Kebanyakan pekerjaan intervensi terkait prevensi di paruh kedua abad 20 berutang desain,
kesuksesan, dan penerimaan yang diperolehnya pada psikologi komunitas. Psikologi komunitas
sendiri menggeluti aspek-aspek psikologi dari berbagai system sosial. Prevensi sudah lama
menjadi jantung psikologi komunitas. Prevensi dimaksudkan untuk mengeliminasi kebutuhan
akan pelayanan klinis dan bukan hanya menangani masalah setelah masalah itu berkembang.
Tiga prinsip umum yang saling melengkapi berkonvergensi dan menentukan pengaruh psikologi
komunitas pada psikologi klinis (Nietzel, Speltz, Mc Cauley, dan Bernstein, 1998).
Psikologi klinis yang pertama kali diprakarsai sangat jauh dari pandangan bahwa perilaku
semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor biologis dan faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri individu. Sebaliknya, psikologi komunitas menggunakan pendektan ekologis untuk
memahami perkembangan dan pencegahan berbagai kesulitan psikologis. Pendekatan ini berarti
mencari interaksi di antara berbagai karakteristik individual dan aspek-aspek ekonomi, kultural,
sosial, dan fisik di lingkungan ketika berusaha memahami peran relatif dari berbagai faktor risiko
dan protektif. Pendekatan ini memungkinkan adanya penelaahan tentang kecocokan antara orang
itu dan lingkungannya, dan memungkinkan dilakukannya perluasan ke variable-variabel selain
variable-variabel psikologis dalam merancang program prevensi dan intervensi.
Prinsip umum yang kedua dari psikologi komunitas adalah ide bahwa kegiatan intervensi dan
prevensi mestinya berlangsung di lingkungan tempat orang-orang tinggal, bekerja, dan
bersekolah di masyarakat. Konsekuensinya, kegiata prevensi dan terapeutik sebaiknya diberikan
di rumah, di sekolah, di tempat kerja, atau bahkan di media massa. Aspek psikologi komunitas
membentuk fondasi untuk banyak upaya pencegahan di masa awal erkembangannya dulu. Tetapi
seiring dengan perjalanan waktu, dalam perkembangan teknologi-teknologi prevensi baru, aspek
ini telah ditinggalkan.
Terakhir, prinsip pokok psikologi komunitas lain yang terkait adalah pendapat bahwa kegiatan
intervensi dan prevensi kesehatan mental mestinya bukan hanya diarahkan pada perubahan
berorietasi orang per orang. Sebaliknya, kegiatan itu mestinya bertujuan menciptakan perubahan
sistem sosial. Pendekatan untuk menciptakan perubahan dan membebaskan penderitaan manusia
1
Pendekatan ini didasarkan pada sebuah windshield survey yang dilaksanakan dengan
menjelajahi berbagai wilayah komunitas itu, melihat karakteristik fisik yang merefleksikan atau
mempengaruhi perilaku, dan kemudian melakukan observasi di berbagai setting interaksi
komunitas, wawancara dengan para informan, dan mencari informasi dari visitor centers, surat
kabar, dan catatan perpustakaan. Melalui tinjauan yang luas terhadap komunitas itu, psikolog
selanjutnya bisa bekerja dengan lembaga-lembaga atau program-program terkait.
Berbagai Subsistem Komunitas
Di komunitas-komunitas Amerika, ada banyak jenis organisasi (atau subsistem, kalau kita
melihat komunitas sebagai sebuah sistem) human care. Apa sajakah itu?, misalnya Community
Clock, yang menunjukkan banyaknya lembaga dan pelayanan yang sesuai dengan tahap-tahap
kehidupan. Ketika orang-orang melalui periode-periode perkembangan atau krisis-krisis
kehidupan yang dapat diprediksi, maka hubungan-hubungan baru dengan berbagai komponen
komunitas terbangun dan hubungan-hubungan lama ditinggalkan. Kiasifikasi lain dari lembagalembaga pemberi bantuan komunitas adalah official services (pelayanan resmi, misalnya:
pelayanan perlindungan anak rumah sakit mental pemerintah), nongovernmental organizations
(NGO) (organisasi nonpemerintah, yang di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan lembaga
swadaya masyara-kat [LSM], misalnya: lembaga-lembaga swasta, sesbagian berupa lembaga
berorientasi laba dan sebagian lainnya lembaga nirlaba), dan pelayanan-pelayanan alternatif yang
lebih informal atau alamiah. Gottlieb dan Schroter (1978) mengklasifikasikan yang terakhir ini
menjadi self-help-group (kelompok-kelompok swadaya masyarakat), seperti Alcoholics
Anonymous, community caregivers seperti para profesional kesehatan nonmental (misalnya, guru
dan pendeta), dan social intimates (seperti sahabat atau anggota keluarga).
Menertibkan komunitas pemberi-bantuan dan praktisi pribadi yang begitu kompleks telah
menjadi tugas utama para pekerja kesehatan dan kesehatan mental. Psikolog yang menangani
sistem-sistem komunitas, khususnya entitas-entitas resmi, memiliki masalah yang sama. Ada
beberapa level pemerintahan yang terlibat, masing-masing dengan mandat, tujuan, dan insentif
yang berbeda. Entitas-entitas administratif dan mandat-mandat legal saling bersilangan dan
saling tumpang tindih. Berbagai subsistem pemberi bantuan sering kali dirancang tanpa tujuan
yang jelas atau tidak jarang dirancang atas perintah federal yang nun jauh di sana, karena
terdapat peluang pendanaan yang penting. Program-program sering bersaing satu sama lain atau
3
bersaing demi mendapatkan klien-klien yang diinginkan dan mencari-cari alasan untuk
menghindari orang-orang yang tidak diinginkan karena ciri-ciri perilakunya atau karena
kemiskinannya. Biasanya, proses-proses komunitas mencocokkan orang yang membutuhkan
bantuan dengan sub-sistem pemberi bantuan yang tepat. Orang-orang dengan perilaku psikotik
akut pada umumnya menjadi pasien-pasien psikiatrik. Mereka yang melakukan tindak kejahatan
berat pada umumnya menjadi narapidana. Tetapi, di sejumlah kasus terjadi ambiguitas ketika
perubahan demografik yang cepat melampaui kecepatan perubahan pola pelayanan. Sebagai
contoh, remaja yang bermasalah atau menimbulkan masalah semakin banyak menjadi perhatian.
Orang-orang muda ini menunjukkan elemen-elemen dari banyak klasifikasi, sehingga segala
yang terjadi mungkin lebih bergantung pada subsistem di mana ia berada daripada kasusnya
secara individual. Contoh Amos di Boks 15-5 memberikan sebagian gambaran tentang begitu
kompleksnya interaksi antara isu-isu perilaku, mandat hukum, dan kejadian-kejadian yang terjadi
secara kebetulan. Simak bagaimana perbedaan di antara desain-desain intervensi tersebut. Dalam
kehidupan nyata di AS dan beberapa negara lainnya, sikap rasial dan status sosial-ekonomi dapat
membatasi tindakan yang akan terjadi. Psikoterapi, atau bentuk penanganan lainnya, akan jauh
lebih mungkin terjadi bila Amos adalah orangkulit putih, dari kelas menengah. Penahanan,
probation, atau pengurungan, menjadi skenario yang lebih mungkin baginya bila ia orang
Afri'ka-Amerika atau orang Latin, dan miskin. Bagian buruk dari rangkaian cerita ini adalah
banyak di antaranya yang sesuai dengan kenyataannya. Bagian yang masih memberikan ruang
adalah beberapa sistem sekarang menjadi lebih sensitif terhadap masalah-masalah semacam itu.
Mereka juga semakin terfokus untuk lebih banyak saling bekerja sama. Mereka menyadari
bahwa hasil yang positif, dan bukan proses yang lebih disukai, adalah yang harus menjadi
tujuannya. Semakin banyak penggunaan data dan penekanan pada praktik-praktik terbaikakan
menjanjikan hasil akhir yang lebih baik.
Fungsi
Psikologi Komunitas dibahas sebagai Kesehatan Masyarakat dalam disiplin ilmu kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Psikologi Komunitas juga merupakan subbagian dalam
Psikologi Sosial, Sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya.Tapi dalam hal ini Psikologi Komunitas
akan diuraikan sebagai suatu kegiatan yang berkaitan dengan memberi bantuan kepada orang
lain dalam hal gangguan emosional, penysuaian diri dan masalah-masalah psikologis lainnya.
4
Dalam pendekatan psikologi klinis, treatment diberikan kepada seseorang atau kelompok yang
mengalami gangguan atau yang memiliki masalah dan klien menerima treatment tersebut.
Kenyataannya seringkali sulit untuk memastikan siapa yang memerlukan terapi atau bantuan
psikologis. Dilihat dari pandanan sosiokultual, lingkungan sosio kltural dan interaksinya dengan
subjek atau sekelompok subjeklah penyebab munculnya gangguan jiwa, hal ini dikarenakan
tuntutan sosial kepada subjek untuk mengikuti kondisi yang berlaku misalnya norma sosial, dan
lainnya.
Banyak perubahan-perubahan dalam tatanan masyarakat sekarang ini yang menyebabkan
banyaknya muncul gejala-gejala sosial seperti kemiskinan, kekumuhan, polusi udara,
pengungsian penduduk bahkan bencana alam sangat memungkinkan munculnya ancaman
gangguan-gangguan psikologis terutama dalam hal gangguan emosional. Kondisi ini
membutuhkan suatu pendekatan yang tidak menggunakan cara tradisional dari psikologi klinis,
tetapi membutuhkan sutau pendekatan menyeluruh yakni pendekatan komunitas.
Psikologi komunitas pada dasarnya terkait dengan hubungan antar sistem sosial, kesejahteraan
dan kesehatan individu dalam kaitan dengan masyarakat. Psikologi komunitas didefinisikan
sebagai sutau pendekatan kepada kesehatan mental yang menekankan pada peran daya lingkunan
dalam menciptakan masalah atau mengurangi masalah. Psikologi komunitas berfokus pada arah
permasalahan kesehatan mental dan sosial yang dikembangkan melalui intervensi juga riset
dengan seting mencakup masyarakat dan komunitas pribadi.
Tujuan
Area psikologi komunitas terbentuk pada membantu atau meningkatkan kemampuan individu
yang powerless terhadap komunitas sosialnya misalnya kalangan minoritas, dan kemampuan
individu untuk dapat mengambil kendali atas lingkungan dan kehidupan mereka.Hal ini sangat
diperlukan
karena
pada
gilirannya,
akan
membantu
perkembangan
individu
dalam
2. Membuat suatu format intervensi yang sesuai dan cepat pada saat mana intervensi
tersebut sangat diperlukan.
3. Memungkinkan mereka yang telah bermasalah untuk hidup dengan baik dan mendapat
sokongan dar komnitasnya dan lebih baik lagi tingal pada tempat yang dapat menerima
kondisinya dan dia akan mendapatkan dukungan
Sebagai contoh, psikologi komunitas mungkin dapat memberi intervensi terhadap individu
dengan cara :
1. Menciptakan dan mengevaluasi arah kebijakan dan program yang membantu masyarakat
mengontrol tekanan ayang muncul dari aspek dan lingkungan organisatoris yang
memunculkan permasalahan.
2. Menilai kebutuhan suatu masyarakat dan memberi arahan anggotanya bagaimana cara
mengenali suatu masalah yang masih permulaan dan menghadapi permasalahan yang
sudah muncul dan besar.
3. Belajar dan menerapkan jalan yang lebih efektif dan menyesuaikan dengan populasi
untuk hidup secara lebih produktif dalam tedensi masyarakat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pendekatan komunitas :
1. Pendekatan Komunitas menekankan kepada efek dari dukungan sosial dan tekanan sosial
masyarakat serta tindakan preventif dan self-help.
2. Pemberdayaan lokal dan pentingnya keanekaragaman dan relatifitas budaya.
3. Menekankan kepada masyarakat, kekmampuan dan kekuatan pribadi sebagai counter
terhadap penyakit dan kelemahan.
4. Perspektif komunitas menekankan pada fungsi riset tidak hanya sebagai pengembangan
teori tetapi juga untuk kebijakan dan evaluasi program analisis, dan kehadirannya secara
impliait dan berharga bagi pengembangan kesejahteraan masyarakat dan juga ilmu
pengetahuan.
Konsultasi dan Prevensi. Selain penelitian, konsultasi dan prevensi merupakan kegiatan psikolog
komunitas. Konsultasi sering melibatkan tindakan mengorganisasikan dan menawarkan
lokakarya-lokakarya pelatihan bagi kelompok-kelompok masyarakat.
Bencana di masyarakat. Tiap tahun, beberapa bencana alam seperti angina topan, banjir, dan
gempa bumi, menewaskan atau mencederai orang-orang dan menyebabkan dirupsi yang sangat
besar dalam kehiduan mereka. Organisasi-organisasi seperti Red Cross memberi bantuan segera.
Selain kerusakan fisik, selalu ada efek-efek psikologis.
Psikolog komunitas telah meneliti bagaimana cara masyarakat yang sedang tertimpa bencana
berskala besar. Setelah tertimpa bencana, orang-orang tampaknya melewati beberapa fase yang
dapat diprediksi. Selama minggu pertama atau kedua pasca bencana, orang-orang tampaknya
berada pada fase heroik. Mereka terlibat tindakan-tindakan impresif untuk menyelamatkan
nyawa dan meminimalkan kehilangan. Ada perasaan alturisme dan perasaan sebagai anggota
masyarakat yang sama.
Setelah satu atau dua minggu pascabencana sampai 3 bulan sampai 6 bulan kemudian, fase bulan
madu melibatkan atensi dari media, kunjungan dari para politisi, dan para perasaan memiliki
pengalaman yang sama diantara korban, terutama di tengah pekerjaan rekonstruksi seperti
membersihkan reruntuhan atau membangun kembali rumah-rumah. Sebuah iklim yang
mengantisipasi kedatangan bantuan dari pejabat-pejabat di uar sana pun terbangun. Selanjutnya
masuk fase kekecewaan, mulai beberapa bulan sampai satu tahun.
Keterpecahan semangat yang semula berkobar-kobar terasa menyakitkan. Penundaan, kegagalan,
dan kekecewaan terhadap bantuan resmi menjadi fokus kemarahan, kebencian, dan kepahitan. Di
fase trakhir, rekonstruksi, orang berhenti menengok ke belakang dan orang-orang berniat
melanjutkan hidupnya secara bebas dan mandiri. Masalah-masalah dan urutan yang serupa juga
terjadi pada bencana yang diakibatkan oleh manusia., seperti akibat perang, penembakan masal,
kecelakaan yang mengakibatkan polusi lingkungan berat.
Masalah-masalh terkait bencana yang penting bagi psikologi komunitas dapat dibagi menjadi
beberapa kategori. Kategori pertama, ada beberapa masalah dasar dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk interfensi pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder. Kategori kedua, reaksi-reaksi
penyesuaian yang dapat dibagi menjadi reaksi awal (seperti shock, panic, dan bingung) dan
8
beraneka raga sindroma afektif (seperti pengingkaran yang maladaptive, kecemasan, depresi,
survivor guilt). Kategori ketiga dan yang paling serius yaitu berbagai masalah kesehatan mental
dan penyakit, juga dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Semakin memburuk konflik-konflik
rumah tangga mungkin melibatkan penganiayaan terhadap asangan atau anak, dan semakin
memburuk kondisi-kondisi kronis yang sudah ada sebelumnya dapat memunculkan kembali,
misalnya, skizofenia, manik-depresi, atau alkoholisme.
Individu yang mengalami kejadian tragis dapat mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD)
(gangguan stress pasca trauma) yang mungkin tidak terlihat untuk jangka waktu yang lama.
Beberapa psikolog dan pekerja kesehatan mental lainnya mengembangkan berbagai program
untuk dilembagakan segera setelah bencana untuk orang-orang yang berkemungkinan
mengembangkan
PTSD.
Mitchell
dan
rekan-rekan
sejawatnya
mengembangkan
dan
mengevaluasi metode intervensi Critical Incident Stress Debriefing (CISD) untuk menghadapi
bencana segera setelah bencana tersebut terjadi. Mungkin inilah intervensi kelompok yang paling
luas digunakan. Debriefing itu mencakup diskusi tentang kejadian traumatic itu dengan orangorang yang pernah mengalaminya dan berbagai metode coping. Metode ini juga sangat
membantu para relawan.
Dampak Bencana terhadap Aspek Kesehatan Mental
Bencana atau disaster dapat berpengaruh terhadap aspek psikologis. Banyak korban bencana
yang kehilangan harta benda, tempat tinggal, bahkan sanak saudara. Tentunya tidak mudah untuk
menerima semua kerugian yang ada akibat bencana dengan lapang dada dan perasaan ikhlas.
Beban berat yang harus ditanggung oleh para korban bencana dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan mental, terutama bagi orang-orang dengan kemampuan manajemen
stress yang kurang baik. Penting bagi kita, terutama calon tenaga kesehatan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh bencana terhadap aspek kesehatan mental.
Berikut mengenai dampak bencana terhadap aspek kesehatan mental dan penanganannya.
Respon terhadap bencana meliputi :
-Respon emosi dan kognitif
-Respon fisiologis
9
10
kehidupannya sendiri dan mengatasi masalah individual. Emosi berupa keraguan, kehilangan,
kesedihan dan isolasi.
Reconstruction => biasanya berlangsung selama bertahun-tahun. Mereka yg bertahan fokus pada
membangun kembali rumahnya, bisnis, ladang dan kehidupannya. Muncul bangunan-bangunan
baru, perkembangan program-program baru, dan rencana meningkatkan kepercayaan dan
kebanggan masyarakat dan kemampuan individu untuk membangun kembali. Namun proses ini
ada pasang surutnya, misal ada peristiwa-peristiwa lain yang memicu reaksi emosional atau
kemajuan yg tertunda.
Dampak Psikologis akibat bencana dikategorikan menjadi tiga, yaitu :
1.
Cemas, panik, terlalu waspada ; terjadi natural recovery dalam hitungan hari/minggu, tidak butuh
intervensi spesifik ; tampak pada sebagian besar survivor
2.
Cemas menyeluruh, menarik diri, gangguan emosi ; natural recovery dalam waktu yg relatif
lebih lama ; dapat berkembang menjadi gangguan mental dan tingkah laku yang berat ; butuh
dukungan psikososial untuk natural recovery
3.
Gangguan mental karena trauma atau stress seperti PTSD, depresi, cemas menyeluruh, fobia, dan
gangguan disosiasi ; jika tidak dilakukan intervensi sistemik akan mudah menyebar ; butuh
dukungan mental dan penanganan oleh mental health professional
Dalam menangani dampak bencana terhadap aspek kesehatan mental diperlukan dua intervensi
utama, yaitu :
Intervensi Sosial
Tersedianya akses terhadap informasi yang bisa dipercaya dan terus menerus mengenai bencana
dan upaya-upaya yang berkaitan, memelihara budaya dan acara-acara keagamaan seperti upacara
pemakaman, tersedianya akses sekolah dan aktivitas rekreasi normal untuk anak-anak dan
11
remaja, partisipasi dalam komunitas untuk orang dewasa dan remaja, keterlibatan jaringan sosial
untuk orang yg terisolasi seperti anak yatim piatu, bersatunya kembali keluarga yang terpisah,
shelter dan organisasi komunitas untuk yang tidak punya tempat tinggal, keterlibatan komunitas
dalam kegiatan keagamaan dan fasilitas masyarakat lainnya.
Terpenuhinya akses untuk pertolongan pertama psikologis pada pelayanan kesehatan dan di
komunitas untuk orang-orang yang mengalami distress mental akut, tersedianya pelayanan untuk
keluhan psikiatrik di sistem pelayanan kesehatan primer, penanganan yang berkelanjutan untuk
individu dengan gangguan psikiatrik yang sudah ada sebelumnya, pemberhentian medikasi tibatiba harus dihindari, perlu dibuat perencanaan untuk intervensi psikologis berbasis komunitas
pasca bencana.
12
Analisis Jurnal
Dalam suatu keadaan yang tidak diinginkan, maka perlu adanya penyesuaian yang sangat
tepat untuk mengatasi ketidaknyamanan yang akan ditimbulkan oleh keadaan tersebut. Terlebih,
hal ini melibatkan banyak orang yang mengalami kejadian yang sama dan dalam satu wilayah
yang luas. Hal yang sering terjadi, namun tidak diingini. Bencana alam gempa.
Gempa bumi merupakan pergerakan (bergesernya) lapisan batu bumi yang berasal dari dasar
atau bawah permukaan bumi yang menyebabkan guncangan. Tak jarang, gempa bumi ini
mengakibatkan banyaknya kerugian yang dialami oleh manusia, baik itu secara fisik (sandang,
pangan, papan), terlebih secara psikis (trauma, fobia).
Pada saat terjadi gempa bumi maupun pada pasca kejadian, tak jarang pihak terkait hanya
memberikan bantuan pada individu-individu yang menjadi korban. Tentu hal tersebut tidak bisa
dikatakan salah. Namun, lebih dari itu, terkadang bantuan dalam jangka panjang sering
terlupakan. Hal ini bisa jadi disebabkan karena kekurang pahaman akan hal tersebut. Padahal,
bantuan atau tindakan dalam jangka panjanglah yang akan sangat membantu korban, baik itu
secara individu, maupun kelompok yang berada di wilayah atau daerah yang terkena gempa.
Dengan demikian, perlu adanya pencerdasan terhadap pihak terkait dalam menanggulangi
bencana gempa, terutama untuk pertolongan atau bantuan dalam jangka panjang. Salah satu cara
yang bisa dilakukan adalah pemanfaatan kelompok atau komunitas yang terdapat pada daerah
yang terkena gempa. Mengapa harus komunitas ?, karena pada dasarnya, komunitas yaang
terdapat pada suatu daerah memiliki frame yang sema, sehingga akan lebih mudah untuk
membangun kembali keadaan setelah terjadinya atau pasca gempa.
Hal-hal seperti demikian dibahas dalam psikologi komunitas. Psikologi komunitas terkait
dengan hubungan antar sistem sosial, kesejahteraan dan kesehatan individu dalam kaitan dengan
masyarakat. Karena itulah juga, diharapkan seseorang harus mempunyai komunitasnya yaitu
untuk saling berinteraksi satu sama lain. Ketika bencana alam datang, hal yang harus
diperhatikan tidak hanya sandang, pangan, dan papan saja tetapi perhatikan psikologis dari para
korban juga, karena yang lebih penting adalah keadaan mereka saat itu. Fungsi komunitas sendiri
bagi mereka seharusnya adalah memperkuat interaksi sosial. Selain itu, bahwa sebenarnya
komunitas itu sendiri bisa jadi pelindung bagi seseorang untuk menghadapi situasi apapun
13
dengan pemikiran positif. Ini ditentukan oleh seberapa mampukah suatu sistem sosial tersebut
mengatur dirinya untuk meningkatkan kapasitas
mengurangi faktor-faktor risiko. Maka dari itu mengapa perlu adanya suatu komunitas untuk
bangkit dari situasi yang menekan atau traumatis dengan memanfaatkan sumber daya yang
tersedia dan daya adaptasi untuk mengoptimalisasikan fungsi dan keberlanjutan suatu komunitas
(Paton, Millar, & Johnston, 2001; Vale & Campanella, 2005; ESCAP, 2008).
Dikatakan pula dalam buku Sunberg yaitu salah satu prinsip yang mendasari psikologi
komunitas adalah bahwa individu dan masyarakat saling bergantung. Untuk memahami dan
untuk meningkatkan kehidupan orang lain itu adalah Essential, bahwa kita mempertimbangkan
berbagai system atau tingkat analisis (Bronfen-Brenner, 1979;. Daltonetal, 2001).
Adapun, psikologi komunitas memiliki tiga prinsip umum (Sundberg, ). Prinsip yang pertama
adalah psikologi komunitas menggunakan pendekatan ekologis untuk memahami perkembangan
dan pencegahan berbagai gangguan psikologis. Pendekatan ini berarti mencari interaksi di
antara berbagai aspek-aspek ekonomi, cultural, social, dan fisik lingkungan. Prinsip umum yang
kedua yaitu gagasan bahwa kegiatan intervensi dan prevensi berlangsung di lingkungan tempat
individu tinggal, bekerja atau bersekolah. Prinsip yang terakhir adalah pendapat bahwa kegiatan
intervensi dan prevensi kessehatan mental seharusnya bukan hanya diarahkan pada perubahan
berorientasi orang per orang namun berfokus pada level komunitas. Karena, ketika bencana
terjadi maupun pasca bencana yang mengalami kehancuran adalah komunitas. Sebagaimana
Economic and Social Commision for Asia and Pasific (2008) menganggap penting untuk fokus
pada komunitas dibandingkan kemampuan individu dalam kondisi bencana tak terduga seperti
misalnya dalam bencana gempa bumi ini. Karena, komunitas memiliki kamampuan lebih baik
dibandingkan individu untuk membuat keputusan dalam kondisi tertekan.
Dikatakan dalam jurnal yang kami temuka bahwa jika suatu komunitas dapat bertahan dari
gangguan atau tekanan, maka kualitas dan sumber daya yang ada di dalam komunitas tersebut
dapat mencegah penurunan fungsi komunitas tersebut. Bahwa ternyata komunitas itu penting
bagi kesejahteraan sosial mereka untuk mencegah adanya permasalahan kesehatan mental. Untuk
itu dalam buku sunberg, ada beberapa rekomendasi untuk komunitas supaya dapat mencegah
gangguan mental:
14
wilayah tersebut secara jangka panjang, yang ditandai dari kedamaian, optimisme masa depan,
juga dukungan dan partisipasi sosial masyarakat pasca gempa. Meskipun demikian, adanya
dukungan pemerintah ataupun pihak terkait mengenai permasalahan gempa ini adalah sangat
penting, mengingat tidak akan terjadi suatu resilensi pada suatu komunitas, tanpa adanya
dukungan dari pihak terkait.
16