gangguan somatisasi, gangguan nyeri dan gangguan somatoform tak terinci dalam
klasifikasi khusus yang disebut gangguan gejala somatik kompleks.
2.8 Diagnosis Banding
Kelainan fisik pertama-tama harus segera disingkirkan yaitu kelainan dalam bidang
neurogik, endokrinologi dan penyakit sistemik lainnya. Differensial diagnosis pada psikiatri
untuk hipokondrosis adalah gangguan somatoform lainnya, gangguan mood, kecemasan dan
gangguan psikotik.
-
Gangguan somatisasi
Kelainan ini ditandai dengan onset yang dini (<30 hari), dapat kambuh, mencakup
keluhan fisik yang multiple. Pada kelainan somatisasi, yang terjadi adalah preokupasi
tentang beberapa gejala yang timbul, bukan tentang penyakit yang mendasarinya.
Gejala yang timbul haruslah memenuhi pola yang spesifik untuk dapat
diklasifikasikan sebagian gangguan somatisasi yaitu perasaan nyeri yang terjadi pada
4 tempat yang berbeda, 2 gejala gastrointestinal yang berbeda, 1 gejala seksual, dan 1
gejala neurologi. Gangguan somatisasi dibedakan dengan penyakit sistemik dari
banyaknya keluhan pada beberapa organ tanpa adanya keterkaitan dan hubungan
dengan kelainan somatik yang ada.
Onset gangguan somatisasi lebih dini dari hipokondriasis (<15 hari pada 50% kasus).
Wanita lebih sering terkena, rasio wanita : laki-laki; 10:1. Perbedan yang lain juga
adalah pada gangguan somatisasi, pasien lebih terfokus pada gejala dibandingkan
penyakit yang mendasarinya.
Gangguan Nyeri
Pasien dengan gangguan nyeri lebih terfokus pada nyeri yang muncul dibandingkan
penyakit yang mendasarinya
Kondisi Non Psikiatri
Khususnya gangguan yang tampak dengan gejala yang tidak mudah didiagnosis.
Penyakit-penyakit tersebut adalah AIDS, endokrinopati, myastenia gravis, penyakit
degeneratif pada sistem saraf, lupus eritematosus sistemik, dan gangguan neoplastik
yang tidak jelas.
Gangguan Somatoform lainnya
Penderita hipokondrial biasanya mencari perhatian untuk anggapan penyakitnya
Gangguan depresi dan gangguan kecemasan
Gangguan ini memiliki kesamaangejala dengan hipokondriasis, namun pada
hipokondriasis pasien memiliki keluhan yang khas yakni merasa memiliki penyakit
yang berat padahal pada kenyataannya hanya penyakit yang ringan.
Gangguan buatan dengan gejala fisik berpura-pura.
2.9 Penatalaksanaan
Farmakoterapi digunakan sebagai pelengkap dari psikoterapi dan terapi edukasi yang
dilakukan. Tujuan dari pemberian farmakoterapi adalah untuk mengurangi gejala dan
gangguan yang menyertai (contoh : depresi), untuk mencegah komplikasi dan untuk
mengurangi gejala hipokondrik. Jenis obat yang biasa digunakan untuk mengatasi
depresi adalah antidepresan dan antianxietas yaitu triazolo benzodiazepines (contoh
alprazolam) karena efektivitas obat tersebut dalam mengobati depresi yang disertai
dengan kecemasan. Obat yang lain adalah antidepresan serotonergik (sebagai contoh,
fluoxentine).
Hipokondriasis hampir selalu disertai dengan gangguan depresi, anxietas, obsesif
kompulsif. Apabila salah satu dari gangguan diatas ada, penatalaksanaan yang seduai
haruslah dilakukan, biasanya terapi farmakologi diberikan dengan memulai dari dosis
rendah, kemudian dinaikkan sampai pada dosis terapi. Hal ini untuk mencegah
efeksamping dimana pasien dengan gangguan hipokondrosis sangat sensitif terhadap
efek samping obat.
Terapi Kognitif
Tujuan dari terapi kognitif untuk hipokondriasis adalah untuk mengarahkan pasien untuk
mengenali, bahwa masalah utama mereka adalah rasa takut terhadap suatu penyakit dan
bukannya menderita penyakit itu. Pasien juga diminta untuk memantau sendiri
kekhawatiran yang muncul dan mengevaluasi kenyataan dan alasannya. Terapis jiga
membujuk pasien untuk mempertimbangkan penjelasan alternatif untuk tanda fisik yang
biasanya mereka interprestasikan sebagai suatu penyakit. Percobaan mengenai kebiasaan
juga digunakan sebagai usaha untuk mengubah kebiasaan pikiran pasien. Singkatnya,
pasien diberitahukan untuk secara intens fokus pada gejala fisik yang spesifik dan
memantau peningkatan rasa cemas yang muncul. Keluarga juga perlu diikut sertakan
untuk mengobservasi rasa cemas yang muncul.
Manajemen stress
Sebuah study oleh clark dkk membandingkan terapi kognitif dan juga manajemen stress
kebiasaan. Manajemen ini difokuskan pada keadaan dimana stress berkontribusi pada
kekhawatiran berlebihan terhadap kesehatan. Pasien diminta untuk mengidentifikasikan
stressor yang ada dan diajarkan tehnik manajemen stress untuk membantu pasien mampu
menghadapi stressor yang ada. Tehnik yang diajarkan kepada pasien adalah tehnik
relaksasi dan lemampuan untuk memecahkan masalah. Walaupun tehnik ini tidak secara
langsung difokuskan terhadap terapi hipokondriasis, tehnik ini mampu mengurangi
gejala yang muncul.
Pencegahan Paparan dan Respon
Terapi ini dimulai dengan meminta pasien membuat daftar kecemasan hipokondriasis
mereka, seperti memeriksa sensasi tubuh, memastikannya ke dokter, dan menghindari
pikiran tentang suatu penyakit. Jadwal pemeriksaan yang sering dan teratur adalah
berguna untuk menenangkan pasien bahwa mereka tidak ditelantarkan oleh dokternya
dan keluhan mereka ditanggapi dengan serius. Tetapi prosedur diagnostik dan terapeutik
yang invasif harus dilakukan hanya jika bukti-bukti objektif mengharuskannya. Jika
mungkin, klinisi harus menahan diri supaya tidak mengobati temuan pemeriksaan fisik
yang tidak jelas atau kebetulan.
2.10 Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Hipokondriasis biasanya berlangsung episodik, dimana setiap episode
berlangsung selama beberapa bulan sampai beberapa tahun dan dipisahkan oleh
episode tenang yang sama panjangnya. Mungkin terdapat hubungan jelas antara
eksaserbasi gejala hipokondriakal dan stressor psikososial. Walaupun hasil penelitian
besar yang dilakukan belum dilaporkan, di perkirakan sepertiga sampai setengah dari
semua pasien hipokondriasis akhirnya membaik secara bermakna. Prognosis baik
berhubungan dengan status sosioekonomi yang tinggi, awal yang tiba-tiba, tidak
adanya gangguan non psikiatrik yang menyertai. Sebagian besar anak hipokondriakal
menjadi sembuh pada masa remaja akhir atau pada masa dewasa awal.
Pasien dengan riwayat psikologi premorbid yang baik biasanya hanya
mengalami hipokondriasis sementara pada penyakit yang akut atau stress mempunyai
prognosis yang baik dan dapat mengalami kesembuhan yang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, H.I., Sadocks, B.J., Grebb, J.A. Sinopsis Psikiatri. Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara.
2010. Hal: 94 97.
Katzung. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 10. Jakarta. EGC:2010
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius.1995.
Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: PT Nuh Jaya. 2003. Hal:84
http://www.scribd.com/mobile/hipokondriasis/doc/70277242?width=60 (disunting pada
tanggal 20 September 2013)
http://kumpulan-materi.blogspot.com/2012/02/gangguan-somatoform.html (disunting pada
tanggal 20 september 2013)