PENDAHULUAN
dilengkapi kran dan saringan air ke pipa utama, tidak lupa pipa konektor untuk
sambungan.
Untuk instalasi sistem perpipaan memang membutuhkan biaya. Tapi banyak
alternatif yang layak dicoba selain menggunakan pipa-pipa dan pompa. Contoh
irigasi tetes yang paling sederhana adalah dengan menggunakan bambu yang
dilubangi antar ruasnya atau memanfaatkan botol plastik bekas kemasan air
mineral yang diletakkan terbalik. Dibandingkan dengan sprinkler atau penyiram
taman sistem semprot perlu jumlah air yang banyak. Diperlukan sebanyak 400
galon air per jam, sementara tanah tidak diberi waktu untuk menyerap air.
Hasilnya air lolos di permukaan mengakibatkan erosi. Sementara dengan irigasi
tetes air bisa dihemat hingga 50%.
Drip irrigation tidak membuang-buang air, tidak menyebabkan erosi dan
sedikit air yang menguap. Air memiliki waktu untuk menyerap ke dalam dan
secara kapiler ke seluruh area perakaran. Hasilnya irigasi tetes memiliki efisiensi
hingga 95% dibanding sistem sprinkler yang hanya 50% - 65%. Dengan
penambahan pengatur waktu (timer) yang diprogram, sistem irigasi mikro ini
secara otomatis akan menyiram tanaman dengan jumlah air yang tepat setiap hari
sementara anda bisa berleha-leha di rumah atau bisa tenang bepergian.
bahan kimia yang digunakan menjadi lebih sedikit, frekuensi pemberian lebih
tinggi dan distribusinya hanya di sekitar daerah perakaran.
4. Menekan resiko penumpukan garam : Pemberian air yang terus menerus akan
melarutkan dan menjauhkan garam dari daerah perakaran.
5. Menekan pertumbuhan gulma : Pemberian air pada irigasi tetes hanya terbatas
di daerah sekitar tanaman, sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan.
6. Menghemat tenaga kerja : Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah
dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaga kerja yang diperlukan menjadi
lebih sedikit. Penghematan tenaga kerja pada pekerjaan pemupukan,
pemberantasan hama dan penyiangan juga dapat dikurangi.
Sedangkan Kelemahan atau kekurangan dari metode irigasi tetes adalah
sebagai berikut:
1. Memerlukan perawatan yang intensif : Penyumbatan pada penetes merupakan
masalah yang sering terjadi pada irigasi tetes, karena akan mempengaruhi debit
dan keseragaman pemberian air. Untuk itu diperlukan perawatan yang intesif
dari jaringan irigasi tetes agar resiko penyumbatan dapat diperkecil.
2. Penumpukan garam : Bila air yang digunakan mengandung garam yang tinggi
dan pada derah yang kering, resiko penumpukan garam menjadi tinggi.
3. Membatasi pertumbuhan tanaman : Pemberian air yang terbatas pada irigasi
tetes menimbulkan resiko kekurangan air bila perhitungan kebutuhan air
kurang cermat.
4. Keterbatasan biaya dan teknik : Sistem irigasi tetes memerlukan investasi yang
tinggi dalam pembangunannya. Selain itu, diperlukan teknik yang tinggi untuk
merancang, mengoperasikan dan memeliharanya.
BAB II
TINJAUAN KASUS
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Deptan. 2013. Irigasi Tetes, Cara Efisien Menyiram Tanaman. Available at:
http://cybex.deptan.go.id/lokalita/irigasi-tetes-cara-efisien-menyiramtanaman (Diakses tanggal 11 Mei 2014, Pukul 18.00 WIB).
Prastowo, Asep. 2010. Teknik Irigasi dan Drainase. Institut Pertanian Bogor:
Bogor.