Makalah Dampak Sex Bebas
Makalah Dampak Sex Bebas
BEBERAPA DEFINISI
Apa definisi remaja?
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa.Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.Menurut
WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24
tahun.Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh
Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum
kawin.Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak
Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun.
Apa definisi reproduksi?
Istilah reproduksi berasal dari kata re yang artinya kembali dan kata produksi yang
artinya membuat atau menghasilkan.Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu proses
kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya.Sedangkan
yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk reproduksi
manusia.
Apa arti kesehatan reproduksi remaja?
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi
dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.Pengertian sehat disini tidak sematamata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental
serta sosial kultural.
Pengetahuan dasar kesehatan reproduksi apa yang perlu diberikan kepada remaja
agar mereka mempunyai kesehatan reproduksi yang baik?
Tumbuh kembang remaja: perubahan fisik/psikis pada remaja, masa subur, anemi
dan kesehatan reproduksi
Kehamilan dan melahirkan: usia ideal untuk hamil, bahaya hamil pada usia muda,
berbagai aspek kehamilan tak diinginkan (KTD) dan abortus
Pendidikan seks bagi remaja: pengertian seks, perilaku seksual, akibat pendidikan
seks dan keragaman seks
Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS
Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
Kemampuan berkomunikasi: memperkuat kepercayaan diri dan bagaimana
bersifat asertif
Hak-hak reproduksi dan jender
atas^
tidaknya remaja putri bila melakukan hubungan seksual tidak tergantung pada berapa kali
dia melakukan hubungan seksual tetapi tergantung pada kapan dia melakukan hubungan
seksual (dikaitkan dengan siklus kesuburan) dan apakah sistem reproduksinya berfungsi
dengan baik (tidak mandul). Banyak remaja yang tidak mengetahui akan hal ini, sehingga
mereka menyangka bahwa untuk hamil orang harus terlebih dahulu melakukan hubungan
seksual berkali-kali.
atas^
Kapan masa subur terjadi?
Masa subur adalah masa dimana terjadinya pelepasan sel telur pada perempuan. Titik
puncak kesuburan terjadi pada hari ke 14 sebelum masa menstruasi berikutnya. Tetapi
tanggal menstruasi berikutnya sering kali tidak pasti pada remaja.Biasanya diambil
perkiraan masa subur 3-5 hari sebelum dan sesudah hari ke 14 tersebut. Pada masa
remaja pencegahan kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual pada masa
subur (sisten kalender), tidak dapat diandalkan.Ini disebabkab siklus mentruasi pada
remaja perempuan biasanya tidak teratur.Secara lebih mendetail, siklus kesuburan
seorang perempuan dapat dipelajari pada gambar terlampir
atas^
Anemia dan kesehatan reproduksi
Anemia (kurang darah: Hb <12 gr %) sangat terkait erat dengan masalah kesehatan
reproduksi (terutama pada perempuan). Jika perempuan mengalami anemia maka akan
menjadi sangat berbahaya pada waktu dia hamil dan melahirkan. Perempuan yang
menderita anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah (kurang dari 2.5
kg). Di samping itu, anemia dapat mengakibatkan kematian baik ibu maupun bayi pada
waktu proses persalinan. Karena itu untuk memastikan agar remaja tidak mengidap
anemia maka perlu dianjurkan untuk memeriksakan diri pada petugas medis. Jika
ternyata remaja mengidap anemia maka perlu dianjurkan untuk makan-makanan yang
bergizi atau mengkonsumsi pil besi sesuai dengan anjuran.
Apa yang terjadi jika remaja menikah/hamil pada usia sangat muda (di bawah 20
tahun)?
Remaja dimungkinkan untuk menikah pada usia dibawah 20 tahun sesuai dengan
Undang-undang Perkawinan No. I tahun 1979 bahwa usia minimal menikah bagi
perempuan adalah 16 tahun dan bagi laki-laki 18 tahun. Tetapi perlu diingat beberapa hal
sebagai berikut:
Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilannya termasuk
kontrol kehamilan. Ini berdampak pada meningkatnya berbagai resiko kehamilan.
Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami ketidakteraturan tekanan darah
yang dpat berdampak pada keracunan kehamilan serta kekejangan yang berkibat
pada kematian yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu
Penelitian juga memperlihatkan bahwa kehamilan usia muda (dibawah 20 tahun)
sering kali berkaitan dengan munculnya kanker rahim. Ini erat kaitanya dengan
belum sempurnanya perkembangan dinding rahim.
atas^
Apa yang perlu diketahu remaja tentang kehamilan yang tidak diinginkan?
Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang karena suatu sebab
maka keberadaanya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi
atas^
Kerugian KTD dan bahaya pada remaja?
Beberapa kerugian KTD pada remaja:
Remaja atau calon ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil maka ia bisa
saja tidak mengurus dengan baik kehamilannya
Sulit mengharapkan adanya perasaan kasih sayang yang tulus dan kuat dari ibu
yang megalami KTD terhadap bayi yang dilahirkanya nanti. masa depan anak
mungkin saja terlantar
Mengakhiri kehamilannya atau sering disebut dengan aborsi. Di Indonesia aborsi
dikategorikan sebagai tindakan ilegal atau melawan hukum. Karena tindakan
aborsi adalah ilegal maka sering dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan tidak
aman. Aborsi tidak aman berkontribusi kepada kematian dan kesakitan ibu.
atas^
Apakah yang disebut abortus?
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum buah
kehamilan tersebut mampu untuk hidup di luar kandungan, dimana beratnya masih di
bawah 500 gram atau sebelum usia kehamilan 20 minggu. Abortus dibagi menjadi dua,
yaitu abortus spontan dan abortus buatan. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi
secara alamiah tanpa adanya upaya-upaya dari luar untuk mengakhiri kehamilan tersebut.
Terminologi yang paling sering digunakan untuk abortus spontan adalah keguguran.
Sedangkan abotus buatan adalah abortus yang yang terjadi akibat adanya upaya-upaya
tertentu untuk mengakhiri proses kehamilan. Istilah yang sering digunakan adalah aborsi,
pengguguran, atau abortus provolatus.
atas^
Apakah dampak dari melakukan aborsi?
Aborsi sangat berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan perempuan terutama jika
dilakukan secara sembarangan yaitu oleh meraka yang tidak terlatih. Perdarahan yang
terus-menerus serta infeksi yang terjadi setelah tindakan aborsi merupakan sebab utama
kematian perempuan yang melakukan aborsi. Di samping itu aborsi juga berdampak pada
kondisi psikologis. Perasaan sedih karena kehilangan bayi, beban batin akibat timbulnya
perasaan bersalah dan penyesalan yang dapat mengakibatkan depresi. Oleh karena itu
konseling mutlak diperlukan kepada pasangan sebelum mereka memutuskan untuk
melakukan tindakan aborsi. Tindakan aborsi harus diyakinkan sebagai tindakan terakhir
jika altenatif lain sudah tidak dapat diambil.
atas^
Bagaimana terjadinya homoseksualitas?
Terjadinya homoseksualitas masih diperdebatkan. Ada yang mengatakan bahwa hal ini
terjadi sejak lahir (dipengaruhi oleh gen) dan ada pula yang mengatakan didapatkan dari
pengaruh lingkungan.
atas^
Bagaimana sebaiknya kita bersikap terhadap kaum homoseksual?
Homoseksual dikatakan normal apabila bisa diterima di suatu budaya tertentu dan
dikatakan tidak normal apabila tidak diterima di budaya yang lain, tetapi dalam bersikap
kita sebaiknya tetap menghargai manusia tanpa membedakan orientasi seksualnya.
Pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering kali tidak disadari. Jika ada
gejala, biasanya berupa antara lain:
rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual,
rasa nyeri pada perut bagian bawah,
pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin,
>keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan
pada alat kelamin atau sekitarnya,
keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal,
timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual,
bintil-bintil berisi cairan,
lecet atau borok pada alat kelamin.
atas^
Bagaimana remaja bisa terhindar dari PMS?
Bagi remaja yang belum menikah, cara yang paling ampuh adalah tidak melakukan
hubungan seksual, saling setia bagi pasangan yang sudah menikah, hindari hubungan
seksual yang tidak aman atau beresiko, selalu menggunakan kondom untuk mencegah
penularan PMS, selalu menjaga kebersihan alat kelamin.
atas^
Apa saja jenis PMS?
Ada banyak macam penyakit yang bisa digolongkan sebagai PMS. Di Indonesia yang
banyak ditemukan saat ini adalah gonore (GO), sifilis (raja singa), herpes kelamin,
klamidia, trikomoniasis, kandidiasis vagina, kutil kelamin.
atas^
Apakah PMS dapat diobati?
Kebanyakan PMS dapat diobati, namun ada beberapa yang tidak bisa diobati secara
tuntas seperti HIV/AIDS dan herpes kelamin. Jika kita terkena PMS, satu-stunya cara
adalah berobat ke dokter atau tenaga kesehatan., jangan mengobati diri sendiri. Selain itu,
pasangan kita juga harus diobati agar tidak saling menularkan kembali penyakit tersebut.
atas^
atas^
Tanda-tanda dan gejala HIV/AIDS
Sesudah terjadi infeksi virus HIV, awalnya tidak memperlihatkan gejala-gejala khusus.
Beru beberapa minggu sesudah itu orang yang terinfeksi sering menderita penyakit
ringan sehari-hari seperti flu atau diare. Pada periode 3-4 tahun kemudian penderita tidak
memperlihatkan gejala khas atau disebut sebagai periode tanpa gejala, pada saat ini
penderita merasa sehat dan dari luar juga tampak sehat. Sesudahnya, tahun ke 5 atau 6
mulai timbul diare berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan
dimulut, dan terjadi pembengkakan di kelenjar getah bening dan pada akhirnya bisa
terjadi berbagai macam penyakit infeksi, kanker dan bahkan kematian.
atas^
Bagaimana bisa terhindar dari HIV/AIDS?
Lebih aman berhubungan seks dengan pasangan tetap (tidak berganti-ganti pasangan
seksual). Hindari hubungan seks di luar nikah. Menggunakan kondom jika melakukan
hubungan seksual berisiko tinggi seperti dengan pekerja seks komersial; sedapat mungkin
menghindari tranfusi darah yang tidak jelas asalnya; menggunakan alat-alat medis dan
non media yang terjamin streril.
atas^
Dapatkah HIV/AIDS diobati?
Sampai sekarang, belum ditemukan cara pengobatan yang tuntas, saat ini yang ada
hanyalah menolong penderita untuk mempertahankan tingkat kesehatan tubuhnya.
atas^
Bagaimana mendeteksi HIV/AIDS?
Dengan melakukan tes-tes darah sesuai tahapan perkembangan penyakitnya. Untuk
mendeteksi adanya antibodi terhadap virus HIV, yang menunjukkan adanya virus HIV
dalam tubuh, dilakukan tes darah dengan cara Elisa sebanyak 2 kali. Kemudian bila
hasilnya positif, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan cara Western Blot atau
Immunofluoresensi.
atas^
Mitos yang salah seputar HIV/AIDS?
Beberapa mitos yang salah yang sering terjadi di masyarakat adalah bahwa berhubungan
sosial dengan penderita HIV/AIDS akan membuat kita tertular, seperti bersalaman,
menggunakan WC yang sama, tinggal serumah, atau menggunakan sprei yang sama
dengan penderita HIV/AIDS.
atas^
Apakah penderita HIV/AIDS perlu dikucilkan?
Apakah perkosaan hanya dilakukan oleh orang yang dikenal sebagai penjahat?
Tidak. Dalam banyak kasus perkosaan dilakukan oleh orang yang sudah dikenal korban.
Misalnya: teman dekat, kekasih, saudara, ayah (tiri maupun kandung), guru, pemuka
agama, atasan dan sebagainya. Dalam banyak kasus lainya, perkosaan dilakukan oleh
orang-orang yang baru dikenal dan semula nampak sebagai orang baik-baik yang
menawarkan bantuan misalnya, mengantarkan korban ke suatu tempat.
atas^
Bagaimana mencegah terjadinya pelecehan?
Pada dasarnya, setiap orang harus menunjukan bahwa dia tak bersedia dilecehkan. Kamu
sepantasnya tidak memberikan peluang pada pihak manapun untuk melecehkan dirimu.
Sebagai contoh, kamu harus menunjukkan sikap tegas pada saat orang lain melakukan
tindakan tanda-tanda kearah pelecehan, seperti meminta untuk membuka pakaian atau
meraba-raba. Bahkan sejak kecil, anak-anak sebaiknya diajarkan untuk tidak membiarkan
orang lain selain orang tuanya melihat-lihat atau memegang-megang tubuhnya.
atas^
Apa yang harus dilakukan jika melihat ada pelecehan terjadi pada orang lain?
Kita harus turut menunjukan penolakan, ketidaksukaan atau bahkan ancaman terhadap
pelaku pelecehan, serta mengajak pihak lain bersama mengecam pelecehan. Pelaku
pelecehan umumnya akan berhenti melecehkan bila merasa bahwa banyak orang
mengetahui tindakannya dan mengecamnya.
atas^
Apa yang harus dilakukan bila terjadi perkosaan?
Segera lapor ke polisi. Di kepolisian korban akan diantar ke dokter untuk mendapatkan
visum et repertum. Apabila korban takut pergi ke kantor polisi, ajaklah teman atau
saudara untuk menemani. Kalau terpaksa, koban bisa datang ke rumah sakit terlebih
dahulu agar dokter bisa memberikan surat keterangan, dan meminta dokter menghubungi
polisi.
atas^
Saran sederhana menjaga diri dari perkosaan?
Menunjukan sikap tegas terhadap segala bentuk perilaku yang mencurigakan, selalu
bersikap waspada, hindari berjalan di tempat gelap dan sunyi, berpakaian sewajarnya,
sediakan selalu senjata di dalam tas, seperti misalnya korek api, deodorant semprot, dan
sebagainya; jika pergi ke suatu tempat asing, bawa alamat lengkap, denah dan jalur
kendaraan sehingga tidak terlihat bingung. Bertanya pada tempat-tempat resmi, seperti
kantor polisi, jangan mudah menerima ajakan untuk bepergian atau menginap di tempat
yang belum dikenal, jangan mudah menumpang kendaraan orang yang belum di kenal,
berhati-hati jika diberi minum orang, pastikan selalu jendela, pintu kamar, rumah, mobil
sudah terkunci. Belajar beladiri praktis untuk mempertahankan diri ketika diserang.
Apa yang perlu dilakukan jika mengetahui ada orang yang kecanduan
disekitarnya?
Ingatlah bahwa masalah narkoba dan miras adalah masalah kita bersama. Semua orang
dapat mengalaminya. Karena itu janganlah mengucilkan atau menjauhi mereka yang
terkena nakoba dan miras. Sebaliknya rangkulah mereka dan bantulah mereka keluar dari
permasalahan tersebut. Dukunglah dan bantulah keluarga korban untuk bersama-sama
menolong korban. Jika mengalami banyak hambatan dalam membantu keluarga korban,
rujuklah penanganan korban melalui keluarganya kepada pihak yang memiliki
kemampuan untuk itu.
atas^
Apakah normal bila remaja menyukai MMSM?
Sangat wajar. Setiap manusia memiliki naluri seks dan karena itu wajar jika mereka
merasa senang dengan materi seks. Namun demikian, bila remaja sering mengkonsumsi
MMSM, dorongan untuk menyalurkan hasrat seksualnya menjadi tinggi. Karena itu,
seperti sudah dikatakan, mengkonsumsi MMSM sejak remaja potensial mendorong
tumbuhnya perilaku seks di luar pernikahan yang tidak bertanggung jawab.
atas^
MMSM merendahkan martabat perempuan?
Umumnya MMSM memang menonjolkan perempuan sebagai objek seks. Dalam hal ini,
MMSM memperkuat cara pandang masyarakat bahwa perempuan pada dasarnya
makhluk rendah yang berfungsi sebagai pemuas nafsu seks pria. Lebih dari itu, banyak
media yang menggambarkan adegan perkosaan terhadap perempuan sebagai peristiwa
yang penuh kenikmatan. Karena itu, MMSM cenderung menempatkan perempuan dalam
posisi rendah.
atas^
Beberapa tips yang dapat membantu remaja melewati masa remajanya dengan baik
Sampaikan kepada remaja untuk berbagi rasa dengan orang tua atau
orang yang dituakan di rumah, mencari seorang sahabat,
meningkatkan kepercayaan diri dan berani mengatakan tidak
untuk hal-hal yang buruk. Sarankan remaja untuk bergaul dalam
kelompok atau membentuk kelompok dengan aktivitas positif dan
menjauhi kelompok dengan tujuan negatif. Remaja juga perlu
disarankan untuk menjaga kesehatan fisik sedini mungkin dan
secara terus-menerus.
Mendorong orang tua membantu remaja mengenali perubahan yang ada pada
dirinya?
Pengalaman mengenai masa remaja khususnya kenangan orang tua terhadap sesuatu yang
sangat spesifik, seperti kencan pertama, sangat penting ditularkan kepada anak remaja.
Hal yang harus diperhatikan oleh para orang tua adalah apa yang mereka alami beberapa
puluh tahun yang lalu, sekarang ini juga dialami oleh anak remaja mereka. Oleh karena
itu penting bagi orang tua untuk melihat remaja dengan pandangan yang luas serta penuh
perhatian, sehingga menimbulkan suatu pendekatan yang berbeda bagi para remaja.
atas^
Perubahan penting apa yang perlu diperhatikan oleh orang tua terhadap anak
remaja mereka?
Masa remaja adalah periode transisi dengan perubahan fisik yang menandai seorang anak
mempunyai kemampuan bereproduksi. Anak perempuan mulai mengalami
menstruasinya, anak laki-laki mulai ejakulasi. Serta tingkah laku mereka pada saat itu
akan berubah cepat dan kadang-kadang menimbulkan suatu pertentangan.Ada dua hal
yang paling menonjol dalam kehidupan remaja yaitu:
Keinginan untuk mencari identitas diri
Keinginan untuk tidak tergantung dari orang lain khususnya orang tua.
Pada masa itu mereka akan mulai mencari dan mencoba mencari identitas diri (Siapa
saya? Apa yang orang lain pikirkan tentang saya? Apa yang saya sukai? Siapa orangorang penting dalam hidup saya?) dan mencoba untuk menentukan kemampuannya dan
mencoba mengukur kapasitasnya (Seberapa jauh saya dapat pergi? Apa yang dapat saya
kerjakan? Berapa yang dapat saya ambil? Seberapa tidak tergantungnya saya? Dan lain
sebagainya)
atas^
Perubahan-perubahan fisik yang perlu disadari oleh anak remaja pada saat mereka
memasuki dunia remaja?
Masa pubertas atau masa transisi dari dunia anak-anak ke dunia dewasa secara fisik
ditandai dengan berbagai perubahan. Berbagai perubahan tersebut alamiah sifatnya,
namun hal ini tidak diketahui oleh remaja yang bersangkutan jika mereka tidak dijelaskan
sesuai dengan nalar dan alam pkiran mereka. Ketidaktahuan tersebut berdampak pada
kebingungan, kecemasan, ketakutan, atau bahkan pemberotakan diri.
Berbagai perubahan dan tingkat kematangan berbeda antar seorang dengan lainnya.
Penting bagi orang tua untuk mengkomunikasikan atau memberikan pengertian mengenai
hal tersebut kepada para remaja. Para remaja membutuhkan keyakinan khusus bahwa
yang mereka alami adalah sesuatu yang alamiah dan perbedaan yang terjadi antara
dirinya dengan teman sebaya lainnya bukanlah suatu kekurangan atau kelainan.
atas^
Perubahan tingkah laku dan emosional yang dihadapi oleh para orang tua terhadap
anak-anak yang mulai meningkat remaja?
Masa remaja juga ditandai dengan kondisi emosional yang kuat, kuatnya emosi ini
kadang-kadang menimbulkan kembali pertengkaran-pertengkaran yang sudah berlalu dan
terkadang akan menimbulkan rasa kebencian lagi. Tingkat emosi anak-anak remaja dapat
dilihat dengan berbagai cara seperti, temperamental (mudah marah), sering menolak
untuk berkomunikasi.
atas^
Mengapa orang tua perlu memberikan perhatian serius tentang pendidikan seks
kepada para remaja mereka?
Keingintahuan remaja sangat besar. Dalam kondisi dimana teknologi informasi dan
komunikasi begitu bebas dewasa ini maka kesempatan remaja untuk memperoleh
informasi terhadap berbagai hal termasuk masalah seks sangatlah terbuka. Masalahnya
adalah tidak semua infomasi yang tersedia merupakan informasi yang benar dan tepat
bagi kehidupan remaja. Jika kemudian remaja mendapatkan informasi yang tidak benar
maka hal ersebut akan berpengaruh pada nilai keidupan mereka.
Orang tua sangat berperan dalam menimbulkan nilai-nilai positif remaja perihal
kehidupan seksual mereka seperti bahaya PMS dan HIV/AIDS, hubungan seks bebas,
kehamilan usia muda dan lain sebagainya.
atas^
Bagaimana agar orang tua diterima oleh remaja?
Ada beberapa tips orang tua dapat berkomunikasi dengan remaja yaitu:
Pengenalan terhadap diri anda
Menganali masalah-masalah anda
Mengenalianak-anak anda
Ciptakan rasa keterbukaan dalam memberikan informasi yang mendidik mengenai
masalah seksual kepada anak anda
atas^
Kendala apa yang dihadapi oleh orang tua dalam memberikan pendidikan
seks kepada remaja mereka?
Kendala budaya, pengetahuan serta beban psikologis seringkali menjadi hambatan
bagi orang tua dalam berkomunikasi tentang masalah seksual yang sehat dan
bertanggung jawab dengan para remaja. Namun satu hal yang harus senantiasa
diingat oleh orang tua bahwa peran mereka dibutuhkan oleh para remaja. Jika
orang tua tidak mengambil peran tersebut maka dunia luar yang akan
mengambilnya. Oleh karenanya orang tua harus dengan berbagai cara berupaya
untuk membuka komunikasi tersebut. Orang tua tidak bisa menghindari anakanaknya dari pengetahuan akan seks. Mereka akan mencari sendiri atau
memperoleh informasi dari lingkungan dimana mereka bergaul. Informasi
tersebut dapat berupa film, majalah, buku cerita atau komik porno, ataupun cerita
dari teman-teman sebaya.
Oleh karena itu orang tua mutlak perlu meningkatkan pengetahuan mereka
seputar kehidupan seksual yang sedang banyak terjadi misalnya penyebaran
HIV/AIDS untuk kemudian didiskusikan dengan anak remaja mereka.
atas^
Jender ditentukan oleh sosial dan budaya setempat sedangkan seks adalah pembagian
jenis kelamin yang ditentukan oleh Tuhan. Misalnya laki-laki mempunyai penis dan bisa
memproduksi sperma, sementara perempaun mengalami menstruasi, bisa mengandung
dan melahirkan serta menyusui.
Dari hasil pemeriksaan aparat, perilaku memalukan ini akibat pengaruh minuman keras
dan sering menonton VCD porno.
DALAM cerita rubrik Curhat, Kompas, pernah ada sebuah cerita tentang seorang remaja
yang menutup pintunya rapat-rapat hanya karena ingin membuka kartu remi full color
yang gambarnya aduhai dan syuur.
Merebaknya pornografi sungguh amat memprihatinkan, apalagi bacaan-bacaan dan
sejenisnya, yang saat ini amat mudah diakses oleh siapa pun (termasuk remaja).
Beberapa waktu lalu survei terhadap pornografi menggambarkan, banyak media massa
yang masuk kategori pornografi, di dalamnya memuat isi dan gambar secara vulgar dan
permisif. Banyak foto perempuan yang berpose seronok dan berpakaian mini, bahkan
hanya ditutupi daun pisang, dan masih banyak kasus serupa yang seringkali masih saja
menghiasi wajah media massa kita.
Situasi maraknya pornografi sebagai media yang menyesatkan hingga berimplikasi
terhadap dekadensi moral, kriminalitas, dan kekerasan seks yang dilakukan remaja,
sesunguhnya bukan sebuah kasus baru yang mengisi lembaran surat kabar ataupun media
elektronik.
Kasus-kasus kekerasan seksual, kehamilan tidak dikehendaki (KTD) pada remaja dan
sejenisnya, tampaknya masih belum banyak diangkat ke permukaan sehingga "seolaholah" masalah ini dianggap "kasuistik" yang tidak penting untuk dikaji lebih jauh.
Padahal, timbulnya kasus-kasus seputar KTD remaja, kekerasan seksual, penyakit
menular seksual (PMS) pada remaja bahkan sampai aborsi, tidak lepas dari (salah
satunya) minimnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja.
Pendidikan Seks = Pornografi?
Pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebagai salah satu upaya untuk
"mengerem" kasus-kasus itu, sampai saat ini masih saja diperdebatkan (bahkan
banyak yang enggak setuju).
Sementara, pornografi tiap saat ditemui remaja. Beberapa kajian menunjukkan, remaja
haus akan informasi mengenai persoalan seksualitas dan kesehatan reproduksi.
Penelitian Djaelani yang dikutip Saifuddin (1999:6) menyatakan, 94 persen remaja
menyatakan butuh nasihat mengenai seks dan kesehatan reproduksi. Namun, repotnya,
sebagian besar remaja justru tidak dapat mengakses sumber informasi yang tepat. Jika
mereka kesulitan untuk
mendapatkan informasi melalui jalur formal, terutama dari lingkungan sekolah dan
petugas kesehatan, maka kecenderungan yang muncul adalah coba-coba sendiri mencari
sumber informal.
Sebagaimana dipaparkan Elizabeth B Hurlock (1994:226), informasi mereka coba
dipenuhi dengan cara membahas bersama teman-teman, buku-buku tentang seks, atau
mengadakan percobaan dengan jalan masturbasi, bercumbu atau berhubungan seksual.
Kebanyakan masih ada anggapan, seksualitas dan kesehatan reproduksi dinilai masih
tabu untuk dibicarakan remaja.
Ada kekhawatiran (asumsi) untuk membicarakan persoalan seksualitas kepada remaja,
sama halnya memancing remaja untuk melakukan tindakan coba-coba.
Sebenarnya, masalah seksualitas remaja adalah problem yang tidak henti-hentinya
diperdebatkan. Ada dua pendapat tentang perlu tidaknya remaja mendapatkan informasi
seksualitas. Argumen pertama memandang, bila remaja mendapat informasi tentang seks,
khususnya masalah pelayanan kesehatan reproduksi, justru akan mendorong remaja
melakukan aktivitas seksual dan promiskuitas lebih dini.
Sedangkan pendapat kedua mengatakan, remaja membutuhkan informasi tentang
perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan implikasi pada perilaku seksual
dalam rangka menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kesadaran terhadap
kesehatannya.
Remaja sendiri merupakan kelompok umur yang sedang mengalami perkembangan.
Banyak di antara remaja berada dalam kebingungan memikirkan keadaan dirinya.
Sayangnya, untuk mengetahui persoalan seksualitas masih terdapat tembok penghalang.
Padahal, mestinya jauh
lebih baik memberikan informasi yang tepat pada mereka daripada membiarkan mereka
mencari tahu dengan caranya sendiri.
Pendidikan seksualitas masih dianggap sebagai bentuk pornografi. Padahal, dalam
gambaran penelitian yang pernah dilakukan oleh Pusat Studi Seksualitas PKBI-DIY di
wilayah Yogyakarta pada pertengahan tahun 2000 terhadap persepsi remaja dan guru
(mewakili orangtua), anggapan itu tidak sepenuhnya terbukti.
Selama ini pendidikan seks dipersepsikan sebagai sebuah hal yang sifatnya pornografi
yang tidak boleh dibicarakan, apalagi oleh remaja. Dari hasil kuesioner menggambarkan,
hanya sekitar 14,29 persen (responden guru) yang menyatakan, pendidikan seks sama
dengan
pornografi. Dari remaja sendiri anggapan tentang pendidikan seks sama dengan
pornografi tidak terbukti (0 persen).
Remaja dan pendidikan seks?
Masih amat sedikit pihak yang mengerti dan memahami betapa pentingnya
pendidikan seksualitas bagi remaja. Faktor kuat yang membuat pendidikan
seksualitas sulit diimplementasikan secara formal adalah persoalan budaya dan
agama.
Selain itu, faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah kentalnya budaya patriarki yang
mengakar di masyarakat. Seksualitas masih dianggap sebagai isu perempuan belaka.
Pornografi merupakan hal yang ramai dibicarakan karena berdampak negatif, dan salah
satu upaya membentengi remaja dari pengetahuan seks yang menyesatkan adalah dengan
memberikan pendidikan seksualitas yang benar. WHO menyebutkan, ada dua keuntungan
yang dapat diperoleh dari pendidikan seksualitas.
Pertama, mengurangi jumlah remaja yang melakukan hubungan seks sebelum menikah.
Kedua, bagi remaja yang sudah melakukan hubungan seksual, mereka akan melindungi
dirinya dari penularan penyakit menular seksual dan HIV/AIDS.
Mengingat rasa ingin tahu remaja yang begitu besar, pendidikan seksualitas yang
diberikan harus sesuai kebutuhan remaja, serta tidak menyimpang dari prinsip pendidikan
seksualitas itu sendiri. Maka, pendidikan seksualitas harus mempertimbangkan:
pemerkosaan yang menimpa bintang sinetron Faisal terhadap seorang remaja berusia 18
tahun bernama Sheara Rendra Mayang Putri. Atau juga yang dilaporkan Puspita
Wahyuningsih alias Pipit dengan perut membucit yang diakuinya merupakan buah
hubungannya dengan bintang sinetron dan iklan Agung Dumadi.
Anak hamil di luar nikah? Mendengar hal tersebut seperti halnya disambar petir di siang
bolong. Terlebih lagi jika hal tersebut terjadi di keluarga sendiri. Rasanya sebagai orang
tua tidak kurang memberi pengertian akan bahaya dan dosa jika mereka melakukan
hubungan seks di luar nikah.
Apalagi jika sang orangtua tahu benar bahwa anaknya tidak pernah membantah, patuh
dan termasuk juga jarang bergaul. Pertanyaan mengapa dia bisa hamil tanpa nikah
terlebih dahulu? Apapula yang menyebabkan seusia mereka harus berhubungan layaknya
pasangan suami-isteri?
Yang pasti kejadian ini tak hanya membuat malu keluarga yang punya anak wanita. Bagi
yang punya anak laki-laki, juga tentu merasa tercoreng-moreng. Kemungkinan muncul
pertanyaan mengapa anaknya yang baru saja dapat mengendarai mobil, ataupun naik
motor kini bisa menghamili anak orang? Jika ini sudah terlanjur terjadi, apa yang harus
dilakukan oleh para orang tua? Apakah akhirnya menikahkan mereka juga? Ataukah
malahan menganjurkan hal yang dilarang dunia-akherat, yakni aborsi?
Pertanyaan-pertanyaan ini tentu berpulang pada jawaban Anda masing-masing. Yang
pasti selayaknya orangtua yang harus selalu berkewajiban mengayomi dan memberi rasa
aman, apapun masalah yang menimpa mereka harus tetap dalam arahan orangtua.
Rangkul mereka dan bantu mereka mencari solusi terbaik dari setiap masalah yang
mereka hadapi. Bukan langsung mengkambing hitamkan dan memvonis buruk mereka.
Bukan pula memberikan solusi tidak beradab seperti contohnya melakukan aborsi atau
mencuci tangan atas apa yang sebenarnya telah mereka lakukan.
Sebenarnya apakah yang paling diinginkan oleh para remaja jika mereka mempunyai
sebuah masalah yang mereka pikir tidak dapat diselesaikan sendiri, baik itu masalah
pelajaran, pacar, teman ataupun keluarga? Pasti mereka akan curhat.
Sebab mereka pikir dengan curhat, maka masalah mereka dapat teratasi dan apa yang
menjadi kegelisahan jiwa mereka dapat dilepaskan. Dengan curhat selain mereka merasa
dilegakan perasaannya, mungkin juga dapat masukan untuk mengatasi masalah yang
sedang dihadapinya.
Tapi bukan solusi terbaik kiranya bila mereka curhat pada orang yang tidak tepat. Karena
kemungkinan malahan bukannya jawaban dan penyelesaian yang mereka dapat,
melainkan malahan timbul permasalahan baru. Apalagi jika menyangkut sesuatu yang
dirahasiakan. Kadang teman yang sudah dianggap dekat dan baik pun belum tentu dapat
diajak curhat dalam segala hal.
Alangkah baiknya sejak dini rangkul mereka, ajak mereka sebagai seorang teman dan
sahabat. Dengan demikian mereka bisa dengan mudah mengatakan apa yang mereka
rasakan, tak terkecuali tentang permasalahan cinta mereka. Terangkan pula apa itu seks
dan akibatnya sesuai dengan usia dan perkembangan mereka. Dengan demikian mereka
bisa berpikir sekian kali untuk melakukan seks diluar nikah.
Penanaman agama sedini mungkin juga menjadi jaminan kelangsungan hidup mereka
untuk lebih baik. mereka bisa memilih hubugan yang sehat itu seperti apa, pacaran itu
seperti apa dan norma hubungan antar pria dan wanita diluar pernikahan itu seperti apa.
Mulai dari sekarang juga dan detik ini juga rangkul mereka, dekati mereka sebagai
sahabat karib dan bukan menyalahkan semuanya ketika semuanya sudah telanjur
terjadi ...
Tips Agar Anak Menghindari Seks Bebas
22 August 2002
Jakarta, KBI Gemari
Di Indonesia, menurut DepKes RI, hingga 30 September 2006, tercatat 11.604 orang
penderita HIV/AIDS. Ini berarti
dalam waktu dua tahun, peningkatan insiden 178%. Karena fenomena gunung es jumlah yang
sesungguhnya jauh lebih
besar. Insiden terutama terjadi pada usia produktif dan juga pada bayi serta anak-anak. Jika dan
loss generation. Inilah
alasan penting, mengapa HIV/AIDS harus segera diatasi.
Pencegahan Semu
Upaya pencegahan HIV/AIDS pun gencar dilakukan. LSM-LSM telah banyak memberikan
edukasi kepada mereka yang
rentan terkena HIV/AIDS. Di antaranya dengan mengadakan penyuluhan kepada para pelaku
seks aktif, seperti Pekerja
Seks Komersial (PSK). Bukan itu saja, pengetahuan tentang HIV/AIDS pun telah dimasukkan ke
dalam kurikulum
pendidikan. Pemerintahan Kabupaten Merauke dan Biak, Provinsi Papua, bekerjasama dengan
Dinas Pendidikan
setempat mulai memasukkan pelajaran mengenai seluk-beluk HIV/AIDS dan penyakit menular
lain dalam kurikulum
pendidikan tahun ajaran 2007/2008 ini.
Materi tentang HIV/AIDS, sebagai bahan mata pelajaran muatan lokal di sekolah, akan diajarkan
mulai sekolah dasar
hingga SMA/SMK, dengan tujuan agar siswa memperoleh berbagai pengetahuan tentang
penularan HIV/AIDS dan tata
cara pencegahannya. Materi tentang HIV/AIDS juga dikemas dalam kurikulum Kesehatan
Reproduksi Remaja (KRR)
dan sedang disosialisasikan ke sekolah-sekolah.
Sayang, materi penyuluhan tentang HIV/AIDS untuk masyarakat umum maupun pelajar itu minus
muatan moral dan
agama. Bahkan faktor moral dan agama seganja dihilangkan dan sama sekali tabu dibicarakan,
karena menurut mereka,
HIV/AIDS sekadar fakta medis yang tidak bisa dikait-kaitkan dengan moral dan agama. Ini karena
menurut mereka, tidak
semua ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) adalah para pelaku tidak amoral seperti pelaku seks
bebas. Ada anak yang
tertular HIV/AIDS dari ibunya, atau istri baik-baik tertular dari suaminya.
B5/B2/D1Jadi dalam logika ini, memasukkan nilai-nilai moral atau agama hanya akan
memvonis ODHA sebagai pelaku tindak
amoral. Padahal, penyakit HIV/AIDS jelas-jelas terkait dengan perilaku sosial yang tentu erat
kaitannya dengan moral.
Sebab jika ditelususri, munculnya HIV/AIDS terjadi karena aktivitas sosial yang menyimpang dari
tuntunan agama. Ingat,
virus mengerikan ini pertama kali ditemukan tahun 1978 di San Francisco Amerika Serikat pada
kalangan homoseksual.
Di Indonesia kasus HIV/AIDS ini pertama kali ditemukan pada turis asing di Bali tahun 1981. Kita
tahu, bagaimana
perilaku seks turis asing, meski tak semuanya memang penganut seks bebas. Karena itu,
minusnya muatan agama
dalam kurikulum penyuluhan HIV/AIDS dipastikan tidak akan membuat upaya pencegahan
penyebaran HIV/AIDS efektif.
Belum lagi bila dilihat materi penyuluhan atau kurikulum pencegahan HIV/AIDS yang bersumber
dari UNAIDS (United
Nation Acquired Immune Deficiency Sy ndrome) dan WHO melalui PBB. Dalam kampanyenya
pencegahan HIV/AIDS,
Waspada Online
http://www.waspada.co.id Menggunakan Joomla! Generated: 16 May, 2008, 11:10
ada istilah ABCD, yakni A= Abstentia alias jangan berhubungan seks ; B= be faithfull alias
setialah pada pasangan, C=
condom alias pakailah kondom, atau D= drugs atau hindari obat-obatan.
Solusi yang ditawarkan tampaknya bagus. Namun, pada realitasnya program kondomisasi lebih
mendominasi. Padahal,
orang bodoh pun tahu bahwa menyodorkan kondom sama saja menyuburkan seks bebas.
Apalagi, faktanya kondom
justru dibagikan di lokasilokasi prostitusi, hotel dan tempat-tempat hiburan yang rentan terjadinya
transaksi seks.
Lagipula, efektivitas kondom dalam pencegahan HIV/AIDS masih diperdebatkan, mengingat tidak
ada produsen kondom
yang berani mengklaim 100 % produknya aman tak bisa ditembus virus HIV/AIDS. Selanjutnya,
untuk mencegah
substitusi kondom, legalisasi jarum suntik dan anti-diskriminasi terhadap ODHA. Jika dicermati,
dengan solusi yang
ditawarkan tersebut virus HIV/AIDS justru semakin menyebar. Kenapa demikian? Mari kita lihat
satu persatu.
Substitusi Metadon. Metadon adalah turunan narkoba (morfin, heroin dkk) yang mempunyai efek
adiktif (nyandu) dan
menyebabkan 'loss control' (tidak mampu mengendalikan diri). Dengan dalih agar tidak
menggunakan narkoba suntik
metadon pun ditempuh karena metadon melalui mulut. Akibat dari program ini, 'loss control'
penularan yang utama virus
HIV/AIDS. Harga metadon di Puskesmas Rp5000 dan dapat dibeli secara bebas dan terangterangan.
Akses metadon yang mudah dan murah akan memperluas pengguna metadon. Adiktif (nyandu)
akan melestarikan
pengguna narkoba. Legalisasi Jarum Suntik. Dengan dalih agar tidak terjadi penggunaan jarum
suntik secara bersamasama,
legalisasi jarum pun dilakukan. Padahal dengan langkah ini berarti ada upaya legalisasi
penggunaan narkoba
suntik (tetap dilestarikan). Selain itu jarum suntik akan tetap digunakan secara bersama-sama
karena pengguna karena
pengguna narkoba menjadi loss control sehingga mendekatkan pada kemungkinan seks bebas.
Di samping itu
pengguna narkoba pun bisa jadi akan semakin banyak.
Anti Deskriminasi terhadap ODHA. Dengan dalih hak asasi manusia (HAM) para ODHA maka
digulirkan isu anti
diskriminasi ODHA. Opini menyesatkan pun dibangun bahwa air liur, air keringat, tinja, air seni,
air mata ODHA tidak
mengandung virus HIV. Padahal sejatinya seluruh cairan tubuh ODHA mengandung virus HIV
dan mampu menularkan
kepada orang lain. Dengan demikian jelaslah bahwa solusi yang diberikan/ditawarkan oleh PBB
untuk memberantas
penyakit AIDS tidak memberantas faktor penyebab utama (akar masalah) atau menghilangkan
media penyebarannya
yaitu seks bebas, namun justru melestarikannya. Dengan melestarikan seks bebas, virus
HIV/AIDS ini akan semakin
merajalela. Tidak hanya dikalangan pelaku seks bebas, bahkan akan meluas kepada setiap
korban yang berinteraksi
dengan sang pelaku.
Ketika kondom dilegalisasi, maka akan berdampak pada membludaknya pelaku seks bebas,
kehamilan tidak diinginkan
di kalangan remaja khususnya serta aborsi yang merajalela. Legalisasi jarum suntik steril anti
diskriminasi pada ODHA
akan berdampak pada penyebaran dan pembludakan HIV/AIDS dan meningkatnya jumlah
penderita HIV/AIDS.
Ditambah lagi metadon yang difasilitasi secara resmi dan struktural oleh pemerintah akan
melestarikan pengguna
narkoba, bahkan justru akan bertambah karena murah dan mudah didapat. Rencana ini akan
berjalan secara struktural
dan sistematis memalui jaringan pemerintah (yang dipaksakan) sampai tingkat Puskesmas dan
masyarakat akar rumput.
Artinya, upaya ini bersifat struktural (serempak dan menyeluruh dari pusat sampai daerah bahkan
desa-desa).
dan Nasai dari Abdurrahman bin 'Auf). Mengarantina agar penyakit tersebut tidak menyebar luas,
perlu memperhatikan
hal-hal berikut: selama karantina seluruh kebutuhannya tidak diabaikan; diberi pengobatan gratis;
berinteraksi dibawah
pengawasan dan jauh dari media serta aktivitas yang mampu menularkan; merehabilitasi mental
(keyakinan, ketakwaan,
kesabaran) sehingga mempercepat kesembuhan dan memperkuat ketaqwaan.
Telah diakui bahwa kesehatan mental mengantarkan pada 50 % kesembuhan. Di sisi lain, jika
selama ini penyakit
seperti HIV/AIDS belum ditemukan obatnya maka negara wajib mengerakkan dan memfasilitasi
para ilmuawan dan ahli
kesehatan agar secepatnya bisa menemukan obatnya. Dengan cara-cara tersebut diharapkan
dapat memutus mata
rantai penyebaran HIV/AIDS sehingga jutaan anak bangsa dapat diselamatkan. Jika tidak, kita
akan menemui bangsa ini
kehilangan generasi.
(Penulis adalah Aktivis Hizbut Tahrir Indonesia)
(wns)
Waspada Online
http://
Seks bebas tanpa nikah rupanya sudah menjadi keharusan dalam sebuah hubungan
pacaran. Setidaknya itu yang terjadi di kalangan teman-temanku sekampung. Waktu
kumpul-kumpul malam minggu kemarin, mereka cerita pengalaman seks mereka bersama
cewek mereka. Sebenarnya aku risih mendengarnya, tapi aku pikir bagus juga buat bahan
posting blog. Dasar blogger
Kembali ke laptop masalah seks tadi. Mereka menganggap, pacaran tanpa seks itu nggak
seru. Seperti kopi tanpa gula. What? Segitu pentingkah? Aku cuma bisa geleng-geleng
kepala aja dengernya. Bahkan ada yang bilang klo lakuin itu seminggu terakhir ini dua
kali, bersama 2 cewek yang berbeda. Pengakuan terakhir ini yang bikin aku kaget
setengah mati.
Apa yang aku pikirkan?
Aku lantas berpikir, hal ini terjadi di kalanganku sendiri, yang cuma 7-8 orang. Apa di
luar sana keadaannya sama? Jangan-jangan budaya timur kita yang menganggap
hubungan seks adalah hal yang sakral dan hanya boleh dilakukan dalam ikatan
pernikahan sudah berganti menjadi budaya binatang (aku lebih suka menyebutnya
budaya binatang, daripada budaya barat) yang membolehkan hubungan seks asalkan
didasari suka sama suka? Oh my god, mo jadi apa bangsa ini? Tanpa budaya seks bebas
saja bangsa ini sudah banyak masalah. Pasti tambah banyak nih masalah sosial yang
timbul gara-gara budaya sialan ini.
Kenapa sih ngurusin orang lain? Lagi stress karena jomblo?
Hmmmini bukan karena aku lagi jomblo, trus kritik-kritik orang lain yang punya pacar.
Sekali lagi bukan. Ini semua karena aku prihatin dengan maraknya seks bebas di
sekitarku. Dan kebetulan aku termasuk korban. Inget, yang aku nggak suka tuh seks
bebasnya, bukan pacarannya. Pacaran sih oke-oke aja selama nggak melibatkan syahwat.
Agree?
Tips-tips sukses terhindar dengan seks dalam pacaran.
Tips ini datang dari diriku sendiri. So far, aku berhasil menghindari hal-hal yang
diinginkan tersebut. Tips ini untuk semua gender.
1. Hilangkan pikiran-pikiran negatif, terutama yang berkaitan dengan hal
itu. Ingat, semua tindakan itu berawal dari niat dan niat itu ada di hati dan
pikiran kita. So, clean it up at first.
2. Jauhkan diri dari materi berbau pornografi. Klo nggak bisa, ya kurangi,
jangan terlalu akrab. Aku nggak munafik, nggak menyangkal klo aku berkali-kali
lihat film or gambar porno (biasa kan cowok ). Tapi semua pas aku iseng,
browsing koleksi file temen. Aku nggak pernah secara eksklusif browsing untuk
cari materi itu. Ini ada hubungannya dengan tips nomer 1. Silahkan diartikan
sendiri maksud aku.
3. Hindari berduaan di tempat yang sepi dan untouchable oleh orang lain,
misal kamar tidur, hotel, dll. Klo mo ke tempat wisata, pilih tempat ngobrol
berduaan yang bisa dijangkau pandangan mata orang lain. Sehingga kontrol diri
bisa maksimal karena merasa diawasi. Selama ini, aku lebih sering pacaran di
tempat-tempat yang ramai, macam mall or kafe.
4. Minimalisir kontak anggota badan pada saat berduaan seperti meraba, ciuman,
dll. Ciuman adalah yang paling sulit dihindari. Biasanya bagian ini dominan
cowok yang memulai. Tapi jika tips 1, 2 dan 3 dah dijalankan, mudah kok
melakukan tips ke-4 ini.
5. Nggak usah pacaran. Ini nggak recommended loh. Dan sebenarnya nggak ada
hubungannya sama sekali dengan tips-tips ini. Cuman untuk melengkapi, biar pas
5 biji. Hehehhehe Tapi kalo mau dipraktekkan, ya silahkan. Untuk
sementara, kamu menemani aku yang lagi jomblo. Inget, untuk sementara loh
Silahkan dipraktekkan kalo memang ingin. Kalo nggak ingin dan nggak suka, jangan
protes ke aku ya
Update 01/12/07: Sebuah study di US menghasilkan kesimpulan bahwa konten porno di
internet membuat remaja semakin agresif dan mempunyai kepercayaan seks yang salah.
Selengkapnya bisa dibaca disini.
Disclaimer: Tulisan ini ndak ada hubungannya dengan mbak -tikabanget-tm ituh, meskipun karakter
penjudulannya mirip. Penjudulan ini tidak bermaksud mencontek maupun numpang populer tetapi lebih
pada
opik: HIV/AIDS
Kliping: Pendidikan Agama Tak Cukup Cegah Seks Bebas
Dipublikasi pada Wednesday, 25 April 2007 oleh administrator
Mahasiswa berhenti melakukan seks bebas setelah memahami risikonya.
Koran Tempo, Selasa, 24 April 2007
JAKARTA - Pendidikan agama dan keluarga tak cukup mencegah perilaku seks bebas
remaja sebelum menikah. Sebaik apa pun orang tua dan lembaga sekolah dalam mendidik
anak, tetap saja ada remaja berhubungan seks sebelum menikah.
"Jadi pendidikan agama dan keluarga belum cukup," kata Deputi Bidang Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Keluarga Berencana Nasional Siswanto
Agus Wilopo kemarin.
Siswanto menanggapi perilaku seks bebas di kalangan pelajar sebagaimana hasil survei
Koordinator Kesehatan Reproduksi Jaringan Epidemiologi Profesor Charles Suryadi.
Lembaga ini menyebutkan 15 persen dari 2.224 mahasiswa di sepuluh perguruan tinggi
negeri dan swasta melakukan seks bebas sebelum nikah.
Menurut Siswanto, remaja memerlukan pendampingan khusus untuk memperkenalkan
risiko seks sebelum menikah, termasuk mengenalkan alat kontrasepsi. "Penularan
penyakit kelamin, seperti HIV/AIDS, dan kehamilan yang tak direncanakan bisa dicegah
dengan cara pemakaian alat kontrasepsi."
Di beberapa negara, seperti Amerika, kata dia, orang tua meminta anaknya yang belum
menikah memakai alat kontrasepsi.
Tapi, menurut dia, pemerintah di sini justru melarang pemberian alat kontrasepsi untuk
mereka yang belum menikah.
Padahal, berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia, tingkat kehamilan yang tak
direncanakan cukup tinggi. Angkanya mencapai 22 persen dari seluruh kehamilan.
Sejumlah mahasiswa yang dihubungi Tempo menganggap survei tentang perilaku seks
bebas oleh Jaringan Epidemiologi Nasional kurang mencerminkan realitas. "Mahasiswa
yang melakukan seks bebas angkanya jauh lebih besar," kata Eflin Gitarosalyn,
mahasiswi Universitas Indonesia.
Nova Arifianto, mahasiswa asal universitas yang sama, juga meragukan hasil survei
tersebut. Menurut dia, budaya gaul yang mewabah melahirkan pergaulan bebas dan
cenderung berkompromi terhadap seks bebas. "Jadi saya yakin angkanya lebih besar dari
itu," katanya.
Menurut Ari Nugroho, mahasiswa yang lain, jumlah yang masuk akal untuk mahasiswa
yang berperilaku seks bebas berkisar 25-30 persen. "Kalau cuma 15 persen terlalu kecil,"
katanya.
Sekretaris Penanggulangan AIDS Nasional Nafsiah Mboi berpendapat sebenarnya
sebagian besar mahasiswa mengetahui risiko seks di luar nikah. Risikonya, selain terkena
penyakit kelamin, juga mengakibatkan kehamilan yang tak direncanakan.
Dia mengungkapkan sekitar 41 persen penularan AIDS di negeri ini disebabkan oleh
hubungan heteroseksual dan 4,3 persen disebabkan oleh homoseksual. Di Provinsi Papua,
96 persen penyebab AIDS adalah hubungan seks.
Di Eropa, kata dia, sekarang banyak mahasiswa memutuskan berhenti berhubungan seks
bebas setelah memahami risiko tadi. "Jadi setop berhubungan seks sebelum nikah atau
jangan ganti-ganti pasangan," ujar Nafsiah. PRAMONO | DWI RIYANTO AGUSTIAR
semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an, menjadi duapuluh
persen pada tahun 2000.
Kisaran angka tersebut, kata Boyke, dikumpulkan dari berbagai penelitian di beberapa
kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu dan Banjarmasin. Bahkan di
pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah
melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9 persen.
"sementara penelitian yang saya lakukan pada tahun 1999 lalu terhadap pasien yang
datang ke Klinik Pasutri, tercatat sekitar 18 persen remaja pernah melakukan hubungan
seksual pranikah," kata pemilik Klinik Pasutri ini.
Kelompok remaja yang masuk ke dalam penelitian tersebut rata-rata berusia 17-21 tahun,
dan umumnya masih bersekolah di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau
mahasiswa. Namun dalam beberapa kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja erat kaitannya dengan
meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta kurangnnya pengetahuan remaja akan
reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen
diantaranya dilakukan remaja. Hal ini pula yang menjadikan tingginya angka kematian
ibu di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai negara yang angka kematian ibunya
tertinggi di seluruh Asia Tenggara.
Dari sisi kesehatan, perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai gangguan.
Diantaranya, terjadi kehamilan yang tidak di inginkan. Selain tentunya kecenderungan
untuk aborsi, juga menjadi salah satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak di
inginkan. Keadaan ini juga bisa dijadikan bahan pertanyaan tentang kualitas anak
tersebut, apabila ibunya sudah tidak menghendaki.
Seks pranikah, lanjut Boyke juga bisa meningkatkan resiko kanker mulut rahim. Jika
hubungan seks tersebut dilakukan sebelum usia 17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut
bisa mencapai empat hingga lima kali lipat.
Selain itu, seks pranikah akan meningkatkan kasus penyakit menular seksual, seperti
sipilis, GO (ghonorhoe), hingga HIV/AIDS. Androlog Anita Gunawan mengatakan, kasus
GO paling banyak terjadi. Penderita bisa saja tidak mengalami keluhan. Tapi, hal itu
justru semakin meningkatkan penyebaran penyakit tersebut.
Anita menggolongkan penyakit GO tersebut ke dalam subklinis, kronis dan akut.
Subklinis dan kronis, kata anita, tidak menimbulkan gejala serta keluhan pada penderita.
Sedangkan GO akut akan menampakan gejala, seperti sulit buang air kecil atau sakit pada
ujung kemaluan. "Pada pria biasanya menampakan gejala. Berbeda dengan wanita,
seringkali tidak menampakan gejala yang jelas. Paling-paling hanya timbul keputihan
atau anyang-anyang," ujarnya.
Bagaimana dengan GO yang sudah parah? Dr Boyke Dian Nugraha menjelaskan, untuk
GO yang sudah parah dapat menyebabkan hilangnya kesuburan, baik pada pria maupun
wanita. Saluran sperma atau indung telur menjadi tersumbat oleh kuman GO.
Disisi lain, Boyke menambahkan, perilaku seks bebas ini bisa berlanjut hingga menginjak
perkawinan. Tercatat sekitar 90 dari 121 masalah seks yang masuk ke Klinik Pasutri
(pasangan suami istri)pada tahun 2000 lalu, dialami orang-orang yang pernah melakukan
hubungan pranikah (pre marital).
"Masalah seks dengan pasangannya justru dijadikan legistimasi untuk melakukan seks
bebas. Bahkan, saat ini, seks bebas sudah menjadi bagian dari budaya bisnis," cetusnya.
Factor yang melatarbelakangi hal ini, ujar Boyke, antara lain disebabkan berkurangnya
pemahaman nilai-nilai agama. Selain itu, juga disebabkan belum adanya pendidikan seks
secara formal di sekolah-sekolah. Selain itu, juga maraknya penyebaran gambar serta
VCD porno.
Banyak remaja terjebak
Lalu bagaimana dengan remaja di "Kota Pelajar" Yogyakarta? Berdasarkan survey Pusat
Studi Wanita Universitas Islam Indonesia (PSW-UII) Yogyakarta, jumlah remaja yang
mengalami masalah kehidupan seks terutama di Yogyakarta terus bertambah, akibat pola
hidup seks bebas. Mengapa demikian? "karena pada kenyataannya pengaruh gaya seks
bebas yang mereka terima jauh lebih kuat dari pada control yang mereka terima maupun
pembinaan secara keagamaan," kata Kepala PSW-UII Dra Trias Setiawati, Msi.
Saat ini, jumlah pelajar di Kota Yogyakarta sebanyak 121.000 orang, atau sekitar 25
persen dari penduduk kota yang terkenal sebagai Kota pelajar yang sebanyak 490.000.
Ini, tentunya mendorong makin suburnya bisnis rumah kos di kota ini. Sementara tingkat
pengawasan dari pemilik kos di kota ini. Sementara tingkat pengawasan dari pemilik kos
maupun pihak orang tua, kata Trias Setiawati, semakin longgar. Sehingga, makin banyak
remaja yang terjebak ke dalam pola seks bebas karena berbagai pengaruh yang mereka
terima baik dari teman, internet, dan pengaruh lingkungan secara umum.
"Sekuat-kuatnya mental seorang remaja untuk tidak tergoda pola hidup seks bebas, kalau
terus-menerus mengalami godaan dan dalam kondisi sangat bebas dari kontrol, tentu
suatu saat akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan semacam itu terasa lebih berat
lagi bagi remaja yang memang benteng mental dan keagamaannya tidak begitu kuat,"
dalihnya.
Salah satu upaya untuk menanggulangi maraknya seks bebas di kalangan remaja,
khususnya penghuni kos, selain perlu dilakukan pengawasan yang ketat dan intensif dari
pemilik kos secara proporsional, juga meningkatkan kesadaran dari orang tua untuk
memilihkan tempat kos bagi anak-anaknya yang layak dan aman. "Selain itu, tentu
membekali putra-putrinya dengan benteng ajaran agama yang kokoh," ujar Trias saat
ditemui di Yogyakarta, belum lama ini.
Selain itu, sudah saatnya di kalangan remaja diberikan suatu bekal pendidikan kesehatan
reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks secara vulgar. "Pendidikan
Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang
organ reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual
dan sebagainya. Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan
melakukan seks bebas," imbau Ciptaningsih.
Pikiran Rakyat : Stop AIDS dengan Kasih Sayang dan
Keteladanan
Oleh ERNI R. ERNAWAN
HATI kita kembali terenyuh membaca berita, sebanyak 18 bayi di Rumah Sakit Hasan
Sadikin positif HIV-AIDS. Ironis karena kasus tersebut justru muncul saat masyarakat
dunia, termasuk Jawa Barat bersiap-siap memperingati Hari AIDS Sedunia 1 Desember
2007 bertemakan "Stop AIDS. Tepati Janji-Kepemimpinan".
Makna tema peringatan adalah perlunya kepemimpinan yang kuat, tegas, punya visi ke
depan, dan mampu mengambil keputusan yang tepat, cepat, dan akurat di berbagai level.
Mulai dari level pusat, provinsi, hingga level desa/kelurahan. Mulai dari kepemimpinan
civil society, keagamaan, media, sampai pada kepemimpinan di tingkat keluarga.
Kepemimpinan yang kuat merupakan faktor kunci dalam menekan laju pertumbuhan
HIV-AIDS yang begitu cepat di Indonesia.
Keteladanan
Sebuah penelitian menunjukkan, ikatan yang kuat antara anak dan orang tua punya andil
besar dalam mencegah anak terjerat narkoba. Keluarga juga seharusnya menjadi benteng
kokoh yang tidak mudah tembus oleh berbagai pengaruh negatif yang ada di sekitarnya.
Dengan peran sentral orang tua, sudah seharusnya efek negatif HIV-AIDS
disosialisasikan dengan bahasa yang gampang dicerna dan dimengerti.
Mengingat jumlah korban akibat penyakit HIV-AIDS cenderung meningkat setiap
tahunnya, komitmen kita sebagai orang tua harus semakin diperteguh. Dipandang perlu
untuk membuat "mata rantai" dengan lingkungan yang dipelopori para orang tua guna
mencari langkah membentengi diri, keluarga, kelompok, dan kawasan tempat tinggal
dari wabah HIV-AIDS. Kesungguhan dan keseriusan kita dinilai berpengaruh besar
terhadap upaya pencegahan dan penyebaran HIV-AIDS.
Keseriusan dan kesungguhan semua pihak, termasuk para orang tua sesungguhnya
sejalan dengan tema Hari HIV-AIDS tahun 2007. Tema ini sengaja mengangkat perlunya
inovasi, visi, dan kesungguhan dalam tantangan menghadapi AIDS.
Keluarga, yang merupakan institusi terkecil dalam masyarakat, menjadi tempat paling
awal anak-anak dalam mendapatkan nilai-nilai yang akan dipegangnya dalam
kehidupannya. Peran ibu untuk memberi basis nilai-nilai positif jelas mendominasi.
Kasih sayang itu melebihi segalanya. Jika anak terjerumus kepada hal yang negatif, yang
rugi mula-mula adalah keluarga. Kemudian masyarakat, lalu negara. Kalangan orang tua
juga perlu membentuk mata rantai yang kokoh dengan anak-anaknya, sahabat, saudara
bahkan masyarakat.
Seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga dengan tingkat stres tinggi, masa
depannya juga rentan. Stres dimaksudnya misalnya karena dia terbiasa melihat orang
tuanya mengonsumsi alkohol atau melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Anak yang
dibesarkan di lingkungan seperti itu dikhawatirkan akan mengulangi perilaku yang sama
ketika dia beranjak dewasa. Tak sedikit contoh, pencandu alkohol dan pelaku kekerasan
dalam rumah tangga adalah mereka yang saat masa kanak-kanak sering melihat perilaku
tersebut.
Orang tua yang bekerja juga memiliki dampak pada anak-anak, terutama yang sering
lembur dan jarang berkomunikasi dengan anak. Pekerjaan juga dapat berdampak pada
tingkat stres seseorang yang akan berpengaruh pada komunikasi dalam keluarga.
Hasil riset "The Collaborative HIV Prevention Adolescent Mental Health Project" di
Amerika menunjukkan bahwa peran keluarga, khususnya orang tua, sangat menentukan
pencegahan penularan HIV-AIDS.
Jarum suntik
Secara kumulatif, sampai dengan 30 September 2007, jumlah kasus HIV-AIDS yang
dilaporkan adalah 10.384 kasus. Terbanyak dari DKI Jakarta, disusul Jawa Barat dan
Papua. Data Departemen Kesehatan menunjukkan, sebanyak 49,1% kasus HIV-AIDS
ditularkan melalui penggunaan narkoba dengan jarum suntik (injecting drug user/IDU).
Sebanyak 42,1% lainnya melalui hubungan heteroseksual dan 4,1% melalui hubungan
homoseksual.
Dari data tersebut, jelas bahwa yang harus dilakukan terlebih dahulu oleh keluarga
adalah mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba. Pencegahan penyalahgunaan
narkoba adalah upaya yang dilakukan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh atau
penyebab, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuannya mengubah
keyakinan, sikap, dan perilaku orang sehingga tidak memakai narkoba atau berhenti
memakai narkoba.
Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam membentuk dan memengaruhi
keyakinan, sikap, dan perilaku seseorang terhadap penggunaan narkoba. Untuk itu, orang
tua harus berperan, pertama, membangun keluarga harmonis. Dalam keluarga yang
harmonis komunikasi antara orang tua dan anak terjalin lancar. Orang tua mendengarkan
secara aktif anaknya, menunjukkan rasa kasih sayang dan perhatiannya. Orang tua juga
memberikan tanggung jawab dan membangun kepercayaan diri si anak, mengembangkan
nilai positif pada anak, menciptakan suasana damai, dan mengatasi masalah keluarga.
Kedua, mencegah penyalahgunaan narkoba di rumah. Cara ini dilakukan dengan
mempelajari fakta dan gejala dini penyalahgunaan narkoba. Orang tua sebagai teladan
perlu mengembangkan kemampuan anak menolak narkoba, mengatasi masalah keluarga,
dan mendukung kegiatan anak yang sehat dan kreatif serta buat kesepakatan tentang
penyebaran penyakit menular ke orang lain. Sepertinya, upaya ini juga bisa dipakai
untuk kasus HIV-AIDS.
Bagi yang belum terinfeksi, tentu negara harus tetap menyosialisasikan informasi seputar
HIV-AIDS tentang bahaya dan cara menghindarinya. Selain itu, negara juga harus turun
tangan untuk membenahi kondisi yang bisa memancing orang melakukan seks bebas dan
mengonsumsi narkoba.
Semua langkah-langkah di atas akan terlaksana sesuai dengan harapan kalau kita
menerapkannya seperti yang diperintahkan Allah SWT dan dicontohkan Rasulullah saw.
Ketika hukum Islam tidak dipedulikan oleh negara, tidak sedikit rakyatnya yang ikutikutan tak acuh. Akibatnya, kesengsaraan hidup seperti penyebaran HIV-AIDS bakal
diperoleh. Padahal, Allah SWT sudah mengingatkan dalam firman-Nya, "Siapa saja yang
mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Siapa saja yang
berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit."
(Q.S. Thaahaa: 123-124).
Sekali lagi, perayaan Hari AIDS Sedunia yang diperingati setiap 1 Desember harus
menjadi gerakan moral dan keyakinan. Tegasnya, kampanye stop HIV/AIDS boleh
digelar setiap tahun, tetapi praktiknya sebaiknya harus dilakukan setiap hari. Karena
penularan HIV juga terjadi dalam bilangan hari bahkan hitungan... jam.***
Penulis, pengurus Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kota Bandung
Cetak Berita
Go
SEARCH
KATEGORI BERIT
Kepegawaian
Kesehatan
Kesejahteraan Rakyat
Luar Negeri
Olah Raga
Perekonomian
Politik, Hukum dan K
Publik
Sosial
Teknologi Informasi d
komunikasi
SIARAN PERS
Belum ada berita hari
Regulasi
Periz
itu.
Mengenai sosialisasi penggunaan kondom sebagai pencegahan penularan
penyakit HIV AIDs yang juga ditolak masyarakat, ia menilai cara tersebut
diakuinya akan terasa sulit kalau tidak mempunyai cara pandang yang sama.
Karena di satu sisi dinilai melegalkan prilaku seks bebas dan di sisi lain
merupakan cara efektif mencegah dampak penularan penyakit HIV AIDs
dalam hubungan seks bebas.
Dikatakannya, sosialisasi kondom juga tidak bisa ditolak 100 persen sebagai
sebuah solusi dan tidak bisa pula melarang mereka bekerja di tempat hiburan
malam. SEbaiknya sosialiasi kondom disampaikan pada masyarakat dengan
kondisi tertentu, seperti wanita pekerja seks komersial dan pekerja tempat
hiburan malam.
Ia juga menambahkan, tingginya angka penularan HIV AIDs yang umumnya
melalui penggunaan narkoba dan hubungan seks bebas, disebabkan
hilangnya komitmen bersama dalam sebuah rumah terhadap anggota
keluarganya.
"Kalau sebuah rumah tangga sudah tidak harmonis dan tak ada lagi
komitmen bersama, maka pelarian bagi sebagian anggotanya adalah
menggunakan narkoba dan hubungan seks bebas yang kemudian berdampak
pada penularan penyakit berbahaya tersebut," ujarnya.
Fenomena tingginya angka penularan HIV AIDs yang mengakibatkan pada
kematian dan lebih banyak dialami laki laki dari pada perempuan,
seharusnya bisa menjadi efek jera bagi para pelaku pengguna narkoba dan
pelaku hubungan seks bebas di masyaraka.
Sementara Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDs Nasional (KPAN),
Nafsiah Mboi mengatakan, penolakan masyarakat terhadap pengunaan
kondom sebagai alat pencegah penularan HIV AIDs dikarenakan tiadnya
pemahaman yang sama.
"Kita tidak mewajibkan kondom pada prilaku seks yang tidak berisiko, akan
tetapi hanya prilaku seks yang beresiko. Ibarat kita naik sepeda motor harus
pakai helm agar tidak beresiko dan kalau dinilai tidak beresiko, terserah
kalau tidak suka ya tidak usah dipakai," katanya.
Penularan HIV AIDs sendiri saat ini sudah sangat memprihatinkan dan
penularannya sudah terjadi antara suami dan istri, karena itu kalau virus
sudah masuk ke dalam keluarga, tidak mungkin dibiarkan, tuturnya.
Di masa datang, rencananya KPAN akan terus melakukan komunikasi
terhadap masyarakat yang menolak penggunaan kondom sebagai alat
pencegah penularan HIV AIDs dan mengajak tokoh lintas agama untuk
berperan aktif mengkampanyekan penularan penyakit HIV AIDs dan
mencari solusi bersama penanganan HIV AIDs. (Ban/id/c)
Profil Daerah
Profil
Departemen
Periz
Telek
Periz
Freku
Periz
Stand
Pend
Dom