Anda di halaman 1dari 9

KONSEP DASAR-DASAR EVALUASI

(PENGERTIAN, PRINSIP, FUNGSI DAN TUJUAN)

Kelompok

: 2

Nama Kelompok :
1. Banu Rambang

(06121411008)

2. Endah Wahyu Retno N

(06121411016)

3. Rina Permatasari

(06121411001)

4. Vivi Septiani

(06121411029)

Dosen Pengasuh : Drs. Abidin Pasiribu, M.M

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014

KONSEP DASAR-DASAR EVALUASI


(PENGERTIAN, PRINSIP, FUNGSI DAN TUJUAN)
1.

Pengertian Evaluasi
Kata evaluasi berasal dari Bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau

penaksiran, sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang


terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan
hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Evaluasi mengandung pengertian, suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan
nilai dari sesuatu. Sebelum membahas tentang evaluasi secara lebih luas dan mendalam,
terlebih dahulu perlu dipahami bahwa dalam praktek seringkali terjadi kekeliruan dalam
penggunaan istilah evaluasi, penilaian dan pengukuran. Kenyataan seperti itu memang
dapat dipahami, mengingat bahwa diantara ketiga istilah tersebut saling berkaitan sehingga
sulit untuk dibedakan. Namun dengan uraian berikut ini akan dapat memperjelas perbedaan
dan sekaligus hubungan antara pengukuran, penilaian dan evaluasi.
Nitko & Brookhart (2007) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses penetapan nilai
yang berkaitan dengan kinerja dan hasil karya siswa. Evaluasi menurut Griffin dan Nix
(1991) adalah judgment terhadap nilai atau implikasi dari hasil pengukuran. Menurut definisi
ini kegiatan evaluasi selalu didahului dengan kegiatan pengukuran dan penilaian. Menurut
Tyler (1950) evaluasi adalah proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai.
Semua kegiatan mengajar belajar perlu dievaluasi. Evaluasi dapat memberi motivasi bagi
guru maupun siswa, mereka akan lebih giat belajar, meningkatkan proses berpikirnya.
Dengan evaluasi guru dapat mengetahui prestasi dan kemajuan siswa, sehingga dapat
bertindak yang tepat bila siswa mengalami kesulitan belajar (Slameto, 2003).
Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang
dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi.
Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang
telah mereka capai.

1.1 Pengukuran
Pengukuran yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan measurement dan dalam bahasa
Arabnya adalah muqayasah, dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur sesuatu. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau

atas dasar ukuran tertentu. Misalnya mengukur suhu badan dengan ukuran berupa
thermometer, hasilnya: 360o C, 380o C, 390o C dan seterusnya. Contoh lain: dari 100 butir
yang diajuakan dalam tes, Ahmad menjawab dengan benar sebanyak 80 butir soal. Dari
contoh tersebut dapat kita dipahami bahwa pengukuran itu sifatnya kuantitatif. Pengukuran
yang bersifat kuantitatif itu, dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1) Pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu, misalnya pengukuran yang
dilakukan oleh penjahit pakaian mengenai panjang lengan, panjang kaki, lebar bahu,
ukuran pinggan dan sebagainya.
2) Pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu, misalnya pengukuran untuk menguji
daya tahan per baja terhadap tekanan berat, pengukuran untuk menguji daya tahan lampu
pijar, dan sebagainya.
3) Pengukuran untuk menilai, yang dilakukan dengan jalan menguji sesuatu, misalnya
mengukur kemajuan belajar peserta didik dalam rangka mengisi nilai rapor yang
dilakukan dengan menguji mereka dalam bentuk tes hasil belajar. Pengukuran jenis
ketiga inilah yang biasa dikenal dalam dunia pendidikan.

1.2 Penilaian
Penilaian berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung arti mengambil
keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang teguh pada ukuran baik
atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya. Jadi penilaian itu sifatnya
adalah kualitatif. Dalam contoh di atas tadi, seseorang yang suhu badannya 36C termasuk
orang yang normal kesehatannya, dengan demikian orang tersebut dapat ditentukan sehat
badannya. Dari 100 butir soal, 80 butir dijawab dengan betul oleh Ahmad, dengan demikan
dapat ditentukan Ahmad termasuk anak yang pandai.

1.3 Evaluasi
Di atas telah dikemukakan bahwa pengukuran itu adalah bersifat kuantitatif; hasil
pengukuran itu berwujud keterangan yang berupa angka-angka atau bilangan-bilangan.
Adapun evaluasi adalah bersifat kualitatif; evaluasi pada dasarnya adalah merupakan
penafsiran atau interpretasi yang sering bersumber pada data yang bersifat kuantitatif.
Dikatakan sering bersumber pada data yang bersifat kuantitatif, sebab sebagaimana
dikemukakan oleh Prof.Dr, Masroen, M.A (1979), tidak semua penafsiran itu bersumber dari
keterangan-keterangan yang bersifat kuantitatif. Sebagai contoh dapat dikemukakan disini,
misalnya keterangan-keterangan mengenai hal-hal yang disukai siswa, informasi yang datang

dari orang tua siswa, pengalaman-pengalaman masa lalu, dan lain-lain, yang kesemuanya itu
tidak bersifat kuantitaif melainkan kualitatif.
Lebih lanjut Masroen menegaskan bahwa penilaian (setidak-tidaknya dalam bidang
psikologi dan pendidikan) mempunyai arti yang lebih luas dibandingkan istilah pengukuran,
sebab pengukuran itu sebenarnya hanyalah merupakan suatu langkah atau tindakan yang
kiranya perlu diambil dalam rangka pelaksanaan evaluasi. Dikatakan kiranya perlu diambil
sebab tidak semua penilaian itu harus senantiasa didahului oleh tindakan pengukuran secara
lebih nyata. Sebagai contoh, misalnya untuk dapat menetukan keberhasilan pengajaran
pendidikan agama islam, ada cara lain yang dapat ditempuh guna mengetahui apakah para
siswa telah dapat menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang telah diberikan
kepada mereka di sekolah.
Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri
mereka sendiri (self assessment) atau evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa
terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa
untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal. Mereka
akan merasa malu jika kelemahan dan kekurangan yang dimiliki diketahui oleh teman mereka
sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar
mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya. Oleh karena itu, untuk
mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain:
a.

Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.

b.

Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera meniginformasikan hasil
evaluasi kepada siswa.

c.

Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.

d.

Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.


Evaluasi sering dianggap sebagai kegiatan akhir dari suatu proses kegiatan. Evaluation is

often considered to be the final step in overall process, demikian diungkapkan Miller (1985).
Secara singkat evaluasi dapat didefinisikan sebagai proses mengumpulkan informasi untuk
mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok. Hasil evaluasi diharapkan dapat
mendorong pendidik untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran lebih baik dan mendorong
peserta didik dapat belajar lebih baik.

2.

Prinsip-Prinsip Dasar Evaluasi


Dibawah ini adalah beberapa prinsip yang harus dipegang dalam suatu pelaksanaan

evaluasi pendidikan:
1) Keterpaduan
Evaluasi harus memegang prinsip keterpaduan. Dimana ada kesesuaian antara tujuan
intruksional pengajaran (tujuan pembelajaran), materi pembelajaran, dan metode
pembelajaran.
2) Keterlibatan peserta didik
Prinsip bahwa evaluasi harus memperhatikan keterlibatan peserta didik merupakan
suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif.
3) Koherensi
Suatu evaluasi pendidikan harus berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah
dipelajari dan sesuai dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur.
4) Pedagogis
Prinsip evaluasi pendidikan yang ketujuah adalah perlu adanya tool penilai dari aspek
pedagogis untuk melihat perubahan sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil
evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa.
5) Akuntabel
Sudah semestinya hasil evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau bahan
pertanggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seperti orangtua siswa, sekolah, dan
lainnya.

3.

Fungsi dan Tujuan Evaluasi

3.1 Fungsi Evaluasi Pendidikan


Bagi pendidik, secara didaktik evaluasi pendidikan itu setidak-tidaknya memiliki lima
macam fungsi, yaitu :
1) Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh
peserta didiknya.
Di sini, evaluasi dikatakan berfungsi memeriksa (mendiagnose), yaitu memeriksa
pada bagian-bagian manakah para peserta didik pada umumnya mengalami kesulitan
dalam mengikuti proses pembelajaran, untuk selanjutnya dapat dicari dan ditemukan
jalan keluar atau cara-cara pemecahannya. Jadi, di sini evaluasi mempunyai fungsi
diagnostik.

2) Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing


peserta didik di tengah-tengah kelompoknya.
Dalam hubungan ini, evaluasi sangat diperlukan untuk dapat menentukan secara
pasti, pada kelompok manakah kiranya seorang peserta didik seharusnya ditempatkan.
Dengan kata lain, evaluasi pendidikan berfungsi menempatkan peserta didik menurut
kelompoknya masing-masing, misalnya kelompok atas (cerdas), kelompok tengah (ratarata), dan kelompok bawah (lemah). Jadi, di sini evaluasi memiliki fungsi placement.
3) Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status
peserta didik.
Dalam hubungan ini, evaluasi pendidikan dilakukan untuk menetapkan, apakah
seorang peserta didik dapat dinyatakan lulus atau tidak lulus, dapat dinyatakan naik kelas
ataukah tinggal kelas, dapat diterima pada jurusan tertentu ataukah tidak, dapat diberikan
bea siswa, ataukah tidak dan sebagainya. Dengan demikian, evaluasi memiliki fungsi
selektif.
4) Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta
didik yang memang memerlukannya.
Berlandaskan pada hasil evaluasi, pendidik dimungkinkan untuk dapat memberikan
petunjuk dan bimbingan kepada para peserta didik, misalnya tentang bagaimana cara
belajar yang baik, cara mengatur waktu belajar, cara membaca dan mendalami buku
pelajaran dan sebagainya, sehingga kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik
dalam proses pembelajaran dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Dalam keadaan seperti
ini, evaluasi dikatakan memiliki fungsi bimbingan.
5) Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah
ditentukan telah dapat dicapai.
Di sini evaluasi dikatakan memiliki fungsi instruksional, yaitu melakukan
perbandingan antara Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang telah ditentukan untuk
masing-masing mata pelajaran dengan hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta
didik bagi masing-masing mata pelajaran tersebut, dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.
Adapun secara administratif, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya memiliki tiga macam
fungsi, yaitu :
1) Memberikan Laporan
Dalam melakukan evaluasi, akan dapat disusun dan disajikan laporan mengenai
kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran

dalam jangka waktu tertentu. Laporan mengenai perkembangan dan kemajuan belajar
peserta didik itu pada umumnya tertuang dalam bentuk Buku Laporan Kemajuan Belajar
Siswa, yang lebih dikenal dengan istilan Rapor (untuk peserta didik pada pendidikan
dasar dan pendidikan menengah), atau Kartu Hasil Studi (KHS), bagi peserta didik di
lembaga pendidikan tinggi, yang selanjutnya disampaikan kepada orang tua peserta didik
tersebut pada setiap catur wulan atau akhir semester.
2) Memberikan Bahan-bahan Keterangan (Data)
Setiap keputusan pendidikan harus didasarkan kepada data yang lengkap dan akurat.
Dalam hubungan ini, nilai-nilai hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari kegiatan
evaluasi, adalah merupakan data yang sangat penting untuk keperluan pengambilan
keputusan pendidikan dan lembaga pendidikan apakah seorang peserta didik dapat
dinyatakan tamat belajar, dapat dinyatakan naik kelas, tinggal kelas, lulus ataukah tidak
lulus, dan sebagainya.
3) Memberikan Gambaran
Gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam proses pembelajaran
tercermin antara lain dari hasil-hasil belajar peserta didik setelah dilakukannya evaluasi
hasil belajar. Dari kegiatan evaluasi hasil belajar yang telah dilakukan untuk berbagai
jenis mata pelajaran misalnya, akan dapat tergambar bahwa dalam mata pelajaran
tertentu (misalnya Bahasa Arab, matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) pada
umumnya kemampuan peserta didik masih sangat memprihatinkan. Sebaliknya, untuk
mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila dan Ilmu Pengetahuan Sosial misalnya, hasil
belajar siswa pada umumnya sangat menggembirakan. Gambaran tentang kualitas hasil
belajar peserta didik juga diperoleh berdasar data yang berupa Nilai Ebtanas Murni
(NEM), Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dan lain-lain.

3.2 Tujuan Evaluasi Pendidikan


1) Secara umum, ada dua tujuan evaluasi pendidikan yaitu:
a)

Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bahan


bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para
peserta didik, setelah ia mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu.

b)

Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah


dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.

2) Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan
adalah:
a)

Merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan

b)

Tanpa adanya evaluasi maka tidak mungkin timbul kegairahan atau rangsangan
pada diri peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya
masing-masing.

c)

Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan atau


ketidak berhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga
dapat dicari dan ditemukan jalan keluar perbaikannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Evaluasi. Online. (http://id.wikipedia.org/wiki/evaluasi/ diunduh tanggal 26


Agustus 2014)
Darmiji. 2010. Pengertian Pengukuran, Penilaian, Pengujian, Evaluasi, dan Asesmen.
Online.

(http://blog.tp.ac.id/pengertian-pengukuran-penilaian-pengujian-evaluasi-dan-

asesmen diunduh tanggal 26 Agustus 2014)


Fahrudin.

2008.

Pengukuran,

Penilaian,

dan

Evaluasi.

Online.

(Http://evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03/pengukuran-penilaian-danevaluasi.html diunduh tanggal 26 Agustus 2014)


Ghani,

Ahmad.

2010.

Pengertian

Evaluasi

dan

Etika.

Online.

(Http://pendidikan.anekanews.com/2010/04/pengertian_hubungan-perbedaan-danetika.html diunduh tanggal 26 Agustus 2014)


Hermanto.

2012.

Pengertian

Evaluasi.

(http://www.tuanguru.com/2012/07/pengertian-evaluasi.html

diunduh

Online.
tanggal

26

Agustus 2014)
Syafir.

2012.

Pengertian

Pengukuran,

Asesmen,

dan

Evaluasi.

Online.

(http://www.syafir.com/2012/09/14/pengertian-pengukuran-asesmen-dan-evaluasi
diunduh tanggal 26 Agustus 2014)
Trio,

Nugraha.

2010.

Pengertian

Evaluasi.

Online.

(http://carapedia.com/pengertian_definisi_evaluasi_info2088.html diunduh tanggal 26


Agustus 2014)
Wakhinuddin.

2009.

Definisi

Evaluasi.

(http://wakhinuddin.wordress.com.2009/03/definisi-evaluasi/

diunduh

Online.
tanggal

26

Agustus 2014)
Winafgani, Muhamad. 2009. Fungsi Evaluasi Pendidikan. Online. (http://muhamadwinafgani.blogspot.com/2009/03/fungsi-evaluasi-pendidikan.html diunduh tanggal 26
Agustus 2014)

Anda mungkin juga menyukai