Chapter I
Chapter I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tanaman kelapa (cocos nucifera L) merupakan tanaman serbaguna, baik untuk
keperluan pangan maupun non pangan. Setiap bagian dari tanaman kelapa (cocos
nucifera L) bisa di manfaatkan untuk kepentingan manusia. Karena itu, pohon kelapa
(cocos nucifera L) dijuluki sebagai The Tree of Life (pohon kehidupan) dan A
heavenly Tree (pohon surga) (Rukmana, 2003).
Daging buah kelapa (cocos nucifera L)
(terutama kelapa muda) juga sering dimanfaatkan untuk pembuatan santan, kopra dan
minyak. Dari total produksi kelapa di Indonesia 34,7 persen diolah menjadi santan
dan 8 persen menjadi minyak kelapa dan 34,7 persen kopra (Setyamidjaja, 1984).
Produksi air kelapa cukup berlimpah di Indonesia yaitu mencapai lebih dari 900
juta liter per tahun (Sutardi, 2004). Namun pemanfaatannya dalam industri pangan
belum begitu menonjol, sehingga masih banyak air kelapa yang terbuang percuma.
Pada awalnya air kelapa kebanyakan hanya digunakan untuk membuat kecap
dan gula kelapa. Seiring dengan berjalannya waktu ternyata air kelapa dapat dijadikan
menjadi makanan ringan yang disebut nata de coco. Di Indonesia nata de coco mulai
dikenal pada tahun 1973 dan mulai kenal oleh masyarakat
Dalam air kelapa terdapat berbagai nutrisi yang bisa dimanfaatkan bakteri
penghasil nata de coco. Nutrisi yang terkandung dalam air kelapa antara lain gula
sukrosa serta sumber mineral yang beragam seperti magnesium (Woodroof, 1972,
Pracaya, 1982) serta adanya factor pendukung
bakteri
Mill). Efektivitas dari buah Alpukat (Persea Americana Mill) dapat menurunkan
kadar kolesterol jahat dipacu dengan kandungan seratnya yang tinggi . Serat dalam
Alpukat (Persea Americana Mill) akan menyerap kolesterol jahat dan
membuangnya bersama dengan sisa-sisa makanan (Apriadji, 2002).
Berbeda dengan buah-buahan lain buah Alpukat (Persea Americana Mill)
sedikit mengandung pati, gula
menjadikan buah Alpukat (Persea Americana Mill) dianjurkan sebagai bagian dari
menu untuk mengendalikan diabetes (Khamsan, 2006).
Zat besi dan tembaga yang berlimpah
Americana Mill) berperan
anemia. Paduan antara vitamin C, vitamin E, kalium dan mangan menjadikan Alpukat
(Persea Americana Mill) baik untuk menjaga kesehatan rambut. Dan dengan adanya
Asam Folat dan vitamin B, Alpukat (Persea Americana Mill) berperan dalam
pembentukan tulang (Surtinimgsih, 2004).
Dari penelitiannya sebelumnya telah dibuktikan bahwa dengan menggunakan
modifikasi buah Jambu Mete dan air kelapa dengan berbagai konsentrasi dan variasi
starter yang berbeda-beda dapat menghasilkan nata de cheswy yang lebih baik nilai
gizinya.(Suranto, dkk, 2002).
Alpukat (Persea Americana Mill) maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
menggunakan variasi perbandingan antara sari buah Alpukat (Persea Americana
Mill) dengan air kelapa untuk menghasilkan nata de coco yang lebih baik yang dapat
di gunakan sebagai makanan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi, berserat tinggi,
dan rendah kalori serta aman dikonsumsi.
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah diuraikan diambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1.
yang
air kelapa dengan sari buah Alpukat (Persea Americana Mill) 100:0; 90:10;
80:20; 70:30; 60:40; 50:50, 40 : 60 dan 30 : 70 terhadap pembentukan nata
de coco.
2. Bagaimana pengaruh komponen-komponen lemak, protein dan serat dari
sari buah Alpukat (Persea Americana Mill) pada nata de coco yang terbentuk
berdasarkan gugus fungsi secara FTIR..
1.5
Lokasi Penelitian
Penelitian di lakukan di Labolatorium Biokimia dan Kimia Bahan Makanan
FMIPA USU Medan dan FTIR dilakukan di Labolatorium Bea Cukai Belawan.
1.6
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah eksperimental labolatorium dengan menggunakan sampel
berupa air limbah kelapa yang diperoleh dari pasar Sore Padang Bulan Medan dengan
buah Alpukat (Persea Americana Mill) yang diperoleh dari penjual buah pasar Sore
Padang Bulan Medan dengan langkah-langkah analisis sebagai berikut:
1. Pembuatan sari buah Alpukat (Persea Americana Mil)
2. Pembuatan Starter nata de coco.
3. Pembuatan nata de coco
4. Pembuatan nata de coco dengan sari buah Alpukat (Persea Americana Mill)
dengan variasi antara air kelapa dan sari buah Alpukat (Persea Americana
Mill) 0:100; 10:90; 20:80; 30:70; 40:60 , 50:50, 40:60 dan 30:70 dan dengan
penambahan konsentrasi Acetobaacter Xylinum 10 % yang difermentasikan
selama 15 hari hingga membentuk nata de coco.
5. Penentuan kadar protein dengan penggunakan metode Kjeldahl.
6. Penentuan kadar lemak dengan menggunakan metode Soxletasi.
7. Penentuan kadar serat dengan menggunakan metode Defating dan Digestion.
8. Analisa interaksi sari buah Alpukat (Persea Americana Mill) pada nata de
coco dengan menggunakan spectrum FTIR.