Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TEORI DASAR

Pengelasan adalah proses penyambungan dua logam dimana penyatuan terjadi dengan
cara dipanaskan pada temperatur yang sesuai baik dengan atau tidak dengan logam
pengisi (filler). Pada praktikum kali ini proses pengelasan yang dilakukan dibagi menjadi
dua, yaitu pengelasan titik dan pengelasan las busur.

A. Proses pengelasan titik ( Spot Welding )


Prinsip utama dari pengelasan titik adalah mengalirkan listrik dengan arus yang
kuat melalui elektoda sehingga logam terpanaskan pada suatu titik/daerah dan kemudian
diberi tekanan yang kuat agar kedua logam menyatu. Bila listrik dengan arus yang kuat
dialirkan pada logam,maka panas akan timbul akibat adanya resistansi (tahanan)
Maka dari itu berlaku rumus ;

H = I2RT

H = Heat power

I = Arus ; Ampere

R = Resistance ;

T = Time ; Sekon

Las titik merupakan pengelasan resistansi listrik yang paling sederhana dan untuk
pengelasan lembaran baja biasa, tidak ada masalah. Salah satu syarat untuk memperoleh
sambungan yang baik adalah permukaan lembaran baja yang bersih dan bebas dari karat
atau kotoran lainnya. Lapisan permukaan yang kotor akan meningkatkan nilai tekanan
permukaan dan menimbulkan panas setempat yang berlebihan (terkadang keluar percikan
bunga api).

Gambar 1. Mesin spot welding


Ada beberapa siklus proses yang terjadi saat proses pengelasan. Setelah benda kerja
diletakkan di antara kedua elektroda, dimulai SQUEEZE TIME, yaitu di mana elektroda
menutup dan menekan benda kerja. Setelah itu arus dialirkan melalui kedua elektroda
untuk mencapai suhu tertentu sampai benda kerja meleleh, dinamakan WELD TIME.
Lalu masuk ke tahap FORGE TIME, dimana arus dihentikan dan tekanan dari elektroda
ditambah sehingga benda kerja menyatu. Terakhir OFF TIME yaitu elektroda dilepas dan
dibiarkan sambil logam mendingin. Lalu dapat dikatakan satu siklus pengelasan selesai.

squezze time

weld time

forge time

off time

Pada las titik dijumpai lima daerah dimana timbul panas, yaitu: pada batas permukaan
pada kedua lembaran logam, pada batas permukaan antara lembaran logam elektroda dan
yang terakhir di dalam lembaran logam. Arus yang dialirkan pada elektroda pertama kali

menyentuh daerah yang berbatasan langsung dengan plat logam. Disini suhu tidak terlalu
tinggi, karena tahanan dari logam dapat ditembus oleh gaya tekan dari elektroda. Lalu
arus masuk ke daerah dalam plat. Terlihat dalam grafik suhu yang timbul tidak tingi
(lebih rendah dari daerah pertama), karena hambatan di dalam plat paling kecil sehingga
arus dapat langsung mengalir ke permukaan satunya. Lalu pada permukaan batas antar
plat arus tertahan.Oleh karena arus tertahan dan menumpuk juga bereaksi dengan udara
luar (melalui celah kecil) maka arus menjadi panas dan melelehkan bagian perbatasan
antar logam. Maka dari itu di daerah ini terdapat temperatur yang paling besar .

B. Las busur listrik ( Metal Arc Welding )


Prinsip kerja las busur listrik adalah menyambungkan dua logam oleh panas yang
ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda
atau logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan
sehingga terjadi sambungan las .Mula-mula terjadi kontak antara benda kerja dan
elektroda sehingga terjadi aliran arus kemudian dengan memisahkan penghantar timbulah
busur. Arus listrik yang ada diperoleh dari sumber arus. Sumber arus dapat berupa arus
searah (AC) dan bolak-balik (DC).

Sumber listrik arus searah mengalir dalam dua macam polaritas. Polaritas langsung
(straight polarity) dan polaritas terbalik (reverse polarity) Polaritas langsung adalah jika
elektroda dihubungkan dalam terminal negatif dan benda kerja pada terminal yang
positif. Elektron mengalir dari kutub negatif ke kutub positif, maka panas yang timbul
akibat tumbukan electron-elektron mengalir dari elektroda ke benda kerja. Pada proses
akhir akan didapatkan bahwa benda kerja akan lebih panas. Sedangkan pada polaritas
terbalik, berlaku sebaliknya. Elektroda negatif diletakkan pada benda kerja dan elektroda
positif pada elektroda. Maka pada hasil akhir akan diperoleh elektroda akan cepat
memanas. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dapat mencapai suhu
5500oC.

BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Benda Kerja
Benda kerja yang digunakan pada praktikum kali merupakan batang baja.
Terdapat 10 buah batang. Sisi dari setiap benda kerja ini dibuat chamfer terlebih
dahulu dengan menggunakan gerinda duduk. Kemudian benda kerja dilas pada
bagian chamfernya.

Gambar 3.1 Benda kerja setelah digerinda.


3.2 Proses Pengelasan Busur Listrik
Menggunakan perlengkapan safety seperti kacamata, jas lab, sarung tangan
dan masker
Mengecek peralatan las busur listrik.
Membersihkan semua permukaan benda kerja yang akan dilas.
Membuat chamfer pada benda kerja yang akan dilas dengan gerinda duduk.
Mengatur arus listrik yang akan digunakan, pada praktikum kali ini digunakan
arus sebesar 70 ampere.
Menghubungkan kutub positif dengan elektroda dan kutub negatif dengan
benda kerja.
Menyalakan mesin las.
Memakai pelidung muka dan sarung tangan tahan panas.
Melakukan pengecekan nyala busur listrik sebelum memulai pengelasan.

Melakukan proses pengelasan busur listrik yang diawali pada bagian ujungujung benda kerja dan dilanjutkan dengan melakukan pengelasan pada
semua bagian yang akan disambung.
Setelah selesai matikan mesin las busur listrik dan bersihkan peralatan las
busur listrik yang digunakan.
Mengecek kembali peralatan las busur listrik yang digunakan.

Gambar 3.2 Proses gerinda benda kerja.

Gambar 3.3 Menyambungkan kutub positif pada elektroda dan kutub negatif
pada benda kerja.

Gambar 3.4 Menyalakan mesin las.

Gambar 3.5 Pengecekan nyala busur listrik.

Gambar 3.6 Pengelasan pada bagian ujung benda kerja.

Gambar 3.7 Bagian ujung-ujung benda kerja setelah dilas.

Gambar 3.8 Proses pengelasan pada seluruh bagian sambungan.

Gambar 3.9 Benda kerja setelah dilas.

BAB IV

ANALISIS

Anda mungkin juga menyukai