Putih
Bola Voli
Boxer
Koperasi Mahasiswa
Perisai Diri
Bola Basket
Resimen Mahasiswa
KSR-PMI
Bulutangkis
Grahapala (Pencinta
Alam)
16. Pramuka
17. Paduan Suara
18. Sepak Bola
19. Shorinji Kempo
Sumber : Buku Pedoman UNRAM
4.2.2.8 Kehidupan Mahasiswa
A. Kehidupan Mahasiswa dalam kampus
Komunitas Mahasiswa Unram dapat melakukan berbagai kegiatan bermanfaat
melalui UKM-UKM yang tersedia. Disamping itu juga terdapat Asrama
Mahasiswa sebagai tempat tinggal bagi mahasiswa umum. beberapa UKMF yang
ada di FK UNRAM antaralain UKM KEROHANIAN ASY_SYIFA yang berdiri
sejak tahyn 2005 dan di ketuai oleh asep nasrullah, kemudian januarman, dan
dedy muhadi, UKMF bola yang diketuai oleh dwityo rahmat setiawan, UKMF
basket diketuai oleh Syaiful jihad AL-Iqbal. UKF Lainnya adalah KMHD (UKF
kerohanian hindu), UKF bulu tangkis, dan UKF Informasi dan Teknologi
(Neuromedic) yang mulai berdiri pada Februari 2009.
Kini UKF Neuromedic telah berhasil merilis portal FK Unram dengan alamat:
www.fkunram.net
84
85
atau memerlukan
FKIP
2.
FISIPOL
86
Fatek
: - Teknik Sipil
dengan status terdaftar sampai dengan tingkat Sarjana Muda, pengembangan dan
peningkatan jumlah fakultas dan program studi dilakukan oleh UM. Mataram
seiring dengan meningkatnya minat mahasiswa untuk melanjutkan studi di UM.
Mataram, dalam kurun waktu 31 tahun Universitas Muhammadiyah Mataram
berkembang cukup pesat sehingga sampai sekarang tahun2011 telah memiliki :
tujuh Fakultas/Diploma, dua puluh Program Studi S1 dan D3.
87
salah
satu
Perguruan
Tinggi
Swasta
milik
Persyarikatan
88
Misi :
1.
dan atau
profesinalisme
3.
4.
89
5.
6.
7.
8.
2.
3.
90
a.
b.
c.
d.
e.
mengamalkan,
mengembangkan
dan
menyebarluaskan
91
2.
3.
4.
lulusan
Universitas
Muhammadiyah
Mataram
dapat
2.
3.
: http://www.ummat.ac.id
: um_mataram@ummat.ac.id
Tgl. berdirinya
: 25 Juli 1980
Dies Natalis
: 25 Juli
92
TAHUN
BERDIRI
NILAI DAN
TAHUN
AKREDITASI
S1
1981
B / 2008
b. Bahasa Inggris
S1
1990
C / 2008
c. PPKn
S1
1981
B / 2008
d. Geografi
S1
1990
C / 2008
e. FISIKA
S1
2007
dalam proses
a. Ilmu Pemerintahan
S1
1981
C / 2006
S1
1981
C / 2006
S1
1981
C / 2006
d. Perpustakaan
D3
1990
dalam proses
S1
1980
C / 2006
b. Teknik Pertanian
S1
1980
C / 2006
a. Teknik Sipil
S1
1980
C / 2005
S1
2007
dalam proses
c. Tekni Pertambangan
D3
1997
dalam proses
5. Fak. Hukum
a. Ilmu Hukum
S1
2007
dalam proses
6. Diploma
Kesehatan
a. Kebidanan
D3
2006
dalam proses
b. Farmasi
D3
2006
dalam proses
S1
2010
FAKULTAS
1. FKIP
2. FISIP
3. Faperta
4. Fatek
PROGRAM STUDI
b. Teknik
Wilayah
7. Fak. Agama
Islam
Perencanaan
93
BAB V
PELAKSANAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA 3
PERGURUAN TINGGI DI KOTA MATARAM DALAM KONTEKS
PEMBINAAN KEHIDUPAN DEMOKRASI
94
sekarang ini, ada beberapa ancaman yang dihadapi yang mengarah pada tantangan
nonfisik dan gejolak sosial yang diwujudkan dalam bentuk mempertahankan,
melindungi, atau bela Negara, tidak terlepas dari pengaruh lingkungan dari luar
maupun dari dalam, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu bangsa
Indonesia harus menyusun rumusan atau konsep bela Negara yang dikaitkan
dengan lingkungan strategis, yaitu pemahaman tentang wilayah Negara (NKRI)
tentang ketahanan nasional (Tannas) dalam memperthankan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKR)I. Konsep tentang hal ini (bela Negara) telah
disusun sejak tahun 1973 pada TAP MPR No. IV/MPR/1973 tentang GBHN yaitu
Wawasan Nusantara (Wasantara) dan Ketahanan Nasional (Tannas).
Sesuai dengan perkembangsn zaman dan muatan Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional tersebut, maka semua produk hukum dan system pendidikan
kewarganegaraan yang cenderung melibatkan kemampuan fisik tidak belaku lagi.
Sebagi penggantinya ialah UU No. 20 tahun 1982 tentang pokok-pokok
pertahanan keamanan Negara yang memunculkan penyelenggaraan Pendidikan
Pendahuluan Bela Negara (PPBN) di lingkungan pemukiman pendidikan dan
pekerjaan. Dalam lingkungan pendidikan PPBN diberikan dalam bentuk mata
pelajaran sejak TK sampai Perguruan tinggi. Kemudian, dalam UU No. 2 tahun
1989 dan UU No. 20 tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
direalisasikan dalam kurikulum wajib disemua jenjang dan jalur pendidikan
dengan nama Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan yang riil di lapangan,
ada beberapa komponen yang saling terkait yang perlu mendapat perhatian.
95
Komponen tersebut antara lain adalah kurikulum dan sarana, tenaga pengajar,
manajemen pembelajaran. Keseluruhan komponen tersebut saling berhubungan
dan terkait satu sama lain dalam mencapai tujuan pendidikan kewarganegaraan.
Untuk itu, berikut ini akan diuraikan masing-masing komponen bagaimana
keadaannya dan pelaksanaannya secara nyata di lapangan (Perguruan Tinggi di
Mataram). Perguruan Tinggi yang dijadikan sampel dalam hal ini adalah
melibatkan 3 (tiga) Perguruan Tinggi, yaitu Universitas Mataram (UNRAM),
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, dan Universitas Muhammadiyah
Mataram (UMM). Pemilihan ketiga perguruan tinggi tersebut didasarkan bahwa
ketiganya mewakili tiga versi pendidikan kewarganegaraan. UNRAM mewakili
versi umum yang bahan/materinya disusun oleh Lemhanas dan Dirjen Dikti
Diknas. IAIN Mataram mewakili versi khusus untuk perguruan tinggi Islam, dan
Universitas
Muhammadiyah
Mataram
mewakili
versi
perguruan
tinggi
Muhammadiyah di Indonesia.
96
97
merupakan
atau
dapat
diakatakan
sebagai
suatu
kebijakan
98
jajahan menuju kemerdekaan, dari kemerdekaan menuju negara yang lebih maju
lagi. Misalnya bagaimana perkembangan atau perubahan Kurikulum Pendidikan
Kewarganegaraan sejak kemerdekaan sampai saat ini. Seperti yang diungkapkan
oleh informan berikut.
Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan yang digunakan saat ini di
Perguruan Tinggi telah mengalami perubahan sejak sekitar tahun 1973
sampai sekarang. Dulu bernama kewiraan saat ini berdasarkan SK Dirjen
Dikti Depdiknas No. 43/DIKTI/KEP/2006 tentang rambu-rambu
pelaksanaan kelompok mata kuliah. Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi berubah nama menjadi Pendidikan Kewarganegaraan
demikian juga masalah materi, metode, strategi pembelajaran serta sistim
evaluasinya juga ikut berubah. (H.M. Matsir).
Dengan adanya perubahan pengembangan ataupun penyempurnaan
kurikulum seperti di ungkapkan di atas dan menurut SK DIRJEN DIKTI
Depdiknas No.
43/DIKTI/KEP/2006,
maka
pendidikan
kewarganegaraan
99
yang
penting
dalam
penyelenggaraan
pendidikan.
Tenaga
Tenaga
kependidikan
bertugas
menyelenggarakan
kegiatan
tenaga
pendidik/tenaga
pengajar
yang
tugas
utamanya
adalah
100
101
Demikian juga yang dikatakan oleh Drs. Taufik, asisten dosen Pendidikan
Kewarganegaraan Universitas Muhammadiyah Mataram:
Kewenangan untuk mengajar mata kuliah Pendidikan kewarganegaraan
adalah dosen yang telah mengikuti kursus untuk itu. Di kampus kam, baru
ada satu orang dosen yang telah mengikuti Kursus Calon Dosen
Kewarganegaraan (SUSCADOSWAR), baik yang diselenggarakan
Lemhanas, maupun yang diselenggarakan khusus bagi perguruan tinggi
Muhammadiyah se-Indonesia. Saya hanya sebagai asisten beliau
saja.(wawancara 30 Juli 2010)
102
yang
terbatas.
Sehingga
diambil
kebijakan
dalam
pelaksanaan
103
104
105
106
menyusun
perencanaan
pembelajaran
selanjutnya
adalah
107
108
dilakukan agar program yang disajikan kepada mahasiswa memenuhi dan sesuai
dengan alam fikir/logika mahasiswa sehingga menghasilkan retensi yang tinggi
bagi pembentukan sikap dan ketrampilan profesional. Hal ini sejalan dengan
pendapat Bligh (Akif Hilmiyah dkk, 2005 : 35) yang menyatakan bahwa penataan
materi/bahan yang baik akan meningkatkan retensi dan menghindarkan retroactive
sehingga pembelajaran tidak kontraproduktif.
Secara
umum
materi
pembelajaran
pendidikan
109
Dunia Baru dalam Globalisasi, (7) Ekonomi Kerakyatan dan Etos Ekonomi
sebagai Basis Kekuatan Nasional, dan (8) Penegakan Hak Asasi Manusia.
dalam
hal
ini
pembelajaran
Civic
Education/pendidikan
kewarganegaraan.
Untuk mencapai kompetensi atau tujuan tersebut diperlukan pemilihan dan
penerapan strategi yang tepat dan mampu mendekatkan peserta didik pada realitas
sosial di mana peserta didik dapat menemukan jati dirinya yang sadar akan
tanggung jawabnya. Sehingga dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
model dan paradigma baru sangat diniscayakan. Hal ini dilakukan karena selain
dalam disiplin keilmuan aspek afektif sangat ditonjolkan sebagai ciri khas
pembentukan watak dan disiplin, oleh karena itu dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan diperlukan bentuk sajian yang berbeda baik dalam mengajar,
menerapkan strategi dan metode pembelajaran maupun sistem evaluasinya.
110
Jadi penentuan strategi dan atau metode yang akan digunakan oleh seorang
dosen amat penting artinya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Seperti yang
dikemukakan oleh informan sebagai berikut :
Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
keberhasilannya sangat ditentukan dari strategi dan metode yang kita
terapkan. Strategi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berbeda
dengan mata kuliah lain karena sesuai dengan visi dan misi saya
membentuk watak warga negara yang baik sehingga harus cermat dalam
memilih strateginya. (H.M. Natsir).
111
perkuliahan adalah merupakan satu kesatuan yang harus dikuasai oleh seorang
dosen/pengajar. Pendidikan Kewarganegaraan yang bertujuan menjadikan warga
negara yang demokratis tidak akan berhasil dengan baik bila disampaikan dengan
strategi dan metode yang tidak demokratis. Untuk itu dalam memilih/menentukan
strategi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan harus mempertimbangkan
perkembangan dan perbedaan potensi mahasiswa. Pembelajaran bukan sebatas
transpormasi pengetahuan lagi tapi harus mengarah pada pengembangan potensi
serta aplikasi pengetahuan dalam area situasi lain. Hal ini sejalan dengan tujuan
pendidikan nasional (Ps 3 UU no. 20 tahun 2003). Menurut Ausubel dan Dahren
(Akif Hilmiyah, 2005 : 7) pembelajaran dianggap gagal bila mahasiswa hanya
berhasil sebatas mencapai apa yang diajarkan atau sebatas replikasi dosen.
Sebaliknya
pembelajaran
dianggap
berhasil
bila
mahasiswa
mampu
mentranspormasikan apa yang dipelajari dalam situasi yang baru sebagai bentuk
aplikasi. Bila demikian halnya maka sesungguhnya mode pembelajaran tersebut
harus bermuatan prinsip dialogis, aplikatif, tidak mementingkan aspek kognitif
semata serta pembelajaran memihak pada mahasiswa selaku stakeholder utama.
Jadi pembelajaran selalu diorientasikan pada mahasiswa.
Strategi pembelajaran yang dipilih dan digunakan oleh dosen sangat
mempengaruhi dan menentukan seberapa jauh pengalaman yang akan dijalani dan
kemampuan yang harus dimiliki atau dikuasai. Sehingga dalam pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan secara khusus mensyaratkan dosen/pengajarannya
untuk menguasai ketrampilan menerapkan strategi yang tidak hanya dapat
112
lain
untuk
menentukan/memilih
strategi
pembelajaran
menantang,
kreativitas
dan
kemandirian
dengan
menempatkan
mitra dalam
proses
Pembelajaran
yang
113
4.
Motivasi
menumbuhkan
kesadaran
bahwa
pembelajaran
114
bahwa
evaluasi
pendidikan
adalah
kegiatan
pengendalian,
115
evaluasi,
mengumpulkan
data,
menganalisis
dan
dan
hasil
belajar,
(5)
Penafsiran/penetapan
hasil
evaluasi
116
BAB VI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
bab
tentang
faktor
Intern
yang
pelaksanaan pendidikan
kewarganegaraan
meliputi factor
117
pendidikan
kewarganegaraan
pada
118
buku pendidikan kewargaan yang disusun oleh Indonesian Center for Civic
Education (ICCE) UIN Jakarta. Sedangkan di Universitas Muhammadiyah
Mataram menggunakan pedoman yang dikembangkan oleh Majlis Diktilitbang PP
Muhammadiyah.
Bila ditelusuri lebih jauh materi yang dicantum dalam buku pedoman
tersebut terdapat perbedaan. Secara umum mempunyai dasar pijakan dan misi
yang berbeda, kalau yang digunakan UNRAM sifatnya umum artinya pendidikan
kewarganegaraan tersebut tidak dibahas atau dikaitkan dengan agama tertentu atau
organisasi
politik
maupun
organisasi
sosial
tertentu.
Berbeda
dengan
diawali
dengan
landasan
normatif
bagi
setiap
warga
119
120
121
122
Bila
mahasiswa ia akan merubah format interaksi menjadi dua pihak. Yaitu dosen
123
disatu pihak dan mahasiswa di pihak yang lain. Setelah itu dosen kembali hak
bicara sepenuhnya pada dosen.
Sejak masuk ruang kelas dosen terlihat berupaya untuk menciptakan
ketenangan dan tetap mendapatkan perhatian mahasiswa. Dosen selalu mengawasi
prilaku mahasiswa dan terkadang bila dosen melihat tidak adanya perhatian dosen
menghentkan sejenak pembicaraannya lalu melemparkan pandangannya ke
beberapa mahasiswa untuk meminta perhatian. Bahkan melontarkan pertanyaan
untuk memperoleh perhatian mahasiswa. Upaya ini berhasil sehingga dosen yang
bersangkutan akan selalu menjadi pusat perhatian mahasiswa di kelas saat proses
pembelajaran berlangsung.
Bila dicermati peran dosen selama proses perkuliahan identik dengan
peran pemerintah dalam sebuah negara. Keduanya berposisi sebagai pengajar
ketertiban, menjadi pusat perhatian dan memiliki kekuasaan serta hegemoni yang
besar dalam proses pembelajaran ataupun pemerintahan.
Lain lagi praktek perkuliahan yang dilakukan dosen lain yang hanya
mementingkan kehadiran mahasiswa. Dosen tersebut amat rajin masuk dan tepat
waktu namun waktu perkuliahan jarang sekali sampai berlangsung sampai 100
menit sesuai jadwal. Masuknya tidak lebih dari satu setengah jam, biasanya hanya
mengecek kehadiran mahassiwa lalu memberi tugas atau meringkas foto copy
materi kuliah kemudian keluar. Tanggapan mahasiswa terhadap dosen ini antara
lain :
Ah pokoknya hadir (isi daftar hadir) dan kumpulkan tugas pasti lulus.
Begitu cerita kakak tingkat yang lalu. Jadi ndak perlu belajar banget.
(Randy).
124
Demikian juga prilaku dan tanggapan mahasiswa yang lainnya. Rata-rata terlihat
rajin masuk namun kebanyakan acuh tak acuh dengan mata kuliah yang diampu
oleh dosen tersebut. Jadi hanya mengisi daftar hadir dan tugas bisa berdamai
dengan tugas teman yang lain yang penting ada wujudnya.
Agak berbeda praktek perkuliahan yang dilaksanakan oleh seorang ibu
dosen yang memberikan nuansa lain saat memberikan kuliah. Beliau
mencitptakan iklim kelas yang terbuka sehingga secara tidak langsung bepengaruh
terhadap motivasi mahasiswa mengikuti kuliah. Dalam menyampaikan kuliah ibu
dosen ini selalu meruhasa mengaitkan topik pembicaraannya dengan masalahmasalah yang aktual di masyarakat. Hal ini dilakukan dengan maksud dalam
rngka menunbuhkan sikap humanistik mahasiswa terhadap sesama dan koneksi
yang ada di masyarakat. Sikap tersebut misalnya antara lain ditumbuhkan melalui
tugas untuk membuat laporan analisis atau tanggapan terhadap peristiwa yang
sedang hangat dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Kemudian hasil itu didiskusikan pada pertemuan berikutnya. Sehingga suasana
kelas menjadi hidup.
Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku
mahasiswa ataupun suasana pembelajaran sangat dipngaruhi oleh dosen yang
bersangkutan. Jadi tergantung bagaimana dosen tersebut memposisikan diri
apakah sebagai fasilitator, motivator, atau sebagai tiran yaitu sebagai satusatunya sumber informasi yang harus diikuti dan lain sebagainya. Hal ini juga
dipengaruhi dengan bagaimana pengetahuan, wawasan dan keterampilan serta
penghayatan dosen terhadap mata kuliah yang diampunya.
125
Dalam hal ini perlu dingat pada dasarnya perilaku atau perubahan prilaku
dari mahasiswa/peserta didik sangat dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan,
pendidikan dan pengalaman dosen yang bersangkutan. Dengan kata lain dosen
berpengaruh terhadap perubahan prilaku mahasiswa. Oleh karena itu dosen harus
berusaha menjadi contoh tauladan yang baik bagi mahasiswanya. Sebab pada
dasarnya dosen adalah representasi dari sekelompok orang pada suatu komunitas
atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan. Juga seorang dosen
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang ditunjukkan oleh mahasiswa.
Untuk itu dosen harus selalu meningkatkan profesionalitasnya/wawasan
akademisnya secara berkelanjutan.
126
belahan bumi yang lain. ( Asykuri Ibnu Chamim dkk . 2003; 257 )
Globalisasi telah merambah dan mempengaruhi semua bidang kehidupan
termasuk bidang pendidikan. Oleh karenanya, pertanyaan yang muncul adalah apa
dan bagaimana dampak globalisasi bagi dunia pendidikan termasuk di dalamnya
pendidikan kewarganegaraan? Menurut Zamroni (2007:5) bahwa globalisasi
mempengaruhi dunia pendidikan melalui berbagai bentuk. Pertama: efisiensi dan
produktifitas tenaga kerja senantiasa dikaitkan dengan latar belakang pendidikan
yang dimiliki; kedua: terjadi pergeseran kurikulum yang semula bersifat child
centered atau subject centered bergeser ke arah kurikulum yang bersifat economy
centered vocational training; ketiga: pendidikan bergeser dari pelayanan menjadi
komoditas ekonomi. Akibatnya peran kemampuan dan tanggung jawab
pemerintah semakin terbatas. Hal ini akan menimbulkan berbagai persoalan yang
tidak diharapkan. Untuk itu berbagai bentuk baru pendidikan dan latihan
diperlukan. Perkembangan ini akan menimbulkan konsekuensi yang tidak dapat
dihindari. Seperti (1) mata pelajaran yang tidak berhubungan erat dengan ekonomi
akan
semakin
tidak
penting,
misalnya
pelajaran
sejarah
termasuk
127
128
Secara teori, ideologi bersumber dari suatu falsafah dan merupakan pelaksanaan
dari sistem falsafah itu sendiri.
Tentang pengaruh ideologi dalam Pendidikan Kewarganegaraan berikut
ungkapan informan adalah :
Pada era reformasi dewasa ini yang sekaligus merupakan era globalisasi
tarik menarik kepentingan ideologi akan sangat mempengaruhi karakter
bangsa. Oleh karena itu tugas berat bagi pendidikan kewarganegaraan
dalam menanamkannya pada generasi muda/mahasiswa. (Usman).
Bertolak dari fenomena atau paparan di atas dapat ditarik suatu makna
bahwa ideologi bagi suatu bangsa memiliki dua fungsi pokok, yaitu: pertama,
sebagai tujuan ataau cita-cita dari kelompok masyarakat yang bersangkutan,
artinya nilai0nilai yang hendak dituju secara bersama; kedua, sebagai sarana
pemersatu dari masyarakat yang bersangkutan, artinya masyarakat yang banyak
dan beragam itu bersedia menjadikan ideologi sebagai milik bersama dan
menjadikannya bersatu. (Ramlan Surbakta, 1999:43)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ideologi dapat digunakan
sebagai unsur untuk membangun kekuatan nasional suatu negara. Bagi bangsa
129
dalam
melaksanakan
kehidupan
berbangsa,
bernegara,
dan
dan
pengembangan
kesadaran
berideologi
dalam
130
Politik dalam arti kebijakan merupakan suatu proses alokasi sistem nilai
dan norma kehidupan berbangsa dan bernegara yang diyakini baik dan benar. Hal
ini dilakukan oleh suatu instansi yang berwenang agar menjadi pesoman
pelaksanaan dalam mewujudkan cita-cita. Cita-cita bangsa Indonesia dapat dilihat
pula pada pembukaan UUD 1945. salah satu cita-cita tersebut adalah
mencerdaskan kehidpan bangsa. Hal ini mengandung makna bahwa bangsa
Indonesia sangat memperhatikan dunia pendidikan, karena dengan pendidikan
segala sesuata dalam negaraini dapat dibangun.
Tentang pengaruh politik pada pengajaran pendidikan kewarganegaraan
lebih lanjut seperti dikemukakan oleh informan berikut ini :
Dari teori dan pandangan di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan dan
politik adalah merupakan dua unsur penting dalam sistem sosial politik di setiap
negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Kedua unsur tersebut
sering dipandang sebagai bagian yang terpisah yang satu sama lain tidak memiliki
131
hubungan apa-apa. Padahal bila dikaji lebih jauh keduanya saling mengisi dan
saling menunjang dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat di suatu
negara. Lembaga dan proses pendidikan berperan penting dalam membentuk
prilaku politik masyarakat di negara bersangkutan. Demikian juga sebaliknya,
lembaga dan proses politik suatu negara akan berdampak besar pada karakteristik
pendidikan di negara tesebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada
hubungan yang erat dan dinamis antara pendidikan dan politik di suatu negara.
Hubungan tersebut adalah merupakan realitas empiris yang telah tejadi sejak awal
peradaban manusia.
Keterkaitan antara pendidikan dan politik terimplikasi pada semua sektor,
baik sektor filosofis maupun sekto rkebijakan. Filsafat pendidikan dari suatu
negara seringkali merupakan refleksi prinsip ideologis yang diadopsi oleh negara
tersebut. Sebagai suatu contoh di negara Indonesia, bahwa filsafat pendidikan
nasional adalah merupakan artikulasi pedagogis dari nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila dan UUD 1945. hal ini dapat dilihat/dibuktikan pada pasal 2 UU
no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional sebagai berikut:
Pendidikan nasional bedasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Demikian juga halnya seperti yang
dikemukakan oleh Abernethy dan Coombe ( M. Sirozi, 2007; 7 ). Pendidikan dan
politik terkait tanpa bisa dipisakan. Hubungan timbal balik antara pendidikan dan
politik dapat terjadi melalui tiga aspek, yaitu pembentukan sikap kelompok,
masalah pengangguran, dan peranan politik kaum cendikia. Kesempatan dan
132
133
kegiatan
dan
tindakan
anggota
masyarakat
dalam
apakah suatu tindakan itu baik atau buruk, benar atau salah, hina atau
mulia, dan lainnya. Di samping setiap masyarakt itu memiliki standar
sosial, juga menjaga dan mengembangkannya agar kualitas hidup itu
menjadi lebih baik. Dengan kata lain, standar sosial kecuali berfungsi
sebagai pengarah prilaku anggota masyarakat juga memberikan
inspirasi dan pedoman untuk mencapai tujuan hidup yang diyakini
134
Berpijak dari teori diatas dapat dimaknai bahwa manusia itu dalam hidup
bekelompok sesuai kodratnya sebagai makhluk sosial harus sesuai dengan fungsi,
peran dan profesinya untuk memudahkan jalanya tugas-tugas kemanusiaan.
Pembangunan nasional Indonesia selama ini menghasilkan struktur sosial yang
cukup beragam sejalan dengan modernisasi, perkembangan zan dan iptek,
fragmentasi kelompok masyarakat semakin berkembang baik vertikal maupun
horizontal.
Kehidupan masyarakat berdasarkan struktur peran dan profesi melahirkan
bentuk hubungan dan ikatan antar manusia yang dapat menggantikan hubungan
keluarga. Hubungan antar teman seprofesi terkadang lebih erat daripada hubungan
keluarga. Di lain pihak semakin lebarnya struktur sosial secara horizontal juga
melahirkan keanekaragaman aspirasi yang semakin sulit untuk diakomodasikan
bersama.
135
136
laku dan hasil tingkah laku yang terlembagakan. Nilai atau sistem nilai dan cara
hidup tersebut merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang
menumbuhkan gagasan utama yang menjadi kekuatan pendukung dalam
menggerakkan kehidupan (Minto Rahayu, 2007;248)
Melalui budayanya itulah manusia berkarya, sehingga menjadi makhluk
berbudaya, terhormat, dan beradab. Melalui kebudayaan, kehidupan manusia
menjadi serasi, selaras, serta mempunyai dinamika yang normatif menuju taraf
kehidupan yang lebih tinggi. Dinamika kehidupan manusia terus berkembang
melalui sistem nilai dan norma-norma. Dengan demikian manusia sebagai
individu
dan
sebagai
masyarakat
dalam
bebuat
itu
selalu
137
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa sdan subetnis yang
masing-masing memiliki budaya sendiri. Karena suku-suku bangsa tersebut
mendiami daerah tertentu, maka kebudayaannya disebut kebudayaan daerah.
Dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan tersebut merupakan identitas dan
kebangsaan suku bangsa tersebut. Kebudayaan daerah ada di Indonesia telah lama
saling berkkomunikasi dan berintegrasi dalam kesetaraan. Dalam kehidupan
bernegara sekarang ini, dapat dikatakan bahwa kebudayaan daerah tersebut
merupakan kerangka dari kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia. Dengan
demikian, kehidupan sosial budaya bangsa nasional akan terlepas dari
perkembangan sosial budaya daerah. (Lemhanas SUSCADOSWAR,2000)
Kebudayaan nasional menurut Koentjaraningrat (1986) berfungsi sebagai
sumber pemberi identitas kebudayaan bersama sebagai suatu bangsa. Jadi, seluruh
gagasan kolektif seluruh bangsa Indonesia yang beraneka/bhineka merupakan
kebudayaan nasional yang fungsinya untuk saling berkomunikasi dan untuk
memperkuat solidaritas bangsa. Berdasarkan proses interaksi budaya tersebut,
maka kebudayaan nasional Indonesia memiliki ciri-ciri bersifat (1) religius; (2)
kekeluargaan; (3) serba selaras; dan (4) kerakyatan.
Komunikasi dan interaksi suku-suku yang ada di bumi Indonesia pada
tahun 1928 telah menghasilkan aspirasi bersama sebagai satu bangsa di satu tanah
air. Aspirasi ini terwujud secara sah dan diakui oleh bangsa-bangsa lain di dunia
melalui Proklamasi 17 Agustus 1945. Kenyataan ini menunjukkan bahwa
keanekaragaman budaya justru merupakan hikmah bagi bangsa Indonesia. Di
masa lalu telah mampu memunculkan faktor perekat persatuan bangsa yang
138
139
BAB VII
MAKNA PELAKSANAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DALAM KONTEKS PEMBINAAN KEHIDUPAN DEMOKRASI PADA
TIGA PERGURUAN TINGGI DI KOTA MATARAM
tindakan
komunikasi
ialah
menjawab
pertanyaan
siapa
yang
menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa
pengaruhnya.
Selanjutnya dikatakan bahwa ada tiga fungsi dasar manusia berkomunikasi
yaitu (1) Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya. Melalui komunikasi
manusia dapat mengetahui peluang yang ada untuk dimanfaatkan, dipelihara atau
dihindarkan di sekitar lingkungannya; (2) Upaya manusia untuk dapat beradaptasi
140
141
142
mempersoalkan
perbedaan
suku,
agama,
ras,
golongan
dan
budaya.
143
144
145
Jawa, Melayu, Bugis dan lain sebagainya. Salah satu sumber yang menyebutkan
masuknya Islam ke pulau ini dari Jawa adalah Babad Lombok.
Menurut Tawalinudin Haris (M. Noor dkk, 2004 : 82) hal tersebut dapat
dibenarkan dengan bukti-bukti arkeologis yang terdapat dalam situs makam
Selaparang. Pada makam tersebut terdapat sejumlah batu nisan tipe kepala kerbau
bersayap dan tipe silendrik. Selain itu dari segi bentuk dan motif hiasannya
memiliki kesamaan dengan beberapa nisan yang terdapat di Aceh, Banten dan
Madura yang diperkirakan berasal dari kurun waktu yang bersamaan.
Kemudian satu hal yang agak pasti setelah proses Islamisasi ini adalah
berdirinya Kerajaan Selaparang dan Pejanggik Islam. Di mana keduanya
merupakan kerajaan serumpun dari garis keturunan yang sama, Kerajaan
Selaparang berpusat di Lombok Timur sedangkan Kerajaan Pejanggik di Lombok
Tengah. Setelah runtuhnya kedua kerajaan tersebut maka runtuh pula kekuatan
Islam secara struktural. Agama Islam hanya sebagai agama rakyat yang dianut
oleh rakyat kebanyakan dalam suasana ketakutan dan ketertindasan. Berita
tentang Islam baru terdengar kembali setelah pecah perang Sakra I dan II pada
tahun 1841 dan 1845.
Pada tahun 1891 pecah peperangan yang menentang kekuasaaan kerajaan
Mataram (Hindu) yang dipelopori kalangan masyarakat biasa yaitu Tuan Guru
Haji Ali Batu walaupun beliau tewas dalam pertempuran tersebut. Walau
demikian peperangan ini berdampak dengan berkobarnya semangat jihad yang
lebih besar menentang kekuasaan yang lalim. Sepeninggal Tuan Guru Haji Ali
Batu kepemimpinan dipegang oleh murid-muridnya. Satu hal yang agak jelas dari
146
perkembangan Islam di wilayah ini adalah bahwa Islam telah lama sebagai
kekuatan baru yang cukup diperhitungkan. Dan corak Islam pada periode ini
sangat didominasi oleh kaum tarekat (sufisme).
Selanjutnya penyebaran dakwah Islam oleh para Tuan Guru dilakukan
dengan mendirikan pondok-pondok pesantren dan pengajian di Masjid, Surau dan
Langgar-langgar. Corak pondok pesantren ini masih sangat tradiosional. Para
santri mengaji secara kolektif dan nyaris tanpa program pengajaran yang teratur
dan terencana.
Pada generasi berikutnya lahir seorang pemuda yang kelak menjadi tokoh
kharismatik di pulau Lombok ia adalah Muhammad Saggat yang kemudian lebih
dikenal sebagai Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Beliau
mengembangkan dakwah Islam dan membentuk sistem pendidikan baru. Pondok
pesantren yang didirikan sekitar tahun 1934 sebagai cikal bakal berdirinya
Madrasah Nahdatul Wathan Diniyah Islamiah (NWDI) yang merupakan pelopor
pondok pesantren modern dengan sistem klasikal, materinya sistematis dan
terukur. Pondok pesantren ini dapat diklaim sebagai pembawa semangat
pencerahan dalam sistem pendidikan Islam di pulau Lombok. Hal ini sangat
berpengaruh hingga saat ini terutama tentang penyebaran agama Islam dan
keberagaman di kalangan masyarakat Lombok khususnya dan NTB umumnya.
Dalam catatan sejarah belum pernah terjadi sebuah kerajaan/pemerintahan
yang kuat membawahi semua komunitas sasak dalam waktu yang relatif lama.
Sehingga memungkinkan lahirnya sebuah identitas bersama yang diakui oleh
semua. Demikian juga yang terjadi dalam kehidupan keberagamaan. Secara
147
148
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam struktur materi Civic Education pada
kurikulum yang digunakan IAIN memiliki tiga materi pokok yaitu Demokrasi,
Hak Asasi Manusia (HAM), dan masyarakat Madani. Dari ketiga materi inti ini
dikembangkan menjadi 10 pokok bahasan. Kemudian dari 10 pokok bahasan ini
dikembangkan menjadi 69 sub pokok bahasan. Selanjutnya dalam kajian
demokrasi terdapat dua sub yang beruhubungan dengan Islam yaitu : Islam dan
Demokrasi serta Isu Jender dalam Islam dan Demokrasi. Sementara dalam kajian
tentang HAM terdapat dua sub juga yang berkaitan dengan Islam yaitu HAM
dalam tinjauan Islam serta Isu Jender dalam Islam dan HAM.
Dalam kurikulum yang dipakai di Universitas Muhammadiyah Mataram
yang bertema Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kehidupan yang
Demokratis dan berkeadaban terdiri dari 8 materi pokok pada kajian tentang
demokrasi terdapat sub yang berhubungan dengan keagamaan (Islam) yaitu yang
berbicara tentang Transpormasi Nilai Demokrasi dalam keluarga dan masyarakat.
Jadi dari paparan di atas dapat dikatakan pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan sejalan dengan karakter masyarakat NTB dan Indonesia pada
umumnya yang religius. Hal ini didukung juga dengan kurikulum yang digunakan
secara umum yang dikeluarkan oleh Diknas dimana salah satu pokok bahasannya
adalah tentang Filsafat Pancasila yang bersifat religius sebagai dasar dari
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia.
149
7.4. Refleksi
Demokrasi dimaknai sebagai suatu sistem pemerintahan. Hal ini sesuai
dengan arti etimologis dari demokrasi itu sendiri, yaitu demos yang berarti rakyat
dan kratos yang berarti pemerintahan. Jadi demokrasi adalah suatu pemerintahan
yang melibatkan rakyat sebagai subjek dalam pemerintahan dan subjek dalam
mewujudkan cita-cita dari negara yang bersangkutan. Dengan kata lain demokrasi
sebagai dasar kehidupan bernegara memberikan pengertian bahwa negara
demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan
kemauan rakyat. Oleh karena itu demokrasi saat ini diyakini oleh banyak pihak
merupakan suatu sistem kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
dapat menjamin warganegaranya mencapai kehidupan yang sejahtera.
Sejalan dengan keyakinan tersebut di atas maka dewasa ini banyak
bangsa-bangsa di dunia termasuk Indonesia tengah melakukan transportasi
menuju masyarakat demokratis. Keyakinan tersebut diperkuat dengan asumsi
bahwa dalam demokrasi kehendak rakyat adalah dasar utama kewenangan
pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya sehingga menjadi basis bagi
tegak dan kokohnya sistem pemerintahan/politik demokrasi. Hal ini menunjukkan
bahwa rakyat diletakkan pada posisi penting walaupun secara operasional
pelaksanaannya diberbagai negara tidak selalu sama.
Proses menjadi negara demokrasi bukanlah suatu proses yang mudah dan
sederhana,
melainkan
suatu
proses
yang
cukup
unik.
Banyak
hasil
150
tersebut memiliki prasyarat utama demokrasi yaitu kultur dan struktur sosial
politik yang demokratis. Kultur demokrasi berhubungan sikap dan prilaku politik
demokrasi masyarakat sedangkan struktur sosial politik berhubungan dengan
institusi politik yang demokratis dari negara yang bersangkutan. Sehingga kedua
aspek ini harus berjalan beriringan untuk dapat menjadi negara demokratis.
Meninjau pernyataan G. Almond & S. Verba bahwa kematangan budaya politik
akan tercapai bila ada keserasian antara struktur dengan kultur maka membangun
masyarakat demokratis berarti usaha menciptakan keserasian antara kultur yang
demokratis dengan kultur yang demokratis.
Membangun kultur demokrasi jauh lebih sulit bila dibandingkan dengan
membangun struktur demokratis. Membangun struktur berarti membangun
institusi atau lembaga demokrasi. Hal ini berarti menciptakan dan menegakkan
lembaga atau institusi politik tersebut dalam negara yang bersangkutan.
Sedangkan
membangun
kultur
politik
demokrasi
berarti
menegakkan,
151
nilai demokrasi agar bisa diterima dan dijalankan oleh segenap warga negara.
Pendidikan demokrasi dapat berarti formal, non formal maupun informal.
Pendidikan demokrasi dapat saja diintergrasikan ke dalam berbagai
bidang studi kelompok ilmu sosial. Di lain pihak pendidikan demokrasi dapat pula
dijadikan mata pelajaran atau mata kuliah yang berdiri sendiri. Bila diintegrasikan
paling tepat untuk saat ini adalah dikemas dalam wujud mata pelajaran atau mata
kuliah pendidikan kewarganegaraan.
Dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggun jawab. (Pasal 3 UU
Sisdiknas). Dengan ketentuan tersebut dapat ditarik makna bahwa salah satu
tujuan pendidikan adalah untuk menjadikan warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab terhadap bangsa dan negara bagi tegaknya sistem demokrasi.
Sehingga adalah merupakan hal yang logis bila pendidikan kewarganegaraan baik
sebagai mata pelajaran di sekolah maupun bagi mata kuliah di perguruan tinggi
dihajatkan untuk mengemban misi sebagai pendidikan demokrasi.
Berdasarkan paparan di atas dapat dimaknai bahwa pendidikan demokrasi
amat penting artinya bagi pertumbuhan budaya demokrasi di masyarakat (Civic
Cultur). Dengan demokrasi akan mendukung keberhasilan, perkembangan dan
pemeliharaan serta tegaknya pemerintahan demokrasi. Namun berdasarkan
pengalaman selama ini justru pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan
152
dikembangkan di
Indonesia.
Kemudian
metode
dan manajemen
153
BAB VIII
SIMPULAN DAN SARAN
8.1. Simpulan
Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan:
Pertama Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata kuliah yang
wajib ditempuh bagi seluruh mahasiswa pada semua jurusan. Hal ini berdasarkan
UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat 2 huruf
b. Dalam pelaksanaan di kota Mataram berpedoman pada 3 (tiga) acuan pokok
atau kurikulum yaitu : (1) Acuan dari Diknas dan Lemhannas yang diperuntukkan
bagi perguruan tinggi pada umumnya di Indonesia ; (2) Acuan yang disusun oleh
Indonesia Center For Civic Education (ICCE) yang diperuntukkan bagi perguruan
tinggi agama Islam dan (3) Acuan yang disusun oleh Majelis Diktilitbang PP
Muhammadiyah diperuntukkan bagi perguruan tinggi di bawah organisasi
Muhammadiyah.
Pendidikan
Kewarganegaraan
mengemban
misi
154
155
8.2. Saran-saran
Berkaitan dengan temuan di lapangan ada beberapa saran-saran perlu
disampaikan sebagai masukan :
1. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata kuliah wajib bagi
seluruh mahasiswa. Oleh karena itu harus mempunyai pedoman dasar
yang sama (satu) agar mengarah pada target yang sama, yaitu sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional seperti tertera dalam Pasal 3 UU
no. 20 tahun 2003.
2. Sebagai pendidikan yang mengemban misi bela Negara maka harus
memuat materi tentang nilai-nilai bela Negara yang selama ini belum
ada dalam struktur materi pendidikan kewarganegaraan. Hal ini
penting artinya karena nilai-nilai bela Negara merupakan bagian dari
pengamalan nilai-nilai Pancasila.
3. Negara Indonesia adalah Negara yang sejak awal berdirinya telah
memilih demokrasi sebagai sistem pemerintahannya. Oleh karena itu
pendidikan kewarganegaraan mempunyai misi pendidikan demokrasi
agar
156
157
Daftar Pustaka
Abdulah, Irwan, 2006, Konrtruksi dan Reproduksi Budaya.Yogyakarta: Pustaka
pelajar
Abraham, M Francis, 1991, Moderenisasi Di Dunia Ketiga : Suatu Teori Umum
Pembangunan. Yogyakarta : Tiara Wacana
Amnur, Ali Mahdi (ED), 2007. Konfigurasi Politik Pendidikan Nasioanal.
Yogyakarta : Pustaka Fahima
Ashar, JS, 1994. Sikap Politisi Nasional dan Citra Demokrasi Pancasila Bisnis
Indonesia. Jakarta tgl 5 Maret hal 7
Bakry, Noor MS, 2004, Pendidikan Kewarganegaran. Yogyakarta : Liberty
Barker, Chris, 2005. Cultural Studies : Teori dan Praktek. Yogyakarta : Bentang
Budaya
Branson,Margaret S, Dkk, 1999. Belajar Civic Educatiom Dari Amerika,
Yogyakarta : LKIS
Budiyono, Kabul, 2007, NilaiNilai Kepribadiaan dan Kejuangan Bangsa
Indonesia. Bandung : Alfabeta
Bungin, Burhan, 2001. Metode Penelitian Sosial FormatFormat Kualitatif dan
Kualitatif. Surabaya: Erlangga Universiti Press
Burhani MS dan Hasbi Lawrens, TT, Kamus Ilmiah Populer. Jombang : Lintas
Media
Clark, John, 1995, NGO Dan Pembangunan Demokrasi. Yogyakarta : Tiara
Wacana
Cipto B, et tal, 2002. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education).
Yogyakarta : LP3 UMY
Dahl, Robert A, 1988. Sesudah Revolusi Usai?. Jakarta : Erlangga
Daniel Dana, 2006. Resolusi Konflig. Jakarta : Ilmu Populer
Darmaningtyas, 2007, Pendidikan Rusak Rusakan. Yogyakarta : LKIS
Devine, Pat, 1995, Demokrasi dan Perencanaan Ekonomi. Yogyakarta : Tiara
Wacana
David Beetham & Kevin Boyle, 2000. Demokrasi Dalam 80 Tanya Jawab.
Yogyakarta: Kanisius
Effendy, Muhadjir, 2003, Masyarakat Equilibrium.Yogyakrarta : Bentang Budaya
Faisal, Sanafiah, 2003. Format Format Penelitian Sosial. Jakarta : Raja
Grafindo Persada
158
Fatah, Eep Saefullah, 2000, Penghianatan Demokrasi Ala Orde Baru. Bandung:
Alfabeta
Fateranidh, Nor Anida, 2003. Nasionalisme Dalam Pembelajaran IPS Sejarah Di
SLTP Negeri 8 Yogyakarta Tesis. Yogyakarta : Program Pascasarjana
UNY
Gaffar, Afan, 2004, Politik Indonesia : Transisi Menuju Demokrasi.Yogyakarta :
Pustaka
Garna Judistira K,1992, Teori Terori Perubahan Sosial. Bandung : Program
Pascasarjana
Giddens, Anthony, 2001. Ranaway World. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Hamidi, 2005. Metode Penelitian
Muhammadiyah Malang
Kualitatif.
Malang
Universitas
Hendro Prasetyo, dkk, 2002. Islam & Civil Society. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama Tamburaka, H Rustam E,1999, Pengantar Ilmu Sejarah Teori
Filsafat Sejarah, Filsafat Dan Iptek. Jakarta : Bina Aksara
Juliantara, Dadang,1998, Meretas Jalan Demokrasi.Yogyakarta : Kanisius
Kaelan, dkk,2007, Memaknai Kembali Pancasila. Yogyakarta : Badan
Pemerintahan Filsafat UGM
Kertodirjo, Sartono,1999 Multidimensi Pembangunan Bangsa. Yogyakarta :
Kanisius
Kertodirjo, A. Sartono,Dkk1995, Negara dan Nasionalisme Indoesia. Jakarat
:Grasindo
Kertodirjo, Sartono,1999, Ideologi Dan Teknologi Dalam Kebangsaan Bangsa.
Jakarta : Grasindo
Kohn, Hans,1984, Nasionalisme Arti dan Sejarahnya Jakarta : Erlangga
Kompetindo
Kusnadi, H dan Bambang Wahyudi, 2001, Teori Dan Menejemn Konflig. Malang:
Taroda
Kusumohamidjoyo, Budiono, 2000, Kebinekaan Mayarakat di Indonesia. Jakarta
: Grasindo
Lubis, Akhyar Yusuf, 2006, Dekontruksi Epistemologi Modern. Jakarta : Pustaka
Indonesia
Marijan, Kacung, 2006, Demokratisasi Didaerah : Pelajaran dari Pilkada Secara
Langsung. Surabaya : Pustaka Eurika dan Pus De HAM
Masoed, Mohtar, 2003, Negara, Kaital Dan Demokrasi.Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Masdar, Umaruddin DKK, 1999, Mengasah Naluri Publik Memahami Nalar
159
160
161