Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan
gejala-gejala psikiatrik, demikian juga pada masa menyusui. Meskipun
demikian, ada pula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan
psikologis yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal
yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa
nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penting sekali
sebagian bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang
normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan
khusus dalam masa nifas ini, untuk suatu variasi atau penyimpangan dari
penyesuaian yang normal yang umum terjadi.
Beberapa penulis berpendapat dalam minggu pertama setelah
melahirkan, banyak wanita yang menunjukan gejala-gejala psikiatrik,
terutama gejala depresi diri ringan sampai berat serta gejala-gejala neonatus
traumatic, antara lain rasa takut yang berlebihan dalam masa hamil struktur
perorangan yang tidak normal sebelumnya, riwayat psikiatrik abnormal,
riwayat perkawinan abnormal, riwayat obstetrik (kandungan) abnormal,
riwayat kelahiran mati atau kelahiran cacat, dan riwayat penyakit lainya.
Biasanya penderita akan sembuh kembali tanpa ada atau dengan
pengobatan. Meskipun demikian, kadang diperlukan terapi oleh ahli

penyakit jiwa. Sering pula kelainan-kelainan psikiatrik ini berulang setelah


persalinan berikutnya. Hal yang perlu diperhatikan yaitu adaptasi
psikososial pada masa pasca persalinan. Bagi keluarga muda, pasca
persalinan adalah awal keluarga baru sehingga keluarga perlu beradptasi
dengan peran barunya. Tanggung jawab keluarga bertambah dengan
hadirnya bayi yang barui lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga
lainya merupakan dukungan positif bagi ibu.
B.

Tujuan
Tujuan materi ini adalah agar mahasiswa:
1. Mengetahui proses adaptasi psikologis ibu pada masa nifas
2. Mengetahui adaptasi psikologis saat post partum blues
3. Mengetahui cara mengatasi kesedihan dan duka cita pada masa nifas

BAB II

PEMBAHASAN

A.

Adaptasi Psikologis Ibu Nifas


Masa nifas merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupan ibu
maupun bayi, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24
jam pertama. Dalam memberikan pelayanan pada masa nifas, bidan
menggunakan asuhan yang berupa memantau keadaan fisik, psikologis,
spiritual, kesejahteraan sosial ibu/keluarga, memberikan pendidikan dan
penyuluhan secara terus menerus. Dengan pemantauan dan asuhan yang
dilakukan pada ibu dan bayi pada masa nifas diharapkan dapat mencegah
atau bahkan menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada
masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitive, sehingga diperlukan pengertian
dari keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan sangat penting dalam hal
memberi pegarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan
psikologis yang dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan
psikologis yang patologis.
Setelah proses kelahiran tanggung jawab keluarga bertambah dengan
hadirnya bayi yang baru lahir, dorongan serta perhatian anggota keluarga
lainnya merupakan dukungan positif bagi ibu. Dalam menjalani adaptasi
setelah melahirkan, ibu akan melalui fase-fase sebagai berikut :
1. Fase Taking In

Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari


hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini fokus
perhatian ibu terutama pada bayinya sendiri. Pengalaman selama proses
persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahannya membuat ibu
perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti
mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif
terhadap lingkungannya.
Oleh karena itu kondisi ini perlu dipahami dengan menjaga
komunikasi yang baik. Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian
ekstra makanan untuk proses pemulihannya, disamping nafsu makan
ibu yang memang sedang meningkat.
2.

Fase Taking hold


Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada
fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaan yang
sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya
kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena sat
ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa
percaya diri.

3.

Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran


barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk
merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
Banyak ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru
melahirkan terjadi akibat persoalan yang sederhana dan dapat diatasi
dengan mudah atau sebenarnya dapat dicegah oleh staf keperawatan,
pengunjung dan suami, bidan dapat mengantisipasi hal-hal yang bias
menimbulkan stress psikologis. Dengan bertemu dan mengenal suami
serta keluarga ibu, bidan akan memiliki pandangan yang lebih
mendalam terhadap setiap permasalahan yang mendasarinya.
Fase-fase adaptasi ibu nifas yaitu taking in, taking hold dan
letting go yang merupakan perubahan perasaan sebagai respon alami
terhadap rasa lelah yang dirasakan dan akan kembali secara perlahan
setelah ibu dapat menyesuaikan diri dengan peran barunya dan tumbuh
kembali pada keadaan normal.
Walaupun perubahan-perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu
sebaiknya tetap menjalani ikatan batin dengan bayinya sejak awal.
Sejak dalam kandungan bayi hanya mengenal ibu yang memberinya
rasa aman dan nyaman sehingga stress yang dialaminya tidak
bertambah berat.

B.

Post Partum Blues


1. Post partum blues
5

Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan


dengan bayinya. Keadaan ini disebut baby blues, yang disebabkan
oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit
menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan
respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu, juga
karena semua perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan
kehamilan.
Disini hormon memainkan peranan utama dalam hal bagaimana
ibu bereaksi terhadap situasi yang berbeda. Setelah melahirkan dan
lepasnya plasenta dari dinding rahim, tubuh ibu mengalami perubahan
besar dalam jumlah hormone sehingga membutuhkan waktu untuk
menyesuaikan diri. Disamping perubahan fisik, hadirnya seorang bayi
dapat membuat perbedaan besar pada kehidupan ibu dalam
hubungannya dengan suami, orang tua, maupun anggota keluarga lain.
Perubahan ini akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat
menyesuaikan diri dengan peranan barunya dan tumbuh kembali
dalam keadaan normal.
Post partum blues ini dialami 80% wanita setelah bersalin yaitu
merupakan semacam perasaan sedih atau uring-uringan yang melanda
ibu dan timbul dalam jangka waktu dua hari sampai dua minggu pasca
persalinan.
Etiologi : berbagai
perubahan yang terjadi

dalam tubuh wanita selama kehamilan dan perubahan cara hidupnya


sesudah mempunyai bayi, perubahan hormonal, adanya perasaan
kehilangan secara fisik sesudah melahirkan yang menjurus pada suatu
perasaan sedih.
Pospartum
merasa sedih berkaitan

blues

adalah

dengan

keadaan

bayinya

dimana

disebut baby

ibu
blues.

Penyebabnya antara lain: perubahan perasaan saat hamil, perubahan


fisik dan emosional.Perubahan yang ibu alami akan kembali secara
perlahan setelah beradaptasi dengan peran barunya.
a.

Gejala baby blues antara lain:


1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

b.

Menangis
Perubahan perasaan
Cemas
Kesepian
Khawatir dengan bayinya
Penurunan libido
Kurang percaya diri

Hal-hal yang disarankan pada ibu adalah sebagai berikut:


1)

Minta bantuan suami atau keluarga jika ibu ingin istirahat

2)

Beritahu suami tentang apa yang dirasakan oleh ibu

3)

Buang rasa cemas dan khawatir akan kemampuan


merawat bayi

c.

Meluangkan waktu dan cari hiburan untuk diri sendiri, Ibu


merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi, interaksi sosial,
kurang

kemandirian.

Hal

ini

akan

mengakibatkandepresi pasca persalinan (depresi postpartum).


7

Depresi masa nifas

merupakan gangguan afeksi

yang

sering

terjadi pada masa nifas, dan tampak dalam minggu pertama pasca
persalinan. Insiden depresi post partum sekitar 10-15 persen. Post
partum blues disebut juga maternity blues atau sindrom ibu baru.
Keadaan

ini

merupakan

hal yang

serius, sehingga

ibu

memerlukan dukungan dan banyak istirahat.


Adapun gejala dari depresi post partum adalah.
1)
Sering menangis
2)
Sulit tidur
3)
Nafsu makan hilang
4)
Gelisah
5)
Perasaan tidak berdaya atau hilang control
6)
Cemas atau kurang perhatian pada bayi
7)
Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi
8)
Pikiran menakutkan mengenai bayi
9)
Kurang perhatian terhadap penampilan dirinya sendiri
10) Perasaan bersalah dan putus harapan (hopeless)
11) Penurunan atau peningkatan berat badan
12) Gejala fisik, seperti sulit bernafas atau perasaan berdebardebar
d. Beberapa faktor predisposisiterjadinya depresi post partum adalah
sebagai berikut.
1) Perubahan hormonalyangcepat(yaitu hormon prolaktin, steroid
, progesteron dan estrogen )
2) Masalah medis dalam kehamilan (PIH,diabetus
melitus, disfungsi tiroid)
a) Karakter pribadi (harga diri, ketidakdewasaan)
b) Marital

dysfunction atau

ketidakmampuan

membina

hubungan dengan orang lain


c) Riwayat depresi, penyakit mental dan alkoholik
8

d) Unwanted pregnancy
e) Terisolasi
f) Kelemahan, gangguan tidur, ketakutan terhadap masalah
keuangan keluarga, kelahiran anakdengan
kecacatan/penyakit
Jika ibu mengalami gejala-gejala di atas, maka segeralah
memberitahu suami, bidan atau dokter.Penyakit ini dapat
disembuhkan

dengan obat-obatan atau konsultasi dengan

psikiater. Perawatan di rumah sakit akan diperlukan apabila


ibu mengalami depresi berkepanjangan.
e. Beberapa

intervensi

yang

dapat

membantu

ibu

terhindar

dari depresi post partum antara lain:


1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)

Pelajari diri sendiri


Tidur dan makan yang cukup
Olahraga
Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
Beritahukan perasaan Anda
Dukungan keluarga dan orang lain
Persiapan diri yang baik
Lakukan pekerjaan rumah tangga
Dukungan emosional
Dukungan kelompok depresi post partum
Bersikap tulus ikhlas dalam menerima peran barunya

2. DEPRESI BERAT
a. Pengertian
Depresi berat disebut juga dengan sindrom depresif non psikotik
pada kehamilan sampai beberapa minggu/bulan setelah kelahiran.
b. Gejala-gejala depresi berat antara lain:

1)

Perubahan mood

2)

Gangguan tidur dan pola makan

3)

Perubahan mental dan libido

4)

Pobhia, ketakutan menyakiti diri sendiri atau bayinya

c. Penatalaksanaan depresi berat adalah sebagai berikut:


1) Dukungan keluarga dan sekitar
2) Terapi psikologis
3) Kolaborasi dengan dokter
4) Perawatan rumah sakit
5) Hindari rooming in dengan bayinya
3. PSIKOSIS POST PARTUM
Insiden psikosis post partum sekitar 1-2 per 1000 kelahiran. Rekurensi
dalam

masa kehamilan 20-30

persen. Gejala psikosis post

partum muncul beberapa hari sampai 4-6 minggu post partum.


a. Faktor penyebab psikosis post partum antara lain:
1)

Riwayat keluarga penderita psikiatri

2)

Riwayat ibu menderita psikiatri

3)

Masalah keluarga dan perkawinan

b. Gejala psikosis post partum sebagai berikut:


1) Gaya bicara keras
2) Menarik diri dari pergaulan
3) Cepat marah

10

4) Gangguan tidur
c. Penatalaksanaan psikosis post partum adalah:
1) Pemberian anti depresan
2) Berhenti menyusui
3) Perawatan di rumah sakit
d. Penyebab yang menonjol adalah :
1) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang
dialami

kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.

2) Rasa sakit pada masa nifas


3) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan
4) Kecemasan ketidakmampuan merawat bayi setelah pulang dari
rumah sakit
5) Rasa takut tidak menarik lagi bagi suami.
e. Gejala-gejalanya antara lain :
Sangat emosional, sedih, khawatir, kurang percaya diri, mudah
tersinggung, merasa hilang semangat, menangis tanpa sebab jelas,
kurang merasa menerima bayi yang baru dilahirkan, sangat
kelelahan, harga diri rendah, tidak sabaran, terlalu sensitive, mudah
marah dan gelisah.
4.

Hal-hal yang dapat dilakukan seorang bidan :


a. Menciptakan ikatan antara bayi dan ibu sedini mungkin

11

b. Memberikan penjelasan pada ibu, suami dan keluarga bahwa hal ini
merupakan suatu hal yang umum dan akan hilang sendiri dalam
dua minggu setelah melahirkan.
c. Simpati, memberikan bantuan dalam merawat bayi dan dorongan
pada ibu agar tumbuh rasa percaya diri
d.

Memberikan bantuan dalam merawat bayi

e. Menganjurkan agar beristirahat yang cukup dan makan makanan


yang bergizi. Post partum blues ini apabila tidak ditangani secara
tepat dapat menjadi lebih buruk atau lebih berat, post partum yang
lebih berat disebut post partum depresi (PPD) yang melanda sekitar
10% ibu baru.
Gejala-gejalanya : sulit tidur bahkan saat bayi telah tidur,
nafsu makan hilang, perasaan tidak berdaya atau kehilangan
control, terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi,
tidak menyukai atau takut menyentuh bayi, pikiran yang
menakutkan mengenai bayi, sedikit atau tidak ada perhatian
terhadap penampilan pribadi, gejala fisik seperti banyak wanita
sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar. Jika ditemukan sejak
dini penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan dan
konsultasi dengan psikiater, jika depresi yang ibu alami
berkepanjangan mungkin ibu perlu perawatan dirumah sakit. Oleh
karena itu penting sekali bagi seorang bidan untuk mengetahui
gejala dan tanda dari post partum blues sehingga dapat

12

mengambil tindakan mana yang dapat diatasi dan mana yang


memerlukan rujukan kepada yang lebih ahli dalam bidang
psikologi.

C. KESEDIHAN DAN DUKACITA


Berduka yang paling besar adalah
disebabkankarenakematian bayi meskipun k
ematian terjadi saat kehamilan.Bidan harus
memahami psikologis ibu
membantu mereka

dan ayah untuk

melalui

pasca berduka dengan cara yang sehat.


Berduka adalah respon psikologis terhadap kehilangan. Prosesberduka terdiri
dari tahap atau fase identifikasi respon tersebut. Tugas berduka, istilah ini
diciptakan

oleh

Lidermann,

tahapproses berduka dalam

menunjukkan
menentukan

signifikan. Berduka adalah proses normal,

tugas

bergerak

melalui

baru

yang

hubungan
dan

tugas berduka penting

agar berduka tetap normal. Kegagalan untuk melakukan tugas berduka,


biasanya disebabkan keinginan untuk menghindari nyeri yang sangat berat
dan stress serta

ekspresi

yang

penuh emosi. Seringkali

menyebabkan

reaksi berduka abnormal atau patologis.


Tahap-tahap berduka:

13

1. Syok
Merupakan

respon

Manifestasi perilaku dan


ketidakpercayaan,
kekosongan,

putus

kesendirian,

awal

individu

perasaan
asa,

terhadap
meliputi:

ketakutan,

kesepian,

ansietas,

isolasi,

mati

kehilangan.
penyangkalan,
rasa

bersalah,

rasa,

intoversi

(memikirkan dirinya sendiri) tidak rasional, bermusuhan, kebencian,


kegetiran, kewaspadaan akut, kurang inisiatif, tindakan mekanis,
mengasingkan diri, berkhianat, frustasi, memberontak dan kurang
konsentrasi.
Manifestasi klinis:
a. Gel distress somatik yang berlangsung selama 20-60 menit
b. Menghela nafas panjang
c. Penurunan berat badan
d. Anoreksia, tidur tidak tenang, keletihan, dan gelisah
e. Penampilan kurus dan tampak lesu
f. Rasa penuh di tenggorokan, tersedak, nafas pendek, nyeri dada,
gemetaran internal
g. Kelemahan umum dan kelemahan tertentu pada tungkai
2. Berduka
Ada penderitaan, fase realitas. Penerimaan terhadap fakta kehilangan dan
upaya terhadap realitas yang harus ia lakukan terjadi selama periode ini.
Contohnya

orang

yang berduka

menyesuaikan

diri

dengan lingkungan tanpa ada orang yang disayangi atau menerima fakta

14

adanya pembuatan penyesuaian yang diperlukan dalam kehidupan dan


membuat perencanaan karena adanya deformitas. Nyeri karena kehilangan
dirasakan secara menyeluruh dalam realitas yang memanjang dan dalam
ingatan setiap hari, setiap saat dan peristiwa yang mengingatkan.
Ekspresi emosi yang penuh penting untuk resolusi yang sehat. Menangis
adalah salah satu bentuk pelepasan yang umum. Selain masa ini,
kehidupan orang yang berduka terus berlanjut. Saat individu terus,
melanjutkan tugas berduka. Dominasi kehilangna secara bertahap menjadi
ansietas terhadap masa depan
3.

Resolusi
Fase menentukan hubungan baru yang bermakna. Selama periode ini
seseorang yang berdukamenerima kehilangan, penyesuaian telah komplet
dan individu kembali pada fungsinya secara penuh. Kemajuan ini berasal
dari penanaman kembali emosi seseorang pada hubungan lain yang
bermakna.
Manifestasi perilaku reaksi berduka abnormal atau patologis meliputi:
a. Menghindari dan distorsi pernyataan emosi berduka normal
b. Depresi agitasi, kondisi psikosomatik, mengalami gejala penyakit
menular atau terakhir yang diderita orang yang meninggal
c. Aktivitas yang merusak keberadaan sosial ekonomi individu
d. Mengalami kehilangan pola interaksi sosial
Tanggung

jawab

utama bidan dalam

membagi informasi tersebut

peristiwa

dengan orang

kehilangan

adalah

tua. Bidan juga

harus

15

mendorong

dan

menciptakan lingkungan yang aman untuk

pengungkapan emosi berduka.

Jika

kehilangan

awal kehamilan. Bidan dapat

dipanggil

untuk

terjadi

pada

berpartisipasi

dalam

perawatan.

4.

Kemurungan Masa Nifas


Kemurunganmasa nifas disebabkan perubahan dalam tubuh selama keham
ilan, persalinan dannifas. Kemurungan dalam masa nifas merupakan hal
yang umum, perasaan-perasaan demikian akan hilang dalam dua minggu
setelah melahirkan. Tanda-tanda dan gejala kemurungan masanifas antara
lain: emosional, cemas, sedih, khawatir, mudah tersinggung, cemas, hilang
semangat, mudah marah, sedih tanpa

sebab,

Etiologi: perubahan yang

dalam kehamilan, perubahan cara

terjadi

sering

menangis.

hidup, perubahan hormonal. Kemurungan dapat menjadi semakin parah


akibat ketidaknyamanan jasmani, rasa letih, stress, maupun kecemasan.
Penatalaksanaan: bicarakan apa yang dialami ibu, temani ibu, beri
kesempatan ibu untukbertanya, berikan dorongan ibu untuk merawat
bayinya, biarkan ibu bersama dengan bayinya, gunakan obat bila perlu.
Kemurungan

dapat

menjadi

semakin

parah

oleh

adanya

ketidaknyamanan jasmani, rasa letih, stress, atau kecemasan yang tidak


diharapkan karena adanya ketegangan dalam keluarga atau adanya cara
penanganan yang tidak peka oleh para petugas.

16

Penatalaksanaan secara tradisional dan kebidanan (mungkin saja


sama) bagi adanya kemurungan pada masa nifas. Berikan kesempatan luas
pada ibu yang baru untuk bertanya, bicarakan apa yang terjadi selama
proses

persalinan

dan

biarkan

ibu

mengungkapkan

apa

yang

dirisaukanya. Biarkan bayi bersama ibunya, dan berikan dukungan atau


dorongan pada ibu untuk merawat bayinya.
Ibu yang mempunyai resiko tinggi yang mempunyai reaksi
psikologis lebih parah daripada kemurungan masa nifas adalah Ibu yang
rasa percaya dirinya rendah, ibu yang tidak mempunyai jaringan
dukungan, ibu yang bayinya meninggal atau menyandang masalah. Tantatanda dan gejala ibu yang mengalami atau mempunyai reaksi psikologis
yang lebih parah daripadakemutungan masa nifas dan bagaimana
penatalaksanaan kebidananya?
Tanda-tanda dan gejala: Tidak bisa tidur atau tidak bernafsu makan,
merasa ia tidak dapat merawat dirinya sendiri atau bayinya, berfikir untuk
menciderai dirinya sendiri atau bayinya, dan seolah mendengar suara-suara
atau tidak dapat berfikir secara jernih, perilakunya aneh, kehilangan
sentuhan atau hubungan dengan kenyataan, halusinasi atau khayalan, dan
menyangkal bahwa bayi yang dilahirkan bukan anaknya.
Penatalaksanaan: Banyak perempuan dibawah depresi yang biasa
menanggapi atau dipengaruhi oleh dorongan atau bujukan dan dukungan
fisik yang diberikan oleh bidan atau anggota keluarganya. Bila seorang ibu
tidak bereaksi positif terhadap dorongan atau dukungan yang diberikan

17

atau ia tetap menunjukan perilaku aneh (mendengar suara-suara, berada


diluar kenyataan, halusinasi atau berkhayal, dan menolak bayinya) atau ia
berfikir untuk menciderai dirinya sendiri atau bayinya, ia harus dirujuk
kepada seorang ahli yang mampu menangani masalah psikologis. Ia
mungkin memerlukan pengobatan khusus untuk membantu mengatasi
keaadaanya.
5.

Terciptanya Ikatan Ibu Dan Bayi


Menciptakan terjadinya ikatan ibu dan bayi dalam jam pertama setelah
kelahiran adalah dengan cara mendorong pasangan untuk memegang dan
memeriksa bayinya, memberi komentar positif tentang bayinya, meletakan
bayinya disamping ibunya. Berikan privasi pada pasangan tersebut untuk
sendiri saja bersama bayinya kemudian redupkan lampu ruangan agar bayi
membuka matanya. Tangguhkan perawatan yang tidak begitu penting
sampai sesudah pasangan orangtua bayi, dapat berinteraksi dengan bayinya
selama masih dalam keadaan bangun.
Perilaku normal orang tua untuk menyentuh bayinya ketika mereka
pertama kali melihat bayinya yaitu dengan meraba atau menyentuh anggota
badab bayi dengan telapak tangan dan menggendongnya dilengan dan
memposisikanya sedemikian rupa sehingga matanya bertatapan langsung
dengan mata bayi.

18

Rangkuman
1.

Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah
sebagai berikut. Fungi menjadi orang tua. Respon dan dukungan dari
keluarga.

Riwayat

dan

pengalaman

kehamilan

serta

persalinan.

Harapan, keinginan dan inspirasi saat hamil dan melahirkan.


2.

Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain: Fase Taking
In Fase ini merupakan merupakan periode ketergantungan. Pada saat ini fokus
perhatian

ibu

terutama

pada

bayinya

sendiri.

Fase

Taking

Hold

Fase ini adalah periode yang berlangsung antara 3 10 hari pascapersalinan.


Dalam fase ini, secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat
perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa
melakukan

segala

sesuatu

secara

mandiri.

Fase

Letting

Go

Pada fase ini, ibu dan keluarganya bergerak maju sebagai suatu sistem dengan
para nggota saling berinteraksi.
3.

Gangguan Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas Depresi pascapersalinan (Post


Partum Blues)

19

4.

Cara Mengatasi Gangguan Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas Depresi


pascapersalinan (Post Partum Blues) Mempersiapkan persalinan dengan lebih
baik dengan cara pendekatan terapeutik dengan cara peningkata support
mental/dukungan keluarga.

5.

Berikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila
terlihat sedang sedih.

6.

Menyarankan pada ibu untuk beristirahat dengan baik dan berolahraga yang
ringan.

7.

Hendaknya anggota keluarga harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan


ibu.

8.

Sarankan kepada pasien untuk istirahat cukup dan mengkonsumsi makanan


dengan gizi yang seimbang.

20

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm:


87-96).
Irhami. 2010. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas. zikramyblog.blogspot.com/2010/06/zikra-proses-adaptasi-psikologisibu.html Diunduh 25 September 2013 Pukul 12.45 PM
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
(hlm: 63-69).
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 85-100).
The_wie. 2009. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Dalam
Masa Nifas.the2w.blogspot.com/2009/10/proses-adaptasi-psikologisibu-dalam.html Diunduh 23 Septemeber 2013 Pukul 13.30 PM
Walsh, Linda. V. 2003. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

21

PENUGASAN
1.

Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah?

2.

Fase-fase apa saja yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas?

3.

Cara Mengatasi Gangguan Psikologis Ibu dalam masa mifas depresi


pascapersalinan (Post Partum Blues) adalah?

22

Anda mungkin juga menyukai