STEP 1
1.
STEP 2
1. Mengapa pasien mengalami perdarahan dari jalan lahir?
2. Mengapa pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah?
3. Mengapa ditemukan ku lemah ,pucat,TD rendah,HB rendah??
4. Indikasi jika ada gelembung didarah apa?
5. Apakah selama 2 bulan bisa dikatakan aminore?
6. Mengapa dulu HCG( +) dan sekarang hasilnya( -)?
7. Mengapa conjungtiva anemis?
8. Penatalaksanaan selanjutnya dari scenario diatas?
9. DD?
10. TuJuan USG?
11. Hubungan dengan melakukan hubungan dengan suami dengan gejala?
STEP 3
1. Mengapa pasien mengalami perdarahan dari jalan lahir?
Pada awal abortus terjadi pendarahan dalam desidua basalis, kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan
disekitarnya yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus.Kemudian uterus berkontraksi untukmengeluarkan benda asing tersebut.Pada kehamilan
kurang dari 8 minggu vilikorialis belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya.Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak pendarahan.
Pada kehamilan lebih 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu dari padaplasenta.Pendarahan
tidak banyak jika plasenta segera dilepas dengan lengkap.Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan
dalam bentuk miniatur.Hasil konsepsipada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak kecil tanpa bentuk yang jelas, mungkin pula janin telah
mati lama, mola kruenta, maserasi, fetus kompresus.
ABORSI / ABORTUS
Fransisca S. K. S.Ked (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma Surabaya)
JENIS ABORTUS
Klasifiasi
Abortus dapat dibagi atas dua golongan:
a. Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau pun
medisinalis, semata-mata disebabkan oieh faktor-faktor alamiah.
b. Abortus Provakatus (induced abortion)
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat.
Abortus ini terbagi menjadi:
Abortus Kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis.
Abortus Inkompletus (Keguguran bersisa): Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang
dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
Terapi:Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan
transfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode
digital dan kuretase.Setelah itu beri obat-obat uterotonika dan antibiotika.
d. Missed Abortion: keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim
dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Fetus yang meninggal ini:
(a) bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati
(b) bisa diresorbsi kembali sehingga hilang
(c) bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut: fetus papyraceus
(d) bisa jadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan mengalami
degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
o Gejala:Dijumpai
amenorea;
perdarahan
sedikdt-sedikit
yang
berulang
pada
permulaannya, serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan tambah
rendah, Kalau tadinya ada gejala-gejala kehamilan, belakangan menghilang, diiringi
dengan reaksi kehamilan yang menjadi negatif pada 2-3 minggu sesudah fetus mati.
Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit. Sekali-sekali pasien
merasa perutnya dingin atau kosong.Perdarahan minimal ,Sering didahului oleh tanda
abortus iminen yang kemudian menghilang spontan/setelah tempi ,Tanda den gejala
laumil menghilang ,USG : Hasil konsepsi masih dalam uterus namun tak ada tanda ke`
langsungan hidupnya
Terapi:Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat
dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase. Dapat juga dilakukan
histerotomia anterior.Hendaknya pada penderita juga diberikan tonika dan antibiotika.
Komplikasi:Bisa timbul hipo atau afibrinogenemia. Fetus yang sudah mati begitu
melekatnya pada rahim sehingga sulit sekali untuk dilakukan kuretase
f. Abortus Habitualis (Keguguran berulang): keadaan dimana penderita mengalami
keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
Menurut HERTIG abortus spontan terjadi dalam 10% dari kehamilan dan abortus
habitualis 3,6 - 9,8% dari abortus spontan.Kalau seorang penderita telah mengalami 2
kali abortus berturut-turut maka optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan
normal adalah sekitar 63%.Kalau abortus 3 kali berturut-turut, maka kemungkinan
kehamilan ke 4 berjalan normal hanya sekitar 16%.
Etiologi:
(1) Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi pembuahan hasilnya
adalah pembuahan yang patologis.
(2) Kesalahan-kesalahan pada ibu, yaitu disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum,
kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan progesteron
sesudah korpus luteum atrofis. Ini dapat dibuktikan dengan mengukur kadar
pregnandiol dalam urin. Selain itu juga bergantung kepada keadaan gizi si ibu
(malnutrisi), kelainan antomis dari rahim, febris undulands (contagious abortion),
hipertensi oleh karena kelainan pembuluh darah sirkulasi pada plasenta/villi terganggu
dan fetus jadi mati.Dapat juga gangguan psikis, serviks inkompeten, atau rhesus
antagonisme.
Pemeriksaan:
(1) Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan
anomali kongenital.
(2) BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak
gangguan glandula thyroidea.
(3) Psiko analisis.
Terapi: Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar
hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya. Merokok dan
minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan. Pada serviks inkompeten
terapinya adalah operatif: SHIRODKAR atau MC DONALD (cervical cerclage),
g. Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik: keguguran yang disertai infeksi genital.
Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau
toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus, atau abortus buatan, terutama
yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat- syarat asepsis dan antisepsis.Bahkan
pada keadaan tertentu dapat terjadi perforasi rahim.
Diagnosis:
(a) Adanya abortus: amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar
rumah sakit
(b) Pemeriksaan: kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan dan
sebagainya.
(c) Tanda-tanda infeksi alat genital: demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus
besar dan lembek, nyeri tekan, lekositosis
(d) Pada abortus septik: kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil, nadi kecil dan
cepat, tekanan darah turun sampai syok. Perlu diobservasi apakah ada tanda perforasi
atau akut abdomen.
Terapi:
(1) Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup
(2) Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan dan uji
kepekaan obat):
- Berikan suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam
- Berikan suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam.
- Atau antibiotika spektrum luas lainnya.
(3) 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi
perdarahan banyak; lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi
(4) Infus dan pemberian antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan
penderita
(5) Pada abortus septik terapi sama saja, hanya dosis dan jenis antibiotika ditinggikan
dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman.
(6) Tindakan operatif, melihat jenis komplikasi dan banyaknya perdarahan; dilakukan
bila keadaan umum membaik dan panas mereda.
ABORSI / ABORTUS
Fransisca S. K. S.Ked (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma Surabaya)
Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau pun
medisinalis, semata-mata disebabkan oieh faktor-faktor alamiah.
b.
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat.
Abortus ini terbagi menjadi:
Abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat
persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
Abortus Kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis.
Klinis Abortus Spontan
Dapat dibagi atas:
o
dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong. Perdarahan den
nyeri minimal, Seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan , Ukuran uterus dalam batas
normal,Servik tertutup
Terapi: hanya dengan uterotonika.
a.
Manfes: amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas; perdarahan yang bisa sedikit atau
banyak, dan biasanya berupa stolsel (darah beku); sudah ada keluar fetus atau jaringan;
pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provakatus yang dilakukan
oleh orang yang tidak ahli, sering teijadi infeksi.
Terapi: Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan
transfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode
digital dan kuretase. Setelah itu beri obat-obat uterotonika dan antibiotika.
sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba.
terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obatobat hormonal dan antispasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa
minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak.
Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus
dikosongkan (kuret). Perdarahan minimal dengan nyeri/tidak ,Uterus sesuai dengan
umur kehamilan ,Servile belum membuka, Test hamil : positif , USG : Produk
kehamilan dalam betas normal
Manfes: perdarahan per vagina, nyeri abdomen, gejala hamil, satu siklus haid
terlewatkan
Diagnosis: px pelvis: pd px spekulum ada darah kecoklatan dlm vagina, ostium uteri
tertutup, pd px bimanual: uterus membesar, lunak dan tidak nyeri tekan, px urinalisis:
urin normal
Tatalaksana:
- tirah baring/batasi aktivitas, jika ada alat kontrasepsi dlm rahim haus diangkat,
d.
Missed Abortion: keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam
rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Fetus yang meninggal ini:
(a) bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati
(b) bisa diresorbsi kembali sehingga hilang
(c) bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut: fetus papyraceus
(d) bisa jadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan mengalami
degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
o
permulaannya, serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan tambah
rendah, Kalau tadinya ada gejala-gejala kehamilan, belakangan menghilang, diiringi
dengan reaksi kehamilan yang menjadi negatif pada 2-3 minggu sesudah fetus mati.
Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit. Sekali-sekali pasien
merasa perutnya dingin atau kosong. Perdarahan minimal ,Sering didahului oleh
tanda abortus iminen yang kemudian menghilang spontan/setelah tempi ,Tanda den
gejala laumil menghilang ,USG : Hasil konsepsi masih dalam uterus namun tak ada
tanda ke`
Terapi:
langsungan hidupnya
Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua
dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase. Dapat juga
dilakukan histerotomia anterior. Hendaknya pada penderita juga diberikan tonika dan
antibiotika.
Komplikasi: Bisa timbul hipo atau afibrinogenemia. Fetus yang sudah mati begitu
melekatnya pada rahim sehingga sulit sekali untuk dilakukan kuretase
f.
3.
Apa Indikasi jika ada gelembungcairan didarah di jalan lahir ?
Mola hidatidosa(hamil anggur)>abnormal fili corionicyg menadi kista dan menyerupai anggur
yg dipenuhi cairan->embrio mati>mola akan tumbuh cepat dan membesar diuterus dan
menghasilkan hormone HCG yang besar.
4. Apakah selama 2 bulan tidak haid bisa dikatakan aminore?
Amenorea: tidak tjd haid pada seorang perempuan dengan mencakup salah satu tiga tanda sbb:
-
tidak terjadi haid sampai usia 14 tahun, disertai tidak adanya pertumbuhan/perkembangan
alat kelamin sekunder.
Tidak terjadi haid sampai usia 16 tahun, disertai adanya pertumbuhan normal dan
perkembangan alat kelamin sekunder.
Tidak terjadi haid untuk sedikitnya selama 3 bulan berturut-turut pada perempuan yang
sebelumnya perbah haid.
Amenoreaprimer (sebelum menarche) dan sekunder (setelah menarche).
-
Evaluasi penyebab:
-
Rumus Naegle
Rumus Naegle untuk menentukan
Confinement).Rumus ini terutama berlaku untuk wanita dengan siklus 28 hari sehingga ovulasi terjadi
pada hari ke 14.Rumus Naegle memperhitungkan umur kehamilan berlangsung selama 288
hari.Perhitungan kasarnya dapat dipakai dengan menentukan hari pertama haid dan ditambah 288
hari, sehingga perkiraan kelahiran dapat ditetapkan.Rumus Naegle dapat dihitung hari haid pertama
ditambah 7 (tujuh) dan bulannya dikurang 3 (tiga) dan tahun ditambah 1 (satu).
Depkes RI. 1993. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga. Cetakan Ke III.
Jakarta.
Kemungkinan
Usia 2 bulan hcg rendah ada 2 kehamilan(KET dan abortus iminens)
6. Penatalaksanaan selanjutnya dari scenario diatas?
-umum:istirahat baring,(bs menyebabkan aliran darah ke uterus)
Pada khmilan >1 minggu ->infuse oksitosin dimulai 8 tetes permenit.
Syok>infis LR dan secepatnya ditranfusi.
7. DD?
ABORTUS
Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar
kandungan.Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya telah mencapai <500 gr
atau umur kehamilan < 20 minggu.
Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Factor yang menyebabkan kelainan ini
adalah :
Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X.
Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau dan
alcohol.
Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi
menahun.
Factor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.
Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada
trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus.
Sumber :Kapita Selekta Kedokteran, FK UI, jilid I, ed. 3.
Klasifikasi
Abortus iminens : perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu,
tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.
Abortus insipiens : bila perdarahan diikuti dengan dilatasi serviks.
Abortus inkomplit : bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari uterus. Bila
abortus inkomplit disertai infeksi genitalia disebut abortus infeksiosa.
Abortus komplit : bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus.
Missed abortion : kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak dikeluarkan
selama 8 minggu atau lebih.
Sumber :Kapita Selekta Kedokteran, FK UI, jilid I, ed. 3.
Abortus dini umur kehamilan < 12 minggu
Disebabkan karena :
abnomalitas kromosom
gangguan embryogenesis
infeksi
kelainan endokrin
kelainan traktus genitalis
Abortus lanjut umur kehamilan 12 20 minggu
Disebabkan karena :
Infeksi
Ketidakseimbangan metabolic ibu
Gangguan fisiologis ibu
Intake makanan yang tidak mencukupi
Factor fetotoksik
Sumber: OBSTETRI & GINEKOLOGI. EDISI 9. 2009. Ralph C. Benson dan Martin
L. Pernoll
Klasifiasi
Abortus dapat dibagi atas dua golongan:
e. Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau pun
medisinalis, semata-mata disebabkan oieh faktor-faktor alamiah.
f. Abortus Provakatus (induced abortion)
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat.
Abortus ini terbagi menjadi:
Abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan,
dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu
mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
Abortus Kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis.
Abortus Inkompletus (Keguguran bersisa): Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang
dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
Terapi:Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan
transfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital
dan kuretase.Setelah itu beri obat-obat uterotonika dan antibiotika.
h. Missed Abortion: keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim
dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Fetus yang meninggal ini:
(a) bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati
(b) bisa diresorbsi kembali sehingga hilang
(c) bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut: fetus papyraceus
(d) bisa jadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan mengalami
degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
o Gejala:Dijumpai
amenorea;
perdarahan
sedikdt-sedikit
yang
berulang
pada
permulaannya, serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan tambah
rendah, Kalau tadinya ada gejala-gejala kehamilan, belakangan menghilang, diiringi
dengan reaksi kehamilan yang menjadi negatif pada 2-3 minggu sesudah fetus mati.
Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit. Sekali-sekali pasien
merasa perutnya dingin atau kosong.Perdarahan minimal ,Sering didahului oleh tanda
abortus iminen yang kemudian menghilang spontan/setelah tempi ,Tanda den gejala
laumil menghilang ,USG : Hasil konsepsi masih dalam uterus namun tak ada tanda ke`
langsungan hidupnya
Terapi:Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat
dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase. Dapat juga dilakukan
histerotomia anterior.Hendaknya pada penderita juga diberikan tonika dan antibiotika.
Komplikasi:Bisa timbul hipo atau afibrinogenemia. Fetus yang sudah mati begitu
melekatnya pada rahim sehingga sulit sekali untuk dilakukan kuretase
h. Abortus Habitualis (Keguguran berulang): keadaan dimana penderita mengalami
keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
Menurut HERTIG abortus spontan terjadi dalam 10% dari kehamilan dan abortus
habitualis 3,6 - 9,8% dari abortus spontan.Kalau seorang penderita telah mengalami 2
kali abortus berturut-turut maka optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan
normal adalah sekitar 63%.Kalau abortus 3 kali berturut-turut, maka kemungkinan
kehamilan ke 4 berjalan normal hanya sekitar 16%.
Etiologi:
(1) Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi pembuahan hasilnya
adalah pembuahan yang patologis.
(2) Kesalahan-kesalahan pada ibu, yaitu disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum,
kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan progesteron
sesudah korpus luteum atrofis. Ini dapat dibuktikan dengan mengukur kadar
pregnandiol dalam urin. Selain itu juga bergantung kepada keadaan gizi si ibu
(malnutrisi), kelainan antomis dari rahim, febris undulands (contagious abortion),
hipertensi oleh karena kelainan pembuluh darah sirkulasi pada plasenta/villi terganggu
dan fetus jadi mati.Dapat juga gangguan psikis, serviks inkompeten, atau rhesus
antagonisme.
Pemeriksaan:
(1) Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan
anomali kongenital.
(2) BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak
gangguan glandula thyroidea.
(3) Psiko analisis.
Terapi: Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar
hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya. Merokok dan
minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan. Pada serviks inkompeten
terapinya adalah operatif: SHIRODKAR atau MC DONALD (cervical cerclage),
i. Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik: keguguran yang disertai infeksi genital.
Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau
toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus, atau abortus buatan, terutama
yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat- syarat asepsis dan antisepsis.Bahkan
pada keadaan tertentu dapat terjadi perforasi rahim.
Diagnosis:
(a) Adanya abortus: amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar
rumah sakit
(b) Pemeriksaan: kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan dan
sebagainya.
(c) Tanda-tanda infeksi alat genital: demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus
besar dan lembek, nyeri tekan, lekositosis
(d) Pada abortus septik: kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil, nadi kecil dan
cepat, tekanan darah turun sampai syok. Perlu diobservasi apakah ada tanda perforasi
atau akut abdomen.
Terapi:
(1) Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup
(2) Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan dan uji
kepekaan obat):
- Berikan suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam
Pathogenesis
Awal abortus perdarahan desiduabasalis nekrosis hasil konsepsi terlepas menurut
uterus benda asing, sehingga berkontraksi untuk mengeluarkan.
Kehamilan <8 minggu : vili korialis belum menembus desidua secara dalam
hasil konsespsi keluar seluruhnya.
Kehamilan 8-14 minggu penembusan lebih dalam hingga plasenta tidak
dilepaskan sempurna perdarahan.
Kehamilan > 14 minggu janin dikeluarkan lebih dulu daripada plasenta.
Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang
tak jelas bentuknya (blighted ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus
kompresus, maserasi, atau fetus papiraseus.
Sumber :Kapita Selekta Kedokteran, FK UI, jilid I, ed. 3.
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada abortus Imminen :
Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu
bdana normal atau meningkat.
Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simphisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.
Sumber :Kapita Selekta Kedokteran, FK UI, jilid I, ed. 3.
Diagnosis
Pemeriksaan ginekologi :
Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva.
Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan
atau jaringan berbau busuk dari ostium.
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, cavum douglass tidak menonjol dan tidak nyeri.
Sumber :Kapita Selekta Kedokteran, FK UI, jilid I, ed. 3.
Penatalaksanaan
Abortus iminens
Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang
mekanik berkurang.
Periksa denyut nadi dan suhu badan 2 kali sehari bila pasien tidak
panas dan tiap empat jam bila pasien panas.
Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil (-), mungkin janin sudah
mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3x30 mg. berikan
preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600-1000 mg.
Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
Bersihkan vulva minimal 2 kali sehari dengan cairan antiseptic untuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
Abortus insipiens
Bila perdarahan tidak banyak , tunggu terjadinya abortus spontan
tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin.
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai
perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret
vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret
tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuscular.
Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah.
Klasifikasi
Pathogenesis
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan halnya di
kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner.
Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur
selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian di
resorbsi.
Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi
secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping.setelah tempat nidasi tertutup,
maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan
pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna malahankadang kadang tidak
tampak, dengan mudah villi korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot otot
tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya bergantung
pada beberapa factor, seperti tempat implantasi, tebalnya dinding tuba, dan banyaknya perdarahan
yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Dibawah pengaruh hormone esterogen dan progesterone dari korpus luteum graviditatis dan
trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek; endometrium dapat berubah pula menjadi desidua.
Dapat ditemukan pula perubahan perubahan pada endometrium yang disebut fenomena Arias Stella.
Sel epitel membesar dengan intinya hipertrofik, hiperkromatik, lobuler, dan kadang kadang
ditemukan mitosis. Perubahan tersebut hanya ditemukan pada sebagian kehamilan ektopik.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi dan kemudian dikeluarkan secara
berkeping keping, tetapi kadang kadang dilepaskan secara utuh. Perdarahan yang dijumpai pada
kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan oleh pelepasan desidua yang
degeneratif.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan.karena tuba bukan tempat
untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin bertumbuh secara utuh seperti dalam uterus.
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.
1. hasil konsepsi mati dini dan di resorbsi pada implantasi secara kolumner, ovum yang telah di buahi
cepat mati karena vaskularisasi kurang, dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan
ini penderita tidak mengeluh apa apa, hanya haidnya terlambat beberapa hari.
2. abortus ke dalam lumen tuba
perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh pembuluh darah oleh villi koriales pada
dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama
sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya,
tergantung pada derajat perdarahan yang timbul. Bila pelepasan menyeluruh, mudigah dengan
selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian di dorong oleh darah ke arah ostium
tuba abdominale. Abortus ke lumen tuba lebih sering terjadid pada kehamilan pars ampullaris,
sedangkan penembusan dinding tuba oleh vili korialis kea rah peritoneum biasanya terjadi pada
kehamilan pars ismika. Perbedaan ini disebabkan oleh villi koriales ke arah peritoneum biasanya
terjadi pada kehamilan pars ampullaris lebih luas, sehingga dapat mengikuti lebih mudah
pertumbuhan hasil konsepsi dibandingkan dengan ismus dengan lumen sempit.
Pada pelepasan hasil konsepsi yang tak sempurna pada abortus, perdarahan akan terus
berlangsung, dari sedikit sedikit oleh darah, sehingga berubah menjadi mola kruenta. Perdarahan
yang terus menerus akan menyebabkan tuba membesar dan kebiru biruan (hematosalping), dan
selanjutnya darah mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba. Darah ini akan berkumpul di
kavum douglas dan akan membentuk hematokel retrouterina.
3. ruptur dinding tuba
ruptur tuba sering tjd bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda.
Sebaiknya ruptur pada pars interstitialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama
yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus
ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau karena trauma ringan seperti koitus dan
pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang sedikit,
kadang banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian. Bila pseudokapsularis ikut pecah, maka
terjadi pula perdarahan dalam lumen tuba. Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui
ostium tuba abdominal. Bila pada abortus dalam tuba osteum tuba tersumbat, ruptur sekunder
dapat terjadi. Dalam hal ini dinding tuba,yang telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena
tekanan darah dalam tuba. kadang kadang ruptur terjadi di arah ligamentum latum dan terbentuk
hematoma intraligament antara 2 lapisan ligamentum itu. Jika janin hidup terus, terdapat
kehamilan intraligamenter. Pada ruptur ke rongga perut seluruh janin dapat keluar dari tuba,
tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi di keluarkan dari tuba. Bila
penderita tidak dioperasi dan tidak dioperasi dan tidak meninggal karena perdarahan, nasib janin
bergantung pada kerusakan yang di derita dan tuanya kehmilan. Bila janin mati dan masih kecil,
dapat di resorbsi seluruhnya, kelak dapat diubha menjadi litopedion.
Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong amnion dan dengan
plasenta masih utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut sehingga akan terjadi
kehamilan abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan makanan bagi janin, plasenta dari
tuba akan meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya, misalnya ke sebagian uterus,
ligamnetum latum, dasar panggul, dan usus.
SUMBER : ILMU KEBIDANAN, YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARJO. ED KETIGA
Manifestasi klinis
gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas, dan penderita
maupun dokternya biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan,
sampai terjadinya abortus tuba atau ruptur tuba.
Pada umumnya penderita menunjukkan gejala gejala kehamilan muda, dan
mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa
dihiraukan.
Pada pemeriksaan vaginal uterus membesar dan lembek, walaupun muungkin tidak
sebesar tuanya kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena
lembeknya sukar diraba pada pemeriksaan bimanual
Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda beda ; dari perdarahan
banyak yang tiba tiba dalm rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak
jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya. Gejala dan tanda bergantung pada
lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus dan ruptur tuba, tuanya kehamilan,
derajat perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum penderita sebelum hamil.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada ruptur
tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba tiba dan intensitasnya disertai
dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk kedalam
syok. Biasanya pada abortus tuba nyeri tidak seberapa hebat dan tidak terus
menerus. Rasa nyeri mula mula terdapat pada satu sisi; tetapi setelah darah masuk
ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau ke seluruh perut
bawah. Darah dalam rongga perut dapat merangsang diafragma, sehingga
menyebabkan nyeri bahu dan bila membentuk hematokel retroutrina.
Terjadi perdarahan per vaginam
Amenorhea
Pada pemeriksaan vaginal bahwa usaha menggerakkan serviks uteri menimbulkan
rasa nyeri, demikian pula kavum douglas menonjol dan nyeri pada perabaan
Pada abortus tuba biasanya teraba dengan jelas suatu tumor disamping uterus
dalam berbagai ukuran dengan konsistensi agak lunak
Hematokel retrouterina dapat diraba sebagai tumor di kavum douglas.pada ruptur
tuba dengan perdarahan banyak tekanan darah dapat menurun dan nadi
meningkat, perdarahan lebih banyak lagi menimbulkan syok
Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala
perdarahan yang mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut
sampai gejala gejala yang samar samar, sehingga sukar membuat diagnosis
lebih sering berhubungan dengan abortus tuba atau yang terjadi perlahan lahan
setelah haid terlambat beberapa minggu; kadng kadang rasa nyeri ini dapat hebat
pula
dengan adanya darah dalam rongga perut, rasa nyeri menetap
tanda tanda anemiamenjadi nyata karena perdarahan berulangg
mula mula perut masih lembek, ttp kmdn dapat menggembung karena tjd ileus
parsialis
disebelah uterus tdpt hematosalping yang kadang menjadi satu dgn hematokel
retrouterina
dengan adanya hematokel retrouterina, kavum douglas sangat menonjol dan nyeri
raba; pergerakan serviks juga menyebabkan rasa nyeri. Selain itu, penderita
mengeluh rasa penuh di daerah rektum dan merasa tenesmus. Selain seminggu
mersa nyeri, biasanya terjadi perdarahan dari uterus dengan kadnag kadang
disertai oleh pengeluaran janin desidua
GAMABARAN GANGGUAN ATIPIK
Kadang kadang gambaran klinik begitu tidak jelas, sehingga di diagnosis tidak
dibuat. Tidak jarang pada keadaan yang sebenarnya diketahui. Pada beberapa
keadaan diagnosis kehamilan ektopik baru dibuat pada laparotomi.
digunakan hanya sebagai alat Bantu diagnostic terakhir untuk kehamilan ektopik,apabila hasil
penilaian prosedur diagnostic yang lain meragukan.adanya darah dalam rongga pelvis mungkin
mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan
laparotomi
SUMBER : ILMU KEBIDANAN, YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARJO. ED KETIGA
Penatalaksanaan
o laparotomi
o dalam tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan : kondisi
penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan
ektopik, kondisi anatomik organ pelvis, kemmapuan tehnik bedah mkro dokter operator, dan
kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat
o pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya
dilakukan salpingostomi atau reanastomosis tuba, apabila keadaan penderita buruk misalnya
dalam keadaan syok lebih baik dilakukan salpingektomia.
o Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampullaris tuba yang belum pecah pernah dicoba
ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan
SUMBER : ILMU KEBIDANAN, YAYASAN BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARJO. ED KETIGA
Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dan
persediaaan darah yang cukup.
MOLA HIDATIDOSA
Definisi
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh villi korialisnya mengalami perubahan
hidrofobik
ETIOLOGI
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor faktor yang dapat
menyebabkan antara lain:
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari Tropoblast
3. keadaan sosioekonomi yang rendah
4. paritas tinggi
5. kekurangan protein
6. infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.
Klasifikasi
STEP 4
Amenore(HPHT
30 agsts 2013
Tes kehamilan +
hamil