http://dishub.jabarprov.go.id/content.php?id=407
http://dishub.jabarprov.go.id/content.php?id=407
6/2/2014 3:40 PM
2 of 3
http://dishub.jabarprov.go.id/content.php?id=407
1.
2.
3.
4.
Bioskop
Tempat pertunjukan
Tempat pertandingan olahraga
Rumah ibadah.
Untuk menunjang ketertiban dan kelancaran lalu lintas di pusat kota yang merupakan pusat kegiatan dan
penarik perjalanan dapat dilakukan dengan penyediaan fasilitas parkir (off-street maupun on-street) yang
memadai. Pengguna kendaraan pribadi yang cenderung memilih tempat parkir yang sedekat mungkin dengan
tujuan perjalanan menyebabkan distribusi penggunaan ruang parkir yang tidak merata. Adanya keterbatasan
penyediaan fasilitas parkir di pusat kota, akan menyebabkan permasalahan lalu lintas yang antara lain berupa
penggunaan fasilitas pejalan kaki (trotoar) dan badan jalan sebagai tempat parker.
Kondisi sebagian besar perkotaan di Indonesia hampir serupa untuk mesalah tingkat penggunaan fasilitas
parkir yang tidak merata dan keterbatasan penyediaan lokasi parkir di pusat kota. Ukuran kebutuhan ruang
parkir pada pusat kegiatan sebagaimana ditentukan pada Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan
Darat Nomor 272/HK.105/DRJD/96 tanggal 8 April 1996 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Parkir
kiranya masih relevan untuk diaktualkan kembali. Pada lampiran tersebut ukuran kebutuhan ruang parkir
pada pusat kegiatan ditentukan baik untuk pusat perdagangan, pusat perkantoran swasta atau pemerintahan,
pusat pedagangan eceran atau pasar swalayan, pasar, sekolah, tempat rekreasi, hotel dan tempat penginapan
serta rumah sakit, ataupun kegiatan parkir yang bersifat sementara juga ditentukan. Pada lampiran tersebut
ukuran kebutuhan Sarana Ruang Parkir (SRP) setiap pusat kegiatan ditentukan berdasarkan hasil studi
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Sebagai contoh pada lampiran Pedoman Teknis Penyelenggaraan Parkir disebutkan untuk Sekolah/ Perguruan
Tinggi ditentukan :
Jumlah Mahasiswa (orang) 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000
Kebutuhan (SRP)
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240
Mengingat perkembangan jenis, tipe dan jumlah kendaraan bermotor berkembang begitu pesat, maka ukuran
kebutuhan Sarana Ruang Parkir (SRP) setiap pusat kegiatan yang ditentukan berdasarkan hasil studi
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat sesuai lampiran Pedoman Teknis Penyelenggaraan Parkir tersebut
mungkin sudah saatnya untuk diupdate kembali. Namun semangat ataupun model penelitian yang dituangkan
dalam sebuah peraturan perundangan yang merupakan standar secara umum di perkotaan di Indonesia harus
lebih konsisten dalam pelaksanaannya. Selanjutnya akan diturunkan dalam peraturan daerah masing-masing
daerah sesuai kondisi perkembangan masing-masing kota setempat yang tentu memiliki karkteristik dan
perkembangan yang berbeda-beda.
Apalagi perkembangan jumlah kendaraan bermotor roda dua , jauh berkembang mungkin tidak seperti yang
diperhitungkan dalam Pedoman Teknis Penyelenggaraan Parkir tersebut. Hal ini tentu harus menjadi
pertimbangan dalam memperharui peraturan perundangan yang terkait dengan parkir.
Pengendalian parkir di perkotaan Indoenesia mengalami dinamika yang hingga kini belum dapat secara
tuntas mengatasi kesemrawutan dan ketidaktertiban yang terkait dengan perparkiran. Dari mulai menaikkan
tarif perkir sampai dengan tindakan yang terkini pengembokan maupun kempes pentil ban, semua tindakan
tersebut diambil mempunyai satu tujuan untuk mengatasi permasalahan yang umumnya sering dijumpai
dalam transportasi perkotaan adalah masalah kemacetan dan pengendalian parkir yang tidak teratur dengan
tujuan untuk menunjang ketertiban dan kelancaran lalu lintas di pusat kota.
6/2/2014 3:40 PM
3 of 3
http://dishub.jabarprov.go.id/content.php?id=407
Kinerja parkir pada suatu pusat kegiatan di suatu kota dapat dinyatakan sudah baik apabila area parkir yang
tersedia masih mampu menampung kebutuhan ruang parker, baik dalam kondisi biasa maupun dalam kondisi
pengunjung yang padat atau pada jam-jam sibuk sekalipun. Penataan perpakiran di perkotaan di Indonesia
tidak akan dapat dilepaskan dengan penyediaan ruang parkir. Hal ini harus dimulai dari proses pendirian
sebuah bangunan sejak pengajuan izin mendirikan bangunan harus mulai dikendalikan dan ditata sesuai
peruntukan dan penyediaan ruang parkir yang sesuai dengan kebutuhan.
Kiranya tulisan ini belum dapat menggambarkan kondisi yang ada secara lebih detail dan teknis serta
memberikan solusi atas segala keruwetan tentang parkir dan ruang parkir yang ada, karena masih
memerlukan penelitian yang lebih mendalam untuk dapat memberikan jalan keluar yang lebih komprehensif
dan tepat guna dalam penyelenggaraan perparkiran sebagai bagian penyelesaian persoalan transportasi secara
keseluruhan.
Oleh : Dika Tria Barokah - Mahasiswa LP3I
6/2/2014 3:40 PM