Makalah Semaantik
Makalah Semaantik
PENDAHULUAN
yang murni komersial dan dimiliki swasta. Sejak saat itulah mulai bermunculan
stasiun-stasiun swasta baru dengan berbagai program hiburannya yaitu, RCTI,
SCTV, ANTV, Indosiar, Trans TV, Trans 7, Metro TV, Global TV, TV One, dan
MNC TV.
Televisi adalah media yang tidak saja potensial untuk menyampaikan
informasi tetapi juga membentuk perilaku seseorang, baik ke arah positif maupun
negatif, disengaja ataupun tidak. Sebagai media audio visual, TV mampu merebut
94% saluran masuknya pesan-pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu
lewat mata dan telinga. Televisi mampu untuk membuat orang pada umumnya
mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar di layar televisi walaupun
hanya sekali ditayangkan. Atau, secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang
mereka lihat di TV setelah 3 jam kemudian dan 65% setelah 3 hari kemudian.
Televisi banyak mempengaruhi pemirsa secara psikologis. Banyak
tayangan yang mengajak pemirsanya untuk hidup dalam dunia ilusi atau alam
khayalan. Menciptakan kecemburuan yang akhirnya memaksa diri untuk
melakukan kejahatan demi memenuhi hasrat. Televisi mengajarkan kepuasan
sesaat, seperti iklan yang digunakan untuk menarik anak-anak dan remaja untuk
membeli suatu produk yang menipu. Televisi mengajarkan bahwa kebahagiaan
berarti memiliki segala sesuatu.
Televisi sebagai salah satu media komunikasi massa memperluas
penanaman budaya populer tersebut kepada benak audiensnya. Lewat pengaruh
Amerikanisasi terhadap industri dan budaya film pada tahun-tahun seusai
Perang Dunai I, televisi berhasil menstandarisasikan hal-hal yang dinggap
populer ala Barat. Tetapi dengan pola kehidupan Barat yang jauh lebih bebas dan
terbuka membuat budaya khas Asia tidak sekejap bisa berubah melainkan terjadi
proses asimilasi atau perkawinan budaya terlebih dahulu. Hasilnya adalah
berbagai bentuk budaya baru yang khas anak muda Asia atau disebut Asian Pop
Culture (Budaya Populer Asia).
Salah satu acara hiburan yang memiliki penggemar yang cukup besar yaitu
sinetron, baik produksi dalam maupun luar negeri. Jenis sinetron Indonesia yang
memiliki alur cerita yang gampang ditebak, tokoh antagonis selalu kalah dan
protagonis selalu menang, serta jumlah episode yang tak kunjung habis (bahkan
hingga beratus-ratus episode) membuat kebanyakan penonton merasa bosan. Hal
inilah yang memicu beberapa stasiun televisi memasukkan drama Asia khususnya
film Korea di salah satu program acaranya. Tak terkecuali Indosiar. Indosiar
sebagai salah satu stasiun televisi swasta nasional Indonesia yang beroperasi dari
Daan Mogot, Jakarta Barat ini telah menayangkan sejumlah drama Korea yang
cukup populer sejak April 2005. Walaupun tidak mempelopori pemutaran film
Korea di televisi, perusahaan yang pada 2011 ini telah berencana untuk merger
dengan SCTV, tetap kontinu menayangkan drama-drama Korea yang sedang in di
negara asalnya.
Puncak kepopuleran drama Korea di Indonesia terjadi saat serial Winter
Sonata diputar di Jepang, Cina, Taiwan, dan Asia Tenggara. Dari tahun 20022005, drama-drama Korea yang populer di Asia termasuk Indonesia antara lain
Endless Love, Winter Sonata, Love Story from Harvard, Glass Shoes, Stairway to
Heaven, All In, Hotelier, Memories in Bali, dan Sorry I Love You yang merupakan
serial drama melankolis. Drama komedi romantis muncul berikutnya seperti Full
House, Sassy Girl Chun Hyang, Lovers in Paris, Princess Hours, My Name is
Kim Sam-soon, My Girl, Hello Miss!, dan Coffee Prince. Jenis drama latar
belakang sejarah ikut mencetak rating tinggi yaitu drama Dae Jang Geum, Queen
Seon Deok, Hwang Jini, Iljimae, hingga Jumong. Dan tahun 2008-2009, drama
Korea yang banyak mendapat perhatian adalah Boys Before Flowers (BBF)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Hallyu).
Komunikasi sebagai sebuah perilaku interaksi sosial menjadi alat bagi
budaya untuk mempertahankan dirinya dan memastikan hal tersebut melalui
pewarisan sosial. Namun, komunikasi juga menjadi media bagi pewarisan budayatandingan atau counter culture yang diam-diam mengakar dan tumbuh sebagai
alternatif dari budaya-tinggi yang dimiliki sebuah masyarakat. Budaya tinggi
(high culture) adalah budaya yang bersifat khusus dan tertutup, lahir dari kalangan
atas (kaum elite). Budaya ini dianggap bernilai luhur, memiliki standarisasi yang
tinggi (selera, kualitas, dan estetika), dan cenderung memiliki kemampuan khusus
untuk menerapkannya. Contohnya yaitu musik klasik, alat musik tradisional
gamelan, dan pagelaran seni wayang. Saat ini, budaya tinggi telah tergeser oleh
kemunculan teknologi yang berakibat pada instanisasi perilaku masyarakat, yang
mendapatkan tandingannya berupa budaya populer.
Budaya populer atau budaya massa diartikan oleh McDonald dalam
Populer Culture sebagai sebuah kekuatan dinamis, yang menghancurkan batasan
kuno, tradisi, selera, dan mengaburkan segala macam perbedaan (Vidyarini, 2008:
30). Budaya massa membaurkan dan mencampuradukkan segala sesuatu,
akan dilihat apakah SMAN 1 Medan yang merupakan salah satu sekolah unggulan
yang ada di kota Medan juga akan terikut pada terpaan media ini.
Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas maka peneliti tertarik untuk
meneliti hubungan antara terpaan tayangan drama Asia (Korea) di Indosiar
terhadap perilaku budaya populer di kalangan siswa/i SMAN 1 Medan.
communicare yang berarti membuat sama (to make common). Istilah pertama
(communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal usul kata
komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip.
Menurut Harold Lasswell cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi
adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: who (siapa), says what
(mengatakan apa), in which channel (dengan saluran apa), to whom (kepada
siapa), with what effect (dengan pengaruh bagaimana) (Mulyana, 2005: 62).
Selain komunikasi dilakukan secara langsung atau dikenal dengan
komunikasi tatap muka, komunikasi juga bisa berlangsung dengan menggunakan
media yang dikenal dengan komunikasi massa. Secara sederhana, definisi
komunikasi massa dikemukakan oleh Bittner (Ardianto, 2004: 3) yakni pesan
yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass
communication is messages communicated through a mass medium to a large
number of people).
ini awalnya menampilkan liputan Asian Games IV. Setelah kurang lebih dua
puluh tahun masyarakat Indonesia disuguhi dengan informasi yang disiarkan
TVRI. Tiba-tiba mereka disuguhi beragam informasi yang tidak melulu
seremonial. Mulailah kebebasan mendapatkan informasi berlaku transparan di
Indonesia.
Saat ini kebudayaan audiovisual sudah mulai menjadi realita dalam
masyarakat. Menurut Paul Saffo, Direktur Institute for the Future di Menlo Park,
California, mengungkapkan bahwa rentang waktu yang dibutuhkan oleh
gagasan/teknologi baru agar benar-benar meresap ke dalam sebuah kebudayaan
lazimnya rata-rata mencapai tiga dekade, setidak-tidaknya selama lima abad
terakhir. Ia menyebut hal ini sebagai hukum 30 tahun (30-year rule) (Fidler, 2000:
12). Jika dipakai patokan untuk televisi di Indonesia yang mulai beroperasi tahun
1962, maka 1992 merupakan titik awal perubahan yang meluas, yang ditandai
dengan munculnya televisi swasta.
mengemukakan
bahwa
media
massa
memiliki kemampuan
untuk
merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berperilaku dalam segala aktivitas.
Manusia mengevaluasi penerimaan dari perilaku dengan menggunakan suatu
standar perbandingan yang disebut dengan norma-norma sosial (social norms) dan
meregulasi perilaku dengan menggunakan kontrol sosial (social control).
2004:
12)
konsep
adalah
abstraksi
yang
dibentuk
dengan
teoritis
merupakan
paradigma
yang
mentransformasikan
2.
3.
Variabel Teoritis
Variabel Operasional
a. Frekuensi
b.
(Korea) di Indosiar
c. Atensi/Perhatian
a. Kognitif
b. Afektif
c. Behavioral/Konatif
Karakteristik Responden
a.
Jenis kelamin
b.
Usia
c.
Kelas
Durasi
3. Karakteristik Responden
a. Jenis kelamin
b. Usia
: umur responden
c. Kelas
: kelas responden
I.10 Hipotesis
Hipotesis secara sederhana merupakan dugaan sementara yang diharapkan
terjadi dalam penelitian. Penelitian terhadap suatu objek tertentu hendaknya
dilakukan dengan berpedoman pada suatu hipotesis sebagai pegangan atau
jawaban sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya dalam kenyataan
(empirical
verification),
percobaan
(experimentation),
atau
praktek