ILMU BAHAN
PENGUJIAN IMPAK
Dwi Prasetyo Arifin
1306369075
Kelompok 16
MODUL 3
PENGUJIIAN IMPAK
1. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menjelaskan tujuan dan prinsip dasar pengukuran harga impak dari logam.
2. Mengetahui temperatur transisi perilaku kegetasan baja struktural ST 42
3. Menganalisa permukaan patahan (fractografi ) sampel impak yang diuji pada
beberapa temperatur.
4. Membandingkan nilai impak beberapa jenis logam.
5. Menjelaskan perbedaan metode Charpy dan Izod.
2. DASAR TEORI
Beberapa bahan dapat tiba-tiba menjadi getas dan patah karena perubahan
temperatur dan laju regangan, walaupun pada dasarnya logam tersebut liat. Gejala
ini biasa disebut transisi liat getas, yang merupakan hal penting ditinjau dari
penggunaan praktis bahan (Surdia dan Saito, 1995). Patahan patah getas bersifat
getas sempurna, yaitu tanpa adanya deformasi plastis sama sekali, jadi berbeda
dengan bidang slip biasa, patah terjadi pada bidang kristalografi spesifik pada bidang
pecahan. Permukaan patah dari bidang pecahan mempunyai kilapan yang
menunjukkan pola Chevron secara makrokospik pada arah yang menuju titik
permulaan patah.
Patah getas terjadi pada pangkal takikan benda uji, jadi bahan tiba-tiba patah tanpa
deformasi plastis. Secara praktis patahan buatan seperti itu tidak pernah terjadi pada
struktur mesin, tetapi mesin selalu mempunyai bagian yang terdapat konsentrasi
tegangan dan mungkin mempunyai cacat pada lasan, jadi adanya cacat yang bekerja
seperti takikan tidak dapat dihindari, meskipun bahan tersebut merupakan bahan
yang ulet.
Pengujian impak charpy banyak dipergunakan untuk menentukan kualitas bahan.
Batang uji dengan takikan 2 mm V notch, paling banyak dipakai. Di samping itu lebih
dari 30 jenis batang uji diusulkan termasuk jenis yang memancing retak lelah. Pada
pengujian kali ini akan dipergunakan batang uji berbentuk bulat berdiameter 8 mm
dengan takikan bentuk V (V notch).
Pengujian impak charpy dilakukan untuk mengetahui sifat liat dari bahan yang
ditentukan dari banyaknya energi yang dibutuhkan untuk mematahkan batang uji
dengan sekali pukul.
Pada kurva A dan B menunjukkan adanya temperatur transisi dari ulet ke getas. Pada
temperatur yang tinggi material cenderung bersifat ulet begitu sebaliknya akan
menjadi getas bila temperaturnya rendah. Bentuk patahan spesimen uji impak
memiliki permukaan fibruos atau berserabut, flatness (rata) mengindikasi bahwa
material tersebut bersifat ulet dan getas.
Pemilihan material hendaknya memperhatikan ketahanan terhadap temperatur
transisi (ulet-getas). Pada gambar di bawah ini, diperlihatkan temperatur transisi
terhadap energi yang diserap material.
Patah Getas
Patah yang ditandai oleh adanya kecepatan penjalaran retak yang tinggi, tanpa terjadi
deformasi kasar, dan sedikit sekali terjadi deformasi mikro.
Terdapat 3 faktor dasar yang mendukung terjadinya patah dari benda ulet menjadi
patah getas :
1. Keadaan tegangan 3 sumbu/ takikan.
2. Suhu yang rendah.
3. Laju regangan yang tinggi/ laju pembebanan yang cepat.
B. Perhitungan Energi
Untuk menghitung energi yang diserap material dapat dihitung dengan persamaan
energi potensial sebagai berikut:
= . . 1
Dimana
EP
: Energi sebelum tumbukan (J)
m
: Massa Pendulum (kg)
g
: Gravitasi (m/s2)
H1
: Tinggi pendulum sebelum tumbukan terhadap acuan (m)
Energi setelah tumbukan (EP2)
2 = . . 2
Dimana H2
: Tinggi pendulum sesudah tumbukan (m)
Sehingga harga Energi yang diserap dinyatakan dengan
1 2 = . . (1 2 )
1 2
4. DAFTAR PUSTAKA
Callister Jr., W.D. 2004. Materials Sciense and Engineering : An Introduction, 6th
ed. John Wiley & Sons, Inc
Smallman, R.E. 1991. Metalurgi Fisik Modern. Jakarta: penerbit PT Gramedia
Pustaka utama
Surdia, T. dan Shinroku Saito. 1985. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: PT
Pradnya Paramita
Sofyan, B.T. 2010. Pengantar Material Teknik. Jakarta: Salemba Teknika