Anda di halaman 1dari 7

Penguasaan pengetahuan dasar merupakan syarat pokok dan keterampilan seseorang

sangat menunjang kesuksesan di dalam memelihara kultur sel. Penanganan kultur sel
hendaknya dijalankan dalam kondisi benar-benar aseptik, karena sel/jaringan hewan
tumbuh dan berkembang lebih lambat dari kontaminan umum seperti
bakteri, yeast (jamur), dan mycoplasma. Beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan
dan dipenuhi dalam rangka mendapatkan kultur jaringan/sel yang bersih dan tumbuh
dengan baik antara lain: medium harus aseptik dan steril, medium harus menyediakan
semua nutrien yang diperlukan oleh sel, medium harus memelihara pH 7.0 7.4, dan
preservasi sel.
1. Medium harus aseptik dan steril
Kultur sel sebaiknya dilakukan di dalam ruangan tersendiri yang dilengkapi
dengan laminar air flow hoods, incubator, dan mikroskop. Tempat tersebut sebaiknya juga
berdekatan dengan ruang penyimpanan bahan untuk kultur jaringan, ruang persiapan, dan
pencucian. Ruangan laboratorium perlu dibersihkan secara rutin. Meskipun ada petugas
kebersihan laboratorium, seseorang yang bekerja dengan kultur sel juga harus mengetahui
dan bertanggung-jawab atas kebersihan ruang kultur.
Semua pekerjaan manipulasi medium kultur dan sel dikerjakan di dalam ruang steril
untuk mencegah kontaminasi oleh mikroorganisme yang ada di udara atau yang terbawa
oleh kita. Hal tersebut dilakukan di dalam laminar air flow cabinets atau hoods, karena alat
tersebut akan mengalirkan udara yang telah difilter ke tempat kerja. Filter yang digunakan
adalah high-efficiency particle filtres(HEPAs) yang dapat menyaring berbagai partikel dari
udara dengan diameter > 0,03 mm. Dengan demikian hampir semua bakteri, spora jamur,
dan sebagainya yang normal terdapat di udara dapat tersaring. Ada beberapa model/tipe
cabinet yang tersedia saat ini dengan variasi ukuran dan dilengkapi vertikal atauhorizontal
air flow. Biasanya cabinets juga dilengkapi dengan lampu UV untuk membantu
mempertahankan sterilitas ruangan. Lampu UV ini harus dimatikan pada
saat cabinets sedang digunakan.
Kultur sel dan medium perlu disimpan dalam container steril. Container dapat berupa
botol gelas atau plastik disposible. Botol gelas biasanya tidak digunakan untuk kultur sel
tetapi untuk menyimpan medium, karena botol ini dapat digunakan lagi setelah proses
sterilisasi. Ada berbagai bentuk container plastikdisposible yang dapat digunakan untuk
kultur sel, bervariasi dari mikroplatedengan volume 200 mL per sumuran sampai botol
(flask) besar. Selain containers tersebut di atas, untuk kultur sel juga diperlukan centrifuge
tube (conical tube) steril, yang digunakan dalam pencucian sel. Ukuran yang biasanya
digunakan adalah 11 15 ml dan 50 ml. Berbagai contrainer kecil (vial) juga diperlukan
untuk menyimpan sel di dalam Liquid Nitrogen.
Berbagai cairan, alat gelas, filter dan sebagainya dapat disterilkan dengan pemanasan di
dalam autoclave (minimal 20 menit pada tekanan 10 15 lb/in2, suhu 120oC). Cairan (selain
medium kultur) yang akan disterilkan di simpan dalam botol gelas. Pada saat disterilkan
tutup botol dilonggarkan dan dibungkus dengan aluminium foil. Pada saat mengangkat
botol dari autoclave, tutup segera dikencangkan untuk menjaga sterilitas isinya. Bendabenda kecil yang akan disterilkan dapat dibungkus dengan aluminium foil, kassa, kertas
payung atau kantong nylon sebelum di autoclave. Pipet kaca harus disumbat secara
individual dengan kapas pada ujung belakangnya dan biasanya disterilkan dalam satu
container metal. Berbagai alat gelas alat dissecting dapat juga disterilkan dengan cara
pemanasan kering (90 menit pada sushu 160oC). Medium cultur tidak dapat disterilkan
dengan cara pemanasan, tetapi dengan filter 0,22 mm yang dapat memfilter berbagai
mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi kultur. Filter 0,45 mm atau prefilter tidak
dapat menyaring mikroorganisme, tetapi berguna untuk menghilangkan berbagai material
sebelum filtrasi steril, dan pemakaian prefilter ini bermanfaat meningkatkan volume yang
dapat difilter steril. Volume yang dapat difilter tergantung pada diameter filter, ukuran poripori, tekanan pada saat filtrasi dan viskositas cairan.
2. Temperatur
Kebanyakan sel yang berasal dari hewan perlu disimpan pada suhu 37oC agar dapat
tumbuh secara optimal. Keadaan tersebut dapat dilakukan dengan menyimpannya dalam

inkubator yang dapat menyediakan temperatur secara konstan dan terdistribusi secara
merata di dalam inkubator. Untuk itu, kebanyakan inkubator dilengkapi
dengan thermostatically controlled water jacket dan temperature control.
3. Medium harus memelihara pH 7.0 7.4
Untuk produksi antibodi monoklonal sel hibridoma memerlukan bikarbonat sebagai
ion buffer untuk membantu mempertahankan pH pada medium kultur. Agar sistem bufer ini
dapat bekerja maka kultur dan mediumnya harus mendapatkan CO2. Dengan demikian
diperlukan inkubator yang dapat mempertahankan kadar CO2 5 % di dalam udara CO2 dapat
disuplai dari gas CO2yang dihubungkan dengan CO2 sensor ke dalam incubator. Ruangan di
dalam incubator juga harus dijaga kelembabannya dengan menempatkan nampan yang diisi
dengan aquadest steril supaya tidak terjadi kekeringan.
2. Medium
Medium penumbuh yang mengandung 10% serum (FBS), 1% antibiotik (penicillinstreptomycin) dan 0,5% antifungi (fungizone), kemudian diinkubasi pada suhu 37oC dan 5%
CO2 (95% udara).
1. Bahan: (1) botol steril 1 L, (2) aquabidest 1 L, (3) RPMI Powder 1 sachet (10, 4 gr), (4)
NaHCO2 sol. (7,5 %) 27 ml per liter medium atau 2 gr/L, (5) Hepes 2,86 gr, (6) 50 mM
Mercapto Ethanol (ME) 1 mL, Filter 0,2 mm.
Cara Membuat (Preparasi) Medium Kultur
1. Bahan-bahan esensial
q Bikarbonat/Hepes: untuk mempertahankan pH pada medium kultur dengan keseimbangan
antara bikarbonat terlarut dan konsentrasi CO2.
q Glutamin: konsentrasi 2 mM perlu ditambahkan pada medium cair, karena sifatnya yang tidak
stabil dan mempunyai waktu paruh 3 minggu pada 4oC dan 2 minggu pada 37oC.
q Serum: FBS dengan konsentrasi 10 %.
2. Bahan-bahan tidak esensial
q Antibiotik: penisilin 100 mg/mL dan steptomycin 100 mg/mL untuk mencegah pertumbuhan
bakteri.
q Antifungi: Fungizone untuk mencegah pertumbuhan jamur.
q Phenol red: sebagai indikator pH untuk mengetahui perubahan pH medium kultur.
q Mercapto Ethanol (50 mM): untuk meningkatkan sintesis antibody oleh sel limpa.
3. Preparasi larutan PBS
1) Timbang kemikalia sebagai berikut:
Kemikalia
Kuantitas
NaCl
8 gram
KCl
0.2 g
KH2PO4
0.2 g
Na2HPO4
15 g
2) Siapkan 900 ml aquabides dalam gelas piala ukuran 1 liter, kemudian masukkan
bar magnetic stirer ke dalamnya.
3) Tempatkan gelas piala tersebut di atas papan pemutar magnetic stirer, kemudian atur agar
putaran pelan-pelan dengan maksud agar jangan sampai terjadi pusaran air yang dapat
menyerap udara.
4) Tambahkan kemikalia di atas satu per satu dan sedikit demi sedikit sampai semua larut.
5) Atur volume hingga 1 liter dan jaga agar pH 7,4.
6) Sterilisasi dengan menggunakan autoklav.
7) Simpan dilemari es.
a.
b.
c.
d.
e.

Cara Membuat Medium RPMI


RPMI powder ditambahkan dalam 800 ml, aquadest steril
Tambahkan NaHCO2 cair atau powder, Hepes dan ME
Campur homogen dengan cara di magnetic stirer
Ukur pH pada 7,4 dengan penambahan NaOH 0,1 N atau HCl 0,1 N
Sterilkan dengan cara difilter menggunakan filter 0,2 mm di dalam hood

f. Beri label pada botol: nama medium, tanggal dan pemakai serta disimpan pada suhu 4oC.
Bahan Tambahan
2.1.1. Esensial
q Bikarbonat/Hepes: berfungsi untuk mempertahankan pH pada medium kultur dengan
keseimbangan antara bikarbonat terlarut dan konsentrasi CO2.
q Glutamin: konsentrasi 2 mM perlu ditambahkan pada medium cair, karena sifatnya yang tidak
stabil dan mempunyai waktu paruh 3 minggu pada 4oC dan 2 minggu pada 37oC.
q Serum: FBS dengan konsentrasi 10 20 %.
2.1.2. Tidak esensial
q Antibiotik: penisilin 100 mg/mL dan steptomycin 100 mg/mL.
q Antifungi: fungizone 0,5%.
q Mercapto Ethanol (50 mM): untuk meningkatkan biosintesis antibody oleh sel limpa.

Secara umum

Peralatan dan larutan yang digunakan dalam kultur sel harus disterilisasi dahulu. Cara sterilisasi dipilih berdasarkan
kestabilan peralatan dan bahan tehadap suhu yang tinggi. Sterilisasi peralatan dan bahan yang memiliki ketahanan tinggi
terhadap panas seperti logam, gelas, dan plastik tahan panas) dapat sterilisasi dengan dry heat (Freshney, 2005).

Sterilisasi merupakan suatu proses membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan. Pada prinsipnya
sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.

1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron)
sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya
larutan enzim dan antibiotik.

2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran. Pemanasan, yang terdiri dari pemijaran (dengan
api langsung), yaitu membakar alat pada api secara langsung, panas kering, yaitu sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C.
Sterilisasi panas kering digunakan untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. Uap air panas,
yaitu konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggunakan metode ini agar tidak terjadi
dehidrasi. Dan uap air panas bertekanan yang disebut dengan autoklaf. Penyinaran dengan UV, dengan sinar UV dapat
digunakan untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV

3. Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol. (Indra, 2008).

Terdapat 4 tahap dalam sterilisasi, yaitu perendaman, merupakan langkah di mana semua alat yang akan disterilisasi
direndam dalam larutan deterjen. Perendaman tidak boleh dilakukan terlalu lama untuk mencegah terjadinya korosi dari
alat non stainless. Pembersihan merupakan tahap dasar untuk menghilangkan kontaminasi. Semua pengotor dan cairan harus
dibuang dulu sebelum dimasukkan ke dalam alat pembersih. Salah satu cara pembersihan adalah dengan pembersihan
ultrasonik. Pengendalian korosi dan lubrikasi. Peralatan yang telah dibersihkan harus selalu dikeringkan untuk mengurangi
kemungkinan korosi. Pengemasan dapat dilakukan sebelum proses sterilisasi selanjutnya, agar peralatan terlindungi dari

kontaminasi setelah disterilisasi, dan pemantauan sterilisasi dapat dilakukan menggunakan indikator kimia seperti perubahan
warna, tetapi lebih efektif menggunakan indikator biologi seperti pengujian terhadap kontaminan seperti spora, virus,
bakteri (Gupta dan Verma, 2009).

Autoklaf

Autoklaf adalah alat untuk memsterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu
1210C. Autoklaf dapat digunakan untuk mensterilisasi cairan yang stabil terhadap panas seperti air, larutan garam, dan
beberapa jenis media. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan
kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan
suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 20 menit. Penggunaan suhu 121 0C atau 249,8 0F yaitu karena air
mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea
level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15
psi maka air akan memdidih pada suhu 1210C.

Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak
udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga
tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi dimulai
dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan
turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi. Bagian-bagian yang
terdapat dalam autoklaf, yaitu tombol pengatur waktu mundur (timer), katup pengeluaran uap, pengukur tekanan, kelep
pengaman, tombol on-off, thermometer, lempeng sumber panas, aquades (dH2O), sekrup pengaman, dan batas penambahan
air (Anonim 1, 2009).

Cara penggunaan autoklaf, yaitu dengan mengisi air dalam autoklaf sampai batas yang ditentukan, Gunakan air hasil
destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat. Masukkan peralatan dan bahan. Autoklaf ditutup lalu
dikencangkan baut pengaman agar tidak ada uap yang keluar dari bibir autoklaf, dan klep pengaman tidak dikencangkan
terlebih dahulu. Autoklaf Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC. Tunggu sampai
air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep
pengaman ditutup (dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15 dimulai sejak tekanan mencapai 2
atm. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen turun hingga sama dengan tekanan udara
di lingkungan (jarum padapreisure gauge menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan isi dari
keluarkan isi autoklaf. Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah bahan tidak tahan panas
seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim, pelarut organik, seperti fenol, bahan yang mengandung detergen, seperti SDS
(Anonim 1, 2009).

Filtrasi

Filtrasi digunakan untuk memisahkan campuran heterogen zat padat yang tidak larut dalam cairan. Penyaringan
menggunakan kertas saring, hasil saringan disebut filtrat. Ukuran pori membran yang biasa digunakan adalah 0,22 m.

Ukuran pori tersebut digunakan karena baik digunakan untuk menghilangkan bakteri terkecil dari larutan. Untuk
menghilangkan virus sebaiknya digunakan membran dengan ukuran pori 20 nm (Gupta dan Verma, 2009). Mekanisme yang
dilalui pada filtrasi, yaitu air mengalir melalui pori penyaring, partikel-partikel tertahan di media penyaring, terjadi reaksireaksi kimia dan biologis.

Penggunaan Sterilisasi dengan Autoklaf dan Filtrasi

Peralatan yang digunakan dalam kultur sel digunakan autoklaf untuk sterilisasi, karena peralatan tersebut tahan jika terkena
suhu yang sangat panas. Tetapi untuk medium dan larutan lain yang harus steril, sterilisasi dilakukan dengan menggunakan
filtrasi membran. Medium mengandung bahan yang dapat rusak jika berada dalam suhu yang sangat tinggi.

Tujuan Sterilisasi Alat dan Bahan

Sterilisasi yang dilakukan dalam kultur sel berfungsi untuk menghilangkan kontaminan dalam peralatan dan bahan yang akan
digunakan sehingga alat dan bahan steril. Semua peralatan dan bahan yang digunakan harus steril dan terbebas dari bakteri.

I.1.3 PBS

Komponen

PBS merupakan larutan garam seimbang yang terdiri dari 1.5 mM KH 2PO4.H2O, 8.1 mM Na2HPO4.7 H2O, 140 mM NaCl, 2.7 mM
KCl.

Fungsi Larutan PBS

PBS merupakan sebuah larutan penyangga yang biasa digunakan dalam penelitian biologi. Buffer membantu untuk
mempertahankan konstan pH. Osmolaritas dan konsentrasi ion solusi yang sesuai dengan tubuh manusia (isotonik) (Anonim 2,
2009). PBS sering digunakan dalam percobaan biologi sel untuk mempertahankan osmolaritas sel. Garam mengandung ion,
yang menyeimbangkan jumlah ion garam di dalam sel. Jika sel yang tenggelam ke dalam solusi yang memiliki terlalu banyak
garam ion, air akan bocor keluar dari sel, menyebabkan sel menyusut. Sebaliknya, jika sel terbenam ke dalam solusi yang
memiliki ion terlalu sedikit garam, air akan masuk ke dalam sel, menyebabkan sel pecah. Oleh karena itu, sangat penting
saat melakukan percobaan biologi sel untuk menjaga sel-sel di osmolaritas tertentu. PBS adalah pada osmolaritas yang benar
untuk menjaga sel-sel dalam negara isotonik. PBS sering digunakan sebagai larutan penyangga dalam berbagai eksperimen
untuk mempertahankan pH protein. Protein memerlukan kisaran pH tertentu untuk menjaga netralitas pada asam amino
tertentu, untuk mempertahankan struktur protein. Jika tidak, struktur protein akan terdenaturasi (Anonim 2, 2009).

Cara Sterilisasi PBS

PBS yang mengandung glukosa tidak dapat disterilkan dengan cara bersamaan karena glukosa dapat menjadi caramel pada
waktu diautoklaf. Larutan glukosa disterilisasi secara terpisah yang akan ditambahkan pada PBS steril setelah disterilisasi.
Apabila glukosa sudah dicampurkan sebelum sterilisasi, maka sterilisasi harus dilakukan dengan cara filtrasi membran. PBS

yang digunakan dalam kultur sel ini tidak mengandung gula atau bikarbonat, sehingga dapat disterilisasi dengan cara
autoklaf. Cara yang dilakukan adalah dengan menempatkan larutan PBS ke dalam botol tahan panas, ditutup dan disegel,
kemudian diautoklaf selama 20 menit dengan suhu 121C dengan tekanan 100 kpa (Freshney, 2005).

Storage dan Stability

PBS dapat disimpan pada suhu kamar, tetapi dapat menjamin pendinginan untuk mencegah pertumbuhan bakteri jika solusi
yang tidak steril dan disimpan untuk jangka waktu yang lama. Disimpan pada suhu ruang (15-30C). Namun apabila
penyimapanan menggunakan suhu 4C, PBS yang digunakan menjadi lebih tahan lama (Freshney, 2005). Kondisi penyimpanan
yang baik dan benar akan mempengaruhi kestabilan larutan PBS tersebut.

I.1.4 Medium Kultur

Medium kultur yang digunakan untuk kultur jaringan beragam. Terdapat medium kultur yang mengandung seluruh komponen
secara lengkap dalam bentuk bubuk dan siap pakai. Macam medium diberi nama sesuai dengan pembuat medium dan larutan
garam seimbang yang digunakan. Medium merupakan campuran nutrisi, serum, antibiotik, hormon, dan faktor tumbuh yang
digunakan dalam kultur sel secara in vitro. Medium kultur sel sangat beragam dengan fungsi spesifik masing-masing.
Beberapa contoh medium di antaranyaMinimal Essential Medium (MEM), Dulbeccos Modified Eagles Medium (DMEM), Hams
Nutrient Mitures F10 dan F12, Molecular Cellular Developmental Biology (MCDB), F12 CDME, dan Leibovitz L-15 (Marther dan
Robert, 1998).

Beberapa medium yang digunakan dalam kultur sel di antaranya, yaitu medium yang bekerja sangat kuat (1x konsentrasi),
dengan atau tanpa glutamin, medium yang memiliki konsentrasi 10x, biasanya tanpa NaHCO 3 dan glutamin yang tersedia
dalam konsentrasi terpisah, dan medium berupa serbuk tanpa atau dengan NaHCO 3 dan glutamin, merupakan medium yang
paling murah (Freshney, 2005).

Medium berperan sebagai mediator pertumbuhan bagi sel yang dikultur dan pemberian nutrisi bagi sel yang akan dikultur.
Salah satu faktor yang penting dalam teknik kultur jaringan adalah medium. Teknik kultur jaringan akan berhasil bila
pemilihan medium yang digunakan tepat karena dalam medium terdapat kebutuhan dari sel yang dikulturkan. Medium yang
digunakan didasarkan pada sel yang akan digunakan dalam kultur sel tersebut (Wetter and Constabel,1991).

Salah satu medium kultur yang biasa digunakan adalah DMEM. DMEM merupakan modifikasi dari Basal Medium Eagle (BME)
yang berisi empat kali lipat lebih tinggi konsentrasi asam amino dan vitamin, serta tambahan komponen tambahan. DMEM
asli formula berisi 1000 mg / L glukosa dan pertama kali dilaporkan untuk kultur sel embrio tikus (Anonim 3, 2009). DMEM
yang digunakan dalam kultur sel kali ini adalah DMEM F-12, yang merupakan medium dengan nutrisi terkaya dibandingkan
dengan medium lain yang ada.

I.1.5 Fungsi Larutan dalam Medium

NaHCO3

Merupakan senyawa komponen medium yang berperan dalam menjaga pH dan osmolalitas kultur sel (Marther dan Robert,
1998). Konsentrasi bikarbonat sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan dengan CO 2 atmosfer. Beberapa
medium mengandung konsentrasi bikarbonat yang tinggi dan meningkatkan CO2 di atmosfer, sedangkan medium lain memiliki
konsentrasi bikarbonat yang rendah untuk digunakan dengan fase gas udara. Jika medium yang digunakan dirubah, maka
akan mengubah konsentrasi bikarbonatnya, sehingga penting untuk memastikan bahwa osmolalitas medium tetap berada
dalam kisaran yang ditentukan (Freshney, 2005).

Penicillin dan Streptomycin dalam Medium Kultur

Fungsi penicillin dan streptomycin dalam medium kultur adalah untuk membantu mencegah kontaminasi yang berupa
bakteri. Penicillin menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis peptidoglikan. Streptomisin memiliki
antibiotik aminoglikosida dan menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis protein.

FBS

Dalam mengkultur sel, diperlukan medium kultur yang biasanya dikombinasikan denganFetal Bovine Serum (FBS), yaitu suatu
serum (darah tanpa sel dan faktor penggumpal/pembeku). FBS berisi berbagai substansi yang dibutuhkan sel yang dikultur
untuk tumbuh dan hidup dengan baik. FBS merupakan serum yang digunakan secara luas dalam kultur sel, jaringan, ataupun
organ secara invitro, karena dapat digunakan hampir di semua jenis sel serta karena mengandung banyak faktor pendukung
pertumbuhan dan metabolisme embrionik (Jochems, 2009).

I.1.6 Cara Sterilisasi Filtrasi

Ukuran pori membran yang biasa digunakan adalah 0,22 m. Ukuran pori tersebut digunakan karena baik digunakan untuk
menghilangkan bakteri terkecil dari larutan. Untuk menghilangkan virus sebaiknya digunakan membran dengan ukuran pori
20 nm (Freshney, 2005).

I.1.8 Storage dan Stability

Medium yang baru saja disterilisasi melalui filtrasi membran diinkubasi pada suhu 37C selama 1 minggu untuk mengetahui
apakah terjadi kontaminasi. Kemudian medium disimpan pada suhu 4C dan dijaga agar pH tidak berubah. Serum yang
belum digunakan harus disimpan pada suhu rendah (dibekukan) secepat mungkin setelah dibuat. Serum sebaiknya digunakan
dalam jangka waktu 6-12 bulan dari persiapan jika disimpan pada suhu -20C, tetapi penyimpanan dapat lebih lama jika
disimpan pada suhu -70C

Anda mungkin juga menyukai