Anda di halaman 1dari 10

1.

Apakah Putusan Verstek selalu mengalahkan pihak tergugat


karena dia tidak hadir ?
Jawaban :
Putusan verstek adalah putusan yang dijatuhkan oleh Majelis
Hakim tanpa hadirnya Tergugat dan ketidakhadirannnya itu tanpa alasan
yang sah meskipun telah dipanggil secara resmi dan patut (default without
reason), dalam hal ini Tergugat dianggap mengakui sepenuhnya secara
murni dan bulat semua dalil gugatan Penggugat. Putusan verstek hanya
dapat dijatuhkan dalam hal Tergugat atau para tergugat tidak hadir pada
hari sidang pertama, putusan verstek ini merupakan pengecualian dari
acara persidangan biasa atau acara kontradiktur dan prinsip audi et
alteram partem sebagai akibat ketidakhadiran Tergugat atas alasan yang
tidak sah. Dalam acara verstek Tergugat dianggap ingkar menghadiri
persidangan tanpa alasan yang sah. Putusan tersebut memang tampak
kurang adil bagi Tergugat karena dijatuhkan tanpa kehadirannya, di sisi
yang lain penguluran waktu yang dilakukan Tergugat dengan tidak hadir di
persidangan tanpa alasan yang jelas juga sangat merugikan Penggugat.
Smentara perkara tidak mungkin digantung tanpa akhir yang pasti,
dengan kata lain musti segera diselesaikan atau diputus. Walaupun
demikian, bukan berarti pintu telah tertutup bagi Tergugat. Tergugat masih
memiliki jalan untuk mendapatkan keadilan dengan cara melakukan
perlawanan terhadap putusan verstek. Perlawanan terhadap putusan
verstek dalam Hukum Acara perdata dikenal dengan istilah Verzet.

2. Bagaimanakah apabila sidang pertama tergugat tidak hadir sidang


kedua hadir dan sidang ketiga tidak hadir, apakah putusan tersebut
dapat diputuskan Verstek ?
Jawaban :

Dalam persidangan di Pengadilan yang disebut dengan putusan


verstek yakni apabila tergugat tidak menghadiri pada hari sidang pertama,
maka dari itu dapat dijatuhkan dengan putusan Verstek, atas putusan
Verstek tersebut tergugat masih memiliki jalan untuk mendapatkan
keadilan dengan cara melakukan perlawanan terhadap putusan verstek,
yang dalam Hukum Acara perdata dikenal dengan istilah Verzet.

3. Apa upaya hukum yang dilakukan oleh tergugat bila diputusakan


Verstek, Apakah Banding ?
Jawaban :
Jika dalam putusan pengadilan memutuaskan Verstek tergugat
masih memiliki jalan untuk mendapatkan keadilan dengan cara melakukan
perlawanan terhadap putusan verstek yang dalam Hukum Acara perdata
dikenal dengan istilah Verzet dengan Asas asas dan aturan yang telah
ditentukan sebagai berikut :
B. Asas-asas Yang Menentukan Tenggang Waktu Verzet
Verzet adalah Upaya hukum perlawanan yang dapat digunakan
oleh Tergugat terhadap putusan verstek. Verzet bisa dipergunakan oleh
Tergugat yang dihukum dengan verstek melalui cara-cara yang telah
diatur Undang-Undang. Asas-asas untuk menentukan tenggang waktu
verzet adalah sebagai berikut :
1. Tergugat/Para Terguat berhak mengajukan verzet atau
perlawanan dalam waktu 14 hari terhitung setelah tanggal
pemberitahuan putusan verstek itu kepada Tergugat
semula

jika

pemberitahuan

tersebut

langsung

disampaikan sendiri kepada yang bersangkutan. (Pasal


391 HIR/Pasal 719 RBg. Dalam menghitung tenggang
waktu dimulai tanggal hari berikutnya. (Pasal 129 HIR/153
R.Bg) dalam Pasal tersebut ada kata-kata langsung

disampaikan kepada yang bersangkutan, karena apabila


pemberitahuan itu tidak langsung disampaikan kepada
Tergugat, misalnya melalui Lurah atau Kepala Desa, ada
kemungkinan pemberitahuan itu tidak sampai kepada
Tergugat, dengan tidak sampainya pemberitahuan isi
putusan kepada Tergugat, maka hal-hal yang terkait
dengan

pelakasanaan

isi

putusan

baik

berupa

pengosongan suatu tempat atau pemenuhan terhadap


suatu prestasi tertentu tidak akan dilaksanakan oleh
Tergugat. Terhadap kondisi seperti tersebut di atas, maka
prosedur penyelesaiannya adalah sebagaimana akan
dijelaskan, apabila tenggang waktu 14 hari telah lampau,
maka

putusan

kekuatan

tersebut

langsung

memperoleh

hukum tetap dan pada putusan tersebut

melekat kekuatan eksekutorial yang absolut.


2. Jika

putusan

itu

tidak

disampaikan kepada Tergugat sendiri dan pada waktu


aanmaning

Tergugat

hadir,

maka

tenggang

waktu

perlawanan adalah 8 (delapan) hari sejak dilakukan


aanmaning (peringatan). Pasal 129 HIR/Pasal 153 RBg,
lihat juga pasal 207 dan 208 RBg) tergugat yang dihukum
dengan verstek kemudian pemberitahuan isi putusan tidak
disampaikan langsung kepada Tergugat, maka ada
kemungkinan Tergugat tidak tahu atau kalau Tergugat
tahu tetapi karena keengganan atau kealpaan pihak yang
kalah dalam hal ini Tergugat untuk melaksanakan isi
putusan, maka pihak yang menang yaitu Penggugat
secara lisan atau tulisan dapat mengajukan permohonan
agar isi putusan dapat dilakasanakan, apabila Tergugat
enggan untuk melaksanakan eksekusi secara sukarela,
Penggugat

mengajukan

Permohonan

kepada

Ketua

Pengadilan untuk melakukan eksekusi. Permohonan ini

merupakan

suatu

keharusan

bagi

Pemohon.

Atas

permohonan Pemohon tersebut Ketua Pengadilan akan


mengirim surat panggilan kepada Tergugat supaya datang
pada tanggal yang ditentukan untuk ditegur atau diberi
peringatan

atau

biasa

disebut

aanmaning.

Apabila

Tergugat hadir pada saat aanmaning, maka bagi Tergugat


ada tenggang waktu untuk melakukan perlawanan yaitu 8
(delapan) hari sejak dilakukannya aanmaning. (lihat Pasal
207 Rbg/169 HIR/439,443 Rv).
3.

Jika Tergugat tidak hadir pada saat aanmaning, maka


tenggang waktunya adalah hari ke 8 (delapan) sejak
pemberitahuan penetapan eksekusi (lihat Pasal 129 ayat
(2) Pasal 196 HIR dan Pasal 153, 207, 208 dan 230 RBg),
apabila suatu putusan telah berkekuatan hukum tetap,
Tergugat belum juga melaksanakan isi putusan dan
setelah dipanggil supaya datang untuk ditegur Tergugat
tidak datang, maka ketua pengadilan mengeluarkan
perintah untuk menyita sejumlah barang-barang bergerak,
dan jika jumlahnya diperkirakan tidak akan mencukupi,
juga sejumlah barang-barang tetap milik pihak yang kalah
sebanyak diperkirakan akan mencukupi untuk membayar
sejumlah uang sebagai pelaksanaan putusan. Dan
terhitung 8 (delapan) hari sejak tanggal pemberitahuan
eksekusi, Tergugat dapat melakukan perlawanan. Pasal
230 RBg/479Rv menyatakan Dalam waktu delapan hari
setelah diberitahukan, maka orang yang mengalami
tindakan pelaksanaan dapat mengajukan perlawanan, jika
ia beranggapan mempunyai cukup alasan untuk itu.
Dengan
Tergugat

adalah

adanya
sebagai

verzet,

maka

Pelawan

dan

kedudukan
Penggugat

sebagai Terlawan. Dalam pemeriksaan verzet, yang

diperiksa adalah gugatan Penggugat bukan perlawanan


Pelawan, perlawanan pelawan hanya berkedudukan
sebagai jawaban terhadap gugatan Penggugat. Dengan
kata lain bahwa pemeriksaan yang telah dilakukan Majelis
Hakim terhadap suatu gugatan serta putusan atas
gugatan tersebut mentah kembali, sehingga dengan
adanya perlawanan, perkara tersebut harus diperiksa
ulang oleh Majelis Hakim, dan pemeriksaaan terhadap
verzet sebisa mungkin dilakukan oleh Majlis Hakim yang
sama yang memutus dalam verstek karena merekalah
yang lebih tahu tentang duduk permasalahan perkara
tersebut

dalam

putusan

verstek.

Dengan

diperiksaulangnya gugatan Penggugat, maka Penggugat


harus membuktikan kembali gugatannya dan pelawanpun
harus

membuktikan

bantahan-bantahannya

terhadap

dalin-dalil gugatan Penggugat.


Verzet diajukan pada Pengadilan Agama yang
memutus perkara verstek.

Apabila dalam sidang verzet

Penggugat

maka

dilanjutkan

tidak

hadir,

dengan

cara

pemeriksaan
kontradiktoir.

tetap
Jika

Tergugat/Pelawan yang tidak hadir dalam sidang verzet,


maka menurut Pasal 129 ayat (5) HIR dan Pasal 153 ayat
(6) R.Bg., Majelis Hakim untuk kedua kalinya dapat
menjatuhkan putusan verstek, dan tuntutan pelawan
(verzet) untuk keduakalinya dinyatakan tidak dapat
diterima (niet ontvankelijke verklaard). Upaya hukum
terhadap putusan ini adalah banding. Upaya hukum bagi
Penggugat yang dikalahkan dalam putusan verstek adalah
banding,

dan

bagi

Tergugat

dapat

melakukan

bantahannya dalam tingkat banding, tanpa menggunakan


lembaga perlawanan (verzet) dalam tingkat pertama (lihat

Pasal 8 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 1947


jo. Pasal 189 HIR dan Pasal 200 RBg.)
C. Acara dan Putusan Verzet
Dengan diperiksanya kembali gugatan yang telah diputus verstek
tersebut, maka acara persidangan adalah sebagaimana acara biasa yaitu
dimulai dengan pembacaan gugatan, pembacaan putusan verstek
dilanjutkan dengan jawaban (perlawanan pelawan), replik, duplik dan
kesimpulan.
Dalam verzet pelawan akan dikatagorikan sebagai pelawan yang
benar atau pelawan yang tidak benar atau perlawanannya terhadap
putusan verstek tepat atau tidak tepat. Pertanyaannya adalah apakah
yang menjadi indikator pelawan yang benar dan pelawan yang tidak
benar, perlawanan yang tepat atau tidak tepat. Apakah ketidakhadiran
Tergugat dalam putusan verstek beralasan hukum atau tidak masih perlu
dipertimbangkan dalam verzet, atau hanya menitikberatkan pada buktibukti bantahan Tergugat atau Pelawan mampu mematahkan dalili-dalil
gugatan Penggugat saja ?. sebelum mencari jawaban terhadap
pertanyaan tersebut, ada baiknya saya sampaikan formulasi amar
putusan

verzet

sebagaimana

dijelaskan

dalam

Buku

Pedoman

Pelaksanaan Tugas Dan Administrasi Peradilan Agama Buku II, sebagai


berikut :
1. Putusan

verzet

mempertahankan

putusan

verstek.

Amar

putusannya berbunyi :
-

Menyatakan

perlawanan

yang

diajukan

oleh

Pelawan/Tergugat asal dapat diterima;


-

Menyatakan perlawanan terhadap putusan vertsek Nomor :


.../Pdt.G/ 2011/PA... Tanggal... Januari 2011 tidak tepat dan
tidak beralasan;

Menyatakan perlawanan yang diajukan Pelawan/Tergugat


adalah perlawnan yang tidak benar;

Mempertahankan putusan verstek;

Menghukum Pelawan/Tergugat

membayar semua biaya

perkara sebesar Rp...,- (...)


2. Putusan verzet membatalkan putusan verstek, mengabulkan
gugatan Penggugat sebagian.
-

Menyatakan

perlawanan

yang

diajukan

oleh

Pelawan/Tergugat asal dapat diterima;


-

Menyatakan perlawanan terhadap putusan vertsek Nomor :


.../Pdt.G/2011/PA... Tanggal ... tepat dan beralasan;

Menyatakan perlawanan yang diajukan Pelawan/Tergugat


adalah perlawnan yang benar;

Membatalkan putusan verstek tersebut dengan mengabulkan


gugatan Penggugat untuk sebagian ;

Menyatakan... (yang dikabulkan sebagian);

Menolak gugatan Pengugat/Terlawan selebihnya;

Menghukum Pelawan/Tergugat

membayar semua biaya

perkara sebesar Rp...,- (...)


3.

Putusan verzet membatalkan putusan verstek dan menyatakan


gugatan

Penggugat/

Terlawan

tidak

dapat

diterima

(niet

ontvankelijke verklaard).
-

Menyatakan

perlawanan

yang

diajukan

oleh

Pelawan/Tergugat asal dapat diterima;


-

Menyatakan perlawanan yang diajukan Pelawan/Tergugat


adalah perlawnan yang benar;

Membatalkan putusan verstek Nomor : .../Pdt.G/2011/PA...


Tanggal ... ;

Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima;

Menghukum Pelawan/Tergugat

membayar semua biaya

perkara sebesar Rp...,- (...)


4. Putusan verzet membatalkan putusan verstek, menolak gugatan
Penggugat/Terlawan.
-

Menyatakan

perlawanan

yang

diajukan

oleh

Pelawan/Tergugat asal dapat diterima;

Menyatakan perlawanan yang diajukan Pelawan/Tergugat


adalah perlawnan yang benar;

Membatalkan putusan verstek Nomor : .../Pdt.G/2011/PA...


Tanggal ... ;

Menolak gugatan Penggugat/Terlawan;

Menghukum Pelawan/Tergugat

membayar semua biaya

perkara sebesar Rp...,- (...)


5. Putusan verzet diputus verstek.
-

Menyatakan

Pelawan/Tergugat

adalah

Pelawan/Tergugat

yang benar;
-

Menjatuhkan putusan verstek atas putusan verstek Nomor :


.../Pdt.G/ 2011/PA... Tanggal ... ;

Menguatkan putusan verstek Nomor : .../Pdt.G/2011/PA...


Tanggal ... ;

Menghukum Pelawan/Tergugat

membayar semua biaya

perkara sebesar Rp...,- (...)


Untuk menjawab pertanyaan di atas, mari kita perhatikan beberapa
pendapat hukum dalam pembahasan berikut ini.
D. Verzet Legal Opinion
Putusan verstek dijatuhkan karena Tergugat tidak hadir di
persidangan tanpa alasan yang dibenarkan hukum dan tidak pula
mengutus orang lain sebagi wakil atau kuasanya yang sah untuk datang di
persidangan padahal Tergugat telah dipanggil dengan resmi dan patut,
sehinggga dengan ketidakdatangannya itu maka Tergugat dianggap
menerima dengan bulat semua dalil gugatan Penggugat.
Setelah Majelis Hakim menjatuhkan putusan atas gugatan
Penggugat tanpa kehadiran Tergugat, dan pemberitahuan isi putusan
telah dilakukan oleh Jurusita, Tergugat mengajukan perlawanan terhadap
putusan tersebut.

Ulamak fiqih berpendapat orang yang tidak menghormati panggilan


Hakim untuk menghadiri persidangan adalah orang yang zolim (la haqqo
lahu) tidak perlu diperhatikan haknya. Sebagaimana ketentuan pasal 125
HIR/149 RBg pendapat tersebut sering juga dijadikan dasar oleh Hakim
dalam menjatuhkan putusan verstek. Pertanyaannya adalah Apakah
pendapat tersebut dapat juga dijadikan dasar untuk menyatakan bahwa
pelawan adalah bukan pelawan yang benar dalam verzet, sehingga
dengan alasan tersebut perlawanan pelawan tidak perlu diperiksa ?
Kalau misalnya jawaban terhadap pertanyaan tersebut di atas
adalah ya, maka pertanyaan selanjutnya adalah, untuk apa lembaga yang
disebut verzet diberikan oleh Undang-Undang kalau ketidakhadiran
Tergugat pada putusan verstek apakah berdasar hukum atau tidak masih
dipersoalkan dalam verzet ?
Ketidakhadiran Tergugat pada putusan verstek apakah berdasar
hukum atau tidak boleh saja dipertimbangkan Hakim, akan tetapi alasan
tersebut bukanlah yang utama dijadikan sebagai dasar untuk menyatakan
pelawan/tergugat asal sebagai pelawan yang tidak benar. Yang utama
dijadikan

pertimbangan

adalah

mampu

atau

tidaknya

Pelawan

mematahkan dalil-dalil gugat Terlawan/Penggugat asal.


Dengan demikian ketidakhadiran Tergugat dalam putusan verstek
berdasar hukum atau tidak, tidak bisa dijadikan alasan untuk menyatakan
Pelawan/Tergugat asal sebagai pelawan yang benar atau tidak benar.
Demikian juga terkait pendapat ibnu katsir sebagaimana tersebut di atas
tidak dapat juga dijadikan dasar untuk menolak perlawanan pelawan
karena forumnya sudah berbeda. Hal tersebut adalah logis, karena
ketidakhadiran pelawan pada putusan verstek telah menerima hukuman
dengan diputusnya perkara tersebut tanpa kehadirannya. Namun pada
upaya verzet posisi kembali ke titik awal, dan acara yang berlaku adalah
sebagaimana acara biasa.

Mahkamah

Agung

dalam

putusan

nomor

938/K/1986

sebagaimana dikutip oleh M. Yahya Harahap, pada pertimbangannya


menyatakan sebagai berikut :
- Subtansi verzet terhadap putusan verstek harus ditujukan kepada
isi pertimbangan putusan dan dalil gugatan terlawan/penggugat
asal
- Verzet yang hanya mempermasalahkan alasan ketidakhadiran
pelawan/tergugat asal menghadiri persidangan, tidak relevan.
Kenapa

dianggap

tidak

relevan

karena

forum

untuk

memperdebatkan masalah itu sudah dilapaui. Tidak ada lagi


tempatnya membicarakan hal itu dalam proses pemeriksaan verzet.
Beralasan atau tidak ketidakhadiran itu, tidak perlu dipertimbangkan
dalam proses verzet sebab hal itu tidak menjadi syarat formal.
Sebab yang menjadi sayarat pokok adalah, verzet diajukan dalam
tenggang waktu yanmg dibenarkan undang-undang.
- Oleh karena itu putusan verzet yang hanya mempertimbangkan
sah atau tidak ketidakhadiran tergugat memenuhi panggilan sidang
adalah keliru.
- Sehubungan dengan itu, sekiranya pelawan hanya mengajukan
alasan verzet tentang masalah keabsahan atas ketidakhadiran
tergugat memenuhi panggilan, PN yang memeriksa verzet harus
memeriksa kembali, dan perkara harus diperiksa sejak semula.
Adanya lembaga verzet semata-mata diberikan sebagai jalan
keluar bagi Tergugat yang karena sesuatu dan lain hal yang sangat urgen
atau karena kealpaannya tidak bisa hadir di persidangan. Namun ketika
pelawan/terugagat asal melakukan hal yang serupa pada tingkat verzet
dan Hakim menjatuhkan verstek untuk kedua kalinya, maka tertutup bagi
pelawan untuk melakukan upaya hukum dan putusan verstek semula
langsung berkekuatan hukum tetap.

10

Anda mungkin juga menyukai