Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA PADA

LAPORAN AKHIR PRAKERIN AKSEK LPK TARAKANITA


Jati Wahyono Agustinus
Dosen Akademi Sekretari/LPk Tarakanita, E-mail: jt.why@lycos.com
Abstract
This is a research study on fallacy of punctuation usage on Students Prakerin
Final Report (SPFR) of Tarakanita Secretarial Academy 2002. The research has two
objectives. The first objective is describing the numbers and forms of the fallacy of
punctuation on SPFR. The second objective is describing the most fallacy of punctuation
usage on SPFR. Using random sampling of 30 final reports, analyzing every sentence
from the preface and chapter one of every report, and classifiying the fallacies in table
format to calculate the fallacy, the research found that: (1) the total fallacy of
punctuation usage on SPFR is 531, from 30 SPFR and (2) the most frequent of the fallacy
is on acronym with the total of 171 or 32% from 30 SPFR.
Keywords: Students Prakerin Final Report, Fallcy of Punctuation.
Pendahuluan
Pengertian Laporan Prakerin menurut buku Panduan Pelaksanaan Prakerin
(Praktik Kerja Industri)-yang selanjutnya disingkat LAP dalam penelitian ini- Aksek
LPK Tarakanita tahun 2005 (2005:27) adalah tulisan ilmiah yang memuat informasi
hasil praktik kerja yang dilaksanakan oleh mahasiswa Aksek LPK Tarakanita di suatu
perusahaan beserta masalah yang dihadapi dan penjelasannya. Laporan tersebut ditulis
dalam bentuk prosa ilmiah dengan sistematika tertentu. Dari pengertian tersebut dapat
dikatakan bahwa LAP adalah salah satu bentuk tulisan ilmiah. Dengan demikian LAP
harus memenuhi ciri sebuah tulisan ilmiah.
Ciri tulisan ilmah adalah bermakna jelas/lugas, merupakan kesatuan yang bulat,
singkat, padat, serta memenuhi kaidah bahasa secara tertib, dan komunikatif (Akhadiah,
1988:2). Hal ini sesuai dengan tujuan khusus pembelajaran bahasa Indonesia di
perguruan tinggi yakni agar para mahasiswa, calon sarjana, terampil menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar, secara lisan maupun tulisan

sebagai sarana

pengungkapan gagasan ilmiah. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah agar para
mahasiswa sanggup menyusun skripsi, kertas kerja, laporan penelitian, dan karya ilmiah
yang lain (Arifin, 2005:2).
1

Untuk dapat membantu pembaca memahami sebuah tulisan ilmiah dengan tepat
diperlukan pamakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang baik
berarti bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi
pemakaiannya, sedangkan bahasa Inonesia yang benar adalah pemakaian bahasa yang
menerapkan kaidah dengan konsisten. Salah satu kaidah dalam bahasa Indonesia adalah
ejaan bahasa Indonesia. Berdasar ciri tulisan ilmiah tersebut, maka LAP juga dituntut
untuk dapat memenuhi kriteria sebuah tulisan ilmiah.
Dari landasan dan uraian tersebut, peneliti akan meneliti dan mencari jumlah serta
jenis kesalahan penggunaan tanda baca yang paling banyak pada LAP mahasiswa Aksek
LPK Tarakanita angkatan 2002, dan mendeskripsikan jenis tanda baca yang paling
banyak mengalami kesalahan penggunaan pada LAP mahasiswa Aksek LPK
Tarakanita angkatan 2002. Dengan hasil penelitian ini peneliti berharap agar kesalahankesalahan yang terdapat di LAP tidak terulang, dan LAP semakin memiliki bobot ilmiah
yang semakin tinggi sebagai salah satu jenis tulisan ilmiah. Berdasar uraian tersebut,
peneliti dapat merumuskan dua masalah sebagai berikut: (1) Berapa jumlah kesalahan
penggunaan tanda baca pada LAP mahasiswa Aksek LPK Tarakanita angkatan 2002
dan faktor apa yang mempengaruhinya? Jenis tanda baca apa saja yang paling banyak
mengalami kesalahan penggunaan pada LAP mahasiswa Aksek LPK Tarakanita
angkatan 2002?
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan jumlah dan bentuk
kesalahan penggunaan tanda baca serta faktor yang memepengaruhi kesalahan pada LAP
mahasiswa Aksek LPK Tarakanita angkatan 2002. (2) Mendeskripsikan jenis tanda
baca yang paling banyak mengalami kesalahan penggunaan pada LAP mahasiswa Aksek
LPK Tarakanita angkatan 2002.

Kajian Pustaka
Dalam

kegiatan

ilmiah,

penggunaan

bahasa

Indonesia

dituntut

untuk

menggunakan bahasa Indonesia yang memiliki ciri keilmuan yang baik dan benar. Baik
artinya harus disesuaikan dengan sifat keilmuan dan situasi pemakaiannya, yakni bahasa
tersebut harus tepat, logis, cermat, dan sistematis. Benar memiliki arti penggunaan yang
sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia baku, baik ditinjau dari segi ejaan (untuk
2

ragam tulis), fonologi (untuk ragam lisan), morfologi, pilihan kata, sintaksis maupun
semantis.
Kegiatan ilmiah biasanya bersifat resmi. Oleh sebab itu, ragam bahasa yang
digunakan dalam kegiatan ini adalah ragam baku (dalam hal ini ragam bahasa Indonesia
baku). Setiap ragam bahasa mempunyai ciri khas, demikian pula halnya dengan ragam
bahasa ilmiah. Dari pengertian tersebut dapat diuraikan ciri-ciri ragam bahasa ilmiah
sebagai berikut :
(1) Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa.
(2) Ide yang digunakan harus benar, sesuai dengan fakta atau dapat diterima akal
sehat (logis).
(3) Ide yang digunakan harus tepat dan hanya mengandung satu makna. Hal ini
tergantung pada ketepatan memilih kata dan penyusunan struktur kalimat.
(4) Kata yang dipilih harus bersifat denotatif yaitu makna yang sebenarnya.
(5) Ide yang diungkapkan dalam kalimat harus padat isi. Oleh sebab itu
penggunaan kata dalam kalimat seperlunya, tetapi pemilihannya tepat.
(6) Ide dalam kalimat ataupun alinea diungkapkan secara runtun dan sistematis.
(7) Ide yang diungkapkan dalam kalimat harus jelas sehingga tidak menimbulkan
salah tafsir (Nazar, 2004:9).
Dari penjabaran ciri-ciri ragam bahasa ilmiah tersebut, terlihat bahwa unsur
pemakaian kaidah tata ejaan menempati urutan yang terpenting.
Salah satu kaidah dalam bahasa Indonesia adalah ejaan. Pengertian ejaan menurut
Arifin (2005:170) adalah keseluruhan peraturan bagaimana kita melambangkan bunyi
ujaran dan bagaimana hubungan antar lambang-lambang itu. Secara teknis, yang
dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda
baca. Penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam tulisan ilmiah harus
ditunjang oleh penerapan aturan ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia yaitu Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang disingkat EyD. Sedangkan pengertian ejaan
menurut Kridalaksana (1982:38) adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulismenulis yang distandardisasikan; yang lazimnya mempunyai tiga aspek yakni aspek
fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad,
3

aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis, aspek


sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
Pada penelitian ini akan dibatasi pada sepuluh jenis tanda baca. Kesepuluh tanda
baca tersebut memiliki kekhususan dan aturan yang berbeda. Kesepuluh macam tanda
baca tersebut adalah: tanda titik, koma, titik koma, titik dua, hubung, pisah, garis miring,
huruf kapital, singkatan dan akronim.
Berikut ini akan disajikan fungsi dan contoh penggunaan dari masing-masing
tanda baca yang digunakan dalam kajian pustaka dalam penelitian ini. Sumber yang
digunakan berdasar Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan tahun
2000. Tentu tidak semua fungsi dan contoh penggunaan dari tanda baca tersebut
disampaikan di sini, tetapi dipilih berdasar pertimbangan banyaknya kesalahan yang
sering dilanggar/dilakukan oleh mahasiswa dalam penulisan LAP, dan berdasar
pertimbangan fungsi yang sering dipakai dalam penulisan dalam bahasa Indonesia.
1. Tanda titik (.)
a) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pernyataan atau seruan.
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.
b) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar.
Misalnya: I. Ilustrasi
1.1 Gambar
1.2 Tabel
c) Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya atau seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya: Kridalaksana, Harimurti. (2005). Kamus Linguistik. Jakarta:
Gramedia.
d) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan
atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagianya.
Misalnya: Manajemen Penelitian
e) Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat
atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya: Jalan Sriwijaya 71 Jakarta
4

1 April 2006
Yth. Bakri Wijaya
Jalan Merdeka 81
Jakarta
2. Tanda Koma (,)
a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dengan
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan.
Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
c) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakan dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Misalnya: A. ratulangi, S.E.
3.Tanda Titik Koma (;)
a) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan setara.
Misalnya: Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
b) Tanda titik koma dipakai sebagi pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya: Ayah mengurus tanamannya di kebun; Ibu sibuk bekerja di ruang
depan.
4. Tanda Titik Dua (:)
a) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan
lemari.
b) Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
5

c) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Misalnya: Ketua

Sekretaris

Bendahara

d) Tanda titik dua dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab
dan ayat dalam kitab suci, di antara judul dan anak judul suatau karangan,
serta nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya: Tempo, X(2005), 37
Supranto, J.(2000). Statistik: Teori dan Aplikasi, Jilid 1 Edisi
Enam. Jakarta: Penerbit Erlangga.
5.Tanda Hubung (-)
a) Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya: anak-anak
b) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan
-an, dan (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v)
nama jabatan rangkap.
Misalnya: se-Indonesia
Pemenang ke-2
Tahun 80-an
Mem-PHK-kan
Menteri-Sekretaris Negara
b) Tanda hubung dipakai untuk merangkaiakan unsur bahasa Indonesia dengan
unsur bahasa asing.
Misalnya: di-smash
6. Tanda Pisah ()
a) Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi jelas.
Misalnya: Rangkaian penelitian inievolusi, teori kenisbian, dan pembelahan
atomtelah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
6

b) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti
sampai atau keMisalnya: Tanggal 510 Juni 2006
Dari JakartaBekasi
7. Tanda Garis Miring (/)
a) Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penanda masa tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya: No.:8/SM/IX/2005
Jalan Lembah Nyiur I Blok L9/14
Tahun anggaran 2005/2006
b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, tiap, per.
Misalnya: mahasiswa/mahasiswi
Harganya Rp1.500,00/lembar
8. Huruf Kapital atau Huruf Besar
a) Huruf kapital dipakai sebagi huruf pertama awal kalimat.
Misalnya: Kita harus bekerja keras.
b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya: Pimpinan bertanya, Kapan tamu itu datang?
c) Huruf kapital dipakai sebagi huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk
Tuhan.
Misalnya: Yang Mahakuasa
Yang Maha Pengasih
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri
rahmat.
d) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya: Wakil Presiden Jusuf Kalla
Sekretaris Jenderal Departemen Dalam Negeri
7

Gubernur Jawa Tengah


e) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat
yang tidak diikuti nama orang atau nama tempat.
Misalnya: Siapa nama gubernur yang baru dilantik hasil pemilihan itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Ruslan dilantik menjadi mayor jenderal.
f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
Misalnya: bangsa Indonesia
suku Jawa
bahasa Inggris
g) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Misalnya: tahun Masehi
bulan Januari
hari Natal
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
h) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Misalnya: Dr.

doktor

dr.

dokter

S.S.

sarjana sastra

Sdr.

Saudara

i) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.


Misalnya: Surat Anda telah kami terima
9. Huruf Miring
a) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya: buku Menejemen Penelitian
majalah Bahasa dan Kesusastraan
surat kabar Kompas

b) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing yang telah disesuaikan ejaannya.
Catatan: dalam tulisan tangan, huruf atau kata yang akan dicetak miring
diberi satu garis di bawah huruf atau kata tersebut.
Misalnya: Nama ilmiah buah manggis adalah Cacinia mangostana
10. Singkatan dan Akronim
a) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik.
Misalnya: W.S.Rendra
Suman H.S.
S.E.

sarjana ekonomi

S.K.M.

sarjana kesehatan masyarakat

S.Pd.

sarjana pendidikan

Bpk.

Bapak

Sdr.

Saudara

b) Singaktan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
dll.

dan lain-lain

dsb.

dan sebagainya

hlm.

halaman

Yth.

Yang terhormat

a.n.

atas nama

d.a.

dengan alamat

u.b.

untuk beliau

u.p.

untuk perhatian

Tetapi:

c) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:

kg

kilogram

Rp

rupiah

cm

sentimeter
9

d) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:

LIPI

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

SIM

Surat Izin Mengemudi

RUPS

Rapat Umum Pemegang Saham

e) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis
dengan huruf kecil.
Misalnya:

pilkada

pemilihan kepala daerah

rapim

rapat pimpinan

pemilu

pemilihan umum

Metode Penelitian
Pengertian metode penelitian adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2005:100). Karena penelitian ini termasuk
penelitian analisis dokumen (documentary analysis), maka metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data berupa dokumentasi, yakni LAP. Dengan metode ini, peneliti
bekerja secara objektif dan sistematis untuk mendeskripsikan kesalahan pemakaian tanda
baca pada LAP. Penelitian ini biasa dikenal dengan penelitian analisis dokumen atau
analisis isi (content analisys). Dalam penelitian pendidikan khususnya bahasa, penelitian
ini dimaksudkan untuk mencari jawaban atas hal-hal yang langsung berhubungan dengan
analisis materi, yakni untuk mengetahui kesalahan pemakaian tanda baca (Arikunto,
2005: 245). Studi pustaka juga digunakan dalam rangka mencari landasan mengenai
teori tentang pengertian dan ciri tulisan ilmiah, LAP, ketepatan dan aturan pemakaian
tanda baca yang tepat.
Dalam penelitian ini, aspek kebahasaan yang akan diteliti adalah aspek
penggunaan tanda baca pada kalimat. Tanda baca-tanda baca tersebut adalah: tanda titik,
tanda koma, tanda titik koma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda garis
miring, pemakaian huruf besar/huruf kapital, pemakaian huruf miring, pemakaian
singkatan/akronim. Pembatasan tanda baca tersebut dilakukan karena tanda baca-tanda

10

baca tersebut adalah tanda baca yang umum dipakai. Selain itu perlu bagi peneliti untuk
membatasi tanda baca yang dijadikan landasan teori.
Pengertian subjek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat data untuk
variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan(Arikinto,1998:116).Yang menjadi
subjek dalam penelitian ini adalah cara penulisan/penggunaan tanda baca yang tidak
sesuai dengan kaidah EyD pada LAP. Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian
merupakan sesuatu yang kedudukannya sangat sentral, karena pada subjek penelitian
itulah data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti. Karena
keterbatasan waktu, peneliti dapat membatasi jumlah subjek penelitian yang diambil.Cara
yang diambil untuk mengatasinya adalah dengan cara melakukan penelitian sampel, yaitu
dengan menggunakan sebagian populasi sebagai subjek penelitian (Arikunto,1998:124).
Dalam memilih sampel, peneliti menggunakan teknik sampling acak (random
sampling). Teknik ini digunakan apabila populasi yang diambil merupakan populasi yang
mengandung satu ciri homogen, dan jumlah yang diambil adalah tiga puluh subjek
penelitian. Tiga puluh atau kurang dapat dikatakan sebagai sampel kecil, sedangkan lebih
besar dari itu merupakan sampel besar (Arikunto, 1998:124).
Langkah-langkah yang dilakukan sebelum menganalisis data adalah dengan
mengambil secara acak sampel penelitian, yakni dokumen LAP. Langkah selanjutnya
adalah mengambil inisial nama penulis LAP. Untuk menulisakn inisail nama, peneliti
melakukan dengan melihat ketentuan apabila nama penulis terdiri dari tiga gabungan
kata, (bukan suku kata) maka inisial diambil dari huruf awal tiap kata, misalnya nama
Amalia Dewi Hestiningsih ditulis dengan inisial ADH. Apabila hanya terdiri dari dua
kata maka inisial diambil huruf awal, tengah, dan akhir, misalnya Suharsimi Arikunto
ditulis dengan inisial SAO. Selain itu peneliti juga menuliskan nama perusahaan tempat
di mana para mahasiswa melakukan praktik (dalam penyampaian data, nama perusahaan
tersebut tidak dituliskan). Hal ini dilakukan untuk menghindari pengambilan sampel yang
sama, karena pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak
Setelah mengambil tiga puluh sampel secara acak, dan memberi inisial dari nama
penulis, langkah selanjutnya adalah membuat kolom isian untuk mengetahui jumlah
kesalahan pemakaian tanda baca. Dengan cara membaca dari setiap kalimat yang terdapat
pada bagian kata pengantar dan bab satu, maka akan diperoleh jumlah kesalahan11

kesalahan tersebut. Peneliti membatasi hanya pada dua bagian tersebut karena menurut
peneliti, pada dua bagian tersebut sudah terlihat gaya penulisan yang murni dari penulis.
Selain itu alasan mengapa peneliti hanya membatasi pada dua bagian karena pada bagian
selanjutnya yakni bab dua berisi gambaran unit kerja/departemen dimana mahasiswa
kebanyakan hanya tinggal mengambil gambaran unit kerja yang sudah tersedia di
perusahaan tempat mereka praktik.
Langkah menganalisis dilakukan dengan membaca dan menganalisis setiap
kalimat yang terdapat kesalahan penggunaan tanda bacanya. Dengan demikian, meskipun
pada kalimat yang berbeda, namun terdapat kesalahan pemakain tanda baca sama, maka
tetap dihitung sendiri-sendiri kesalahan tersebut. Hal ini dilakukan karena sering
mahasiswa, misalnya menulis singkatan yang sama pada kalimat pertama dan kalimat
kedua sudah berbeda penulisannya (tidak konsisten).

Hasil dan Bahasan


Kemampuan menulis dengan menerapkan kaidah tanda baca bahasa Indonesia
secara tepat dari hasil LAP ternyata sangat bervariasi. Dari sepuluh macam tanda baca
yang sempat diteliti, masih banyak kesalahan yang muncul, selain kesalahan pemakaian
tanda baca. Hal ini terlihat ketika peneliti mengambil data dalam tingkat kalimat dan
mengisikan dalam kolom isian data.
Untuk mempermudah memahami data, setelah peneliti membuat dalam kolom
isian, kemudian peneliti menghitung dan meringkas data serta menyajikannya dalam
bentuk tabel frekuensi. Penggunaan tabel frekuensi ini diharapkan akan mempermudah
pembaca mengetahui berapa persen jumlah masing-masing kesalahan pemakaian tanda
baca tersebut. Pada bagian ini, sesudah tabel frekuensi akan disampaikan beberapa faktor
yang menyebabakan kesalahan pemakain tanda baca pada LAP tersebut. Pembahasan ini
hanya dibatasi pada dua pemakaian tanda baca yang memiliki persentase tertinggi dan
dua tanda baca yang memiliki persentase terendah kesalahan pemakaian tanda bacanya.
Pembatasan ini dilakukan karena begitu banyaknya dan begitu beragamnya jenis
kesalahan tersebut sehingga penulis hanya memilih dua tingkat yang tertinggi dan dua
tingkat yang terendah. Berikut disajikan Tabel distribusi frekuensi tersebut.

12

Tabel: Distribusi Frekuensi, Frekuensi Relatif dan Persentase Kesalahan Pemakaian


Tanda Baca pada LAP Mahasiswa Aksek LPK Tarakanita angkatan 2002
No

Tanda Baca

Frekuensi

Frekuensi relatif

Persentase

1 Titik

50

0.09

2 Koma

59

0.11

11

3 Titik koma

20

0.04

4 Titik dua

27

0.05

5 Hubung

46

0.09

6 Pisah

24

0.05

7 Garis miring

0.01

8 Kapital

76

0.14

14

9 Huruf miring

54

0.1

10

10 Singkatan/akronim

171

0.32

32

531

100

Total

Sumber: Hasil Penelitian

Pemakaian Singkatan/Akronim
Dari jumlah keseluruhan pemakaian tanda baca ini, kesalahan pemakain
singkatan/akronim menduduki peringkat pertama yakni sebesar 32%, ini berarti cukup
tinggi yakni dari 30 sampel, jumlah kesalahan keseluruhannya ada 117. Ada beberapa
indikasi mengapa pemakaian singkatan/akronim ini masih sering terjadi kesalahan.
Indikasi pertama adalah adanya penulisan singkatan yang banyak berhubungan dengan
nama gelar, karena dalam prakerin ini banyak berhubungan dengan beberapa orang, maka
penulisan yang lengkap termasuk gelar orang tersebut masih banyak terjadi kesalahan.
Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih, dan kesalahan penempatan tanda
titik pada singkatan tersebut juga menjadi indikasi kedua penyumbang kesalahan
pemakaian tanda baca ini. Selain itu penulisan nama perusahaan (PT) juga masih banyak
terjadi kesalahan. Hal ini terjadi entah memang dari perusahaannya sendiri sudah
mengalami kesalahan atau ketidak tahuan mahasiswa itu sendiri.

13

Pemakaian Huruf Kapital


Kesalahan pemakaian huruf kapital sebesar 14% atau ada 76 jumlah kesalahan
dari 30 sampel LAP. Hal ini sering terjadi karena sebagain besar kesalahan terjadi dalam
penulisan ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan.Untuk penggunaan kata ganti
Nya (untuk Tuhan), mahasiswa masih belum memberikan tanda hubung. Tanda hubung
disini digunakan karena huruf kapital tidak dapat dirangkaikan secara langsung dengan
huruf kecil. Penggunaan huruf kapital untuk menuliskan nama jabatan orang yang diikuti
dengan nama orang atau tanpa diikuti nama orang juga masih terjadi kesalahan, atau
masih sering terbalik dari aturan yang seharusnya.

Pemakaian Tanda Titik Koma


Pemakaian tanda titik koma menduduki persentase terendah yakni 4% atau
berjumlah 20 kesalahan dari keseluruhan sampel. Kesalahan pemakaian tanda baca ini
rendah, karena tanda baca ini sangat jarang digunakan. Apabila dilihat dari fungsinya
yang hanya dua, sangat mungkin tanda baca ini jarang digunakan, karena rata-rata
kalimat yang digunakan dalam LAP ini hanya kalimat tunggal dan jarang sekali
menggunakan kalimat majemuk. Hal lain yang menarik untuk diperhatikan dalam LAP
ini adalah masih banyaknya kalimat tunggal yang digunakan masih jauh dari kaidah
kalimat yang efektif.

Pemakaian Garis Miring


Kesalahan pemakaian tanda garis miring yang hanya 1% atau berjumlah 4
kesalahan. Hal ini terjadi karena alasan yang sama seperti tanda titik koma, yakni karena
tanda baca ini jarang digunakan dan tanda baca ini hanya memiliki dua fungsi. Kesalahan
yang terjadi hanya pada teknik penulisannya saja, artinya pemakaian garis miring ini
tidak perlu menggunakan spasi, tetapi dalam praktik penulisannya mahasiswa masih ada
yang menggunakan spasi.

Faktor Lain Penyumbang Kesalahan Pemakain Tanda Baca


Faktor pertama adalah faktor dari pembimbing materi (PM). Dari hasil penelitian
ini peran PM sebagai seorang editor mungkin belum berjalan secara maksimal, artinya
14

pengetahuan dan keterampilan menyunting naskah merupakan suatu keharusan yang


dimiliki seorang PM. Selain itu mengetahui dan menguasai bagaimana menulis karya
ilmiah yang baik dan benar, paham kaidah penyuntingan juga merupakan modal dasar
seorang PM.Hal ini tampak dari LAP yang masih banyak ejaan yang salah, penggunaan
kata depan yang salah, subjek yang salah, kalimat tidak efektif dan sukar dipahami. Hal
ini dapat dimaklumi mungkin karena dengan banyaknya tugas dan tanggung jawab yang
lain, PM tidak memiliki cukup waktu untuk memperbaiki kalimat-kalimat yang salah atau
PM lebih fokus pada substansi materi tidak pada bahasanya.
Faktor kedua adalah dari mahasiswa sendiri, mereka tidak cermat ketika
melakukan pengetikan. Hal ini disebabkan karena masih banyak program komputer yang
saat ini beredar menggunakan bahasa Inggris. Agar kesalahan ini tidak terjadi maka
mahasiswa juga harus melakukan kegiatan penyuntingan terhadap hasil tulisannya
sendiri. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kurang adanya semangat dari dalam diri
mahasiswa sendiri untuk berusaha menulis LAP dengan baik dan benar, mereka merasa
tidak perlu lagi belajar bahasa Indonesia, karena merasa sudah mampu berbahasa
Indonesia. Dalam pergaulan sehari-hari mereka memang menggunakan bahasa Indonesia,
tetapi masalahnya muncul ketika mereka menulis di atas kertas, tidak seperti yang
mereka ucapkan sehari-hari. Di atas kertas mereka dituntut untuk dapat menyatakan
pikiran dalam bahasa tulis yang sistematis, runtut, dan jelas.
Masalah kemampuan berbahasa Indonesia kaum terpelajar sudah menjadi
keprihatinan bersama sejak lama. Apabila dilihat lebih mendalam lagi, hal ini disebabkan
karena dalam mata kuliah bahasa Indonesia, atau bahkan dalam pelajaran bahasa
Indonesia sejak tingkat Sekolah Dasar hanya dibekali dengan penekanan pada
pengetahuan kebahasaan, namun tidak pada aplikasi keterampilannya, sehingga ketika
mereka menuangkan dalam bentuk tulisan mengalami kesulitan. Berikut ini ada beberapa
contoh kesalahan beserta perbaikannya/yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
1)barang yang lengkap,tempat yang bersih dan bentuk pelayanan mandiri.
Perbaikan
barang yang lengkap, tempat yang bersih, dan bentuk pelayanan mandiri.
2) Pembenahan dimulai dari Gedung, Pabrik dan lain-lain.
Perbaikan
15

Pembenahan dimulai dari gedung, pabrik, dan lain-lain.


3) Cabang real estate di Yogyakarta, Malang dan Semarang.
Perbaikan
Cabang real estate di Yogyakarta, Malang, dan Semarang.
4) Fasilitas umum seperti Kampus, Rumah sakit, Pusat Perkantoran pasar dan lainlain telah diselesaikan pembangunannya oleh Waskita Karya.
Perbaikan
Fasilitas umum seperti kampus, rumah sakit, pusat perkantoran, pasar, dan lainlain telah diselesaikan pembangunannya oleh Waskita Karya.
5) Ucapan syukur kami panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa atas berkat dan
rahmat nya sehingga laporan ini dapat selesai.
Perbaikan
Ucapan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga laporan ini dapat selesai.
6) Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan bimbingannya
Penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Perbaikan
Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
7) Atas berkat dan lindunganNya sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Perbaikan
Atas berkat dan lindungan-Nya sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan
baik.
8) Perusahaan ini memiliki izin menyelenggarakan kegiatan khusus usaha penyiaran
televisi swasta yang bekerja / bergerak pada gelombang UHF.
Perbaikan
Perusahaan ini memiliki izin menyelenggarakan kegiatan khusus usaha
penyiaran televisi swasta yang bekerja/bergerak pada gelombang UHF.
9) ..pada divisi SDM mengatur OUTING.

16

Perbaikan
..pada divisi SDM mengatur Outing.
10) Terima kasih atas berkat dan kuasaNYA kepada kita semua sehingga.
Perbaikan
Terima kasih atas berkat dan kuasa-Nya kepada kita semua sehingga.
11) Penelitian ini dilakukan pada tahun 2001 2004
Perbaikan
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2001-2004
12) Cita cita tugas tugas adik adik
Setiap saat sekretaris perlu berkomunikasi dengan rekan rekan kerja.
Harian surat kabar Kompas yang mulai berkembang, kemudian diikuti oleh
majalah

Intisari.

Perbaikan
Cita-cita, tugas-tugas, adik-adik
Setiap saat sekretaris perlu berkomunikasi dengan rekan-rekan kerja.
Harian surat kabar Kompas yang mulai berkembang, kemudian diikuti oleh
majalah

Intisari.

13) PT. PBM


PT. Phapros
P.T. Phapros
PT MPI Tbk,
Perbaikan
PT PBM
PT Phapros
PT MPI Tbk.
14) Sr.Alfonsine Th.Sukarti CB, SKM, M.Sc, MA
Sr.Alfonsine Th Sukarti CB,SKM, M.Sc, M.A
Perbaikan
Sr.Alfonsine Th.Sukarti CB, S.K.M., M.Sc., M.A.
15) Sie Kwan Djioe S.H
Ny. Rulmansanti SH
17

Perbaikan
Sie Kwan Djioe, S.H.
Ny. Rulmansanti, S.H.
16) DR.H.Ibnu Sutowo
Perbaikan
Jika yang dimaksud doktor, maka penulisannya menjadi Dr. H. Ibnu Suwoto.
Jika yang dimaksud dokter, maka penulisannya menjadi dr. H. Ibnu Suwoto.
Tidak ada penulisan gelar dengan DR.
17) Terima kasih kepada Seluruh Staf dan Dosen Pengajar.
Perbaikan
Terima kasih kepada seluruh staf dan dosen pengajar.
18) Perusahaan ini juga telah merintis pembangunan Jalan dan Jembatan sejak
tahun 2000.
Perbaikan
Perusahaan ini juga telah merintis pembangunan jalan dan jembatan sejak
tahun 2000.
19) Penulisan istilah asing seperti training computer, psychotest room, home
product.
Perbaikan
training computer, psychotest room, home product.
Penulisan kata dari bahasa asing, (selain bahasa Indonesia, termasuk bahasa
daerah) atau nama ilmiah ditulis dengan huruf miring.
training computer, psychotest room, home product.
Catatan :1. Apabila sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia, tulis
padanannya dalam bahasa Indonesia. psychotest room = ruang psikotes.
2. Apabila penulisan bahasa asing tersebut disertai dengan singkatan,
maka pola umum penulisannya : istilah atau terjemahan dari bahasa Indonesia
(singkatan).
Contoh
Nama Matahari tercipta dari sebuah toko yang terletatak di Pasar Baru,
dengan nama De Zone, yang berasal dari bahasa Belanda.
18

Perbaikan
Nama Matahari tercipta dari sebuah toko yang terletatak di Pasar Baru,
dengan nama De Zone yang berasal dari bahasa Belanda.
Contoh yang lain:
Boston Consulting Group (BCG)
bukan
BCG (Boston Consulting Group)
3. Tidak semua istilah asing harus ditulis dengan huruf miring.
Istilah-istilah asing yang tidak perlu ditulis dengan huruf miring meliputi :
a)

Istilah asing yang mengacu pada nama lembaga/organisasi

b) Istilah asing yang mengacu pada nama produk


c)

Istilah

asing

yang

mengacu

pada

nama

perusahaan

(Asih, 2005:11).
20) Di bawah kepemimpinan Direksi yang dinamis, perusahaan ini dapat
berkembang dengan pesat.
Perbaikan
Di bawah kepemimpinan direksi yang dinamis, perusahaan ini dapat
berkembang dengan pesat.
21) Dengan modal dasar Rp.134.800.000.000,- terbagi dalam 134.800 lembar
saham.
Perbaikan
Dengan modal dasar Rp134.800.000.000,00 terbagi dalam 134.800 lembar
saham.
Catatan: Rp tanpa titik, tanpa spasi dan ,- menjadi ,00
22) PT Indomarco menjamin akan memberikan kinerja layanan yang berkualitas
tinggi dengan Service Level Agrements (SLA).
Perbaikan
PT Indomarco menjamin akan memberikan kinerja layanan yang berkualitas
tinggi dengan Service Level Agrements (SLA).
23) Radio ONE mengudara selama 20 jam sehari dari Pukul 05.00 sampai Pukul
01.00
19

Perbaikan
Radio ONE mengudara selama 20 jam sehari dari pukul 05.00 sampai pukul
01.00
24) Perusahaan ini beralamat di jalan Pegangsaaan Blok A-1.
Perbaikan
Perusahaan ini beralamat di Jalan Pegangsaan Blok A-1.
25) Oleh karena itu peneliti memilih judul Meningkatkan Pelatihan dan Evaluasi
Karyawan yang Efektif Pada PT DPI.
Seharusnya
Oleh karena itu peneliti memilih judul Meningkatkan Pelatihan dan Evaluasi
Karyawan yang Efektif pada PT DPI.

Kesimpulan dan Saran


Berdasar hasil analisis data dan pembahasan, dapat ditarik dua kesimpulan
sebagai berikut: pertama, jumlah keseluruhan kesalahan penggunaan tanda baca pada
Laporan Akhir Praktik Kerja Industri Mahasiswa Aksek LPK Tarakanita angkatan
2002 berjumlah 531, dari jumlah sampel 30 LAP. Kesimpulan ini diperoleh dari tiga
puluh sampel yang diambil, dibaca, dianalisis setiap kalimat, dituliskan dalam tabel,
dijumlah sehingga tampak keseluruh kesalahan tersebut. Kedua, jenis kesalahan yang
paling banyak dilakukan adalah pada penulisan singkatan/akronim, yakni berjumlah 171
atau 32% dari jumlah sampel 30 LAP, dan jumlah terkecil adalah pemakaian tanda baca
garis miring sebesar 1% atau 4 kesalahan dari jumlah kesalahan seluruh sampel.
Berdasar hasil penelitian dan kesimpulan, saran yang dapat diajukan adalah
sebagai berikut: untuk dosen PM, agar lebih mengaktifkan fungsinya selain sebagai
pembimbing materi juga sebagi editor. Untuk pembimbing lapangan agar lebih
memperhatikan dan mencermati bahasa yang digunakan oleh para mahasiswa dalam
menyusun Laporan Akhir Prakerin. Untuk Lembaga Aksek LPK Tarakanita (terutama
penyelenggara Prakerin) agar selalu memperhatikan terutama dari segi bahasa, dan
isi/materi ketika akan merevisi buku Panduan dan Penulisan Laporan Akhir Prakerin,
untuk menghindari sering terjadinya salah tafsir baik dari mahasiswa atau PM. Bagi
peneliti yang ingin mengadakan penelitian sejenis hendaknya dapat memperhatikan
20

kesalahan-kesalahan, dan faktor lain yang berhubungan dengan bahasa, sehingga Laporan
Akhir Prakerin dapat diharapkan menjadi tulisan yang benar-benar ilmiah.

Pustaka Acuan
Akhadiah, Sabarti; Maidar Arsjad; Sakura Ridwan. (1988). Pembinaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Anggarani, Asih dkk. (2005). Bahasa Indonesia Ekonomi: Cara Efektif Menulis Kalimat,
Paragraf, dan Wacana. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Katolik
Indonesia Atma Jaya.
Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. (2005). Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Medi Yatama Sarana Perkasa.
Kridalaksana, Harimurti. (2005). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Nazar, Noerzisri. (2004). Bahasa Indonesia dalam Karangan Ilmiah. Bandung:
Humaniora Utama Press.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2000). Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Gramedia.
Putranto, Sidi. (1997). Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca Karangan. Skripsi.
FKIP Universitas Widya Dharma. Klaten.
Polisi EYD. Tanda Baca. http://polisieyd.blogsome.com/categori/1/(09 September 2005).
Rozy, Fachrur(Dosen Faperta dan Redaktur Jurnal Agroscientiae Unlam). Dosen adalah
Editor.http://www.yahoo.com(15 Mei 2006).
Suharsimi, Arikunto. (1998). Manajemen Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
________________. (2005). Manajemen Penelitian. (edisi Revisi). Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta.
Supranto, J.(2000). Statistik: Teori dan Aplikasi Jilid 1 Edisi Enam. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Tim Penyusun. (2005). Panduan Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) dan
Penulisan Laporan. Cetakan Kedua. Aksek LPK Tarakanita.
____________. (2006). Panduan Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) dan
Penulisan Laporan. Cetakan Ketiga, edisi revisi 2. Aksek LPK Tarakanita.
Tim Penyusun. (2004). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.

21

Anda mungkin juga menyukai