1 Februari 2012
ABSTRAK
Latar Belakang ; Sindrom pramenstruasi merupakan gejala fisik dan emosi yang dialami
sebelum menstruasi. Salah satu penyebabnya adalah penurunan kadar endorphin selama fase
luteal. Olahraga dapat meningkatkan produksi endorphin, sehingga olahraga
direkomendasikan sebagai salah satu treatment untuk mengurangi sindrom pramenstruasi,
selain karena penurunan kadar endorphin, sindrom pramenstruasi juga disebabkan karena
obesitas (Indeks Massa Tubuh 25). Semakin meningkat Indeks Massa Tubuh (IMT) akan
meningkat pula keluhan sindrom pramenstruasi. Tujuan; Mengetahui hubungan aktivitas
olahraga dan obesitas dengan kejadian sindrom pramenstruasi di Desa Pucangmiliran
Tulung Klaten. Metode; penelitian non eksperimen dengan metode analitik menggunakan
rancangan Cross Sectional. Pengambilan sampel menggunakan Cluster Random Sampling,
dengan jumlah sampel penelitian 119 responden, sedangkan instrumen penelitian
menggunakan timbangan, meteran dan cheklist. Analisa bivariat menggunakan uji Chi
Square dan pada analisa multiviariat menggunakan uji Regresi Logistik. Hasil: Hasil uji
bivariat membuktikan bahwa aktivitas olahraga berhubungan dengan kejadian sindrom
pramenstruasi (pvalue 0.008), dan obesitas berhubungan dengan kejadian sindrom
pramenstruasi (pvalue 0.044) sedangkan pada uji multivariat membuktikan bahwa aktivitas
olahraga (0.004) dan obesitas (0.020) dengan variabel kejadian sindrom pramenstruasi
Phitung > Ptabel adapun variabel yang paling dominan mempengaruhi kejadian sindrom
pramenstruasi adalah aktivitas olahraga dengan pvalue 0.004. Simpulan; Ada hubungan
antara aktivitas olahraga dan obesitas dengan kejadian sindrom pramenstruasi di desa
Pucangmiliran Tulung Klaten.
Kata Kunci : aktivitas olahraga, obesitas, sindrom pramenstruasi
Defisiensi endorphin merupakan salah satu
A. PENDAHULUAN
Prevalensi
Sindrom
Pramenstruasi
2010:30).
2009:17-35).
Penyebab
Pramenstruasi
(PMS)
pasti
belum
Sindrom
diketahui.
65
cluster
al,
randomisasi
2005:33).
Menjaga
berat
badan
random
sampling,
yaitu
teknik
untuk
menentukan
sampel
kemudian
randomisasi
untuk
daerah
berlebihan
dapat
meningkatkan
risiko
yang
diperoleh
di
Desa
tersebut.
C. HASIL PENELITIAN
kriteria
berikut:
1. Analisa Univariat
inklusi yang
sudah
ditetapkan.
B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini termasuk jenis
digunakan
adalah
(21,8%).
dalam
penelitian
ini
Karakteristik
responden
66
aktivitas
olahraga,
51
Sindrom Pramenstruasi
Total
Aktivitas
Olahraga
Ya
Tidak
Tidak rutin
Rutin
46
22
%
38,7
18,5
F
22
29
%
18,5
24,4
F
68
51
%
57,1
42,9
Total
68
57,1
51
42,9
119
100
aktivitas
dengan
waktu
menunjukkan
terhadap
sampai
pramenstruasi.
berkeringat.
Karakteristik
aktivitas
olahraga
kejadian
sindrom
Sebagian
besar
obesitas
(33,6%)
(66,4%)
responden
berdasarkan
didapatkan
40
responden
tidak
Karakteristik
mengalami
obesitas.
responden berdasarkan
Sindrom
Pramenstruasi
didapatkan
68
responden
(PMS)
(57,1%)
68 responden (57,1%).
Tabel 2 Hasil Uji Chi Square
Hubungan Aktivitas Olahraga dengan
Kejadian Sindrom Pramenstruasi di
Desa Pucangmiliran Tulung Klaten
sindrom pramenstruasi.
2. Analisa Bivariat
OR
7.149
2.756
0.008
Lower
1.300
Upper
5.845
Chi
Square
pada
Aktivitas
Kejadian
Olahraga
Sindrom
(7.149) > 2
berikut.
67
CI 95%
rutin
berpeluang
melakukan
olahraga
mengalami
sindrom
OR
Lower
1.015
Upper
5.101
menggunakan
Chi
Square
pada
Ya
Ya
Tidak
Total
F
28
40
68
Tidak
F
%
12
12
39 32,8
51 42,9
%
23,5
33,6
57,1
F
%
40 33,6
79 66,4
11 100
9
Sumber: Data Primer diolah tahun 2011
hubungan
kejadian
pramenstruasi.
obesitas
mengalami
3.
Analisa Multivariat
Tabel 5 Hasil Analisa Multivariat
Hubungan Aktivitas Olahraga dan
Obesitas dengan Kejadian Sindrom
Pramenstruasi di Desa Pucangmiliran
Tulung Klaten
sindrom
besar
Sindrom
Variabel
Olahraga
40
Obesitas
responden
(33,6%)
dari
68
mengalami
obesitas
Sebagian
berpeluang
Sindrom
Sindrom Pramenstruasi
Obesitas
kejadian
1.169
Signifik
an
0.004
Exp
(B)
3.220
1.022
0.020
2.779
CI 95%
Lower
Upper
1.459
7.103
1.178
6.556
responden (57,1%).
68
untuk variabel
aktivitas
sebesar
olahraga
1.169
D. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden Berdasarkan
Umur
Hasil
penelitian
menunjukkan
sindrom
(B)
tidak
pramenstruasi.
rutin
berpeluang
Exp
melakukan
olahraga
Mubarak
(2007)
mengalami
kejadian
bertambahnya
umur
menyatakan
seseorang
akan
melakukan
olahraga.
ukuran,
kedua,
perubahan
proporsi,
regresi logistik)
untuk variabel
obesitas
1.022
dengan
terjadinya
sindrom
pramenstruasi.
dewasa.
Exp
sebesar
2.779
sebesar
(B)
artinya
mengalami sindrom
pramenstruasi
dengan
meningkat
responden
yang
tidak
obesitas.
periode
wanita
selama
aktivitas
berpengaruh
olahraga
terhadap
sindrom pramenstruasi.
drastis,
seperti
pubertas,
setelah
lebih
kejadian
Sindrom
Pramenstruasi
69
Sindrom
Hal
rutin
Pramenstruasi
(PMS).
melakukan
olahraga
rata-rata
merupakan
salah
satu
minggu
mengalami
Sindrom
Hasil
aktivitas
menunjukkan
melakukan
mengalami
menit.
Hasil
penelitian
penelitian
olahraga
menunjukkan
terhadap
wanita
olahraga
kejadian
kejadian
yang
rutin
lebih
sedikit
Sindrom
menunjukkan
70
(PMS).
sindrom
pramenstruasi
(PMS)
lebih
banyak
pada
yang
malas
melakukan olahraga.
tersebut.
Douglas
(2002)
wanita
menyatakan
Peneliti
melakukan
uji
statistik
Hasil
sebagian
statistik menunjukkan
untuk
mengetahui
dugaan
penelitian
besar
menunjukkan
responden
tidak
(3.841)
pramenstruasi
hal
ini
membuktikan
ada
hubungan
yang
bermakna
antara
kelebihan
hubungan
aktivitas
olahraga
dengan
mengalami
(PMS).
berat
Orang
yang
badan
berisiko
kejadian
sindrom
karbohidrat
karena
aktivitas
dapat
sensasi
mengalami
olahraga
dengan
melakukan
secara
euphoria,
teratur
sehingga
dapat
dikemukakan oleh
yang
berlebihan
dapat
Sindrom
Pramenstruasi
penelitian
menunjukkan
(PMS).
Hasil
71
Hasil
tersebut
didukung
dengan
penelitian
yang
sebagai
mengalami
Pramenstruasi
kejadian
(PMS)
Sindrom
dibandingkan
yang
dilakukan
faktor
risiko
oleh
terjadinya
ini
merupakan
tidak
obesitas.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
faktor
risiko
terjadinya
cenderung
lebih
obesitas
Penyebab
banyak
Sindrom
mengalami
Pramenstruasi
namun
hormonal
menunjukkan
bahwa
ovarium
perempuan
obesitas
pada
10,3%
(BMI30)
adanya
fluktuasi
dua
yaitu
hormon
steroid
seperti
alloprenanolone
jalur
di
progesteron-
dan
hormon
yang
pramenstruasi
tiga
kali
lebih
besar
melakukan
uji
statistik
berperan
dalam
timbulnya
gejala
untuk
hubungan
reaksi
mengetahui
dugaan
neurotransmitter
yang
menunjukkan
yang
Hipothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA).
obesitas
bermakna
ada
antara
hubungan
hubungan
72
Hasil
analisa
multivariat
ini
menunjukkan
hasil
analisa
variabel
yang
paling
penelitian
kejadian
sindrom pramenstruasi.
Olahraga lebih berpengaruh terhadap
kejadian Sindrom Pramenstruasi (PMS).
Nurlaela
et
al
(2008)
menyatakan
yang
teratur dan
aktivitas olahraga
berkelanjutan
berkontribusi
untuk
kejadian
sindrom
kelebihan
estrogen
dapat
menunjukkan
sindrom
estrogen
sehingga
Sindrom
akan
lebih
kemungkinan
tinggi
terjadinya
Pramenstruasi (PMS)
lebih
besar.
Hasil penelitian Masho et al (2005)
menyatakan obesitas sebagai faktor risiko
terjadinya sindrom pramenstruasi tetapi
tidak signifikan berpengaruh. Walaupun
mengalami
obesitas
tetapi
apabila
melakukan
olahraga
secara
teratur
73
(PMS).
responden
sama,
fisik
penurunan
tetapi
yang
tetap
kejadian
sindrom
olahraga
merupakan
peningkatan
terjadinya
teratur
semua
aktivitas
ovulasi,
wanita
menunjukkan
sebagian
besar
pramenstruasi.Aktivitas
faktor
yang
lebih
E. SIMPULAN
Penelitian untuk mengetahui hubungan
aktivitas olahraga dan obesitas dengan
DAFTAR PUSTAKA
Cross, G.B., Marley, J., Miles, H., Willson, K. 2001. Changes In Nutrient Intake During the
Menstrual Cycle of Overweight Women with Premenstrual Syndrome. British
Journal of Nutrition. 85(4): 475-482.
Elvira, S.D. 2010. Sindrom Pra-Menstruasi Normalkah?. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Masho, S.W., Adera, T., South-Paul, J. 2005. Obesity As A Risk Factor For Premenstrual
Syndrome. Journal of Psychosomatic Obstetrics & Gynecology. 26(1):3339.
Mubarak. 2007. Promosi Kesehatan, Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam
Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nurlaela, E., Widyawati, Prabowo, T. 2008. Hubungan Aktivitas Olahraga dengan Kejadian
Sindrom Pramenstruasi. Jurnal Ilmu Keperawatan. 3(1):1-5.
74
75