Kita nekenin tentang laktosa. Dimana laktosa itu contohnya didalam susu atau
ASI kalo untuk bayi sebagai pembentuk sel saraf. Selanjutnya (pada manusia
dewasa) didalam usus besar laktosa dipecah jd galaktosa dan glukosa. Untuk
penjelasan hubungan glukosa pada saraf dan otak dibaca di deskripsi dibawah ini
yaa. Maaf kalo rada ribet. Semangat. Yang warna merah yang ditekenin yaa
Laktosa atau sering juga disebut sebagai gula susu (-D-galaktopiranosil(14)-D-glukosa) tergolong dalam disakarida yang disusun dua monosakarida,
yaitu glukosa dan galaktosa. Rasa manis laktosa tidak semanis disakarida lainnya,
semacam sukrosa. Rasa manis laktosa hanya seperenam kali rasa manis sukrosa.
Keberadaan laktosa dalam susu merupakan salah satu keunikan dari susu itu
sendiri, karena laktosa tidak terdapat di alam kecuali sebagai produk dari kelenjar
susu. Laktosa merupakan zat makanan yang menyediakan energi bagi tubuh.
Namun, laktosa ini harus dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim
bernama laktase agar dapat diserap usus.
Laktosa adalah senyawa karbohidrat utama yang menjadi sumber energi
bayi karena dalam tubuh laktosa di pecah menjadi glukosa yang berperan untuk
pembentukan syaraf dan pertumbuhan tulang dari kalsium dan magnesium dalam
ASI, selain itu juga laktosa merupakan karbohidrat utama dalam ASI dan
berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang
terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada
susu sapi atau susu formula. Namun demikian angka kejadian diare yang
disebabkan karena tidak dapat mencerna laktosa (intoleransi laktosa) jarang
ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan karena penyerapan
laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu sapi atau susu formula. Kadar
karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat
terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Sesudah
melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil. Laktosa Juga
memberikan efek positif terhadap fisiologis usus, termasuk efek prebiotik,
melunakkan kotoran dan membantu mengikat air.
Sel hidup memerlukan sumber bahan bakar yang konsisten. dari bahan bakar
tersebut akan didapat ATP yang digunakan untuk mempertahankan fungsi dan
pertumbuhan sel normal. oleh karena itu harus tercapai keseimbangan antara
asupan karbohidrat, lemak, dan protein, penyimpanan bahan-bahan tersebut
apabila terdapat dalam jumlah yang melebihi kebutuhan segera, dan mobilitas
serta sintesis bahan-bahan tersebut apabila dibutuhkan. keseimbangan antara
kebutuhan dan ketersediaan disebut sebagai homeostasis metabolik. terdapat tiga
cara utama yang diperlukan oleh integrasi antar jaringan agar homeostasis
metabolik dapat tercapai:
berbeda.
Hormon membawa pesan untuk masing-masing jaringan mengenai status
Insulin dan glukagon adalah dua hormon utama yang mengatur penyimpanan dan
mobilitas bahan bakar. insulin adalah hormon anabolik utama dalam tubuh. insulin
mendorong penyimpanan bahan bakar dan pengunaan bahan bakar untuk
pertumbuhan. Insulin mendorong penyimpanan zat gizi: penyimpanan glukosa
sebagai glikogen di hati dan otot, perubahan glukosa menjadi triasilgliserol di hati
dan penyimpanan di jaringan adipose, serta penyerapan asam amino dan sintesis
protein di otot rangka (Gbr.1). Hormon ini juga meningkatkan sintesis albumin
dan protein darah lainya oleh hati. insulin meningkatkan penggunaan glukosa
sebagai bahan bakar dengan merangsang transport glukosa ke dalam otot dan
jaringan adipose. Pada saat yang sama, insulin bekerja menghambat mobilitas
bahan bakar.
Gambar 1. Tempat utama kerja insulin pada metabolisme bahan bakar. (+)
dirangsang oleh insulin; (-) dihambat oleh insulin
Glukagon adalah hormon utama yang memobilisasi bahan bakar dengan
mempertahankan ketersediaan bahan bakar apabila tidak tesedia glukosa makanan
dengan merangsang pelepasan glukosa dari glikogen hati, dengan merangsang
glukoneogenesis dari laktat, gliserol, dan asam amino, dan bersama-sama dengan
penurunan insulin, dengan memobilisasi asam lemak dari triasilgliserol adipose
sebagai sumber bahan bakar alternatif (Gbr. 2). Tempat kerjanya terutama di hati
dan jaringan adipose; hormon ini tidak memiliki pengaruh terhadap metabolisme
otot rangka. hormon lain, misalnya epinefrin, dikeluarkan sebagai respon sistem
saraf pusat terhadap hipoglikemia, olahraga, atau stress fisiologis jenis lain.
epinefrin dan hormon stres lain juga meningkatkan ketersediaan bahan bakar
(Gbr. 3). Sedangkan hormon-hormon yang bekerja melawan insulin ditunjukkan
pada gambar 4.
Gambar 5. Kadar glukosa, insulin, dan glukagon dalam darah setelah makan
makanan tinggi karbohidrat.
Peran khusus glukosa dalam homeostasis metabolik ditentukan oleh kenyataan
bahwa banyak jaringan (misal, otak, sel darah merah, lensa mata, medula ginjal,
otot rangka yang bekerja) bergantung pada glikolisis untuk memenuhi semua atau
sebagian kebutuhan akan energi dan secara terus menerus memerlukan akses yang
tidak terganggu terhadap glukosa atas dasar detik-ke-detik untuk memenuhi
tingginya kecepatan penggunaan ATP. pada orang dewasa, setiap hari diperlukan
190 g glukosa; sekitar 150 g untuk otak dan 40 g untuk jaringan lain. penurunan
bermakna glukosa darah di bawah 60 mg/dL akan membatasi metabolisme
glukosa di otak dan mencetuskan timbulnya gejala hipoglikemia, yang
diperkirakan karena proses keseluruhan fluks glukosa melalui sawar darah-otak,
ke dalam cairan interstisium, dan kemudian ke dalam sel neutrion, berlangsung
lambat dan memilikiKm yang relatif tinggi. Pasien yang mengalami hiperinsulin
memiliki kecenderungan rasa lelah yang berlebih dan kadang-kadang diikuti oleh
penglihatan yang kabur dan rasa lapar yang berlebihan dan tidak lazim gejala
Insulin mendorong penyimpanan bahan bakar dan pengunaan bahan bakar untuk
pertumbuhan. Insulin mendorong penyimpanan zat gizi: penyimpanan glukosa
sebagai glikogen di hati dan otot, perubahan glukosa menjadi triasilgliserol di hati
dan penyimpanan di jaringan adipose, serta penyerapan asam amino dan sintesis
protein di otot rangka. Hormon ini juga meningkatkan sintesis albumin dan
protein darah lainya oleh hati. insulin meningkatkan penggunaan glukosa sebagai
bahan bakar dengan merangsang transport glukosa ke dalam otot dan jaringan
adipose. Pada saat yang sama, insulin bekerja menghambat mobilitas bahan bakar.
TAPI INI KATA-KATANYA SAMA KAYA YANG AKU MERAHIN DIATAS
2. jika gejala yang timbul dibiarkan mengapa bisa menimbulkan kerusakan otak?
Pasien yang mengalami hiperinsulin memiliki kecenderungan rasa lelah yang
berlebih dan kadang-kadang diikuti oleh penglihatan yang kabur dan rasa lapar
yang berlebihan dan tidak lazim gejala tersebut disebut dengan neuroglikopenik
(gejala neurologis yang timbul akibat pasokan glukosa ke otak yang tidak adekuat
untuk menghasilkan ATP), dan apabila dibiarkan maka akan menimbulkan
kerusakan otak. Gejala yang lain yang merupakan respon bagian dari respon
adregonik terhadap stres hipoglikemik. Rangsangan terhadap sistem saraf simpatis
(karena rendahnya kadar glukosa yang mencapai otak) menyebabkan pelepasan
epinefrin, suatu dari modula hormon stres, dari medula adrenal. peningkatan kadar
epinefrin, menimbulkan takikardia, berdebar-debar, kecemasan, gemetar, pucat,
dan berkeringat. Selain gejala diatas penderita dapat merasakan kebingungan,
kepala terasa ringan, sakit kepala, perilaku menyimpang, penglihatan kabur,
hilang kesadaran, atau kejang. Pesan yang dibawa oleh insulin kepada jaringan
adalah bahwa glukosa berlimpah- limpah; glukosa dapat digunakan sebagai bahan
bakar dan diubah bentuknya agar dapat disimpan. mobilitas bahan bakar lain atau
prekusor glukosa tidak perlu, dan pasokan bahan bakar cukup untuk pertumbuhan.
Daftar Pustaka
Dawn B. Marks, Allan D, Marks and Colleen M, Smith. Alih bahasa dr. Brahm U.
Pendit, SpKK. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar, Sebuah Pendekatan Klinis.
EGC.Jakarta.
Eugene C. Toy, William E. Seifer, Henry W. Strambel and Konrad P. Harms. Alih
bahasa dr. Winarsih Rudiharso, Sp.Bkm. 2011. Case File Biokimia. Karisma
Publishing Group. Jakarta.
Dennis L., Sprecher, Byron J., Hogwerf and Vijay Nambi. 2002. A truly deadly
quartet:obesity,
hypertension,
hypertriglyceridemia,
and