PBL Kedkom 1
PBL Kedkom 1
melakukan aborsi atau pengguguran kandungan. Aborsi yang marak terjadi di Indonesia sebagian besar termasuk
dalam kategori aborsi kriminal. Bahkan sering kali, aborsi dilakukan dengan cara tidak aman, sehingga dapat
mengakibatkan dampak-dampak tertentu.
Kehamilan tidak diinginkan bagi pasangan yang belum menikah dan keluarganya merupakan sebuah aib terutama
bagi masyarakat ber-peradaban timur seperti Indonesia. Bagi mereka ini adalah sebuah dilema, Di satu sisi jika
kehamilan tersebut dipertahankan maka harus mau menanggung rasa malu dan tentunya harus ada yang 'bertanggung
jawab' terhadap calon bayi tersebut agar mempunyai ayah. Disamping itu juga harus mempertimbangkan pendidikan
si calon ibu dan bagaimana dengan risiko yang akan dihadapi saat bersalin. Di sisi lain, jika digugurkan maka akan
melanggar undang-undang serta norma dan ajaran agama. Kebanyakan mereka melakukan aborsi dengan bantuan
tenaga dukun, kebanyakan disebabkan karena rasa malu dan pihak laki-laki tidak mau bertanggung jawab.
Penyebab Kehamilan Tidak Diinginkan
Banyak faktor yang menyebabkan Kehamilan tidak diinginkan antara lain :
1. Penundaan dan meningkatnya usia kawin serta semakin mudanya umur saat menarch (menstruasi pertama
kali). Hal ini menyebabkan semakin jauhnya jarak saat menstruasi sampai dengan menikah, 'masa rawan'
semakin meningkat. Terbukti dengan meningkatnya kasus kehamilan di luar nikah.
2. Kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi serta perilaku seksual yang menyebabkan
kehamilan.
3. Tidak menggunakan alat kontrasepsi terutama bagi wanita yang sudah menikah.
4. Kegagalan alat kontrasepsi
5. Kehamilan tersebut diakibatkan oleh pemerkosaan
6. Kondisi ibu yang tidak memungkinkan, seperti menderita penyakit-penyakit tertentu
7. Pertimbangan ekonomi, tidak memiliki biaya untuk melahirkan dan membesarkan anak.
8. Alasan karir atau sekolah karena kehamilan dianggap menghalangi karir atau pendidikan di sekolah.
9. Kehamilan karena incest atau masih ada pertalian darah
10. Kondisi bayi yang dikandung cacat atau jenis kelaminnya tidak sesuai keinginan.
- Aborsi dan Masalahnya
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan tidak diinginkan akan menyelesaikannya dengan aborsi atau
pengguguran kandungan. Sebagian besar mereka yang menggugurkan kehamilan tersebut dengan cara-cara tradisional
yang tidak aman. Aborsi cara tradisional mempunyai resiko tinggi seperti infeksi rahim, kemandulan, infeksi dan
perdarahan hingga kematian. Selain itu aborsi kriminal tersebut bertentangan dengan Undang-Undang Kesehatan
serta hukum-hukum yang berlaku di Indonesia di mana tidak ada satupun yang melegalkan aborsi tanpa indikasi
medis.
- Risiko Kehamilan pada Remaja
Kehamilan pada usia remaja, apalagi disebabkan oleh hubungan seks pranikah dapat menjadi trauma kejiwaan
terhadap remaja putrid, terutama bagi yang mengalami pertama kali. Hal ini dikarenakan perkembangan kejiwaannya
belum stabil.Risiko kehamilan pada remaja ditinjau dari aspek kesehatan antara lain dapat mengakibatkan bayi dengan
berat badan lahir rendah dan kematian perinatal. Sedangkan bagi ibu dapat menyebabkan terjadinya abortus,
perdarahan, persalinan sulit dan lain-lain. Remaja yang hamil amat berisiko menderita keracunan kehamilan
(preeklapsia dan eklampsia), disproporsi kepala bayi dengan tulang-tulang jalan lahir oleh karena tulang-tulang
panggulnya belum tumbuh dengan sempurna. Remaja yang hamil juga kurang pengawasan selama kehamilan dan
persalinan, akibatnya sering terjadi kekurangan nutrisi pada remaja tersebut maupun janin yang dikandungnya.
Sedangkan dari aspek sosial Kehamilan tidak diinginkan dapat mengakibatkan remaja tersebut menarik diri dari
pergaulan sosial, dari sekolah, keluarga, lingkungan dan masyarakat serta terjadi kecemasan terhadap kehamilannya
Pencegahan Kehamilan Tidak Diinginkan
Pencegahan Kehamilan yang Tidak Diinginkan antara lain melalui beberapa yaitu :
a. Cara yang paling efektif adalah tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
b. Mengisi waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti olahraga, seni dan kegiatan keagamaan
c. Hindari perbuatan yang dapat menyebabkan dorongan seksual seperti meraba-raba tubuh pasangan
maupun menonton video porno
2
d. Memperoleh informasi tentang manfaat dan menggunakan alat kontrasepsi, cara menggunakannya serta
kemungkinan kegagalannya
e. Pada pasangan yang telah menikah sebaiknya memakai kontrasepsi yang aman seperti suntikan, sterilisasi,
IUD dan implant.
Penanganan Kasus Kehamilan Tidak Diinginkan
Diperlukan penanganan ekstra sabar dan bersahabat pada remaja. Alternatif yang biasanya digunakan menyelesaikan
kehamilan tidak diinginkan antara lain dengan menyelesaikan secara kekeluargaan, pasangan tersebut segera menikah.
2. MM KEHAMILAN PADA REMAJA YANG DI INGINKAN DAN TIDAK DIINGINKAN
Di Indonesia rata-rata kehamilan remaja terjadi pada usia 14 19 tahun. Hal ini didapatkan dari hasil survei
knowledge, attitude, practice. Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia antara 14 19 tahun
baik melalui proses pra nikah atau nikah. Hamil di luar nikah yang terjadi pada remaja di Indonesia yang
pemerintahannya tidak peduli dengan masyarakat belum bergerak secara signifikan dalam masalah ini, akan
menimbulkan hal-hal yang lebih besar di kemudian hari. Hal masa depan pun menjadi masalah misalnya malu
terhadap teman, lingkungan dan juga masa remaja yang sudah musnah. Selain itu ketidakstabilan emosi dan ekonomi
juga sangat mempengaruhi apalagi, jika hal ini terjadi pada keluarga yang kurang mampu. Maka akan terjadi
penolakan terhadap anak yang nanti dilahirkan.
Hal-Hal yang Mengakibatkan Terjadinya Kehamilan Remaja Kurangnya pengetahuan mengenai hubungan seksual.
Dari jumlah remaja yang hamil pada pra nikah dapat disimpulkan bahwa banyak remaja masih minim pengetahuannya
akan hubungan seksual. Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya ketimbang tidak tahu sama
sekali. Pengetahuan yang setengah-setengah tidak hanya mendorong remaja untuk mencoba-coba, tapi juga
menimbulkan salah persepsi.
Berikut ini ada beberapa hal yang mengakibatkan terjadinya kehamilan remaja :
- Kurangnya peran orang tua dalam keluarga
Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar terhadap perkembangan mental dan kejiwaan si anak. Anak
yang tidak merasakan ketentraman didalam keluarganya akan cenderung mencari ketentraman di luar dengan berbagai
cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal yang banyak diantaranya yang cenderung melakukan hal-hal negatif
sebagai bentuk kekesalan mereka terhadap kedua ibu bapaknya.
- Kurangnya Pendidikan Seks dari Orang Tua dan Keluarga terhadap Remaja
Berdasarkan penelitian yang didapat sejak September 2007 yang dilakukan di 4 kota di Indonesia. Dengan mengambil
450 responden dan dengan kisaran usia antara 15 24 tahun, kategori masyarakat umum dan dengan kelas sosial
menengah ke atas dan ke bawah. Didapakan informasi bahwa sekitar 65% informasi tentang seks didapat dari kawan
35% dari film porno. Dan hanya 5% yang mendapatkan informasi tentang seks dari orang tua. Para remaja juga
mengaku tahu resiko terkena PMS (29%), sehingga harus menggunakan kontrasepsi (29%) tapi hanya 24% dari
responden remaja ini yang melakukan preventif untuk mencegah penyakit AIDS yang menghingggapi mereka.
Dalam penelitian ini didapatkan juga, 44% dari responden mengaku sudah pernah punya pengalaman seks di usia 16
18 tahun, 16% mengaku pengalaman seks sudah mereka dapatkan antara usia 13 15 tahun. Selain itu rumah menjadi
tempat favorit (40%) untuk melakukan hubungan seks, sisanya (26%) di kost, 26% di hotel. Dari hasil penelitian di
atas tampak bahwa perlunya pendidikan seks yang diberikan orang tua terhadap si anak sehingga anak tidak
cenderung mencari informasi dari tempat yang salah dan perlunya pengawasan ketat dari orang tua terhadap si anak.
Komunikasi yang lebih terbuka antara orang tua anak dapat berperan penting bagi pemantauan perilaku anak di
masyarakat. Karena dengan komunikasi, orangtua dapat memasukkan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan
misalnya, batas mereka boleh bermesraan dan apa konsekuensinya kalau dilanggar. Kepercayaan dari orang tua akan
membuat mereka merasa lebih bertanggung jawab.
Berpacaran sembunyi-sembunyi akibat dari tidak diberinya kepercayaan justru tidak menguntungkan karena kasuskasus pra nikah umumnya dilakukan oleh mereka yang back street dan mungkin juga didukung oleh hubungan
dengan orang tua yang kurang akrab atau terlalu kaku.
- Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat.
Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai
seks dan apabila hal ini tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat maka dapat membuat para remaja
terjerumus ke arah pergaulan yang salah dan sehingga terciptalah perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan
norma dan agama yang berlaku.
3
Pergaulan yang salah serta penyampaian dan penyalahgunaan dari media elektronik yang salah. Dapat membuat para
remaja berpikiran bahwa seks bukanlah hal yang tabu lagi tapi merupakan sesuatu yang lazim
- Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan
Pengetahuan seksual yang setengah-setengah mendorong gairah seksual sehingga tidak bisa dikendalikan. Hal ini akan
meningkatkan resiko dampak negatif seksual. Dalam keadaan orang tua yang tidak terbuka mengenai masalah seksual,
remaja akan mencari informasi tersebut dari sumber yang lain, teman-teman sebaya, buku, majalah, internet, video
atau blue film. Mereka sendiri belum dapat memilih mana yang baik dan perlu dilihat atau mana yang harus dihindari.
- Perubahan zaman
Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem
nilai tersebut terkikis oleh sistem yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan agama, seperti fashion dan film
yang begitu intensif sehingga remaja dihadapkan ke dalam gaya pergaulan hidup bebas, termasuk masalah hubungan
seks di luar nikah.
-
Perubahan Kadar Hormon pada remaja meningkatkan libido atau dorongan seksual yang membutuhkan
penyaluran melalui aktivitas seksual.
- Semakin cepatnya usia pubertas
Semakin cepatnya usia pubertas (berkaitan dengan tumbuh kembang remaja), sedangkan pernikahan semakin tertunda
akibat tuntutan kehidupan saat ini menyebabkan masa-masa tunda hubungan seksual menjadi semakin panjang. Jika
tidak diberikan pengarahan yang tepat maka penyaluran seksual yang dipilih beresiko tinggi.
-
Dampak Kehamilan Remaja di Komunitas Banyak efek negatif dari kehamilan remaja diantaranya penyakit fisik
seperti : anemia, kesulitan persalinan karena tulang panggul belum sempurna, persalinan prematur, kematian janin
dalam kandungan, berat badan bayi lahir rendah dan sebagainya.
Di bidang sosial remaja akan gagal menikmati masa remajanya dan akan menerima sikap ungkapan yang negatif
karena dianggap memalukan, yang dapat menimbulkan sikap penolakan remaja terhadap bayi yang dikandungnya.
Kehamilan remaja juga dapat menimbulkan berbagai konsekuensi psikososial seperti putus sekolah, rasa rendah diri,
kawin muda dan perceraian dini. Abortus dengan konsekuensi psikososial seperti rasa bersalah yang berlebihan,
ancaman hukuman pidana dan sanksi adat/masyarakat. Penyakit menular seksual, gangguan dan tekanan psikososial di
masa lanjut yang timbul akibat hubungan seks remaja pra nikah.
3. MM SISTEM AUDIT KEMATIAN MATERNAL PERINATAL
AuditMaternal-Perinatal (AMP ) sebagai salah satu upaya pencegahan sekaligus penerapan aturan untuk menurunkan
resiko kematian ibu dan bayinya. AMP bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan KIA melalui
upaya penerapan tata kelola klinik yang baik (clinical governance). Kegiatan ini diharapkan dapat menggali
permasalahan yang terkait dengan kejadian kesakitan (morbiditas) maupun kematian (mortalitas) yang disebabkan
masalah pasien/keluarga, petugas kesehatan, manajemen pelayanan, maupun kebijakan pelayanan.
Dalam pelaksanaannya, proses AMP melibatkan dokter spesialis obsgyn, dokter spesialis anak, bidan/perawat sebagai
tim dalam membahas/mengkaji kasus kematian/kesakitan. Hasil audit kematian atau kesakitan ibu dan
perinatal/neonatal ini dipakai sebagai pembelajaran bagi semua pihak. Melalui kegiatan ini diharapkan para pengambil
kebijakan, pengelola program KIA, pemberi pelayanan di tingkat pelayanan dasar (puskesmas dan jajarannya) dan di
tingkat pelayanan rujukan (RS Kabupaten/Kota) maupun masyarakat dapat mengambil pembelajaran/hikmahnya,
sehingga masalah yang terbukti berperan dalam menimbulkan kematian dapat dicegah atau tidak terulang lagi. Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota berperan sebagai penanggung jawab dan koordinator kegiatan AMP. Setiap kabupaten/kota
diharapkan dapat melaksanakan AMP secara rutin minimal 4 kali dalam setahun untuk menjaga mutu pelayanan KIA.
Audit maternal perinatal adalah proses penelaahan bersama kasus kesakitan dan kematian ibu dan perinatal serta
penatalaksanaannya, dengan menggunakan berbagai informasi dan pengalaman dari suatu kelompok terdekat, untuk
mendapatkan masukan mengenai intervensi yang paling tepat dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan
KIA disuatu wilayah.Dengan demikian, kegiatan audit ini berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan dengan
5
pendekatan pemecahan masalah. Dalam kaitannya dengan pembinaan, ruang lingkup wilayah dibatasi pada
kabupaten/kota, sebagai unit efektif yang mempunyai kemampuan pelayan obstetrik-perinatal dan didukung oleh
pelayanan KIA sampai ketingkat masyarakat.
Audit maternal perinatal nerupakan suatu kegiatan untuk menelusuri sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal
dengan maksud mencegah kesakitan dan kematian dimasa yang akan datang. Penelusuran ini memungkinkan tenaga
kesehatan menentukan hubungan antara faktor penyebab yang dapat dicegah dan kesakitan/kematian yang terjadi.
Dengan kata lain, istilah audit maternal perinatal merupakan kegiatan death and case follow up.
Lebih lanjut kegiatan ini akan membantu tenaga kesehatan untuk menentukan pengaruh keadaan dan kejadian yang
mendahului kesakitan/kematian. Dari kegiatan ini dapat ditentukan:
a. Sebab dan faktor-faktor terkaitan dalam kesakitan/kematian ibu dan perinatal
b. Dimana dan mengapa berbagai sistem program gagal dalam mencegah kematian
c. Jenis intervensi dan pembinaan yang diperlukan
Audit maternal perinatal juga dapat berfungsi sebagai alat pemantauan dan sistem rujukan. Agar fungsi ini berjalan
dengan baik, maka dibutuhkan :
-
Pengisian rekam medis yang lengkap dengan benar di semua tingkat pelayanan kesehatan
Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan cara otopsi verbal, yaitu wawancara
kepada keluatga atau orang lain yang mengetahui riwayat penyakit atau gejala serta tindakan yang
diperoleh sebelum penderita meninggal sehingga dapat diketahui perkiraan sebab kematian.
Tujuan
Tujuan umum audit maternal perinatal adalah meningkatkan mutu pelayanan KIA di seluruh wilayah kabupaten/kota
dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu dan perinatal
Tujuan khusus audit maternal adalah :
- Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan perinatal secara teratur dan
berkesimnambungan, yang dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit pemerintah atau
swasta dan puskesmas, rumah bnersalin (RB), bidan praktek swasta atau BPS di wilayah kabupaten/kota dan
dilintas batas kabupaten/kota provinsi
- Menetukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak yang di perlukan untuk mengatasi masalahmasalah yang ditemukan dalam pembahasan kasus
- Mengembangkan mekanisme koordinasi antara dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit
pemerintah/swasta, puskesmas, rumah sakit bersalin dan BPS dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi terhadap intervensi yang disepakati.
Kebijaksanaan dan strategi
Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa tenaga kesehatan dalam melaksanakan
tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan dan menghormati hak pasien. Berdasarkan hal tersebut,
kebijaksanaan Indonesia Sehat 2010 dan strategi making pregnancy Safer (MPS) sehubungan dengan audit maternal
perinatal adalah sebagai berikut :
-
Peningkatan mutu pelayanan KIA dilakukan secara terus menerus melalui program jaga mutu puskesmas, di
samping upaya perluasan jangkauan pelayanan. Upaya peningkatan dan pengendalian mutu antara lain melalui
kegiatan audit perinatal.
Meningkatkan fungsi kabupaten/kota sebagai unit efektif yang mampu memanfaatkan semua potensi dan
peluang yang ada untuk meningkatkan pelayanan KIA diseluruh wilayahnya
Peningkatan kesinambungan pelayanan KIA ditingkat pelayanan dasar(puskesmas dan jajarannya )dan tingkat
rujukan primer RS kabupaten/kota
Peningkatan kemampuan manajerial dan keterampilan teknis dari para pengelola dan pelaksanaan program
KIA melalui kegiatan analisis manajemen dan pelatihan klinis
Strategi yang diambil dalam menerapkan AMP adalah :
Semua kabupaten/kota sebagai unit efektif dalam peningkatan pelayanan program KIA secara bertahap menerapkan
kendali mutu ,yang antara lain dilakukan melalui AMP diwilayahnya ataupun diikut sertakan kabupaten/kota lain
Dinas kesehatan kabupaten atau kota berfungsi sebagai koordinator fasilitator yang bekerja sama dengan rumah sakit
kabupaten/kota dan melibatkan puskesmas dan unit pelayanan KIA swasta lainnya dalam upaya kendali mutu
diwilayah kabupaten/kota
Ditingkat kabupaten/kota perlu dibentuk tim AMP ,yang selalu mengadakan pertemuan rutin untuk menyeleksi kasus
,membahas dan membuat rekomendasi tindak lanjut berdasarkan temuan dari kegiatan audit (penghargaaan dan
sanksi bagi pelaku)
Perencanaan program KIA dibuat dengan memanfaatkan hasiltemuan dari kegiatan audit,sehingga diharapkan
berorientasi kepada pemecahan masalah setempat
Pembinaan dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota ,bersama-sama RS dilaksanakan langsung pada saat audit
atau secara rutin,dalam bentuk yang disepakati oleh tim AMP.
Langkah dan kegiatan
Langkah-langkah dan kegiatan audit AMP ditingkat kabupaten/kota sebagai berikut :
-
Menyampaikan informasi kepada staf puskesmas terkait mengenai upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA
melalui kegiatan AMP
Melakukan pencatatan atas kasus kesakitan dan kematian ibu serta perinatal dan penanganan atau rujukan
nya,untuk kemudian dilaporkan kedinas kesehatan kabupaten kota
7
Tingkat propinsi
-
Tingkat pusat
Melakukan fasilitasi pelaksanaan AMP ,sebagai salah satu bentuk upaya peningkatan mutu pelayanan KIA diwilayah
kabupaten/kota serta peningkatan kesinambungan pelayanan KIA ditingkat dasar dan tingkat rujukan primer.
Metoda
Metoda pelaksanaan AMP sebagai berikut
-
Penyelenggaran pertemuan dilakukan teratur sesuai kebutuhan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota bersama
dengan RS kabupaten/kota ,berlangsung sekitar 2 jam.
Kasus yang dibahas dapat berasal dari RS kabupaten/kota atau puskesmas .Semua kasus ibu/perinatal yang
meninggal dirumah sakit kabupaten/kota /puskesmas hendak nya di audit,demikian pula kasus kesakitan yang
menarik dan dapat diambil pelajaran darinya
Audit yang dilaksanakan lebih bersifat mengkaji riwayat penanganan kasus sejak dari :
Timbulnya gejala pertama dan penanganan oleh keluarga /tenaga kesehatan dirumah
Proses rujukan yang terjadi
Siapa saja yang memberikan pertolongan dan apa saja yang telah dilakukan
Sampai kemudian meninggal dan dapat dipertahankan hidup. Dari pengkajian tersebut diperoleh indikasi
dimana letak kesalahan/kelemahan dalam penanganan kasus. Hal ini memberi gambaran kepada pengelola
program KIA dalam menentukan apa yang perlu dilakukan untuk mencegah kesakitan/kematianibu/perinatal
yang tidak perlu terjadi.
Pertemuan ini bersifat pertemuan menyelesaikan masalah dan tidk bertujuan menyalahkan ,atau memberi
sanksi,salah satu pihak
Dalam tiap pertemuan dibuat daftar hadir ,notulen hasil pertemuan dan rencana tindak lanjut ,yang akan
disampaikan dan dibahas dalam pertemuan tim AMP yang akan datang
RS kabupaten /kota/puskesmas membuat laporan bulanan kasus ibu dan perinatal kedinas kesehatan
kabupaten/kota ,dengan memakai format yang disepakati
- Formulir R ( formulir rujukan maternal dan perinatal ) Formulir ini dipakai oleh puskesmas,bidan didesa
maupunbidan swasta untuk merujuk kasus ibu maupun perinatal.
- Form OM dan OP (formulir otopsi verbal maternal dan perinatal ) Digunakan untuk otopsi verbal ibu
hamil/bersalin/nifas yang meninggal sedangkan form OP untuk otopsi verbal perinatal yang meninggal . untuk
mengisi formulir tersebut dilakukan wawancara terhadap keluarga yang meninggal oleh tenaga puskesmas.
RS kabupaten/kota
Formulir yang dipakai adalah
-
Form MP (formulir maternal dan perinatal ) Form ini mencatat data dasar semua ibu bersalin /nifas dan
perinatal yang masuk kerumah sakit. Pengisiannya dapat dilakukan oleh perawat
Form MA (formulir medical audit )Dipakai untuk menulis hasil/kesimpulan dari audit maternal maupun audit
perinatal. Yang mengisi formulir ini adalah dokter yang bertugas dibagian kebidanan dan kandungan (untuk
kasus ibu) atau bagian anak (untuk kasus perinatal)
Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang ,yaitu :
a.
b.
c.
Laporan dari RS kabupaten/kota ke dinas kesehatan yaitu laporan bulanan ini berisi informasi
mengenai kesakitan dan kematian (serta sebab kematian ) ibu dan bayi baru lahir bagian kebidanan dan
penyakit kandungan serta bagian anak.
Laporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota Laporan bulanan ini berisi informasi yang
sama seperti diatas ,dan jumlah kasus yang dirujuk ke RS kabupaten/kota
Laporan dari dinas kesehatan kabupaten/kota ketingkat propinsi Laporan triwulan ini berisi informasi
mengenai kasus ibu dan perinatal ditangani oleh Rs kabupaten /kota ,puskesmas dan unit pelayanan
KIA lainnya ,serta tingkat kematian dari tiap jenis komplikasi atau gangguan . laporan merupakan
rekapitulasi dari form MP dan form R,yang hendaknya diusahakan agar tidak terjadi duplikasi
pelaporan untuk kasus yang dirujuk ke RS. Pada tahap awal ,jenis kasus yang dilaporkan adalah
komplikasi yang paling sering terjadi pada ibu maternal dan perinatal.
Dimana:
9
Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan, persalinan
sampai 42 hari setelah melahirkan, pada tahun tertentu, di daerah tertentu.
Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu, di daerah tertentu.
Konstanta =100.000 bayi lahir hidup
Angka Kematian Bayi (AKB)
Definisi
Banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Salah satu
indikator yang paling menonjol dalam menilai derajat kesehatan adalah Angka Kematian Bayi (AKB = IMR). Angka
Kematian Bayi dihitung dari banyaknya kematian bayi berusia kurang 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada waktu
yang sama. Manfaat dari IMR ini, adalah untuk mengetahui gambaran tingkat permasalah kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat
keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi.
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun.
Angka kematian bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu :
- Rendah jika AKB kurang dari 20.
- Sedang jika AKB antara 20 49.
- Tinggi jika AKB antara 50 99.
- Sangat Tinggi AKB lebih dari 100.
Cara Menghitung
Dimana:
AKB
D 0-<1th = Jumlah Kematian Bayi (berumur kurang 1 tahun) pada satu tahun tertentu di daerah tertentu.
lahir hidup = Jumlah Kelahiran Hidup pada satu tahun tertentu di daerah tertentu (lihat modul fertilitas untuk
definisi kelahiran hidup).
K
= 1000
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun.
Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua
macam yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada
bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang
diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai
menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Kegunaan Angka Kematian Bayi dan Balita
Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung.
Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian
bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka
10
program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan
kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus.
Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk
mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak,
program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.
Data mengenai jumlah anak yang lahir jarang tersedia dari pencatatan atau registrasi kependudukan, sehingga sering
dibuat perhitungan/estimasi tidak langsung dengan program "Mortpak 4". Program ini menghitung AKB berdasarkan
data mengenai jumlah Anak yang Lahirkan Hidup (ALH) atau Children Ever Born (CEB) dan Jumlah Anak Yang
Masih Hidup (AMH) atau Children Still Living (CSL) (catatan: lihat definisi di modul fertilitas).
4. MM PERAN PEMERINTAH TERHADAP KEHAMILAN REMAJA
Strategi Umum
1. Menempatkan dan memfungsikan Komisi Kesehatan Reprosuksi (KKR) pada tingkat Menteri Koordinator
serta membentuk KKR di provinsi dan kabupaten/kota.
2. Mengupayakan terbitnya peraturan perundangan di bidang kesehatan reproduksi
3. Meningkatkan advokasi, sosialisasi, dan komitmen politis di semua tingkat.
4. Mengupayakan kecukupan anggaran/dana pelaksanaan kesehatan reproduksi
5. Masing-masing penanggungjawab komponen mengembangkan upaya kesehatan reproduksi sesuai ruang
lingkupnya dengan menjalin kemitraan dengan sektor terkait, organisasi profesi dan LSM.
6. Masing-masing komponen membuat rencana aksi mengacu pada kebijakan yang telah ditetapkan
7. Mengembangkan upaya kesehatan reproduksi yang sesuai dengan masalah spesifik daerah dan kebutuhan
setempat, dengan memanfaatkan proses desentralisasi.
8. Memobilisasi sumber daya nasional dan internasioanl baik pemerintah dan non pemerintah
9. Menyediakan pembiayaan pelayanan KR melalui skema Jaminan Sosial Nasional
10. Melakukan penelitian untuk pengembangan upaya KR
11. Menerapkan Pengarus-utama Gender dalam bidang KR
12. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi untuk kemajuan upaya KR.
Kebijakan dan Strategi Komponen
Kebijakan Kesehatan Ibu dan Anak
1) Setiap ibu menjalani kehamilan dan persalinan dengan sehat dan selamat serta bayi lahir sehat
2) Setiap anak hidup sehat, tumbuh dan berkembang secara optimal
Strategi Kesehatan ibu dan anak
1) Pemberdayaan perempuan,suami dan keluarga
Peningkatan pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas bayi dan balita (health seeking
care)
Mendorong adanya komitmen, dukungan, peraturan, dan kontribusi pembiayaan dari berbagai pihak terkait.
Pelayanan antenatal
3) Upaya kesehatan reproduksi remaja harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk mendukung
peningkatan derajat kesehatan remaja dengan disertai upaya pendidikan kesehatan reproduksi yang seimbang
4) Upaya pendidikan kesehatan reproduksi remaja dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal maupun
nonformal, dengan memberdayakan para tenaga pendidik dan pengelola pendidikan pada sistem pendidikan yang ada
5) Upaya kesehatan remaja harus dilaksanakan secara terkoordinasi dan berkesinambungan melalui prinsip
kemitraan dengan pihak-pihak terkait serta harus mampu membangkitkan dan mendorong keterlibatan dan
kemandirian remaja.
Strategi Kesehatan Reproduksi Remaja
1) Pembinaan kesehatan reproduksi remaja disesuaikan dengan kebutuhan proses tumbuh kembang remaja dengan
menekankan pada upaya promotif dan preventif yaitu penundaan usia perkawinan muda dan pencegahan seks
pranikah
2) Pelaksanaan pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan terpadu lintas program dan lintas sektor dengan
melibatkan sektor swasta serta LSM, yang disesuaikan dengan peran dan kompetensi masing-masing sektor
sebagaimana yang telah dirumuskan di dalam Pokja Nasional Komisi Kesehatan Reproduksi
3) Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan melalui pola intervensi di sekolah mencakup sekolah formal
dan non formal dan di luar sekolah dengan memakai pendekatan pendidik sebaya atau peer conselor
4) Pemberian pelayanan kesehatan reproduksi remaja melalui penerapan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) atau pendekatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Integratif di tingkat pelayanan dasar yang bercirikan
peduli remaja dengan melibatkan remaja dalam kegiatan secara penuh.
5) Pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui integrasi materi KRR ke dalam mata pelajaran
yang relevan dan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler seperti : bimbingan dan konseling, Pendidikan
Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) dan Usaha Kesehatan Sekolah.
6) Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi remaja bagi remaja di luar sekolah dapat diterapkan melalui
berbagai kelompok remaja yang ada di masyarakat seperti karang taruna, Saka Bhakti Husada (SBH), kelompok anak
jalanan di rumah singgah, kelompok remaja mesjid/gereja, kelompok Bina Keluarga Remaja
o Kebijakan Depkes dalam Kesehatan Reproduksi Remaja
Adapun kebijakan Departemen Kesehatan dalam KRR adalah sebagai berikut :
Pembinaan KRR meliputi remaja awal, remaja tengah, remaja akhir
Pembinaan KRR dilaksanakan terpadu lintas program dan lintas sektoral
Pembinaan KRR dilaksanakan melalui jaringan pelayanan upaya kesehatan dasar dan rujukannya
Pembinaan KRR dilakukan pada 4 daerah tangkapan, yaitu rumah, sekolah, masyarakat, dan semua pelayanan
kesehatan
Peningkatan peran serta orang tua, unsur potensial keluarga, serta remaja sendiri.
5. MM KEHAMILAN DI LUAR NIKAH MENURUT ISLAM DAN ABORSI
DEFINISI ABORSI ANTARA MEDIS DAN SYARIAT.
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) dikenal dalam istilah para ulama Islam dengan al-Ijhdh atau asSaqthu. Ada juga yang menyebutnya al-Imlsh atau al-Islb.
Aborsi dalam istilah medis adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan
kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya
adalah kelahiran prematur.
Sedangkan dalam istilah syariat, aborsi adalah kematian janin atau keguguran sebelum sempurna; walaupun janin
belum mencapai usia enam bulan.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa aborsi secara syariat tidak melihat kepada usia kandungan, namun melihat kepada
kesempurnaan bentuk janin tersebut.
KLASIFIKASI ABORTUS.
Keguguran atau abortus (al-Ijhdh) dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis:
1. Al-Ijhdh at-Tilqi atau al-Afwi ( Abortus spontanea) yaitu proses alami yang dilakukan rahim untuk
mengeluarkan janin yang tidak mungkin sempurna unsur-unsur kehidupan padanya. Bisa jadi ini terjadi
dengan sebab kecacatan besar yang menimpanya karena akibat sakitnya sang ibu yang terkena penyakit
beragam seperti diabetes atau lainnya.
13
Pezina al-Muhshn
Pezina nan pernah menikah (al-Muhshn) dihukum rajam (dilempar dgn batu) sampai mati. Hukuman ini berdasarkan
al-Qur`an, hadits mutawatir & ijma' kaum muslimin(*7). Ayat nan menjelaskan tentang hukuman rajam dlm al-Qur`an
meski telah dihapus lafadznya namun hukumnya masih tetap diberlakukan. Umar bin Khatthab Radhiyallahu 'anh
menjelaskan dlm khuthbahnya:
Sesungguhnya Allah telah menurunkan al-Qur`an kepada NabiNya & diantara nan diturunkan kepada beliau adalah
ayat Rajam. Kami telah membaca, memahami & mengetahui ayat itu. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah
melaksanakan hukuman rajam & kamipun telah melaksanakannya setelah beliau. Aku khawatir apabila zaman telah
berlalu lama, akan ada orang-orang nan mengatakan: Kami tak mendapatkan hukuman rajam dlm kitab Allah
sehingga mereka sesat lantaran meninggalkan kewajiban nan Allah Azza wa Jalla telah turunkan. Sungguh (hukuman)
rajam adalah benar & ada dlm kitab Allah utk orang nan berzina apabila telah pernah menikah (al-Muhshn), bila
telah terbukti dgn pesaksian atau kehamilan atau pengakuan sendiri. (*8)
b.
Pelaku perbuatan zina nan belum memenuhi kriteria al-muhshn, maka hukumannya adalah dicambuk sebanyak
seratus kali. Ini adalah kesepakatan para ulama berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
Perempuan nan berzina & laki-laki nan berzina, maka deralah (cambuklah) tiap-tiap seorang dari keduanya seratus
kali dera (cambuk). [An-Nr/24:2]
Al-Wazr rahimahullah menyatakan: Para ulama sepakat bahwa pasangan nan belum al-muhshn & merdeka (bukan
budak-red), apabila mereka berzina maka keduanya dicambuk (dera), masing-masing seratus kali.
14