Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari fase falik dalam perkembangan kepribadian
individu.
2. Untuk mengetahui dampak fase falik bagi perkembangan kepribadian individu
apabila tidak terselesaikan dengan baik.
3. Untuk mengetahui hal hal yang perlu diperhatikan perkembngan kepribadian individu
dalam fase falik.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Bahwa tahap perkembangan psikologi yang bersumber dari satu aliran yakni aliran
Psikoanalisa ( Psikoanalitis ) yang dikenalkan oleh Sigmund Freud. Setelah itu Sigmund
Freud kembali mengembangkan Teori tersebut menjadi sebuah teori yang dapat digunakan
sebagai prinsip-prinsip dasar yang dapat menjelaskan proses dalam perkembangan manusia,
yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Teori Psikoseksual.
2.2
Perkembangan
2.3
Perkembangan psikoseksual
Anak-anak masih dalam kondisi yang stabil. Mereka banyak dipengaruhi oleh faktor
dominan yang terikat pada faktor konstitusi (yang dibawa dan terbentuk dalam tubuh),
lingkungan, dan ada tidaknya trauma yang menimpanya selama masa perkembangan
psikoseksual. Berperan buruk tidaknya pengaruh ini sangat ditentukan oleh sikap orangtua
dalam mendidik anaknya. Sikap kaku, keras, dan otoriter, tidak jarang akan berpengaruh
buruk terhadap perkembangan anak.
Dalam perkembangan yang normal, masa bayi ditandai dengan fase oral, di mana
anak memperoleh kenikmatannya melalui mulut. Ini terjadi sampai bayi berusia 18 bulan.
Segala apa yang diraihnya, dimasukkannya ke dalam mulutnya. Fase mulut ini dilanjutkan
dengan fase anal dan falik sampai anak berumur 5 tahun. Pada fase ini, anak memperoleh
kenikmatannya melalui liang dubur dan kemaluannya. Setelah fase ini terlewati, anak masuk
ke dalam fase laten menjelang masa akil baliknya.
Dalam memasuki fase demi fase kehidupan psikoseksualnya, anak sedikit banyak
akan mengalami hambaran dan pengaruh, baik yang menguntungkan maupun merugikan
perkembangannya. Terutama pada fase anal dan falik, di mana sering terjadi kompleks
Oedipal yang tidak terselesaikan secara normal. Trauma ini biasanya karena sikap orangtua
yang kurang bijaksana.
Dalam masa perkembangan psikoseksualnya, anak memahami identitas gendernya, yang
secara tegas merasakan perbedaan dirinya dengan lawan jenisnya.
Tanpa kesadaran yang jelas, mungkin karena lingkungan dan asuhan yang kurang
diarahkan, anak akan mengalami gangguan dalam identitas pembedaan jenis kelamin. Ini
dapat mengganggu identitas seksual, yang kemudian akan mengganggu pula perilaku dan
tingkah laku seksualnya yang normal.
Pada fase anal dan falik, anak sudah mulai berfantasi lewat pengeluaran najis dan air
seninya. Selanjutnya, anak memperoleh kenikmatan dengan cara memainkan kemaluannya.
Tidak jarang anak merasa senang memperagakan kemaluannya. Ia merasa bangga memiliki
bentuk kemaluannya dan sangat merasa takut kehilangan zakarnya, pada anak laki-laki. Pada
anak perempuan, yang terjadi sebaliknya. Mereka merasa kehilangan zakar dan merasa
cemburu karena tidak memilikinya. Perkembangan seperti ini normal adanya.
Apabila pada masa iniyaitu fase anal dan falik yang berlangsung antara usia 10
bulan sampai 5 tahunorangtua keliru menghadapinya, penyimpangan perkembangan
psikoseksual mungkin saja dapat terjadi. Sikap orangtua yang menentang perilaku anaknya
pada masa ini dapat menimbulkan perasaan negatif dalam diri si anak. Rasa malu, takut, dan
bersalah yang muncul dalam diri si anak, menjadi dasar berkembangnya masalah neurotik
kelak setelah si anak menjadi dewasa, yang berkaitan erat dengan masalah seksualnya.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1
Salah satu fase pada perkembangan psikoseksual pada anak usia 3-6 tahun
perkembangannya adalah perasaan seksual, agresif karena mulai berfungsinya alat
kelaminnya sendiri dan mempermainkanya dengan maksud untuk memperoleh kepuasan.
Anak mulai bisa merasakan dorongan seksualitas yang kemudian ditujukan kepada
orang tua dengan jenis kelamin yang berbeda. Perasaan ini menimbulkan dorongan untuk
bersaing dengan orang tua yang mempunyai jenis kelamin sama dengannya, untuk
meperebutkan perhatian orang tua yang lain. Dengan demikian anak dapat merasakan rasa
seksual yang berkembang ini degan lebih bebas.
Namun demikian lama kelamaan anak akan sadar sendiri bahwa ia tidak mungkin
mengekspresikan perasaannya dengan seenaknya dan juga tidak mungkin memenangkan
persaingan melawan orang tuanya., maka ia belajar untuk menahan diri. Disini tampak bahwa
anak mulai belajar menyesuaikan diri. Perasaan seksual yang negatife ini kemudian
menjadikan anak menjauhi orang tua yang berjenis kelamin berbeda, dan ia mulai mendekat
pada orang tua dengan jenis kelamin sama. Pada saat inilah dimulai proses identifikasi
seksual. Ditandai dengan pergaulan anak yang lebih suka bermain dengan teman yang jenis
kelamin sama.
3.2
3.3
Berikut ini merupakan salah satu contoh apabila fase falik tidak terselesaikan dengan baik :
Dalam keluarga, seorang ayah terlalu keras dalam mendidik anak laki-lakinya. Setiap
perintah yangdiberikan oleh ayahnya harus dilakukan. Sehingga anak laki-laki tersebut
menjadi benci pada ayahnya,menganggap ayahnya sebagai musuh baginya. Lalu ia mulai
mengidentifikasikan dirinya sebagai ayah. Anak laki-laki tersebut merasakan adanya
ancaman. Ia merelakan melepaskan keinginannya untuk memiliki ibunya dan memandang
sebagai objek seksualnya. Kemudian anak laki-laki tersebut dapat mengidentifikasi dirinya
terhadap ibunya. Identifikasi ini tidak normal pada anak laki-laki tersebut yang dianggap
tidak terselesaikan.
Dampak yang terjadi ketika anak laki-laki tersebut tumbuh dewasa, akan muncul sifat
sifat feminine yang dominan pada anak laki-laki tersebut. Seperti perilakunya lebih suka
bergaul dengan anak perempuan, sikapnya lebih cenderung seperti anak perempuan pada
umumnya. Meliputi cara berbicara dan penampilannya.
BAB 4
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Perkembangan psikoseksual pada masa ini lebih diarahkan pada perasaan seksual
yang membuat anak tertarik pada alat kelaminnya sendiri dan mempermainkannya guna
untuk memperoleh kepuasaan.
Dorongan seksualitas akan ditujukan kepada orang tua yang berjenis kelamin berbeda.
Namun lama kelamaan anak akan sadar sendiri bahwa ia tidak mungkin mengekspresikan
perasaannya dengan seenaknya dan juga tidak mungkin memenangkan persaingan melawan
orang tuanya, maka ia belajar untuk menahan diri sehingga tampak bahwa anak mulai belajar
menyesuaikan diri.
4.2
Saran
Sebaiknya pada fase ini orang tua yang berjenis kelamin berbeda jangan terlalu jangan
terlalu keras dalam mendidik supaya anak tidak terlalu benci pada orang tua yang berjenis
kelamin berbeda. Sehingga membuat anak akan membenci serta menganggap orang tuanya
adalah musuh baginya dan menganggap adanya ancaman pada dirinya.
Sehingga ia merelakan melepas keinginan untuk memiliki ibunya. Jika anak tersebut
tumbuh dewasa akan muncul sifat sifat feminine yang timbul pada anak laki-laki tersebut.
Seperti perilakunya lebih suka bergaul dengan anak perempuan, sikapnya lebih cenderung
seperti anak perempuan pada umumnya. Meliputi cara berbicara dan penampilannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, C. Dan Shanley F. 1997. Psikologi Sosial untuk Perawat. Jakarta: Penerbit EGC.
Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
----.1997. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Atkinson, R.L, Atkinson, R.C, Smith E.E., dan BEM, D.J.(tth). Pengantar Psikologi. Jilid
11. Edisi11. Batam Center: Penerbit Interaksara.
10
11