BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
PENDAHULUAN
Kinerja dalam pengajaran merupakan serangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh
seseorang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu atau norma tertentu serta memerlukan kualifikasi pendidikan profesi. Demikian
pula halnya dengan guru.
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru yang untuk selanjutnya akan
dijelaskan dalam beberapa teori yang terkait kinerja guru dan kemudian dibandingkan
dengan hasil-hasil penelitian terdahulu, serta dilengkapi dengan kerangka pikir dan
hipotesis penelitian sebagaimana yang akan diuraikan berikut ini.
2.2.
TINJAUAN TEORITIS
11
bagi
guru
dalam
jabatan
sebagai
upaya
meningkatkan
b.
c.
d.
e.
12
f.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
5.
13
menilai
hasil pembelajaran,
melakukan
pelayanan
dalam
tugas,
(5)
mengarahkan,
menekan
menumbuhkan pola perilaku siswa, serta (6) melaksanakan kode etik jabatan.
dan
14
sisi,
yaitu
kemampuan
berpikir
abstrak
(abstraction)
dan
komitmen
(commitment). Guru yang profesional memiliki tingkat berpikir abstrak yang tinggi,
yaitu mampu merumuskan konsep, menangkap, mengidentifikasi dan memecahkan
berbagai macam persoalan yang dihadapi dalam tugas dan juga memiliki komitmen
yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Komitmen adalah kemauan kuat untuk
melaksanakan tugas yang didasari dengan rasa penuh tanggung jawab.
Lebih lanjut, Welker (1992), mengemukakan bahwa profesionalisme guru
dapat dicapai bila guru ahli (expert) dalam melakasnakan tugas, dan selalu
mengembangkan diri (growth).
Glatthorm (1991), mengemukakan bahwa dalam melihat profesionalisme guru,
disamping kemampuan dalam melaksanakan tugas, juga perlu mempertimbangkan
aspek komitmen dan tanggung jawab (responsibility), serta kemandirian (autonomy)..
Membicarakan tentang profesionalisme guru, tentu tidak bisa dilepaskan dari
kegiatan pengembangan profesi guru itu sendiri. Secara garis besarnya, kegiatan
pengembangan profesi guru dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu:
(1)
(2)
(3)
15
Pengembangan
mandiri
(self
directed
development)
adalah
bentuk
16
perkataan lain strategi mengajar adalah politik atau taktik yang digunakan guru dalam
melaksanakan praktik mengajar.Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru
adalah kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar
(Hamalik, 2005). Kemampuan dalam melakasanakan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai pengajar. Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsungnya interaksi
antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai proses, belajar
dan mengajar memerlukan perencanaan yang seksama, yakni mengkoordinasikan
unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode dan alat
bantu mengajar serta penilaian evaluasi. Pada tahap berikutnya adalah tindakan atau
praktik mengajar.
Untuk mencapai kualitas yang baik sesuai dengan harapan guru, memerlukan
pengalaman-pengalaman dalam waktu yang sangat panjang. Lamanya waktu guru
mengisinya dengan pengalaman dalam mengajar adalah disebut pengalaman
mengajar. Seorang guru yang banyak pengalaman dalam mengajar akan mudah dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar akan lebih berkualitas.
Uzer (2005), menyatakan bahwa mengajar dikatakan berkualitas bila dalam
mengajar : 1) Dapat menjangkau tiga kemampuan hasil belajar, baik kognitif, afektif
maupun psikomotorik. 2) Sesuai dengan tujuan instruksional. 3) Terjadi proses belajar
pada siswa. 4) Terjadi perubahan tingkah laku yang positif.
Untuk menjangkau kualitas mengajar yang baik diperlukan pengalaman
mengajar yang lama. Pengalaman mengajar menunjukkan pada lamanya guru
mengajar pada bidang yang diajarkan. Dari pengalaman mengajar guru akan
memperolah beberapa keuntungan.
Sutrisno (2005), menyatakan keuntungan seoarang guru yang banyak
pengalaman mengajarkan adalah sebagai berikut: 1) Mampu menyusun persiapan
mengajar dengan cepat dan tepat. 2) Mudah beradaptasi dengan siswa dalam
mengajar. 3) Responsif terhadap masalah-masalah pengajaran terutama yang berkaitan
dengan proses belajar mengajar. 4) Fleksibel dalam menggunakan media pengajaran,
dan 5) Mudah memacu siswa untuk berprestasi.
Masa mengajar seorang guru yang dapat menggambarkan pengalaman
mengajar tentunya berkaitan dengan kemampuan menguasai teknologi pengajaran,
yaitu seorang guru yang dapat menganalisis masalah, mencari alternatif pemecahan
masalah yang berkaitan dengan kegiatan proses belajar mengajar. Pengalaman
17
mengajar seorang guru juga berhubungan dengan kesiapan mengajar. Makin banyak
pengalaman mengajar akan semakin siap mengajarnya. Seorang guru yang banyak
pengalaman mengajarnya akan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang timbul
dalam dunia pengajaran. Guru yang mempunyai pengalaman mengajar cukup lama
akan mampu meningkatkan mutu pengajaran, sehingga pengajaran akan semakin
terkontrol dan terkendali. Dari kajian teori diatas tampak bahwa pengalaman mengajar
mempunyai pengaruh terhadap kesiapan mengajar seorang guru.
Pengalaman mengajar juga menjadi salah satu faktor yang dapat mendukung
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Pengalaman mengajar yang dimiliki oleh
seorang guru menjadi penentu pencapaian hasil belajar yang akan diraih oleh siswa.
Pengalaman mengajar yang cukup, dalam arti waktu yang telah dilalui oleh seorang
guru dalam melaksanakan tugasnya akan mendukung pencapaian prestasi belajar
siswa yang maksimal sebagai tujuan yang akan diraih oleh sekolah. Pengalaman
mengajar merupakan suatu hal yang dijadikan perhatian yang tidak kalah pentingnya
dalam menentukan prestasi belajar siswa. Guru yang mempunyai pengalaman
mengajar yang memadai, secara positif akan mendukung siswa untuk lebih mudah
memahami materi yang diajarkan guru. Sebaliknya jika pengalaman mengajar yang
dimiliki oleh guru tidak memadai, maka kurang mendukung keberhasilan siswa dalam
mencapai prestasi yang diinginkan.
Guru yang berpengalaman akan merasa lebih mudah dalam menghadapi
masalah-masalah siswa dalam proses belajar mengajar yang berkaitan dengan materi
pelajaran, bahkan guru mampu memotivasi dan mendorong semangat belajar siswa
serta mampu memberdayakan kemampuan guru seoptimal mungkin. Dalam beberapa
hal, guru yang mempunyai masa mengajar lebih lama akan lebih berpengalaman
dalam melakukan pembelajaran dibanding dengan guru yang masih relatif baru.
2.2.4. Kinerja Guru
Penilaian kinerja guru (teacher performance appraisal) merupakan salah satu langkah
untuk merumuskan program peningkatan kompetensi guru secara efektif dan efisien.
Penilaian kinerja dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan guru yang sebenarnya
dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan penilaian kinerja ini juga akan
diketahui tentang kekuatan dan kelemahan guru-guru, sesuai dengan tugasnya masingmasing, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan konseling.
18
Penilaian kinerja guru dilakukan secara periodik dan sistematis untuk mengetahui
prestasi kerjanya, termasuk potensi pengembangannya.
Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, penilaian kinerja
guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka
pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak
dapat dipisahkan dari kemampuannya dalam penguasaan pengetahuan, penerapan
pengetahuan dan keterampilan, sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru.
yang
dirancang
untuk mengidentifikasi
kemampuan
guru dalam
19
2.
menganalisis
hasil
evaluasi
pembimbingan,
dan
20
PENELITIAN SEBELUMNYA
Berikut akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan variabel
kajian, diantaranya adalah:
Syarina, 2013. Berdasarkan penyajian dan analisis data, maka dapat
disimpulkan hasil penelitian ini bahwa: 1) Guru yang sudah sertifikasi memiliki total
skor yaitu 104 dengan kategori sangat baik sedangkan guru yang belum sertifikasi
memiliki total skor yaitu 90 dengan kategori baik. Sehingga dapat dilihat bahwa total
skor guru yang sudah sertifikasi lebih tinggi daripada guru yang belum sertifikasi dan
dapat disimpulkan bahwa kinerja guru yang sudah sertifikasi lebih baik dari pada guru
21
yang belum sertifikasi, 2) Hasil belajar siswa yang mengikuti proses pembelajaran
dengan guru yang sudah sertifikasi memiliki persentase 27,02 % nilai siswa baik dan
72,97 % nilai siswa lebih dari cukup sedangkan hasil belajar siswa yang mengikuti
proses pembelajaran dengan guru yang belum sertifikasi memiliki persentase 74,28 %
nilai siswa baik dan 25,71 % nilai siswa lebih dari cukup. Adanya pengaruh sertifikasi
terhadap kinerja guru ini dibuktikan dengan tingginya total skor kinerja guru yang
sudah sertifikasi daripada guru yang belum sertifikasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kinerja guru yang sudah sertifikasilebih baik daripada guru yang belum sertifikasi
tetapi hasil belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh sertifikasi tetapi dengan
mengikuti MGMP dan pengalaman mengajar juga berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa.
Dari hasil kesimpulan, peneliti mangajukan saran yaitu: 1) Kepada Kepala
Sekolah agar menyarankan kepada bawahannya untuk dapat mengikuti sertifikasi dan
mengadakan diskusi tentang manfaat sertifikasi bersama guru-guru di sekolah. 2)
Kepada guru SMK Negeri 4 Pekanbaru agar dapat mengikuti sertifikasi. Hal ini
akandapat membantu seorang guru dalam meningkatkan kinerja dalam proses
pembelajaran dan ini berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Bachtiar, 2011. Pelaksanaan kebijakan sertifikasi guru sertifikasi di Kota
Yogyakarta menunjukkan performa yang sangat baik. Dari segi proses pelaksanaan
berjalan dengan lancar dan bisa dikatakan sukses. Sejak 2006 sampai 2009 tingkat
partisipasi guru mengikuti sertifikasi sangat tinggi, tingkat kelulusan peserta sertifikasi
guru melalui jalur portofolio SDN di Kota Yogyakarta sejak 2006 sampai dengan 2009
rata-rata mencapai 98,65%. Sebuah capaian angka prosentase yang sangat tinggi
sehingga dari segi ouput kebijakan bisa dikatakan berhasil.
Dari segi dampak (impact), kebijakan sertifikasi guru khususnya guru Sekolah
Dasar Negeri di Kota Yogyakarta, terjadi perubahan peningkatan performa kinerja
profesionalitas guru tetapi belum signifikan. Sertifikasi belum memberikan dorongan
yang berarti terhadap perubahan profesionalisme para guru dalam proses belajar
mengajar. Yang terjadi pada fase awal ini adalah baru sebatas pada perubahan
kesejahteraan yang dalam hal ini adalah peningkatan pendapatan para guru lantaran
adanya tambahan 1 kali gaji pokok bagi guru yang sudah tersertifikasi.
22
2.
3.
4.
5.
23
Kinerja dapat dimaknai sebagai kemampuan kerja yang dilihat dari tingkat
pencapaian atau penyelesaian tugas yang menjadi tanggung jawabnya, apakah sudah
sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan dari suatu bidang pekerjaan. Syarat-syarat
yang ditetapkan itu bisa berupa tujuan atau target/sasaran pekerjaan yang harus
diselesaikan. Guru merupakan faktor sentral di dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Berkaitan dengan itu, maka peran guru menjadi penentu dalam
ketercapaian pendidikan.
Ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggung-jawabnya menjalankan
amanah, profesi yang diembannya, rasa tanggung-jawab moral dipundaknya. Semua
itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas
keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan
dibarengi pula dengan rasa tanggungjawabnya mempersiapkan segala perlengkapan
pengajaran sebelum melaksanaka proses pembelajaran. Selain itu, guru juga seudah
mempertimbangkan akan metodologi yang akan digunakan, termasuk alat media
pendidikan yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di dalam
pelaksanaan evaluasi.
Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan
diukur berdasarkan spsesifikasi/criteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap
guru. Berkaiatan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan
guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan seorang
guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menilai
hasil belajar. Penilaian terhadap kinerja guru harus dilaksanakan untuk mengetahui
kinerja yang telah dicapai oleh guru. Penilaian ini penting bagi setiap guru dan
berguna bagi sekolah dalam menetapkan kegiatannya. Dengan penilaian berarti guru
mendapat perhatian dari atasannya, sehingga dapat mendorong mereka untuk
bersemangat bekerja.
Perbedaan penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini dengan penelitian
sebelumnya adalah lebih menekankan pada kajian yang terkait dengan kinerja guru
SD Negeri Di Wilayah 4, Kelurahan Grogol Selatan, Kecamatan Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan. Tujuannya adalah untuk menganalisis hubungan, mengidentifikasi
korelasi dan untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan mempengaruhi kinerja
guru.
24
2.4.
Sejalan dengan latar belakang, identifikasi masalah, landasan teori dan kajian
penelitian sebelumnya, maka kerangka pikir dalam penelitian ini dilukiskan sebagai
berikut.
Sertifikasi
Profesionalisme
Kinerja Guru
Pengalaman
Mengajar
HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan pada ulasan diatas, maka hipotesis alternatif penelitian yang diajukan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
H01 :
Ha1 :
Ha2 :
25
H03 :
Ha3 :
H04 :
Diduga
tidak
terdapat
pengaruh
yang
signifikan
antara
Sertifikasi,
di