ASISTEN :
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
I. TUJUAN : - Mengetahui dan menentukan nilai resistansi (R) suatu Resistor dan
resistansi dalam (Rd) alat ukur Ampermeter dan Voltmeter dengan
menggunakan metode hokum Ohm dan Jembatan Wheatsone.
= Amperemeter =
Untuk keperluan praktek dengan dasar yang sama dengan galvanometer, dibuat
ampermeter yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik dengan
skala yang disebut mili ampermeter. Alat ukur ini ditunjukkan seperti gambar 3.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ampermeter adalah alat ukurnya
dirangkai secara seri. Oleh karena itu tahanan ampermeter tersebut perlu diupayakan
sekecil-kecilnya dan kutub positif dan negatifnya serta batas ukur maksimumnya.
= Voltmeter =
Alat ini digunakan untuk mengukur beda potensial dalam suatu rangkaian listrik.
Untuk mengukur beda potensial antara dua titik pada suatu komponen, kedua
terminal voltmeter harus dihubungkan dengan dengan kedua titik yang tegangannya
akan diukur sehingga terhubung secara paralel dengan komponen tersebut. Seberapa
akurat pengukuran tegangan ini tergantung pada hambatan voltmeter. Jika hambatan
dalam voltmeter besar, maka arus yang melewati voltmeter akan sangat kecil
sehingga pengaruh voltmeter pada rangkaian sangat kecil. Oleh karena itu idealnya
hambatan dalam voltmeter harus besar tak terhingga. Pada gambar 4 ditunjukkan
gambar voltmeter dan simbolnya.
Tahanan tetap adalah tahanan yang besarnya tetap, hanya biasanya untuk
besar yang sama masih dibedakan dengan daya maksimum yang sanggup dihasilkan
oleh tahanan tersebut. Hal ini bergantung pada bahan yang digunakan masing-
masing tahanan tersebut. Misalnya pada tahanan tersebut tertulis 1K? /5W, berarti
tahanan tersebut mempunyai nilai sebesar 1 K? dengan daya maksimum 5 watt.
Untuk tahanan-tahanan tertentu biasanya tidak dituliskan namun dinyatakan dengan
kode warna.
Tahanan variabel adalah tahanan yang besarnya dapat diubah-ubah misalnya
10? , 100? , 1000? dan seterusnya. Tahanan jenis ini digunakan dalam suatu kegiatan
laboratorium yang memerlukan beberapa tahanan yang perlu diketahui nilainya. Agar
praktis dan dapat melakukannya dengan cepat digunakan tahanan variabel ini.
Tahanan geser adalah tahanan yang nilainya dapat diubah secara linier untuk
rentang tertentu, misalnya: 0 -22 ? , 0-100 ? , 0-1 K? dan seterusnya. Dalam suatu
kegiatan laboratorium, tahanan geser ini difungsikan sebagai pengatur arus. Namun
demikian dalam menggunakan tahanan geser tersebut perlu memperhatikan batas arus
maksimum yang boleh melewati alat tersebut, karena kalau dipaksakan maka dapat
membakar atau merusak alat tersebut.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur besarnya tahanan dinamakan
ohmmeter. Prinsip kerja alat ini berdasarkan hukum Ohm. Ketika suatu ampermeter
dihubungkan langsung dengan sumber tegangan maka rangkaian peralatannya adalah
seperti pada gambar 6.
Arus yang melalui Volmeter (Iv) ini dapat diketahui besarnya apabila tahanan
dalam pada Voltmeter diketahui. Tahanan dalam Voltmeter ini dapat diketahui
besarnya dengan mengukurnya menggunakan jembatan wheatstone arus Iv ini sangat
berpengaruh terhadap harga R,yaitu bila arus Iv mendekati, maka harga R akan
semakin besar.
Pada gambar 2
Untuk mendapatkan nilai resistansi berdasarkan gambar 2,dapat dengan
memodifikasi hukum Ohm menjadi sebagai berikut :
R = (V – Va) / Ia……………………(3)
Dengan :
R = Resistansi
V = Tegangan yang terbaca pada Volmeter
Va = Arus yang terbaca pada Ammeter
Tegangan jatuh pada Ammeter ini dapat ditentukan apabila tahanan dalam
Ammeter diketahui. Untuk mengetahui besar Resistansi dalam Ammeter dapat
menggunakan jembatan Wheatstone.
Tegangan Va ini sangat berpengaruh. Jika harga tegangan Va mendekati harga
V maka harga R akan semakin kecil sekali.
Pada gambar 3
Resistansi dalam alat ukur Ammeter (Rda) dan Voltmeter (Rdv) dapat
ditentukan dengan meggunakan persamaan berikut :
Rda = (Va) / Ia……………………..(4)
Rdv = (Vr) / Iv……………………..(5)
Dengan :
Rda = resistansi dalam Ampermeter
Rdv = resistansi dalam Voltmeter
Ia = arus yang melewati Amperemeter
Iv = arus yang melewati Voltmeter
Va = tegangan jatuh di Ampermeter
Vr = tegangan beban
Pada gambar 4
Resistansi dalam Ampermeter (Rda) dapat ditentukan menggunakan
persamaan 4, dan resistansi dalam Voltmeter (Rdv) dengan menggunakan persamaan
berikut :
Rdv = V / Iv……………………….(6)
Dengan :
V = tegangan yang terbaca pada Volmeter.
G
1 3
Q 4 X
Jembatan ini paling sering digunakan untuk pengukuran tahanan yang teliti.
Langkah-langkahnya adalah :
1. Tahanan variable di atur agar beda potensial antara titik 2 dan titik 4 sama
dengan 0. Hal ini dapat ditunjukan oleh Galvanometer G.
2. Atur tahanan variable P dan Q sedemikian rupa sehingga Galvanometer G
tidak menyimpang. Jika sudah tercapai, maka titik 2 dan titik 4 potensialnya
sama.
3. Arus mengalir dari titik 1 – 2 – 3 menuju I1. Arus yang lain mengalir dari titik
1 – 4 – 3 menuju I2.
4. Beda potensial antara titik 1 dan titik 2 sama dengan beda potensial antara
titik 1 dan titik 4. Demikian juga beda potensial antara titik 2 dan titik 3 sama
dengan titik 4 dan titik 3.
5. Beda potensial antara titik 1 dan titik 2 = I1 P
Beda potensial antara titik 1 dan titik 4 = I2 Q
Beda potensial antara titik 2 dan titik 3 = I1 S
Beda potensial antara titik 4 dan titik 3 = I2 X
I1 P = I2 Q X = SQ
I1 S I2 X P
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
Dengan Hukum Ohm
A. Percobaan berdasarkan gambar 1
Untuk DC :
1. Susunlah rangkaian seperti gambar 1
2. Aturlah tegangan DC secara bertahap mulai dari 10 volt hingga 130
volt dengan interval 10 volt.
3. Catat seluruh penunjukan alat ukur yang digunakan pada lembar data.
Untuk AC :
1. Susun rangkaian seperti gambar 1
2. Aturlah tegangan AC secara bertahap mulai dari 50 volt hingga 130
volt dengan interval 10 volt.
3. Catat seluruh penunjukan alat ukur yang digunakan pada lembar data
pengamatan.
B. Percobaan berdasarkan gambar 2
Untuk DC :
1. Susunlah rangkaian seperti gambar 2.
2. Aturlah tegangan DC secara bertahap mulai dari 10 volt hingga 130
volt dengan interval 10 volt.
3. Catat seluruh penunjukan alat ukur yang digunakan pada lembar data
Untuk AC :
1. Susun rangkaian seperti gambar 2
2. Aturlah tegangan AC secara bertahap mulai dari 50 volt hingga130
volt dengan interval 10 volt.
3. Catat seluruh penunjukan alat ukur yang digunakan pada lembar data
pengamatan.
C. Percobaan berdasarkan gambar 3
Untuk DC :
1. Susunlah rangkaian seperti gambar 3.
2. Aturlah tegangan DC secara bertahap mulai dari 10 volt hingga 130
volt dengan interval 10 volt.
3. Catat seluruh penunjukan alat ukur yang digunakan pada lembar data
Untuk AC :
1. Susun rangkaian seperti gambar 3
2. Aturlah tegangan AC secara bertahap mulai dari 50 volt hingga130
volt dengan interval 10 volt.
3. Catat seluruh penunjukan alat ukur yang digunakan pada lembar data
pengamatan.
D. Percobaan berdasarkan gambar 4
Untuk DC :
1. Susunlah rangkaian seperti gambar 4.
2. Aturlah tegangan DC secara bertahap mulai dari 10 volt hingga 130
volt dengan interval 10 volt.
3. Catat seluruh penunjukan alat ukur yang digunakan pada lembar data
Untuk AC :
1. Susun rangkaian seperti gambar 4
2. Aturlah tegangan AC secara bertahap mulai dari 50 volt hingga130
volt dengan interval 10 volt.
3. Catat seluruh penunjukan alat ukur yang digunakan pada lembar data
pengamatan.
G
1 3
Q X
4
a. atur P&Q agar galvanometer G tidak menyimpang (menunjuk angka nol dan
baru dikatakan seimbang).
b. jika sudah tercapai maka titik 2 dan titik 4 mempunyai potensil yang sama
- arus yang mengalir dari titik 1 → titik 2 → titik 3 (I1)
- arus yang mengalir dari titik 1 → titik 4 → titik 3 (I2)
c. beda potensial antara titik 1 dan titik 2 sama dengan beda potensial antara titik
1 dan titik 4 juga beda potensial antara titik 2 dan titik 3 sama dengan beda
potensial titik 4 dan titik 1
I1 . P = I2 . Q
I1 . S = I2 . X, jadi
X/P=S/P
X = SQ / P
4. bagaimanakah cara menaikkan range (batas ukur) suatu alat ukur untuk Voltmeter
dan Ampermeter. Jelaskan disertai dengan gambar dan contoh persoalannya.
Jawab :
AC
• Gambar 1
0.14
0.12
0.1
I (Amp)
0.08
0.06
0.04
0.02
0
50 60 70 80 90 100 110 120 125
V (Volt)
• Gambar 2
0.12
0.1
0.08
I (Amp)
0.06
0.04
0.02
0
50 60 70 80 90 100 110 120 125
V (Volt)
• Gambar 3
0.14
0.12
0.1
I (Amp)
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0.6 0.7 0.8 0.94 1.05 1.17 1.29 1.4 1.42
Va (Volt)
140
120
100
V (Volt)
80
60
40
20
0
7.6 9 10.6 12 13.6 15.1 16.7 18.2 18.3
Iv (Amp)
• Gambar 4
0.12
0.1
0.08
I (Amp)
0.06
0.04
0.02
0
0.62 0.74 0.87 1.89 2.06 2.3 2.47 2.51 2.55
Va (Volt)
140
120
100
V (Volt)
80
60
40
20
0
7.3 8.8 10.4 12.1 13.6 15.1 16.6 18.1 18.6
Iv (Amp)
DC
• Gambar 1
100
90
80
70
60
I (Amp)
50
40
30
20
10
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
V (Volt)
• Gambar 2
100
90
80
70
60
I (Amp)
50
40
30
20
10
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
V (Volt)
• Gambar 3
100
90
80
70
60
I (Amp)
50
40
30
20
10
0
3.6 9.5 11.6 15 18.3 22 25.9 28.6 31.8 35.7 39.1 42.9 46.6
Va (Volt)
140
120
100
V (Volt)
80
60
40
20
0
Iv (Amp)
• Gambar4
100
90
80
70
60
I (Amp)
50
40
30
20
10
0
3.4 7.6 10.7 14.8 18.6 22.1 26.2 29.5 32.9 37 40.5 43.8 47.2
Va (Volt)
140
120
100
V (Volt)
80
60
40
20
0
Iv (Amp)
6. Kesalahan apa saja yang dapat timbul dari kedua metode percobaan yang
dilakukan ini. Manakah yang lebih baik diantara dua metode tersebut, jelaskan
Jawab :
- kesalahan yang disebabkan oleh faktor alat ukur
- kesalahan dalam pembacaan alat ukur
- Kesalahan yang disebabkan faktor manusia ( praktikan )
- Kesalahan yang disebabkan faktor lingkungan (adanya perubahan suhu )
7. Berikan kesimpulan yang anda peroleh dari percobaan yang telah anda
lakukan
Jawab :
- Amperemeter dalam pemakaian harus dipasang seri terhadap beban.
- Voltmeter dalam pemakaian harus dipasang paralel terhadap beban
- Voltmeter yang digunakan harus memiliki tahanan dalam yang sebesar
mungkin.
- Amperemeter yang digunakan harus memiliki tahanan dalam yang sekecil
mungkin.
- Untuk mengetahui tahanan yang belum diketahui nilainya maka dapat
menggunakan metode jembatan Wheatston
PRAKTIKUM : PBL NILAI :
ASISTEN :
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
AMMETER
Pada penerapan Ammeter, rangkaian disupply dengan sumber tegangan yang
besarnya konstan, sedangkan beban dibuat berubah-ubah sehingga akan didapat
variasi nilai arus dari rangkaian tersebut. Besarnya arus pada rangkaian dan setiap
perubahan dapat langsung dibaca melalui Ammeter yang ditera maupun yang
standard.
Dari setiap perubahan harga (dafa) yang terbaca pada kedua alat ukur
Ammeter tersebut akan dapat dibuat suatu grafik linear dan dari grafik tersebut akan
dapat ditentukan pula% ketelitian alat ukur yang ditera.
%ketelitian = (Itera / Istd) x 100%....................(1)
VOLTMETER
Pada penerapan voltmeter, rangkaian disupply dengan tegangan yang
berubah-ubah dan besar perubahannya dapat dibaca langsung pada voltmeter standard
dan tera. Dari data yang diperoleh pada kedua voltmeter tersebut dapat dibuat suatu
grafik linear yang menunjukan hubungan antara keduanya, dan dari grafik dapat
ditentukan % ketelitian alat yang ditera :
%ketelitian = (Vtera / Vstd0 x 100%................(2)
KWH-METER
Jumlah energi yang diserap oleh suatu sistem selama selang waktu antara t1
dan t2 adalah :
E = e . i . dt…………………………………….(3)
Sedangkan energi rata-ratanya adalah :
Eav = (1 / t2-t1) e . i . dt……………………….(4)
Jika daya yang mengalir besarnya diketahui dan konstan selama selang waktu
tertentu, maka jumlah energi yang terpakai adalah besarnya daya dikalikan lama daya
itu mengalir.
KWh-meter dapat menghitung jumlah energi yang diserap baik pada
pembebanan konstan (daya tetap) maupun pada pembebanan tidak konstan.
Untuk benar atau tidaknya penunjukan KWh-meter, maka dapat dilakukan 2
(dua) cara yaitu :
1. Membandingkan KWh-meter yang akan ditera dengan KWh-meter standard.
Dengan pembebanan yang sama dalam suatu waktu tertentu maka akan dapat
dilihat perbedaan jumlah putaran (N) anatara KWh-meter yang diter dengan
yang standard.
2. Mengoperasikan KWh-meter yang ditera pada pembebanan tertentu dan
kemudian mengukur besarnya daya yang mengalir serta mengamati kerja dari
KWh-meter tersebut. Jika daya yang digunakan dijaga tetap konstan selama
selang waktu tertentu, maka jumlah energi yang diserap akan dapat dihitung.
Kemudian kedua hasil ini dibandingkan satu sama lain, sehingga kesalahan-
kesalahan KWh-meter yang ditera bias diketahui.
A. KWH-METER PADA PEMBEBANAN KONSTAN.
Apa bila daya listrik yang mengalir konstan, maka untuk suatu KWh-meter
dapat dibuat suatu hubungan sperti demikian :
E = P . t = N / C………………………(5)
Dimana :
N = jumlah putaran piringan (Rev)
C = konstanta KWh-meter = jumlah putaran/KWh (Rev/KWh)
P = daya listrik (watt)
t = waktu (detik)
Dari hubungan diatas jelas dapat dilihat bahwa untuk suatu harga daya
tertentu, kecepatan putaran piringan W akan tertentu juga, dan hal ini dapat
dinyatakan sebagai berikut :
W = N / t = C . P…………………….(6)
Atau untuk suatu putaran tertentu dibutuhkan waktu :
t = N / (C . P)……………………….(7)
waktu yang diperlukan untuk sejumlah putaran tertentu dapat diukur dengan
menggunakan stopwatch atau dapat menggunakan perhitungan waktu yang dihasilkan
menurut persamaan (5). Bandingkanlah kedua hasilnya.
B. MENGHITUNG KESALAHAN KWH-METER
Cara 1 : Kesalahan dalam persen dapat dinyatakan dengan persamaan :
F = {(Ns-Nt) / (Nt)} x 100%............(8)
Dimana :
Nt = jumlah putaran yg dilakukan oleh KWh-meter tera dalam selang waktu t.
Ns = jumlah putaran sebenarnya yang dilakukan oleh KWh-meter standard
pada selang waktu yang sama (t).
Cara 2 : Kesalahan dalam persen dapat dinyatakan dengan persamaan :
F = {(A – S) / (S)} x 100%..............(9)
Dimana :
A = jumlah energi yang ditunjukan oleh KWh-meter
S = jumlah enegi yang seharusnya, dinyatakan dengan menurut
F = {(W – Ws) / (Ws)} x 100%.......(10)
Dimana :
W = kecepatan putaran piringan putaran KWh-meter yang ditera
= (N x 3600) / t (putaran waktu)
Ws= kecepatan putaran piringan KWh-meter yang seharusnya
= (C x P) /1000 (putaran waktu)
dan kemudian :
F = {(t – ts) / (t)} x 100%...............(11)
Dimana :
t = waktu yang diperlukan piringan melakukan sejumlah N putaran
ts = waktu seharusnya = (N x 3600 x 1000) / (C .P)……..(12)
X. PROSEDUR PERCOBAAN
A. PENERAPAN AMMETER DC DAN AC
PENERAPAN AMMETER DC
1. Susun rangkaian seperti gambar 1. hubungkan terminal-terminal alat ukur
yang satu dengan yang lainnya seperti gambar dengan polaritas yang tepat dan
kemudian hubungkan ke terminak beban (Rheostat 3300 Ohm).
2. Rheostat beban diatur pada posisi maksimum.
3. Supply tegangan diatur 1 V DC (konstan) untuk Ammeter-1 dan Ammeter-3
dan 25 V DC (konstan) untuk Ammeter-2.
4. Atur Rheostat beban dari posisi maksimum ke minimum agar diperoleh
variasi arus (Ammeter standard) mulai dari 1, 2, 3,……….15 mA untuk
Ammeter-1 dengan interval sebesar 1mA, 2, 4,…………30mA untuk
Ammeter-3 dengan interval 2mA dan 10, 20, 30,………….150mA untuk
Ammeter-2 dengan interval 10mA.
5. Catat setiap perubahan yang terjadi pada alat-alat ukur tersebut pada table data
pengamatan.
PENERAPAN AMMETER AC
1. Susun rangkaian gambar 1. dengan beban (Rheostat) 100 Ohm.
2. Beban Rheostat diatur pada posisi maksimum.
3. Supply tegangan (konstan) dibuat sesuai petnjuk assisten (sekitar 23 voltAC
agar mendapatkan harga arus 0,2 A pada Ammeter yang ditera).
4. Atur Rheostat beban dari posisi maksimum ke minimum agar diperoleh
variasi arus (Ammeter tera) mulai dari 0.2, 0.24,……..0.8 A dengan iinterval
0.04 A.
5. Catat setiap perubahan yang terjadi pada alat-alat ukur pada tabel data
pengamatan.
4. Jelaskan apakah ada perbedaan diantara alat ukur AC dan DC (Ammeter dan
Voltmeter) bila ditinjau dari segi mekanisasi pembuatannya?.
Jawab : Ada, perbedaaan Ammeter dan Voltmeter dilihat dari segi
mekanisasi pembuatannya yaitu pada Ammeter dan Voltmeter DC dibuat
sedemikianrupa sehingga arus dan tegangannya searah , sedangkan Ammeter
dan Voltmeter AC dibuat dengan arus dan tegangan yang bolak balik.
5. Pada suatu alat ukur terdapat tulisan “Class 1,5” jelaskan maksudnya?
Jawab : Class 1,5 artinya instrument dijamin oleh pabrik pembuatnya
mempunyai kesalahan max 1,5% dari penunjuknya. Jika instrument dalam
keadaan baik dan digunakan pada daerah skala efektif.
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan efisiensi instrumen
Jawab : Effisiensi Instrument adalah perbandingan antara nilai pembacaan
instrument dan daya yang digunakan instrument pada saat bekerja untuk
pengukuran.
Peneraan KWh-Meter
7. Jelaskan arah putaran piringan KWh-Meter pada beban nol secara lengkap dan
terperinci
Jawab : pada beban nol arah putaran KWh-Meter berlawanan arah dengan
arah putaran sebenarnya atau searah dengan arah jarum jam.
8. Gambarkan dan uraikan bagian-bagian yang membentuk suatu KWh-Meter 1 fasa
tipe induksi
Jawab :
9. Jelaskan dengan disertai gambar prinsip kerja KWh-Meter tipe induksi 1 fasa
Jawab : Prinsip kerja KWh-meter tipe induksi 1 fasa, yaitu medan magnet
yang dihasilkan kumparan-kumparan akan
menginduksikan arus putar pada piringan.
Karena ada arus ini maka fluks magnet akan
timbul gaya yang membentuk torsi sehingga piringan akan berputar. Kerja
dari instrument ini bergantung pada interaksi antara arus yang terinduksi pada
piringan logam yang dapat berputar dan arus pada kumparan yang tetap.
10. Jelaskan hubungan factor daya (Cos φ beban) terhadap putaran piringan KWh-
Meter untuk 1 fasa
Jawab : hubungan antara factor daya dengan putaran piringan yaitu jika cos φ
kecil maka putaran piringan KWh Meter berputar menjadi lambat.
11. Uraikan persamaan torsi yang menyebabkan piringan KWh-meter berputar
Jawab : persamaan torsi : T = K . φ1m . φ2m . sin θ
Dimana : K = konstanta
φ1m . φ2m = nilai maksimum yang dihasilkan kumparan
θ = selisih fase antara kedua fluks
12. Jelaskan dengan disertai gambar tentang KWh-Meter tipe lainnya selain tipe
induksi ini
Jawab : Tegangan yang diukur dipasang
antara pelat logam yang tetap dan pelat
logam yang dapat berputar, karena pelat-
pelat logam itu berlainan muatan, maka
akan timbul gaya tarikan yang
menyebabakan putara dari pelat logam
yang dapat bergerak.
13. Jelaskan maksud, tujuan dan guna peneraan alat-alat ukur dalam aplikasinya
Jawab :
- mengetahui tingkat ketelitian alat-alat ukur kelas biasa dan alat-alat ukur
kelas Standard (yang tingkat ketelitiannya lebih tinggi)
- mengetahui perbedaan antara alat-alat ukur kelas biasa dengan alat-alat
ukur kelas Standard
- Melakukan kegiatan pengukuran besaran listrik yaitu arus, tegangan dan
hambatan sesuai dengan alat ukur yang digunakan.
- Menuliskan hasil pengukuran dengan tepat.
- Menggunakan satuan-satuan yang sesuai dengan besaran-besaran yang
diukur.
AC
• Voltmeter 1
140
120
100
80
V tera
60
40
20
0
20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
V std
• Voltmeter 2
14
12
10
8
V tera
0
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
V std
DC
• Ammeter 2, V = 25 V DC
I tera vs I std
160
140
120
100
80
I tera vs I std
60
40
20
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
• Ammeter 3, V = 1 V DC
I tera vs I std
35
30
25
20
15 I tera vs I std
10
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
• Peneraan Voltmeter DC
20
18
16
14
12
V tera
10 V tera-1
8 V tera-2
6 V tera-3
0
0 1.2 2.4 3.6 4.8 6 7.2 8.4 9.6 10.8 12 13.2 14.4 15.6 18.8 19
V std
2. Buat grafik : Itera vs Istd dan Vtera vs Vstd untuk sumber tegangan AC
Jawab : (terlampir)
3. Dari jawaban 1 dan 2 diatas, berapa persenkah ketelitian alat ukur yang ditera
tersebut..?
Jawab :
% kesalahan = ( Itera/Istd) x 100 %
= ( Vtera/Vstd) x 100 %
1 - 100,32
2 95,58 97,22
3 99,3 94,83
1 - 97,14
2 - 108
4. Kesalahan apa saja yang timbul dari percobaan peneraan Ampermeter dan
Voltmeter ini ? jelaskanlah
Jawab :
- kesalahan dalam pembacaan skala ukur
- kesalahan dalam pembacaan alat ukur
- kesalahan yang disebabkan faktor suhu
- alat tidak dalam keadaan baik
5. Apa kesimpulan yang anda dapatkan dari percobaan ini ? jelaskanlah
Jawab :
- untuk mengetahui tingkat ketelitian suatu alat ukur dapat menggunakan
dua metode perbandingan yaitu dengan alat ukur standard dengan alat
ukur class biasa (tera).
- Ketelitian alat ukur standard lebih tinggi dibandingkan alat ukur class
biasa
6. Apakah ada cara lain untuk peneraan alat ukur selain cara yang telah anda
lakukan ini ? jelaskanlah
Jawab : Belum ada, selain dengan peneran yang telah dilakukan,karena
peneraan cara ini sudah merupakan cara yang paling baik.
∑ Nt 15 15 15 15 15 15
%
399 122 756 296 122 9138
kesalahan
Cara 2 :
Rumus : E = P . t
% kesalahan = (( Etera1 – Etera2)/Etera)) x 100 %
Untuk beban 1 : E tera = 221 Volt
TERA 1 TERA 2
% Error
T(dt) P(W) E(V) T(dt) P(W) E(V)
19 220 4180 14 220 3080 497.7375566
37 220 8140 26 220 5720 1095.022624
54 220 11880 39 220 8580 1493.21267
1.12 220 246.4 52 220 11440 5064.977376
1.29 220 283.8 1.04 220 228.8 24.88687783
2. Diantara dua cara tersebut maka cara manakah yang paling baik menurut
anda, jelaskan alasan anda
Jawab : Cara yang paling baik adalah yang pertama karena dapat
mengetahui perbandingan ½ putarannya secara langsung dengan yang
standard, selain itu juga lebih simple dalam pemakaian alat.
3. jelaskan kembali secara terperinci mengenai hasil pengamatan pada beban
nol. Lengkapi dengan analisa matematisnya
Jawab : Putaran pada beban nol, lesimpulan ada dalam tabel pengamatan.
Putaran piringan terjadi karena daya yang ada digunakan untuk
menghasilkan magnet ( induksi magnet ).
5. Jika posis terminal kumparan arus pada KWh-Meter yang terpasang pada
sumber ditukar dengan terminal yang terpasang pada beban, maka
bagaimanakah arah putaran piringan ? jelaskan
Jawab : Jika posisi terminal kumparan arus pada sumber ditukar dengan
terminal yang terpasang pada beban maka putaran piringan akan
berlawanan arah jarum jam atau berlawanan dari arah sebenarnya
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
PENGUKURAN FREKUENSI
Untuk pengukuran frekwensi dari tegangan bolak-balik dapat diukur
berdasarkan atas resonansi mekanik, resonansi listrik, perubahan reaktansi dan
pengisian pengosongan kapasitor. Sedangkan pada frekuensi tinggi dipergunakan
frekwensimeter elektronik, karena dengan adanya perkembangan yang sangat pesat
dibidang elektronika pada dewasa ini.
Frekwensimeter yang banyak digunakan untuk pengukuran arus bolak-balik
ialah azas resonansi mekanik. Frekwensimeter azas resonansi listrik dan perubahan
reaktansi jarang dipergunakan sebab konstruksinya sangat sulit sehingga memerlukan
pembiayaan yang mahal maka penggunaannya terbatas di laboratorium. Dua jenis
frekwensimeter yang telah disebutkan itu daerah pengukurannya sangat sempit
berkisar antara 42-58 Hz, maka penggunaan pada daerah pengukuran yang lebih lebar
dipakai frekwensimeter dengan azas pengisian dan pengosongan kapasitor yang
digerakkan dari sebuah relay.
Frekwensi meter yang mempunyai daerah pengukuran yang lebar dari dapat
dihitung dengan pengisian dan pengosongan kapasitor. Perhatikan gambar 25. Relai
itu digerakkan oleh sumber daya dengan frekwensi f yang akan diukur. Apabila relai
tersebut ditutup pada frekwensi tertentu, maka jumlah muatan yang mengalir melalui
ampermeter sebesar CV pada setiap periode. Dengan demikian arus I yang melewati
ampermeter sebesar I = f C V. Karena dari persamaan antara I dan f berbanding lurus
maka penunjukkan amapermeternya dapat dikalibrasikan dengan besaran frekuensi.
Pengukuran frekuensi juga dapat dilakukan dengan dengan menggunakan
voltmeter dan ampermeter seperti gambar 26 berikut:
Dalam percobaan ini arus yang dibutuhkan oleh beban 1 phasa maupun 3
phasa akan berkurang dengan memasang kapasitor shunt pada beban tersebut. Dari
hasil pengukuran daya yang digunakan oleh suatu beban pada Wattmeter dapat
dibandingkan dengan hasil pengukuran pada voltmeter, Ampermeter, dan Cos φ
meter. Berikut ini adalah persamaan untuk mengetahui daya yang digunakan oleh
suatu beban dapat diukur dengan menggunakan Voltmeter, Ampermeter, dan Cos φ
meter atau dapat dengan membaca langsung melalui Wattmeter. Untuk beban 1
phasa, digunakan Wattmeter 1 phasa dan untuk beban 3-phasa digunakan Wattmeter
3-phasa. Berikut ini adalah persamaan untuk daya pada beban 1-phasa dan 3-phasa.
Beban 1-phasa :
P = V . I Cos φ (watt)…………………(1)
Persamaan (2) berlaku untuk beban hubungan delta ( ) dan hubungan bintang (γ)
IL =3 . Iph
OK = Ip1 . ½ . 3
IL2 = 2. ½ . Ip .3
Dimana : Ip1 =Ip2 =Ip3 =Ip = Arus phasa
IL1 = Il2 = IL3 = IL = arus saluran
= 3 . VL / 3 . IL . Cos φ
= 3 . VL . IL .Cos φ
4. Apa yang dapat saudara lakukan untuk mengukur daya 3 phasa hubungan Y dan
seimbang dengan menggunakan sebuah Wattmeter 1 phasa
Jawab : Sesuai dengan hukum blondel bahwa untuk 1 phasa Wattmeter 1
phasa mengukur 3 phasa tidak dapat dilakukan.
5. Pada percobaan beban 3 phasa hubungan bintang, bagaimana jika kita ingin
menggunakan beban dalam bentuk hubungan segitiga? Apakah dapat langsung
diubah dari hubungan bintang ke hubungan segitiga? Jelaskan dengan gambar dan
analisa perhitungan
Jawab : Pada beban hubung bintang dapat diubah secara langsung kehubung
Delta
7. Jelaskan efek dari kapasitor shunt jka dipasang pada beban disertai gambar
diagram phasor.
Jawab : Jika kapasitor dipasang shunt maka akan menyebabkan kenaikkan
factor daya.
BEBAN 1 PHASA
Beban E (V) I (A) Cos Ө P hitung (W) P ukur (W) % Error
1 180 0.5 1 90 500 455.555556
2 180 0.4 0.7 50.4 24 52.38095238
3 180 0.4 0.96 69.12 24 65.27777778
BEBAN 1 PHASA
Beban E (V) I (A) Cos Ө Sin Ө Q (Var)
1 180 0.5 1 0 0
2 180 0.4 0.7 0.71 51.12
3 180 0.4 0.96 0.28 20.16
3. Untuk beban yang menggunakan kapasitor (pada system 1 phasa dan 3 phasa)
hitung kapasitansi dari setiap unit kapasitor yang digunakan (F), daya reaktif
kapasitor (Qc) dan gambarkan phasor diagramnya berdasarkan pengamatan yang
dilakukan.
Jawab :
Rumus yang dipakai untuk harga kapasitansi (XC) :
XC = Q / I ; C = 1 / ( 2.f.XC.n)
BEBAN 1 PHASA
Q (Var) I (A) f (Hz) XC (Ohm) C ( µF )
0 0.5 50 0 ∞
0 0.5 50.2 0 ∞
6. Kesimpulan apa yang anda peroleh dari percobaan ini, dan juga simpulkan apa
yang anda dapatkan berdasarkan beban-beban yang digunakan dari percobaan ini?
Jelaskan jawaban anda dengan lengkap!
Jawab : Kesimpulan yang diperoleh di peroleh dari percobaan ini adalah :
- Kapasitor dihubung delta lebih kecil niulainya jika dihubung dengan
bintang
- Perbaikan faktor daya dapat dilakukan dengan menggunakan kapasitor
pada rangkaian dipasang secara parallel dengan R
- Lampu pijar memiliki faktor daya tang baik
- Lampu TL memiliki faktor daya yang kurang baik
7. Apa kegunaan percobaan ini dalam aplikasi nyatanya?
Jawab : Dari percobaan ini dapat diaplikasikan kelingkungan nyata yaitu
dapat menaikan kapasitas beban (daya aktif) tanpa harus mendapat daya semu.