assilo2003@yahoo.com
HP. 08124806050
BAB I
PENDAHULUAN
pemba-ngunan
Kabupaten/Kota
se
Provinsi
Papua
pendidikan,
implementasi
kebijakan
pemerintah
dukungan
optimal
dengan
tindakan
administratif
dan
memberdayakan
(empowering)
melalui
serangkaian
kebijakan.
baru
yang
memberi
pengakuan
formal
terhadap
pada
per-saingan
yang
kian
ketat
dengan
masih
langkanya
buku-buku
pelajaran,
dan
tidak
Sejalan
dengan
itu,
Pemerintah
Propinsi
Papua
dan
dengan
memperbesar
muatan
lokal.
Mengupayakan
pada
tantangan
IEnorm
(Norma
internal
dan
dan
masyarakat,
enabling
sehingga
institutions
mereka
dapat
satuan-satuan
memenuhi
sosial
kebutuhannya
bahwa,
dominasi
peran
pemerintah
dalam
demi
kegagalan
yang
dialami
selama
ini,
selain
adanya
miskonsepsi
dalam
memandang
eksistensi
pengalaman
lapangan
yang
menarik
cenderung
dilaksanakan
pada
2002/2003
di
Provinsi
Papua
oleh
segi
ekonomi,
dan
akses
infrastruktur
yang
masih
terbatas.
UNDP-UNCEN
(2005)
bahwa
kapasitas
organisasi
BAB II PENDEKATAN
TEORI
1.
efektivitas,
dan
menempatkan
masyarakat
sebagai
kesederhanaan,
kejelasan,
kepastian
waktu,
akurasi,
akses,
kedisiplinan,
kesopanan
keramahan,
dan
katalisator
dalam
penyelenggaraan
pembangunan
maupun
seberapa
banyak
energi
birokrasi
dimanfaatkan
untuk
Sementara
Siagian
itu,
pembahasannya
me-ngenai
mengindikasikan
bahwa
Teori
(2000)
Pengembangan
responsivitas
dalam
Organisasi
menyangkut
kemampuan
merespon
secara
cepat
agar
tidak
tertinggal
dalam
Keputusan
Pedoman
disebutkan
bahwa
Menpan
Umum
layanan
No.
63/Kep./M.PAN/7/2003,
Penyelenggaraan
publik
oleh
Layanan
pemerintah
Publik,
dibedakan
oleh
publik;
Kedua,
kelompok
layanan
yang
rangka
pencerdasan
masyarakat
sebagai
pelaksanaan
terdapat
tiga
pelaku
yaitu
pembuat
kebijakan,
organisasi
sosial
meredefinisikan
kemasyarakatan
kembali
memungkinkan
misinya.
Pengalaman
daerah.
melahirkan
Perbedaan
kebutuhan
kultural,
yang
geografis,
berbeda
dan
dan
ekonomis
menuntut
program-
tulisannya
layanan
publik
tentang
yang
Manajemen
biasanya
Layanan
menempel
di
Publik,
tubuh
bahwa
lembaga
sebagai
biang
keladinya
adalah
bentuk
organisasi
konsekuensi
pengenaan
sanksi.
Terjadinya
berbagai
Pertama,
para
birokrat
yang
bertanggungjawab
pada
atau
kelemahan
yang
mendorong
terjadinya
untuk
menjelaskan
mengapa
selama
ini
banyak
seringkali
juga
mengakibatkan
turunnya
kualitas
yang
diputuskan
oleh
pembuat
kebijakan
dengan
yang
1994
dalam
Dwiyanto
(2002:60),
menekankan
pelayanan
publik
serta
sesuai
mengembangkan
dengan
program-program
kebutuhan
dan
aspirasi
pelayanan
masyarakat.
2.
sejumlah
pemecahannya.
masalah
Fenomena
yang
pendidikan
tidak
yang
pernah
seringkali
tuntas
menjadi
ide
kompleksitas
fenomena
birokrasi
urusan
menarik
itu
dalam
yang
justru
untuk
masyarakat
dikonstatir
menyederhanakan
modern.
adalah
bahwa
Salah
satu
kesadaran
10
oleh
dinamika
eksternal
dan
internalnya.
Artinya,
antara
Pemerintah
daerah,
unit-unit
sekolah,
dan
capacity
kelembagaan,
building,
sifat
mencakup
kepemimpinan,
pola
anutan
supporting
doktrin
sumberdaya,
11
sejumlah variabel dan indikator lokal atas kesepakatan stakeholderspendidikan dan didasarkan atas hasil pengkajian akademis.
Upaya-upaya remedies dari serangkaian kondisi fenomenologis
birokrasi pendidikan di Papua dalam kaitannya dengan layanan
publik, menuntut adanya hasil diagnostik yang akurat dan reliabel
dengan
instrumen
pendekatan
pemecahan
masalah
yang
berkelayakan dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiahpraktis. Penyertaan karakteristik ekologi lokal sebagai variabel
penting dalam analis menjadi bagian penting dari internalisasi
faktor-faktor lokal dalam birokrasi pendidikan di Papua. Hal tersebut
didukung oleh beberapa pandangan konseptual, misalnya Kimberly
dan Rottman dalam Gibson et.al. (1995), menyebutkan bahwa
lingkungan, teknologi, pilihan strategi, proses, dan kultur adalah
faktor-faktor
yang
menentukan
keefektifan
suatu
organisasi.
menyinggung
budaya
sebagai
metafora
bagi
analisis
12
jawaban
organisasi
terhadap
pelanggan;
dan
internalisasi
kaitan-kaitan
ekologis,
sehingga
dapat
(pemerintah-sekolah-masyarakat);
Kedua,
memahami
dan
13
kepentingan
itu,
dikembangkan
model
kerangka
dasar
kebijakan
strategis
dan
taktis
serta
pada
tataran
oleh
renggangnya
hubungan
institusi
pendidikan
dan
14
--
laporan
ditulis
pada
Tahun
2004
--,
bahwa
hasil
adalah
derajat
perhatian
pemerintah
derajat
sektor
pendidikan.
Terbukti
sebagaimana
data
yang
15
57.14
60
50
40
30
20
10
0
42.86
28.57
28.57
14.29
Sangat
Memadai
perhatian
Kurang
Memadai
Memadai
Bupati Concern
Bagaimana
28.57
DPRD Concern
Bupati/Walikota
dan
DPRD
di
bidang
karena
menempatkan
sektor
pembangunannya.
kebijakannya,
sesungguh-nya
pendidikan
Kesalahan
tetapi
lebih
sebagai
yang
pada
Bupati/Walikota
terjadi
prioritas
bukan
responsivitas
telah
kebijakan
pada
institusi
sisi
dalam
16
bahwa
forum-forum
pembahasan
seperti
itu
menyatakan
Demikian
halnya
dengan
derajat
layanan
Dinas
Persen
20
10
0
TakPernah
Jarang
Kadang
Sering
Selalu
17
sehingga
membingungkan
manajemen
sekolah
dan
faktual
sehigga
terjadi
kegagalan
dalam
melakukan
implementasi
kebijakan,
kontrol
yang
lemah.
Hal
ini
18
cukup tinggi,
memuaskan.
Gambar 3
Respon Terhadap Keluhan
70
60
Frequency of
complain to Diknas
50
40
How Diknas
response
30
20
To whom parents
Give suggestion/
complain
Persen
10
0
2
Tidak Pernah
Jarang
Kadang-kadang
Seringkali
Selalu
8. Tidak Tahu
Kepala Sekolah
Guru
BP3
Tokoh Masyarakat
Tokoh Agama
saja
dipahami
tanpa
jika
ada
opini
penyelesaian
responden
secara
tentang
terencana.
banyaknya
Dapat
keluhan
hingga
seharusnya
memiliki
ke
pusat-pusat
kepekaan
kebijakan
aspirasi
dan
pemerintahan
kepedulian
pada
dalam
merespon
keluhan
tersebut.
Akibatnya,
dapat
dan
layanan
anggaran
pendidikan.
Kebijakannya
19
di mana
dinilai
tidak
mencukupi,
sementara
itu
layanan
Sangat
Tak Cukup
Tak Cukup
Kurang
Cukup
Pe
rse
n
Cukup
Sangat
Cukup
Tidak
Tahu
20
yang
telah
disetujui
di
dalam
sidang
APBD
yang
kendala
bagi
upaya
peningkatan
respon
dukungan
Persen
Have sufficient
budget for edu
1. Ya
Have sufficient
infrastructure
3. Tidak
21
upaya
dukungan
meningkatkan
pembenahan
kesejahteraannya.
infrastruktur
tampak
Sementara
lemah
itu,
sesuai
serius,
seperti
bangunan
sekolah,
perpustakaan,
dan
laboratorium.
Provinsi
Papua
masih
mengalami
banyak
kendala
dalam
birokrasi
sebagai
pendidikan
masalah
publik
harus
menemukan
meta
yang
diagendakan
dalam
melalui
pembahasan
dan
persetujuan
DPRD
Kabupaten/Kota.
Beberapa langkah-langkah penting yang dijalankan selama ini,
dipandang memiliki sisi positif sekaligus sisi negatifnya bagi
peningkatan rasa kepedulian para petinggi pemerin-tahan terhadap
pentingnya pendekatan institusi diterapkan dalam rangka merespon
tun-tutan masyarakat. Beberapa di antaranya yang cenderung
Responsivitas Institusi Pendidikan dalam Pelayanan Publik di Tanah Papua
22
aspek,
yaitu
bantuan
SPP,
bantuan
operasional
infrastruktur
pendidikan.
Ketiga,
kebijakan
insentif
23
BAB IV PENUTUP
1. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dan dengan memperhatikan
kerangka teorinya, maka dapatlah disimpulkan bahwa :
Pertama.
Ketiga.
Faktor-faktor eksternal birokrasi seperti : hukum, adatbudaya, politik, sosial, dan ekonomi dan internal birokrasi
seperti : doktrin, kepemimpinan, lembaga, sumberdaya, dan
struktur organisasi, secara bersama-sama menjadi hambatan
bagi upaya peningkatan derajat responsitas birokrasi.
24
Pertama,
sekolah
yang
meli-batkan
berbagai
pihak.
harus
didukung
oleh
tenaga
profesional
yang
(misalnya
Pusat
Pengembangan
dan
dalam
bentuk
Peraturan
Daerah
di
setiap
Kabupaten/Kota.
25
Ketiga,
animo
masyarakat
dan
kesiapan
institusi
Pembentukan
dan
penguatan
unit/satuan
institusi
Melalui
perlu
dilakukan
26
DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanto, Agus dan Kusumasari. 2001. Public Service Performance
dalam Policy Brief CPPS-Gadjah Mada University, Nomor :
01/PB-E/2001.
Dwiyanto, Agus, dkk. 2002. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia.
Yogyakarta : Penerbit PSKK-UGM.
Frederickson, George H. 2005. The State of Social Equity in
American Public Administration . American Society for Public
Administration-Vol.28
No.3March
2005.
http://www.aspanet.org/scriptcontent/word/Accomplishments200
5.doc
Gibson, James L., dkk, 1995. Organizations Behaviour Structure and
Process. Homewood, Illinois : Richard D. Irwin Inc.
IFES. 2003. Survey Opini Publik Papua. Jakarta.
Komorotomo, Wahyudi. 2005. Akuntabilitas Birokrasi Publik Sketsa
Pada Masa Transisi. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar.
Siagian, Sondang P. 2000. Teori Pengembangan Organisasi. Jakarta :
Penerbit Bumi Aksara.
Silo, Akbar. 2005. Kinerja Pemerintahan Dalam Rangka Pelayanan
Publik di Kabupaten Sarmi. Laporan Penelitian kerjasama UNDP
dan UNCEN.
Silo,
27
2.
3.
4.
28