PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sistem perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk
mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun
organisasi di negara tersebut. Sistem perekonomian juga dapat diartikan sebagai cara
suatu bangsa atau Negara untuk mengatur kehidupan ekonominya agar tercapai
kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya
adalah bagaimana cara sistem itu mengatur faktor produksinya. Dalam beberapa sistem,
seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi. Sementara dalam sistem
lainnya, semua faktor tersebut di pegang oleh pemerintah. Kebanyakan sistem ekonomi
di dunia berada di antara dua sistem ekstrim tersebut.
Selain faktor produksi, sistem ekonomi juga dapat dibedakan dari cara sistem
tersebut mengatur produksi dan alokasi. Sebuah perekonomian terencana (planned
economies) memberikan hak kepada pemerintah untuk mengatur faktor-faktor produksi
dan alokasi hasil produksi. Sementara pada perekonomian pasar (market economic),
pasar lah yang mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi barang dan jasa melalui
penawaran dan permintaan. Tidak ada satu negarapun yang bisa menerapkan suatu
sistem perekonomian secara ekstrim. Di Indonesia, pemerintah mempunyai peran
penting sebagai wasit dalam megawasi jalannya perekonomian.
Pemerintah perlu mendukung dan melindungi para pelaku ekonomi atau
masyarakat ekonomi lemah demikian pula terhadap para pengusaha muda, dengan
berbagai kebijakan yang meringankan, sehingga pada akhirnya dapat tumbuh mandiri.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa itu Landasan Sistem Ekonomi Indonesia?
2. Deskripsi Pemikiran Mohammad Hatta?
3. Apa tujuan dari Sistem Ekonomi?
4. Bagaimana struktur Perekonomian Indonesia?
5. Bagaimana Evolusi Ekonomi Indonesia?
1
C.
Tujuan
Demokrasi ekonomi berdasarkan pancasila bertujuan agar ekonomi di indonesia
berlandaskan pada pancasila. Agar terstruktur dengan baik, dan tidak keluar dari aturan
pancasila. Karena pada dasarnya Indonesia memang berkiblat pada Pancasila dan UUD
1945. Jadi segala sesuatu harus berlandaskan pancasila, termasuk juga dalam
perekonomian.
BAB II
PEMBAHASAN
pemerasan
atau
eksploitasi);
Persatuan
Indonesia
(berlakunya
serta
Keadilan
Sosial
(persamaan/emansipasi,
kemakmuran
Pancasila, khususnya dokumen "Lahirnya Pancasila" dan UUD 45, khususnya pasalpasal 23, 27, 33 dan 34.
Dari Pancasila adalah sila "Keadilan Sosial" yang paling relevan untuk ekonomi.
Sila ini mengandung dua makna, yakni sebagai prinsip pembagian pendapatan yang
adil dan prinsip demokrasi ekonomi.
Ditempatkan dalam persepketif sejarah maka hasrat ingin mengejar pembagian
pendapatan yang adil mudah difahami. Pembagian pendapatan di masa penjajahan
adalah sangat tidak adil. Kurang daripada 3% dari jumlah penduduk (yang terutama
adalah bangsa asing) menerima lebih dari 25% dari pendapatan nasional Indonesia.
Karenanya, maka pola pembagian pendapatan serupa ini perlu dirombak secara
drastis.
Akan tetapi yang dikejar bukan saja "masyarakat yang adil dalam pembagian
pendapatannya" tapi juga "masyarakat yang makmur". Ini berarti bahwa tingkat
pertumbuhan dari pendapatan nasional harus juga meningkat.
Di masa penjajahan, pertumbuhan eonomi berlangsung berdasarkan free fight
competition liberalism. Dalam pertarungan kompetisi ekonomi serupa ini, bangsa
Indonesia tertinggal oleh karena tidak memiliki alat-alat produksi yang compatible.
Maka sistem ekonomi liberal serupa ini menambahkan ketidakadilan dalam
pembagian pendapatan, karena yang ekonomi kuat, semakin kuat, sedangkan yang
lemah ketinggalan.
Guna menghindari pengalaman pahit serupa inilah, sila "Keadilan Sosial"
menekankan
perlunya:
demokrasi
ekonomi.
Hakekatnya
adalah
suatu
Maka begitulah secara sederhana sistem ekonomi Pancasila. Ia tidak ketat seperti
sistem ekonomi etatisme ala Uni Sovyet, tidak pula liberal ala Amerika Serikat. Ia
adalah kebebasan dengan tanggungjawab, keteraturan tanpa mematikan inisiatif
rakyat, mengejar masyarakat yang adil dan makmur atas landasan demokrasi
ekonomi.
Sistem Ekonomi Pancasila (SEP) merupakan sistem ekonomi yang digali dan
dibangun dari nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat Indonesia. Beberapa prinsip
dasar yang ada dalam SEP tersebut antara lain berkaitan dengan prinsip kemanusiaan,
nasionalisme ekonomi, demokrasi ekonomi yang diwujudkan dalam ekonomi
kerakyatan, dan keadilan. Sebagaimana teori ekonomi Neoklasik yang dibangun atas
dasar faham liberal dengan mengedepankan nilai individualisme dan kebebasan pasar
(Mubyarto, 2002: 68), SEP juga dibangun atas dasar nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat Indonesia, yang bisa berasal dari nlai-nilai agama, kebudayaan, adatistiadat, atau norma-norma, yang membentuk perilaku ekonomi masyarakat
Indonesia. Suatu perumusan lain mengatakan bahwa : Dalam Demokrasi Ekonomi
yang berdasarkan Pancasila harus dihindarkan hal-hal sebagai berikut :
1. Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan
bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan dan
mempertahankan kelemahan structural ekonomi nasional dan posisi Indonesia
dalam perekonomian dunia.
2. Sistem etatisme dalam arti bahwa negara berserta aparatus ekonomi negara
bersifat dominan, mendesak dan mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit
ekonomi diluar sektor negara.
3. Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok
dalam berbagai bentuk monopoli dan monopsoni yang merugikan masyarakat dan
cita-cita keadilan sosial. (GBHN 1993).
Seorang pakar senior lain mengatakan bahwa terdapat 5 ciri pokok dari sistem
ekonomi Pancasila yaitu : (Mubyarto, 1981).
1. Pengembangan koperasi penggunaan insentif sosial dan moral.
2. Komitmen pada upaya pemerataan.
3. Kebijakan ekonomi nasionalis.
4. Keseimbangan antara perencanaan terpusat.
5. Pelaksanaan secara terdesentralisasi
6
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan
itu adalah koperasi. Perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi
semua orang. Sebab itu cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
mengusai hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Kalau tidak, tuympuk produksi jatuh
ketangan orang-orang yang banyak ditindasinya. Hanya perusaan yang tidak mengusasi
hajat hidup orang banyak boleh ada di tangan orang-orang.
Bumi dan air dan kekayaan alam terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok
kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Pasal 33 UUD 1945 merupakan pasal yang amat penting karena pasal ini menjadi
landasan
dan
pangkal
tolak
bagi
pembangunan
ekonomi.
Bahwa
masalah
koperasi fungsional seperti koperasi buruh dan kariawan perusahaan, koperasi pegawai
negeri, koperasi mahasiswa dan sebagainya sehingga koperasi makin memasyarakat dan
makin membudaya.
Dengan demikian terhadapt tiga unsur penting dalam tata perekonomian yang di
susun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dalam Demokrasi Ekonomi
yang sector Negara, sector swasta dan koperasi. Ketiga sector ini harus dikembangkan
secara serasi dan mantap.
10
12
tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (Chenery, 1979).
a. Teori
Teori perubahan structural menitikberatkan pembahasan pada mekanisme
transformasi ekonomi yang dialami oleh negara-negara sedang berkembang, yang
semula bersifat subsisten (pertanian tradisional) dan menitikberatkan sector pertanian
menuju struktur perekonomian yang lebih modern yang didominasi sector non primer,
khususnya industri dan jasa. Ada 2 teori utama yang umum digunakan dalam
menganalisis perubahan struktur ekonomi yakni dari Arthur Lewis (teori migrasi) dan
Hollis Chenery (teori transformasi structural).
Teori Arthur Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang
terjadi di pedesaan dan perkotaan (urban). Dalam teorinya, Lewis mengasumsikan
bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu
perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sector utama. Di
pedesaan, karena pertumbuhan penduduknya tinggi, maka kelebihan suplai tenaga
kerja dan tingkat hidup masyarakatnya berada pada kondisi subsisten akibat
perekonomian yang sifatnya juga subsisten. Over supply tenaga kerja ini ditandai
dengan nilai produk marjinalnya nol dan tingkat upah riil yang rendah.
Di dalam kelompok negara-negara berkembang, banyak negara yang juga
mengalami transisi ekonomi yang pesat dalam tiga decade terakhir ini, walaupun pola
dan prosesnya berbeda antar negara. Hal ini disebabkan oleh perbedaan antar negara
dalam sejumlah factor-faktor internal berikut :
1. Kondisi dan struktur awal dalam negeri (economic base)
2. Besarnya pasar dalam negeri
3. Pola distribusi pendapatan
4. Karakteristik industrialisasi
5. Keberadaan SDA
6. Kebijakan perdagangan LN
Cadangan devisa
Pengeluaran konsumsi
2. Faktor-faktor Eksternal
Kondisi perdagangan dan perekonomian regional atau dunia
relevan. Sebelum menjawabnya tidak ada salahnya jika kita melihat kondisi saat ini
perekonomian Indonesia. Kondisi saat ini perekonomian Indonesia yang sering pula
disebut oleh sebagai hadiah-hadiah masa lalu dari seluruh proses evolusi baik secara
anagenesis maupun cladeogenesis. Anagenesis terjadi pada saat perubahan
perekonomian orde lama ke orde baru, sementara koreksi sistem perekonomian pasca
krisis tahun 1998 menggambarkan cladeogenesis pada perekonomian Indonesia.
Selain kondisi saat ini, hal yang tidak kalah pentingnya untuk dipertimbangkan adalah
potensi dan lingkungan ekonomi Indonesia di masa depan.
Pada situasi seperti inilah ada baiknya kita melihat bagaimana perkembangan
aplikasi ilmu ekonomi heteodoks yang digagas oleh Muhammad Yunus di Bangladesh
melalui Grameen Banknya. Dalam berbagai catatan perkembangan Grameen Banknya terdapat salah satu simpulan penting yang dapat diangkat yaitu Muhammad
Yunus meskipun belum mampu mengembangkan ilmu ekonomi heterodoks yang
sesuai dengan negaranya namun beliau mampu mengembangkan aplikasi ilmu
ekonomi heterodoks di Bangladesh. Proses tersebut tidak terlepas dari adaptasi baik
yang dilakukan oleh Muhammad Yunus melalui pengenalan terhadap kondisi internal
masyarakatnya yang memiliki struktur asumsi berbeda dengan struktur masyarakat
dalam ilmu ekonomi heterodoks.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Ada baiknya para ekonom mulai lebih jernih
dalam melihat persoalan perekonomian Indonesia. Setiap ekonom harus mampu
keluar dari kotak mazhab mereka masing-masing dalam melihat karakter pelaku
ekonomi di Indonesia yang masih terdiri dari pelaku sektor modern dan sektor
tradisional yang saling diklaim oleh para ekonom ortodoks maupun heterodoks
terdapat dalam struktur ekonomi yang terpisah satu dengan yang lain. Hal tersebut
dikonfirmasi oleh data statistik yang menunjukkan bahwa lebih dari 50% masyarakat
Indonesia bekerja di sektor pertanian yang menyumbang tidak lebih dari 30% dari
produktivitas nasional saat ini.
Kondisi di atas secara gamblang menunjukkan bahwa anagenesis yang terjadi
dalam perekonomian Indonesia tidak terjadi secara sempurna. Proses anagenesis
perekonomian Indonesia terjadi secara sektoral atau dapat dianalogikan terjadi hanya
pada bagian kepala dan tenggorokan. Kondisi tersebut pasca tahun 1998 ternyata
mengalami proses cladeogenesis yang cepat sehingga membentuk kondisi
perekonomian Indonesia seperti saat ini. Sementara bagian dada, perut dan organ lain
17
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada situasi Indonesia saat ini, diperlukan kearifan dari setiap unsur untuk
menentukan arah perekonomian Indonesia apakah akan menyesuaikan diri secara total
atau berproses anagenesis atau akan melakukan proses cladeogenesis. Hal ini menjadi
suatu agenda besar yang harus diselesaikan oleh setiap pemimpin dan seluruh ekonom
di negeri ini dalam memparipurnakan proses evolusi ekonomi Indonesia.
19