Anda di halaman 1dari 5

ASET TAKBERWUJUD

DEFINISI ASET TAKBERWUJUD


PSAK 19 (revisi 2010) mendefinisikan aset takberwujud sebagai aset nonmoneter yang
dapat diidentifikasikan tanpa wujud fisik.
Berdasarkan definisi di atas, terdapat beberapa karakteristik utama dari suatu aset
takberwujud, yaitu sebagai berikut :
1. Dapat diidentifikasikan
Suatu aset dikatakan memenuhi criteria dapat diidentifikasikan jika :
a. Dapat dipisahkan atau dibedakan dari entitas dan dijual, dipindahkan, dilisensikan,
disewakan atau ditukarkan, baik secara tersendiri maupun bersama-sama dengan
kontrak terkait, aset atau liabilitas teridentifikasi, terlepas apakah entitas bermaksud
untuk melakukan hal tersebut, atau
b. Timbul dari kontrak atau hak legal lainnya, terlepas dari apakah hak tersebut dapat
dialihkan atau dipisahkan dari entitas atau dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban
lainnya.
2. Kendali (control)
Entitas mengendalikan suatu aset jika entitas memiliki kemampuan untuk
memperoleh manfaat ekonomis dari aset tersebut dan dapat membatasi akses pihak
lain dalam memperoleh manfaat ekonomis tersebut.
Umumya pengendalian tersebut timbul karena adanya hak legal yang memiliki
kekuatan dalam suatau pengadilan. Akan tetapi, hak legal tidak diperlukan jika entitas
dapat melakukan pengendalian manfaat ekonomis tersebut dengan cara lain.
Salah satu kondisi entitas tidak dapat mengakui aset takberwujud karena tidak
memiliki pengendalian, yaitu atas para pegawainya. Entitas umumnya mengeluarkan
biaya untuk pelatihan bagi karyawan sehingga mereka memiliki keahlian. Namun,
entitas tidak dapat mengendalikan manfaat ekonomis masa depan yang timbul dari
pegawai yang terampil tersebut
3. Tidak mempunyai wujud fisik
Dalam beberapa kondisi aset takberwujud mempunya elemen fisik sehingga
perlu pertimbangan untuk menentukan apakah suatu aset tersebut merupakan
berwujud atau takberwujud. Misalnya apabila terdapat mesin yang di dalamnya terdpat
perangkat lunak yang tidak dapat beroperasi tanpa perangkat lunak tersebut, maka
mesin tersebut diperlakukan sebagai aset tetap (PSAK 16). Namun, apabila perangkat
lunak tersebut di dalam compact disc dan compact disc tersebut hanya digunakan
sebagai media penyimpanan perangkat lunak, maka perangkat lunak tersebut
diperlakukan sebagai aset takberwujud.

PENGAKUAN AWAL ASET TAKBERWUJUD


Aset takberwujud diakui sebagai aset jika :
Memenuhi definisi aset takberwujud
Memenuhi kriteria pengakuan yaitu : 1) kemungkinan besar entitas akan
memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut 2) biaya
perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal
Terdapat beberapa kemungkinan cara perolehan aset takberwujud, yaitu :
Perolehan terpisah
Akuisisi sebagai bagian dari kombinasi bisnis
Akuisisi dengan hibah pemerintah
Pertukaran aset
Aset takberwujud yang dihasilkan secara internal (goodwill dan aset takberwujud
lainnya
PEROLEHAN TERPISAH
Untuk aset takberwujud yang diperoleh secara terpisah, maka pengukuran biaya
perolehannya terdiri atas :
Harga pembelian, termasuk bea impor dan pajak
Biaya yang secara langsung dapat diatribusikan yang terjadi dalam menyiapkan
aset tersebut hingga siap digunakan
AKUISISI SEBAGAI BAGIAN DARI KOMBINASI BISNIS
Biaya perolahan aset takberwujud yang diakusisi sebagai bagian dari kombinasi
bisnis (PSAK 22) adalah nilai wajarnya pada tanggal akuisisi. Penentuan nilai wajar dalam
kombinasi bisnis bukanlah hal yang mudah. Jika aset takberwujud diperdagangkan secara
bebas aktif, maka harga pasar adalah dasar pengukuran terbaik. Jika aset tidak mempunya
pasar aktif, maka biaya perolehan berdasarkan jumlah yang akan dibayarkan dalam
transaksi normal pada tanggal akuisisi.
AKUISISI DENGAN HIBAH PEMERINTAH
Entitas yang memperoleh aset takberwujud dengan hibah pemerintah mempunyai pilihan
untuk pengakuan aset takberwujud tersebut, yaitu :
Mengakui sebesar nilai wajar
Mengakui aset takberwujud dan hibah dengan nilai nominal ditambah dengan
segala pengeluaran yang berhubungan secara langsung untuk menyiapkan aset
tersebut agar dapat digunakan sesuai dengan maksud penggunaannya.
PERTUKARAN ASET
Biaya perolehan dari aset takberwujud yang diperoleh dari pertukaran adalah diukur pada
nilai wajar, kecuali :
1. Tranksaksi pertukaran tersebut kurang memiliki substansi komersial

2. Nilai wajar aset baik yang diterima maupun yang dilepaskan tidak dapat diukur
dengan andal.
ASET TAKBERWUJUD YANG DIHASILKAN SECARA INTERNAL
Goodwill hanya boleh diakui sebagai akibat dari kombinasi bisnis. Goodwill yang timbul
secara internal tidak diakui sevagai aset takberwujud karena tidak memenuhi kriteria
pengakuan sebagai berikut.
Dasar pengukuran biaya perolehan yang andal
Identifikasi terpisah dari sumber daya yang lain
Kendali oleh perusahaan
Untuk menentukan apakah aset takberwujud yang dihasilkan secara internal dapat diakui
sebagai aset takberwujud, maka perlu dibedakan antara tahap penelitian dan tahap
pengembangan.
1. Tahap Penelitian
Penelitian orisinal dan terencana yang dilaksanakan dengan harapan
memperoleh pembaruan pengetahuan dan pemahaman teknis atas ilmu baru
2. Tahap Pengembangan
Penerapan temuan penelitian atau pengetahuan lainnya pada suatu rencana
atau rancangan produksi bahan baku, alat produksi, produk, system atau jasa
yang sifatnya baru atau yang mengalami perbaikan substansial sebelum
dimulainya produksi atau pemakaian.
PENGUKURAN SETELAH PEROLEHAN
Setelah pengakuan awal, entitas harus memilih salah satu dari dua dasar
pengukuran aset takberwujud, yaitu (1) model biaya perolehan (2) model revaluasi. Jika
entitas memilih menggunakan model revaluasi maka semua aset dalam kelas yang sama
harus diperlakukan sama, kecuali apabila tidak ada pasar aktif untuk aset tersebut.
MODEL BIAYA PEROLEHAN
Jika entitas memilih menggunakan model biaya perolehan maka setelah
pengukuran awal aset takberwujud dinilai berdasarkan biaya perolehannya dikurangi
dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai.
MODEL REVALUASI
Apabila entitas memilh model revaluasi, maka nilai aset setelah pengukuran awal
dinilai berdasarkan nilai wajar dikurangi dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi
penurunan nilai.

AMORTISASI
Dalam penentuan tersebut semua faktor yang relevan harus dipetimbangkan, diantaranya :

1. Harapan manfaat aset bagi entitas dan apakah aset dapat dikelola secara efisien
oleh tim dan manajemen lain
2. Tipe siklus hidup pokok bagi aset dan informasi umum mengenai estimasi manfaat
dari aset serupa yang digunakan untuk keperluan yang serupa
3. Jenis teknis, teknologi, komersial atau jenis lain dari keusangan
4. Stabilitas industry di mana aset beroperasi dan perubahan permintaan pasar atas
produk atau jasa yang dihasilkan aset
5. Perkiraan atas tindakan competitor atau competitor komersial
6. Tingkat pengeluaran perawatan yang dibutuhkan untuk menghasilkan mnfaat
ekonomis masa depan dari aset dan kemampuan entitas serta niat entitas untuk
mencapai tingkat tersebut
7. Periode pengendalian aset dan hukum atau batasan serupa dalam pemanfaatan
aset, seperti masa berlaku sewa yang berhubungan
8. Apakah masa manfaat aset tergantung dengan masa manfaat aset entitas lainnya
MASA MANFAAT TERBATAS
Jumlah yang diamortisasi adalah harga perolehan aset dikurangi nilai sisanya.
Amortisasi dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan dan dihentikan pada saat
aset tersebut dihentikan penggunaannya atau direklasifikasikan menjadi aset tidak lancar
dimiliki untuk dijual sesuai PSAK 58.
Namun ada kalanya manfaat ekonomis dalam aset takberwujud tersebut terserap
dalam menghasilkan aset lain. Dalam kondisi tersebut, beban amortisasi merupakan bagian
dari harga pokok aset lain tersebut dimasukkan ke dalam jumlah tercatatnya.
MASA MANFAAT TIDAK TERBATAS
Masa manfaat tidak terbatas bukan berarti masa manfaat tidak terhingga. Masa
manfaat tersebut harus ditentukan berdasarkan rencana pengeluaran masa depan yang
dibutuhkan untuk merawat aset pada standar kinerjanya. Penentuan tersebut tidak dapat
dilakukan berdasarkan rencana pengeluaran masa depan yang melebihi pengeluaran yang
diperlukan untuk mempertahankan kinerja aset sebesar standarnya.
PENURUNAN NILAI ASET TAKBERWUJUD
Entitas harus menilai apakah terdapat indikasi penurunan nilai di setiap akhir periode
pelaporan. Apabila terdapat indikasi penurunan nilai, maka entitas harus membandingkan
antara jumlah tercatat aset takberwujud dengan nilai terpulihkan (PSAK 48). Apabila tidak
terdapat indikasi penurunan nilai, maka tidak perlu menghitung nilai terpulihkan. Khusus
untuk aset takberwujud dengan masa manfaat tidak terbatas seperti goodwill, diuji
penurunan nilainya setiap tahun dengan membandingkan jumlah tercatatnya dengan
jumlah terpulihkannya, terlepas apakah terdapat indikasi penurunan nilai.
PENGHENTIAN PENGAKUAN
Suatu aset takberwujud harus dihentikan pengakuannya bila :
1. Dalam proses pelepasan

2.

Ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari
penggunaan atau pelepasan

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset


takberwujud dihitung sebagai perbedaan antara nilai tercatat aset takberwujud dengan
nilai wajar dari imbalan yang diterima
Imbalan yang diterima pada saat penghapusan suatu aset takberwujud diakui pada
awalnya sesuai dengan nilai wajarnya. Jika pembayaran untuk aset ditangguhkan, maka
imbalan yang diterima diakui sesuai dengan harga tunai. Perbedaan antara jumlah imbalan
dan harga tunai tersebut diakui sebagai pendapatan bunga.

Anda mungkin juga menyukai