Setelah mengikuti terapi intensif selama lebih kurang satu tahun, Dimas bisa kontak
mata. Betapa senangnya perasaan saya waktu itu karena apa saya impi-impikan akhirnya
terwujud.
Setelah bisa kontak mata, perkembangan Dimas sangatlah bagus. Ketika dipanggil, dia sudah
mau menengok, sementara ketika diajak bercanda atau bahasa jawa-nya dililing, dia mulai bisa.
Dimas juga mulai bisa menirukan mimic wajah saat saya mengajarinya mengucapkan kata-kata.
Meskipun belum keluar kata-kata atau suara, mulutnya sudah mulai bisa menirukan kata yang
saya ajarkan.
Apabila dibandingkan deengan anak seusianya waktu itu, Dimas memang jauh
tertinggal. Rata-rata anak normal berumur empat tahun sudah lancer berbicara dan sudah
bisamenceritakan sesuatu kepada orang tuanya. Adapun Dimas pada saat berumur empat tahun
baru bisa kontak mata tapi saya merasa bersyukur atas kemampuannya itu.
Saat usia Dimas menginjak delapan tahun, banyak orang yang baru pertama kali
bertemu dengannya tidak percaya bahwa Dimas dahulu autis. Kemampuan menyusun kalimat
sudah lumayan dan penggunaan kata ganti aku-kamu-dia juga sudah tepat. Saya sangat
bersyukur atas kondisi Dimas tersebut.
Memang, semua berawal dari anak harus bisa kontak mata terlebih
dahulu. Setelah itu, pelajaran apa pun akan cepat diserap oleh anak special
tersebut.