Anda di halaman 1dari 4

SISTEM PENGUPAHAN

Upah adalah segala macam pembayaran yang timbul dari kontrak kerja, terlepas
dari jenis pekerjaan dan denominasinya. Upah menunjukkan penghasilan yang diterima
oleh pekerja sebagai imbalan atas pekerjaan yang dilakukannya. Sistem pengupahan di
Indonesia pada umumnya didasarkan kepada tingkat fungsi upah. Penghasilan yang di
terima karyawan digolongkan ke dalam empat bentuk yaitu upah atau gaji, tunjangan
dalam bentuk natura (seperti beras, gula dan pakaian), fringe benefits (dalam bentuk dana
yang disisihkan pengusaha untuk pensiun, asuransi kesehatan, kendaraan dinas, makan
siang) dan kondisi lingkungan kerja.
A; Perbedaan Tingkat Upah
Perbedaan tingkat upah terletak dari satu sektor ke sektor industri lainnya maupun
antar daerah. Perbedaan ini pada dasarnya disebabkan oleh satu atau lebih dari sembilan
alasan dibawah ini. Perbedaan tingkat upah tersebut terjadi :

pertama karena pada dasarnya pasar kerja itu sendiri, terdiri dari beberapa
pasar kerja yang berbeda dan terpisah satu sama lain.

Kedua, tingkat upah di tiap perusahaan berbeda menurut persentase biaya


pekerja terhadap seluruh biaya produksi. Semakin kecil proporsi biaya pekerja
terhadap biaya keseluruhan, semakin tinggi tingkat upah.

Ketiga, perbedaan tingkat upah antara beberapa perusahaan dapat pula terjadi
menurut perbedaan proporsi keuntungan perusahaan terhadap penjualannya.

Keempat, perbedaan tingkat upah antar perusahaan dapat berbeda karena


perbedaan peranan pengusaha yang bersangkutan dalam menentukan harga.

Kelima, tingkat upah dapat berbeda menurut besar kecilnya perusahaan.

Keenam, tingkat upah dapat berbeda menurut tingkat efisiensi dan manajemen
perusahaan.

Ketujuh, perbedaan kemampuan atau kekuatan serikat pekerja dapat


mengakibatkan perbedaan tingkat upah.

Kedelapan, tingkat upah dapat pula berbeda karena faktor kelangkaan.

Kesembilan, tingkat upah dapat berbeda sehubungan dengan besar kecilnya


resiko atau kemungkinan mendapat kecelakaan di lingkungan pekerjaan.

B; Karakteristisk Upah
1; Upah per satuan (piece rates) dan upah per jam (time rates)
Masalah yang muncul pada kontrak kerja kerja akan mempengaruhi produktivitas
tenaga kerja dan tingkat keuntungan perusahaan. Jenis kontrak kerja yang dipilih sangat
penting karena pemberi kerja sering tidak tahu produktivitas pekerja yang sebenarnya,
sementara pekerja menginginkan upah yang besar dengan kerja yang sekecil mungkin.
2; Keuntungan dan keburukan dari penerapan sistem pembayaran per
satuan (piece rate)
Pembayaran per satuan mampu menarik pekerja dengan kemampuan besar, sistem
pembayaran langsung berhubungan dengan kinerja, meminimalkan hal-hal yang bersifat
diskriminasi dan nepotisme dan meningkatkan produktivitas perusahaan. Disamping
keuntungan, terdapat keburukan dari system kompensasi piece rate yaitu ada
kemungkinan diantara anggota tim di lini produksi akan mengalami free rider dari kerja
yang dihasilkan anggota yang lain, jika produktivitas dalam satu lini produksi sangat
bergantung produktivitas pada lini produksi yang lain yang dihitung berdasarkan pada
output tim. Selain itu sistem penggajian dengan piece rate, pekerja lebih suka
mengabaikan kualitas ketimbang kuantitas.
C. Kebijakan Penentuan Upah
Kriteria yang paling umum digunakan dalam menentukan tingkat upah yaitu
berdasarkan ukuran kesetaraan berupa pembayaran yang sama bagi pekerjaan yang sama,
ukuran kebutuhan berupa biaya hidup, upah untuk hidup dan daya beli, kemudian ukuran
kontribusi berupa kemampuan membayar perusahaan dan produktivitas yang dihasilkan
oleh tenaga kerja. Saat ini yang berlaku adalah Upah Minimum Regional (UMR) yang
ditetapkan di masing masing daerah.

a; Upah Minimum
Kebijakan penetapan upah minimum dalam kerangka perlindungan upah dewasa
ini masih menemui banyak kendala sebagai akibat belum terwujudnya satu keseragaman
upah, baik secara regional/wilayah-propinsi atau kabupaten/kota, dan sektor wilayah
propinsi atau kabupaten/kota, maupun secara nasional.
Dengan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah
ditetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak, dengan memperhatikan
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
b; Keseragaman Pengupahan
Dengan adanya sistem penetapan upah minimum berdasarkan wilayah propinsi atau
wilayah kabupaten/kota, dan sector pada wilayah propinsi atau kabupaten/kota, berarti
masih belum ada keseragaman upah disemua perusahaan dan wilayah/daerah.
Hal ini dapat dipahami mengingat kondisi dan sifat perusahaan disetiap sector
wilayah/daerah tidak sama dan belum bisa disamakan. Demikian juga kebutuhan hidup
minimum seseorang pekerja sangat tergantung pada situasi dan kondisi wilayah/daerah
dimana perusahaan tempat bekerja itu berada. Belum ada keseragaman upah tersebut
justru masih didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan demi kelangsungan hidup
perusahaan dan pekerja yang bersangkutan.
c; Kuantitas Tingkat Upah
Seperti diketahui sistem pengupahan yang bersifat beragam menyebabkan kuantitas
tingkat upah khususnya dalam penetapan upah minimum terjadi perbedaan-perbedaan.
Kebijakan sektoral dan regional didasarkan pada pemilihan wilayah/daerah-daerah
berikut sektor-sektor ekonominya yang potensial serta dengan mempertimbangkan
beberapa aspek yang mempengaruhi antara lain :
Aspek kondisi perusahaan.

Melalui aspek ini dapat diperoleh kriteria-kriteria perusahaan kecil, perusahaan


menengah, dan perusahaan besar baik didalam satu sektor atau wilayah/daerah
maupun berlainan sektor atau wilayah/daerah.
Aspek keterampilan tenaga kerja.
Peningkatan produksi dan prodiktivitas kerja, sangat ditentukan oleh kemampuan
personil perusahaan, baik ditingkat bawah yakni tenaga kerja terampil, maupun
ditingkat atas yakni pimpinan manajemen yang mampu menjadi penggerak tenaga
kerja (pekerja) yang dipimpinnya untuk bekerja secara produktif.
Aspek standard hidup.
Peningkatan tingkat upah pekerja selain dipengaruhi oleh kondisi perusahaan dan
keterampilan tenaga kerjanya, juga dipengaruhi oleh standard hidup pada suatu
wilayah atau daerah dimana perusahaan itu berada. Standard hidup di daerah
perkotaan

biasanya

lebih

tinggi

dibanding

didaerah

pedesaan.

Aspek jenis pekerjaan.


Perbedaan pada jenis pekerjaan ini mengakibatkan terjadinya perbedaan tingkat upah,
baik pada suatu sektor yang sama, maupun pada sektor yang berlainan. Tingkat upah
pada sektor industri, tidak sama dengan tingkat upah di sektor pertanian, tidak sama
pula dengan sektor perhotelan, dan sebagainya.
d; Penetapan upah dan tunjangan lainnya melalui perundingan kolektif
Perundingan kolektif diperlukan perusahaan dalam negosiasi penetapan upah
yang melibatkan serikat pekerja sebagai mitra sejajar dengan pemberi kerja.
Peningkatan upah yang dihasilkan melalui perundingan antara pekerja dan
pemberi kerja cenderung berhasil meningkatkan produktivitas.

Anda mungkin juga menyukai