Anda di halaman 1dari 12

Y

F T ra n sf o

A B B Y Y.c

bu
to
re
he
C

lic

he
k
lic
C
w.

om

rm

ABB

PD

re

to

2.0

2.0

bu

rm

er

F T ra n sf o

ABB

PD

er

Pengaruh Pelaksanaan Metode Therapeutic community Terhadap Kesembuhan


Pecandu Narkoba di Sibolangit Center
Oleh
Elva Yeni Br Ginting, Eka Priyanti, Debora Hilderia dan Dedi Andriansyah
Program Studi Pendidikan Antropologi
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan
Abstrack
Pusat Rehabilitasi menjadi salah satu wadah yang memberikan pelayanan dan
pembinaan bagi para pecandu narkoba. Masing-masing Pusat Rehabilitasi memiliki
metode-metode yang berbeda dalam pembinaanya. Ada yang menggunakan metode
Narcotics Anonymous (NA ) yang menggunakan 12 langkah atau yang biasa di kenal
dengan twelve step, metode religi, ataupun metode Therapeutic Community ( TC ).
Metode yang dtpilih menjadi hak masing-masing Pusat Rehabilitasi. Therapeutic
community membutuhkan waktu 5 -7 tahun untuk mendapatkan hasil yang maksimal bagi
pecandu narkoba. Hanya saja Sibolangit Centre menetapkan jangka waktu 1 tahun untuk
proses pembinaan. Hal ini tentu berpengaruh terhadap keoptimalan metode Therapeutic
Community. Menurut Kepala Sibolangit Centre banyak para pecandu yang telah
mengalami proses pemulihan selama 1 tahun namun kembali kambuh ( relapse ).
Makalah yang merupakan hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh pelaksanaan Therapeutic Community terhadap kesembuhan para pecandu,
kemudian bagaimana pengaruhnya terhadap kambuhnya (relapse ) para pecandu. Dari
hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah rekomendasi ke Pusat Rehabilitasi
Sibilangit Centre dalam peningkatan kualitas pembinaan yang dilakukan
Keyword : Kesembuhan, Therapeutic community, Pacandu Narkoba,
A. PENDAHULUAN
Penyalahgunaan narkoba adalah sebuah permasalahan yang dihadapi oleh
pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA sesuai dengan
Surat Edaran Badan Narkotika Nasional ( BNN ) No. SE/ 03/ IV/ 2002, merupakan
akronim dari NARkotika, psiKOtropika, dan Bahan Adiktif lainnya. Narkoba yaitu zat1

w.

A B B Y Y.c

om

F T ra n sf o

A B B Y Y.c

bu
to
re
he
C

lic

he
k
lic
C
w.

om

rm

ABB

PD

re

to

2.0

2.0

bu

rm

er

F T ra n sf o

ABB

PD

er

zat alami maupun kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh dapat mengubah
pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang. Istilah narkoba sebenarnya
muncul sekitar tahun 1998 karena banyaknya penggunaan maupun pemakaian barangbarang yang termasuk narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya. Di dalam masyarakat
sudah banyak mengenal macam-macam narkoba walaupun tidak seluruhnya, antara lain :
ganja, heroin, sabu-sabu, inek, putaw dan lain sebagainya ( Zulkarnain, 2007 : 2 )
Narkoba disuatu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang
pengobatan atau pelayanan kesehatan ( dalam waktu operasi dan untuk penenang), akan
tetapi di sisi lain penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan yang
sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat, (
Taufik makaro, 2007 : 17 )
Jumlah penyalahgunaan narkoba itu sendiri di Indonesia berdasarkan hasil survey
Badan Narkotika Nasional pada tahun 2006 adalah 147. 355 orang, sedangkan untuk
tahun 2010 adalah 215.013 orang. Untuk daerah Sumatera Utara, pada tahun 2008
terdapat 2.666 kasus, tahun 2009 sebanyak 3.896 kasus dan tahun 2010 sebanyak 3.997
kasus. Setiap tahunnya penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin meningkat.
Peningkatan penyalahgunaan narkoba ini menjadi kian mengkhawatirkan. Ini menjadi
salah satu faktor keharusan perhatian dari pemerintah.
Perhatian yang diberikan bukan hanya pada individu yang masih belum
menyalahgunakan narkoba tersebut, akan tetapi juga terhadap individu yang telah
menjadi korban penyalahgunaan narkoba tersebut. Perhatian yang diberikan oleh
pemerintah ditunjukkan dengan membentuk sebuah Badan yang menjadi pusat pelayanan
dan rehabilitasi yang di kenal dengan Badan Narkotika Nasional (BNN). Badan
Narkotika Nasional berdiri sejak tanggal 31 Oktober 1974.
Sibolangit Centre adalah salah satu pusat rehabilitasi yang menggunakan metode
Therapeutic Community ( TC ) di dalam pembinaan terhadap para pecandu narkoba
tersebut. Pusat rehabilitasi ini semenjak berdiri pada tahun 2000 hingga sampai pada saat
sekarang ini, tetap tidak mengubah metode yang telah dipilih tersebut. Tentu saja
Therapeutic community ini dipilih dan diharapkan dapat memberikan kesembuhan
terhadap pecandu narkoba tersebut.
2

w.

A B B Y Y.c

om

F T ra n sf o

A B B Y Y.c

bu
to
re
he
C

lic

he
k
lic
C
w.

om

rm

ABB

PD

re

to

2.0

2.0

bu

rm

er

F T ra n sf o

ABB

PD

er

Berdasarkan hal tersebut, penulis menjadi tertarik untuk mengetahui Pengaruh


Pelaksanaan Metode Therapeutic Community terhadap Kesembuhan Pecandu Narkoba di
Sibolangit Centre. Sehingga kemudian dapat ditemukan alasan metode penyembuhan
tersebut tetap dilaksanakan oleh Sibolangit Centre.

B. PEMBAHASAN
Rehabilitasi memberikan peran terpenting dalam pembinaan bagi pecandu narkoba.
Sesuai dengan Pasal 35 ayat 2 tahun 2009 tentang narkotika dijelaskan bahwa,
rehabilitasi adalah proses kegiatan penyembuhan secara terpadu terhadap fisik, mental
dan sosial untuk membebaskan para pecandu dari ketergantungan narkotika. Proses
penyembuhan ini tentunya dibimbing secara terpadu oleh sebuah lembaga, baik secara
mandiri maupun merupakan bimbingan dari pemerintah. Lembaga ini biasa dikenal
dengan Pusat rehabilitasi ( rehabilitation centre ).Setiap Pusat rehabilitasi memiliki
metode tersendiri dalam melakukan pembinaan. Ada yang menggunakan metode
Narcotics Anonymous (NA ) yang menggunakan 12 langkah atau yang biasa di kenal
dengan twelve step, metode religi, ataupun metode Therapeutic Community ( TC ).
Sibolangit Centre adalah salah satu pusat rehabilitasi yang menggunakan metode
theurapeutic community. Dalam pembinaan bagi pecandu narkoba ini sebenarnya sangat
banyak metode yang dilakukan. Seperti metode Narcotics Anonymous (NA) yang
menggunakan 12 langkah atau yang biasa di kenal dengan twelve step. Kemudian metode
religi, dan metode Therapeutic Community ( TC ).
Walaupun berbeda-beda metode, namun aspek pemulihan bagi penyalahgunaan
narkoba ini tetap memiliki tahapan yang sama yaitu terapi (detoksifikasi ), habilitasi, dan
rehabilitasi.
1. Tahap detoksifikasi
Adalah terapi lepas narkoba, dan terapi fisik yang ditujukan untuk menurunkan dan
menghilangkan racun dari tubuh
3

w.

A B B Y Y.c

om

F T ra n sf o

A B B Y Y.c

bu
to
re
he
C

lic

he
k
lic
C
w.

om

rm

ABB

PD

re

to

2.0

2.0

bu

rm

er

F T ra n sf o

ABB

PD

er

2. Tahap habilitasi
Ditujukan untuk stabilitasi suasana mental dan emosional penderita, sehingga
gangguan jiwa yang menyebabkan perbuatan penyalahgunaan narkoba dapat diatasi
3. Tahap rehabilitasi
Ditujukan untuk pemulihan keberfungsian fisik, mental, dan sosial penderita.
Seperti belajar, bekerja, serta bergaul secara normal. Therapeutic community
adalah merupakan sebuah keluarga yang terdiri atas beberapa orang yang
mempunyai masalah yang sama dan memiliki tujuan yang sama.
Yaitu menolong diri sendiri dan sesama anggota keluarga sehingga terjadi perubahan
tingkah laku dari yang negatif ke arah tingkah laku yang positif. Dorongan ini
menitikberatkan kepada penekanan mental masing-masing pecandu yang bukan hanya
diberikan oleh pengelola Pusat Rehabilitiasi saja, akan tetapi juga dari seluruh anggota
keluarga yang telah ditetapkan.
Menurut Robert ( Abu Ahmadi, 1992 : 23 ) bahwa dorongan ataupun penekanan
mental dapat memberikan stimulus bagi kejiwaan seseorang. Ketidakpercayaan pada diri
sendiri, hilangnya kekuatan jiwa, berkurangnya dan motivasi dalam diri dapat kembali
seperti sedia kala dengan penekanan ataupun dorongan mental. Metode ini secara optimal
mengembalikan gairah dalam jiwa dan menyadari kondisi diri sendiri.
Therapeutic community adalah sebuah wujud nyata dalam bentuk simulasi, yang di
dalamnya terdapat berbagai norma dan falsafah yang dianut masing-masing anggota
keluarga untuk membentuk perilaku yang lebih baik (Abdullah, 2002 : 106 )
Konsep Therapeutic Community ( TC ) adalah menolong diri sendiri dengan adanya
penanaman keyakinan bahwa :
1.

Setiap orang bisa berubah

2.

Kelompok bisa mendukung untuk berubah

3.

Setiap individu harus bertanggung jawab

4.

Perogram terstruktur dapat menyediakan lingkungan aman dan kondusif


bagi perubahan

5.

Adanya partisipasi aktif

w.

A B B Y Y.c

om

F T ra n sf o

A B B Y Y.c

bu
to
re
he
C

lic

he
k
lic
C
w.

om

rm

ABB

PD

re

to

2.0

2.0

bu

rm

er

F T ra n sf o

ABB

PD

er

Menurut Charles ( Zulkarnain. 2002 : 85 ) sebenarnya terdapat 5 tonggak (five pillars )


di dalam program therapeutic community yang menjadi konsep penjalanannya, yaitu :
1. Family Milieu Concept ( konsep kekeluargaan )
Suatu

metode

yang

menggunakan

konsep

kekeluargaan

dalam

proses

pelaksanaanya, artinya satu group yang terdiri dari beberapa orang tersebut adalah
sebuah keluarga. Segala hal apapun yang menyangkut salah seorang diantaranya,
adalah menjadi tanggung jawab bersama
2. Peer Pressure ( tekanan teman sebaya )
Suatu metode yang menggunakan kelompok sebagai perubah tingkah laku. Artinya
kesalahan yang dilakukan oleh salah seorang, akan memberikan dampak tekanan
dari teman sekelompoknya.

3. Therapeutic Session ( Sesi terapi )


Suatu metode yang menggunakan pertemuan atau berbagai kerja kelompok untuk
meningkatkan harga diri dan perkembangan pribadi dalam rangka membantu proses
pemulihan
4. Religion Session ( Sesi agama )
Suatu metode untuk meningkatkan nilai-nilai dan pemahaman agama dengan
memanfaatkan pertemuan keagamaan.
5. Role Modeling ( Ketauladanan )
Suatu metode yang menggunakan seorang tokoh sebagai model atau panutan dalam
membantu merubah perilaku.
Penyempurnaan kelima tonggak ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Charles
menjelaskan bahwa membutuhkan waktu 5 7 tahun untuk mendapatkan hasil pemulihan
yang maksimal, hal ini dikarenakan dengan penanaman kelima tonggak tersebut, para
pecandu sudah dapat melupakan perilaku yang pernah di lakukannya, selain itu juga
ketergantunganya terhadap narkoba tersebut ( BNN, 2007 : 205 )
1.

Metode Therapeutic Community


5

w.

A B B Y Y.c

om

F T ra n sf o

A B B Y Y.c

bu
to
re
he
C

lic

he
k
lic
C
w.

om

rm

ABB

PD

re

to

2.0

2.0

bu

rm

er

F T ra n sf o

ABB

PD

er

Therapeutic community menjadi metode yang digunakan oleh Sibolangit Centre


dalam memberikan pembinaan terhadap para pecandu narkoba. Tentunya metode ini
sudah difikirkan sebagai metode yang cocok menurut Pusat Rehabilitasi ini dalam
penyembuhan penyalahgunaan narkoba. Pembinaan yang terkordinir dalam metode ini
memberikan pengaruh yang tentunya menuju pada kesembuhan. Baik pengaruh
perubahan prilaku, mental, fisik dan lain sebagainya.
Pelaksanaan program therapeutic community terdiri dari beberapa tahapan, diantaranya
ialah :
1. Tahap detoksifikasi
Adalah terapi lepas narkoba, dan terapi fisik yang ditujukan untuk menurunkan
dan menghilangkan racun dari tubuh. Pada tahap ini digunakan metode induction.
Metode ini adalah tahap awal sebelum para pecandu dapat bergabung menjadi
sebuah keluarga. Pengurungan selama tiga bulan di sel menjadi inti tahapan
induction ini. Hal ini dikarenakan dapat memberikan pengaruh penenangan
kepada kondisi fisik dan psikis pecandu menghadapi suasana baru tanpa narkoba
2. Tahap habilitasi
Ditujukan untuk stabilitasi suasana mental dan emosional penderita, sehingga
gangguan jiwa yang menyebabkan perbuatan penyalahgunaan narkoba dapat
diatasi. Pada tahap ini digunakan metode primary. Metode ini ditujukan dengan
melakukan sosialisasi untuk pengembangan diri, serta meningkatkan kepekaan
psikologis dengan melakukan berbagai program aktivitas dan terapi. Pada tahapan
ini pecandu sudah memiliki kelompok keluarga dan sudah memiliki tanggung
jawab di dalam kelompoknya. Metode ini dilakukan selama 6 bulan
3. Tahap rehabilitasi
Ditujukan untuk pemulihan keberfungsian fisik, mental, dan sosial penderita.
Seperti belajar, bekerja, serta bergaul secara normal. Tahapan ini juga dikenal
dengan tahapan after care. Pada tahapan ini pecandu sudah bisa bersosialisasi dan
bekerja di kebun. Sudah mendapatkan kebebasan yang lebih namun tetap
6

w.

A B B Y Y.c

om

F T ra n sf o

A B B Y Y.c

bu
to
re
he
C

lic

he
k
lic
C
w.

om

rm

ABB

PD

re

to

2.0

2.0

bu

rm

er

F T ra n sf o

ABB

PD

er

mengikuti kegiatan kelompok karena masih menjadi anggota keluarga dalam


kelompoknya. Kegiatan yang harus di ikuti ialah
a. Morning meeting
Yaitu kegiatan rutin setiap pagi dari jam 09.00-10.00 WIB yang berupa
pertemuan seluruh kelompok untuk upacara pagi. Kemudian dilanjutkan
dengan pembacaan Pancasila dan falsafah hidup yang harus diikuti oleh
seluruh kelompok
b. Open house
Yaitu kegiatan pemeriksaan dan penggeledahan kamar hunian, untuk melihat
kondisi kamar baik dari sisi kebersihan maupun kerapian. Apabila terdapat
kamar yang tidak bersih maka kelompok akan mendapatkan hukuman.
Hukuman ini bersifat untuk keseluruhan anggota kelompok meskipun yang
melakukan hanyalah salah satu anggota. Karena kelompok sudah dianggap
keluarga, jadi apabila terdapat kesalahan maka menjadi kesalahan bersama.
c. Encounter group
Yaitu suatu kegiatan pengungkapan perasaan dan emosi masing-masing
pecandu dengan dipandu oleh konselor. Para pecandu membuat lingkaran,
kemudian salah satu dari anggota keluarga menyampaikan perasaan dan emosi
mereka. Biasanya yang disampaikan adalah keluh kesah mereka di tempat
tersebut.
d. Static group
Yaitu kegiatan berupa sharing feeling secara mendalam, hal ini lebih kepada
pembentukan kelompok kecil dan kemudian masing-masing kelompok tersebut
dipandu seorang konselor, kemudian mereka memceritakan permasalahan
pribadi mereka.
e. Seminar atau nonton bareng
Yaitu berupa kegitan yang berupa pemberian materi mengenai narkoba dan
pengaruh yang diberikannya. Selain itu juga terkadang seminar diganti dengan
nonton bareng film yang dapat memotivasi diri para pecandu untuk segera
selesai
7

w.

A B B Y Y.c

om

F T ra n sf o

A B B Y Y.c

bu
to
re
he
C

lic

he
k
lic
C
w.

om

rm

ABB

PD

re

to

2.0

2.0

bu

rm

er

F T ra n sf o

ABB

PD

er

f. Learning experience
Kegiatan ini sebenarnya lebih kepada pemberian pelajaran terhadap kesalahan
yang kelompok lakukan, dan biasanya mereka harus mengungkapkan
kesalahan mereka dilapangan dengan suara keras.
g. Sport dan recreation
Yaitu kegiatan untuk mereduksi tingkat stres yang dialami para pecandu.
Namun kegiatan ini terkadang diselipkan dengan pemberian terapi seperti
mandi belerang dengan garam. Hanya saja pemebrian terapi dilakukan sekali
dalam satu bula
Therapeutic community menurut Charles ( Zulkarnain, 2007 : 205 )
membutuhkan waktu 5 7 tahun untuk mendapatkan hasil pemulihan yang maksimal, hal
ini dikarenakan penanaman kelima tonggak ( five pillars ) hingga

5 7 tahun dapat

memberikan pengaruh bagi para pecandu, yakni dapat melupakan perilaku yang pernah di
lakukannya, selain itu juga penormalan kembali fisiknya dan mental dari kecanduan
narkoba.
2.

Problematika Therapeutic Community


Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Charles bahwa Penggunaan metode therapeutic

community seharusnya dilakukan selama 5-7 tahun. Akan tetapi di Sibolangit Centre,
penggunaan therapeutic community hanya dilakukan selama 1 tahun saja. Sesuai dengan
hasil observasi yang dilakukan, ternyata terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang
mempengaruhi jangka waktu penggunaan Therapeutic community ini sehingga tidak
menjadi 5-7 tahun,
1. Faktor internalnya ialah
Tidak adanya standarisasi dari Badan Narkotika

Nasional terhadap metode yang

digunakan oleh masing-masing Pusat Rehabilitasi dan jangka waktu yang digunakan.
Sehingga segala hal yang terkait dengan metode yang digunakan menjadi hak tunggal
Pusat Rehabilitasi.

w.

A B B Y Y.c

om

F T ra n sf o

A B B Y Y.c

bu
to
re
he
C

lic

he
k
lic
C
w.

om

rm

ABB

PD

re

to

2.0

2.0

bu

rm

er

F T ra n sf o

ABB

PD

er

Menurut kepala Sibolangit Centre, standarisasi waktu untuk pembinaan yang


dilakukan memang tidak ada ketetapan dari Badan Narkotika Nasional ( BNN ) secara
tertulis, namun seluruh pusat rehabilitasi di Indonesia banyak yang menggunakan
jangka waktu 1 tahun. Keluarga dari para pecandu sudah langsung dapat mengambil
kembali sanak saudara mereka (pecandu ) di saat waktu telah berjalan satu tahun, dan
hanya dibenarkan untuk sekali saja melakukan kunjungan yakni setelah 6 bulan
perawatan.
2. Faktor eksternal
a. Ketidakpahaman kondisi pecandu
Ketidakpahaman keluarga terhadap kondisi dari pecandu menjadi alasan
ketidakoptimalan

jangka

waktu

pelaksanaan

therapeutic

community bagi

sipecandu. Bahkan belum sampai jangka waktu 1 tahun, terdapat keluarga yang
membawa pulang anak mereka sebelum waktu pemulangan pecandu sesuai dengan
yang ditentukan. Salah satunya adalah terhadap Suntono (pecandu ). Suntono
adalah salah satu pecandu yang telah dua kali masuk kedalam pusat rehabilitasi.
Yang pertama hanya bertahan selama 7 bulan dan untuk yang kedua hanya bertahan
selama 8 bulan.
Sesuai dengan hasil wawancara dengan keluarga Suntono,

mereka membawa

suntono keluar dari Pusat Rehabilitasi. Hal ini dikarenakan permintaan Suntono yang
tidak tahan berada di tempat tersebut, dan suntono berjanji tidak akan menggunakan
narkoba lagi apabila dia sudah pulang kerumah. Ketidakpahaman keluarga terhadap
kondisi pecandu yang memang selalu menggunakan berbagai cara agar mereka dapat
keluar dari tempat tersebut, menjadikan keluarga mengambil langkah yang salah. Karena
beberapa minggu kemudian Suntono ketahuan menggunakan narkoba lagi.
b. Kondisi ekonomi
Mahalnya biaya yang harus ditanggung keluarga sipecandu menjadi alasan
ketidakoptimalan jangka waktu metode Therapeutic community. Karena faktor
inilah yang menjadi alasan keluarga Suntono membawa pulang Suntono dari Pusat
Rehabilitasi Sibolangit Centre, padahal proses pemulihan masih berjalan 8 bulan.

w.

A B B Y Y.c

om

F T ra n sf o

A B B Y Y.c

bu
to
re
he
C

lic

he
k
lic
C
w.

om

rm

ABB

PD

re

to

2.0

2.0

bu

rm

er

F T ra n sf o

ABB

PD

er

Hal ini dikarenakan keluarga harus membayar Rp. 5.000.000 per bulan sebagai
ketetapan biaya yang harus dibayar.
Faktor-faktor inilah yang menjadikan proses pemulihan terhadap para pecandu
menjadi tidak optimal. Padahal sesuai dengan penyampaian Charles bahwa Therapeutic
community ini membutuhkan waktu selama 5-7 tahun untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, yakni membuat pecandu mulai melupakan perilaku yang pernah dilakukannya
dahulu, serta menghilangkan pengaruh fisik dan mental dari ketergantungan narkoba.
Proses penyembuhan dengan metode Therapeutic Community yang dilakukan
akan menjadi sia-sia manakala jangka waktu yang seharusnya dilaksanakan malah tidak
tercapai. Artinya, banyak tahapan-tahapan didalam metode tersebut yang tidak terlaksana.
Karena jangka waktu yang digunakan relatif tidak seimbang dengan yang telah
ditetapkan.
C. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan
Therapeutic community adalah sebuah metode yang menggunakan sistem
keluarga dan menggunakan beberapa tahapan didalamnya. Proses penyembuhan
dengan metode ini membutuhkan jangka waktu selama 5 7 tahun untuk mendapatkan
hasil yang optimal. hanya saja di Sibolangit Centre terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi jangka waktu yang merupakan acuan menjadi tidak terlaksana.
Diantaranya ialah faktor internal yang berupa nonstandarisasi terhadap jangka waktu
tersebut oleh Badan Narkotika Nasional. Kemudian faktor internal yang mencakup
ketidakpahaman keluarga terhadap kondisi si pecandu dan kondisi ekonomi yang tidak
mencukupi untuk membayar ketetapan biaya yang telah disepakati.
Sehingga ketidakoptimalan pelaksaanaan metode Therapeutic Community menjadi faktor
yang memberikan pengaruh terhadap kesembuhan dan kambuhnya ( relapse ) pecandu
narkoba di Pusat Rehabilitasi Sibolangit Centre.
2. Rekomendasi
10

w.

A B B Y Y.c

om

F T ra n sf o

A B B Y Y.c

bu
to
re
he
C

lic

he
k
lic
C
w.

om

rm

ABB

PD

re

to

2.0

2.0

bu

rm

er

F T ra n sf o

ABB

PD

er

Sebaiknya perlu ada standarisasi jangka waktu yang harus ditetapkan oleh Badan
Narkotika Nasional ( BNN ) selaku lembaga tertinggi pembinaan pecandu narkoba
terhadap Pusat Rehabilitasi yang menggunakan metode TC. Kemudian Sosialisasi
mengenai kondisi pecandu kepada keluarga mereka dan keringanan dalam pembiayaan
menjadi langkah yang harus dilakukan Sibolangit Centre untuk mengoptimalkan proses
penyembuhan dengan metode Therapeutic community tersebut

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu.1992. Psikologi Umum. Rineka Cipta : Jakarta
Makaro Taufik. 2007. Therapeutic Community sebagai Metode Pembinaan. Bima
Nusantara : Yogyakarta
Nasution, Zulkarnain. 2007. Mengenal Penyalahgunaan Narkoba. BNN : Jakarta
________________ . 2007. Memilih Lingkungan Bebas Narkoba. BNN : Jakarta
Sulchan M. 1999. Mari Bersatu memberantas Bahaya Penyalahgunaan Narkoba
(NAPZA ). Dharma Bakti : Jakarta
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta :
Bandung
http ://www. Google.co.id. Therapeutic community>200.diakses17/8/2011

11

w.

A B B Y Y.c

om

F T ra n sf o

A B B Y Y.c

bu
to
re
he
C

lic

he
k
lic
C
w.

om

rm

ABB

PD

re

to

2.0

2.0

bu

rm

er

F T ra n sf o

ABB

PD

er

12

w.

A B B Y Y.c

om

Anda mungkin juga menyukai