Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

CA. CERVIX

Disusun Oleh

SUTIRAH
04.071

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN
2005 / 2006

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN


DENGAN CA. CERVIX

1. Landasan Teori
1.1 Pengertian
Ca. Cervix adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal disekitarnya. (FKKP, 1997)
1.2 Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui tapi banyak teori yang berpendapat bahwa Ca.
Cervix predisposisinya :
1. Yang berhubungan :

Nikah / kawin lebih dari 2 X

Kawin muda

Gonta-ganti pasangan

Kebersihan diri dan lingkungan

Sosial ekonomi kurang gizi

2. Yang tidak berhubungan

Jumlah senggama

Umur minarche

KP (IUD) yang tidak pernah kontrol

Suami yang tidak disunat

1.3 Patofisiologi
Karsinoma serviks timbul diantara batas epitel yang melapisi ekstoserviks
(porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamacolumnar
jungction.
Penyebab pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening
menuju :
-

Arah fornises dan dinding vagina

Arah korpus uterus

Arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum


rektovaginal dan kandung kemih. (Sarwono P, 1999)

1.4 Klasifikasi klienis


-

stadium 0

: carcinoma insitu

stadium I

: Ca. terbatas pada cervix

stadium Ia

: di sertai invasi dari stoma, diketahui serhistologi

stadium Ib

: semua kasus lain stadium 1

stadium II

: sesudah menjalar keluar cervix, tetapi belum sampai


kepanggul, telah mengenai dinding vagina bagian
proximal.

stadium III

: sudah sampai di dinding panggul dan bagian bawah


bagian vagina

1.5 Gejala klinis


(1)

Masa tanpa gejala

(2)

Keputihan

(3)

Perdarahan

(4)

Rasa nyeri

(5)

Gejala yang sudah lanjut

Penderita tidak dapat kencing

Kencing sakit

Kencing darah

Ngompol

Sukar BAB

BAB keluar lewat kemaluan

1.6 Penatalaksanaan

Konservatif
Test atau papsmear

Operatif
Pembedahan
Sinar X (radioterapi)
Kemoterapi
Hormon terapi
Imunoterapi (Sarwono, P. 1999)

2. Landasan Askep
(Menurut Sarwono, P. 1999, 381)
2.1 Pengkajian
(1) Anamnesa
a. Biodata
Terjadi antara umur 30-60 tahun terbanyak antara 45 50 tahun.
Terjadi pada wanita
b. Keluhan utama (Sarwono, P : 1999)
Keputihan, perdarahan

c. Riwayat penyakit sekarang


Mula-mula timbul keputihan yang keluar dari vagina makin lama akan
berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan disertai perdarahan.
d. Riwayat penyakit dahulu.
Biasanya pasien kanker sebelumnya mempunyai riwayat aktivitas seksual
yang sering berganti-ganti pasangan, corbus pertama pada usia anak muda
(< 16 th), jarak persalinan terlampau dekat.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit kanker pada keluarga sebelumnya.
f. Riwayat psiko social spiritual
Biasanya pasien kanker mengalami stress.
g. ADL (Doenges E. Marlyn, 2000 : 997)
-

Nutrisi

: Anoreksia

Eleminasi

: perubahan pola defekasi

Aktivitas

: kelemahan dan keletihan

Istirahat tidur

: gangguan istirahat/ tidur karena nyeri post operasi.

Personal hygiene : tergantung pada orang lain.

(2) Pemeriksaan fisik


-

Wajah

: ekspresi wajah menyeringai, pucat

Leher

: ada/ tidak pembesaran vena jagularis, kelenjar limfe


dan thyroid

Dada

: nyeri dada pada pengerahan kerja, sesak nafas,


palpitasi

Abdomen

: distensi abdomen, perubahan bising usus.

Genetalia

: kotor, terdapat keputihan berwarna kuning berbau


tidak sedap, dan disertai perdarahan yang keluar lewat
kemaluan.

Seksualitas

: perubahan pada tingkat kepuasan

(3) Pemeriksaan
1) Skan dan ultrasound : untuk tujuan diagnostic, identifikasi metastatik, dan
evaluasi respon pada pengobatan.
2) Biopsi : untuk diagnosis banding dan menggambarkan pengobatan
3) Tes kimia skrening
4) Jol dengan diferensial dan trombosit
5) Sinar X dada : menyelidiki penyakit paru metastatik/ primer.
2.2 Kemungkinan diagnosa yang timbul pasca bedah dan Anasthesi
(Ni Luh gede Yasmin Asih, 1997) :
(1) Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi (terputusnya kontinuitas
jaringan).
(2) Obstruksi jalan nafas berhubungan dengan jatuhnya pangkal lidah
(3) Tidak efektif pola bernafas berhubungan dengan peningkatan jumlah lender
pada saluran nafas.
(4) Perubahan kenyamanan (mual) berhubungan dengan pemakaian obat nasthesi,
narkotika
(5) Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan intake volume cairan
yang kurang
(6) Cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan
2.3 Rencana Keperawatan :
(1) Diagnosa I
Tujuan

: klien mampu mengatasi nyeri dan dapat beradaptasi dengan


nyeri

Kriteria

: klien mengatakan nyeri berkurang serta ekspresi wajah tidak


menyeringai menahan sakit.

Intervensi dan Rasional


a. Jelaskan pada klien tentang penyebab nyeri
R/

: klien akan kooperatif dalam tindakan

b. Rawat luka dengan teknik aseptic dan antiseptic


R/

: mencegah kuman masuk dan berkembang biak, memberikan rasa


nyaman

c. Observasi TTV tiap 10 menit


R/

: Nyeri bisa meningkatkan nadi dan tekanan darah

d. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi


R/

: Relaksasi dan distraksi dapat menurunkan nyeri

e. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi anaigesik


R/

: Terapi yang adekuat dan tepat akan memperkuat penyembuhan


klien

(2) Diagnosa II
Tujuan

: jalan nafas bebas

Kriteria : - suara nafas terdengar bersih/ jernih


- tidak ada suara tambahan
- Gerak nafas normal
- Tidak ada cyanosisi
Intervensi dan Rasional
a. Lakukan pembebasan jalan nafas secara manual, triple airway manouvre.
R/

: tindakan triple aureway manouvre terjadi perubahan posisi, yang


menyebabkan pangkal lidah tidak jatuh.

b. Pasang alat Bantu saluran pernafasan


R/

: terpasang saluran nafas, mencegah lidah jatuh kebelakang paring


dan menyumbat saluran nafas.

c. Berikan oksigen 6 lt/m dengan masker oksigen


R/

: memenuhi kebutuhan oksigen jaringan, tidak terjadi hypoksia

(3) Diagnosa III


Tujuan

: saluran nafas longgar/ tidak ada sumbatan

Kriteria hasil

: tidak terdapat penimbunan skret, bunyi nafas tidak ada


tambahan.

Intervensi dan Rasional


a. Jelaskan pada pasien cara-cara mengurangi sesak.
R/

: klien akan kooperatif dalam tindakan.

b. Motivasi pasien agar mau dilakukan tindakan keperawatan


R/

: klien lebih kooperatif terhadap tindakan keperawatan

c. Atur posisi pasien semi fowler


R/

: mempermudah diafragma berkembang lebih luas

d. Ajarkan tehnik nafas dalam


R/

: menurunkan kolaps jalan nafas, dyspneei dan kerja nafas

e. Observasi pola pernafasan dan TTV


R/

: mengetahui tingkat perkembangan pola pernafasan

f. Lakukan penghisapan dengan suction


R/

: penghisapan akan membantu klien membersihkan jalan nafas

g. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi


R/

: melaksanakan fungsi dependent

(4) Diagnosa IV
Tujuan

: klien tidak mual

Kriteria

: menggambarkan rasa nyaman setelah penurunan rasa mual tidak


ada.

Intervensi dan Rasional :


a. Jelaskan pada pasien tentang penyebab mual
R/

: klien mengerti dan dapat kooperatif terhadap tindakan yang akan


dilakukan.

b. Ajarkan tehnik untuk mengurangi mual dengan tarik nafas dalam lewat
hidung keluarkan lewat mulut.
R/

: tehnik relaksasi (nafas dalam) bisa mencegah inspirasi

c. Atur posisi untuk kenyamanan klien


R/

: posisi yang nyaman dapat membuat klien rileks dan istirahat

d. Observasi TTV tiap 10 menit


R/

: mengetahui perubahan TTV akan membantu kita dalam


memberi tindakan tepat dan cepat bila terjadi aspirasi karena
muntahnya (skret).

e. Sediakan bengkok disebelah klien.


R/

: bengkok disediakan untuk persiapan bila klien benar-benar ingin


mengeluarkan ludah.

f. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat anti mual


R/

: pemberian obat anti muntah dengan tepat akan membantu


mengurangi rasa mual dan muntah.

(5) Diagnosa V
Tujuan

: intake dan output seimbang

Kriteria

: mempertahankan berat jenis urine dalam kasus normal,


memperlihatkan tidak adanya benda-benda gejala demorasi

Intervensi dan Rasional

a. Pantau haluan urine, catat jumlah dan warna saat hari dimana diuresis
terjadi.
R/

: haluan urine mungkin sedikit (khususnya selama sehari)

b. Pantau/ hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.


R/

: terapi deuretik dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tibatiba/ berlebihan.

c. Kaji distensi leher dan pembuluh limfe


R/

: retensi

cairan

berlebihan

dapat

dimanifestasikan

oleh

pembendungan vena dan pembentukan edema.


d. Kaji bising usus, catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen,
konstipasi.
R/

: kongesti visceral dapat menunggu fungsi gaster/ inbesbinal

e. Timbang BB tiap hari


R/

: catat perubahan ada/ hilangnya edema sebagai respon terhadap


terapi

3. Implementasi
Tindakan keperawatan (implementasi) dilaksanakan sesuai dengan intervensi
yang telah dibuat

4. Evaluasi
Menilai keberhasilan intervensi yang telah dilaksanakan

DAFTAR PUSTAKA

Ni Luh Gede Yasmin Asih, Diagnosa Keperawatan (Pasked Guide to Nursing


Diagnosis), EGC, Jakarta, 1997
Prawiroharjo, S, Ilmu Kandungan Yayasan Bina Pustaka, Jakarta, 1999
Marlyn E, Doenges, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai