B. Dasar Teori
Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang
kedokteran atau biomedis telah berjalan puluhan tahun yang lalu. Hewan
sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratanpersyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis atau keturunan dan
lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, disamping factor
ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi
biologis yang mirip kejadiannya pada manusia. (Tjay,T.H dan Rahardja,K,
2002).
Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae (tikus-tikusan)
yang berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah dan
dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya menggigiti mebel
dan barang-barang kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari.
Hewan ini diduga sebagai mamalia terbanyak kedua di dunia, setelah
manusia. Mencit sangat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang
dibuat manusia, bahkan jumlahnya yang hidup liar di hutan barangkali
lebih sedikit daripada yang tinggal di perkotaan. Mencit percobaan
(laboratorium) dikembangkan dari mencit, melalui proses seleksi.
Sekarang mencit juga dikembangkan sebagai hewan peliharaan.
Rute pemberian obat, dapat diberikan secara peroral subkutan,
intramuscular, intravena dan intra peritonial. Rute peroral dapat diberikan
dengan mencampurkan obat bersama makanan, bisa pula dengan jarum
khusus ukuran 20 dan panjang kira-kira 5cm untuk memasukkan senyawa
langsung ke dalam lambung melalui esophagus. Jarum ini ujungnya bulat
dan berlubang ke samping. Rute subkutan paling mudah dilakukan pada
mencit. Obat-obat dapat diberikan kepada mencit dengan jarum yang
panjangnya 0,5-1,0 cm dan ukuran 22-24 (22-24 gauge). Obat bisa
lingkungan
yang
dapat
mempengaruhi
hasil
percobaan yaitu faktor internal dan faktor eksternal, adapun faktor internal
yang dapat mempengaruhi hasil percobaan meliputi variasi biologic (usia
dan jenis kelamin) pada usia hewan semakin muda maka semakin cepat
reaksi yang ditimbulkan, ras dan sifat genetik, status kesehatan dan nutrisi,
bobot tubuh dan luas permukaan tubuh (Katzung, 1986).
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan
meliputi suplai oksigen, pemeliharaan lingkungan fisiologik (keadaan
kandang, suasana asing atau bru, pengalaman hewan dalam penerimaan
obat, keadaan rungan tempat hidup seperti suhu, kelembaban, ventilasi,
cahaya, kebisingan serta penempatan hewan), pemeliharaan keutuhan
struktur ketika menyiapkan jaringan atau organ untuk percobaan (Katzung,
1986).
a) Jarum suntik no 24
b) Sonde oral
2. Hewan :
a) mencit
3. Bahan :
a) Aquadest
b) Larutan NaCl
D. Prosedur
1. Oral : cairan disuntikan dengan menggunakan sonde oral. Sonde oral
ditempelkan pada langit-langit atas mulut mencit, dimasukan perlahanlahan kedalam esofagus.
2. Subkutan : kulit didaerah tenguk diangkat dan kebagian bawah kulit
dimasukan obat dengan menggunkan alat suntik 1 ml.
3. Intravena : ekor dicelupkan kedalam air hangat agar pembuluh vena
ekor mengalami dilatasi, sehingga memudahkan dalam pemberian obat
kedalam pembuluh vena.
4. Intramuskular : obat disuntikan pada paha posterior dengan jarum
suntik no 24.
5. Intraperitonial : mencit dipegang pada saat penyuntikan posisi kepala
lebih rendah dari abdomen. Jarum disuntikan denga sudut sekitar 10o
dari abdomen pada daerah yang sedikit menepi dari garis tengah, agar
jarum suntik tidak mengenai kandung kemih.
E. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian tentang cara pemberian
obat pada hewan uji. Hewan uji yang digunakan adalah mencit,
digunakannya mencit karena hewan ini mudah ditangani. Hewan tersebut
juga dapat digunakan sebagai hewan percobaan untuk praktikum
farmakologi ini karena struktur dan sistem organ yang ada di dalam
tubuhnya hampir mirip dengan struktur organ yang ada di dalam tubuh
manusia. Sehingga hewan tersebut biasa digunakan untuk uji praklinis
kemungkinan
hewan
percobaan
akan
mengalami
efek
BB
i.v
i.m
i.p
s.c
p.o
Mencit (20-30 g)
0,5
0,05
1,0
0,5-1,0
1,0
Tikus (100 g)
1,0
0,1
2,0-5,0
2,0-5,0
5,0
Hamster (50 g)
0,1
1,0-5,0
2,5
2,5
Marmut (250 g)
0,25
2,0-5,0
5,0
10,0
Merpati (300 g)
2,0
0,5
2,0
2,0
10,0
5,0-10,0
0,5
10,0-20,0
5,0-10,0
20,0
Kucing (3 kg)
5,0-10,0
1,0
10,0-20,0
5,0-10,0
50,0
Anjing (5 kg)
10,0-20,0
5,0
20,0-50,00
10,0
100,0
bobot badab
i.v
Intra Vena
i.m
Intra Muscular
i.p
Intra Peritoneal
s.c
Sub Kutan
p.o
Per Oral
Untuk bahan senyawa aktif yang tidak larut air dapat diberikan dalam
bentuk suspensi menggunakan gom sebagai suspensi dan dapat diberikan
secara oral atau intraperitoneal.
ke
dalam
mulut,
kemudian
perlahan-lahan
atau
paru-paru
dapat
menyebabkan
gangguan
berhasil atau tidak. Hal ini dapat dilihat dari cairan yang
dimasukan tersebut. Bila dari mulut hewan uji keluar cairan seperti
yang kita berikan menunjukkan adanya kesalahan dalam proses
pemberian. Sedangkan bila berhasil, maka tidak akan terjadi apaapa.
b) Subkutan
Injeksi subkutan atau pemberian obat melalui bawah kulit,
hanya boleh digunakan untuk obat yang tidak menyebabkan iritasi
jaringan. Penyuntikkan dilakukan di bawah kulit pada daerah kulit
tengkuk dicubit di antara jempol dan telunjuk.
Diusahakan dilakukan dengan cepat untuk menghindari
pendarahan yang terjadi karena pergerakan kepala dari mencit.
Pemberian obat ini berhasil jika jarum suntik telah melewati kulit
dan pada saat alat suntik ditekan, cairan yang berada di dalamnya
dengan cepat masuk ke daerah bawah kulit.
G. Daftar Purtaka
Katzung, Bertram. G., 2001, Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika,
Jakarta