Anda di halaman 1dari 16

10

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.

PENDAHULUAN

Kinerja dalam pengajaran merupakan serangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh
seseorang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu atau norma tertentu serta memerlukan kualifikasi pendidikan profesi. Demikian
pula halnya dengan guru.
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru yang untuk selanjutnya akan
dijelaskan dalam beberapa teori yang terkait kinerja guru dan kemudian dibandingkan
dengan hasil-hasil penelitian terdahulu, serta dilengkapi dengan kerangka pikir dan
hipotesis penelitian sebagaimana yang akan diuraikan berikut ini.
2.2.

TINJAUAN TEORITIS

2.2.1. Sertifikasi Guru


Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen.
Sertifikasi pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada
guru dan dosen sebagai tenaga profesional (UU RI No 14 Tahun 2005 dalam
Depdiknas, 2004).
Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu
proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji
kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain,
sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan
penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik
(UU RI No 14 Tahun 2005 dalam Depdiknas, 2004).

11

Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Sertifikasi


bagi guru dalam jabatan dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK) yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah. Pelaksanaan sertifikasi bagi
guru dalam jabatan ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidkan Nasional Nomor
18 Tahun 2007, yakni dilakukan dalam bentuk portofolio. (Samani, 2007)
Sertifikasi guru merupakan kebijakan yang sangat strategis, karena langkah
dan tujuan melakukan sertifikasi guru untuk meningkat kualitas guru, memiliki
kompetensi, mengangkat harkat dan wibawa guru sehingga guru lebih dihargai dan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. (Sanaky, 2005)
National Commision on Education Services (NCES) memberikan pengertian
sertifikasi guru secara lebih umum. Sertifikasi guru merupakan prosedur untuk
menentukan apakah seorang calon guru layak diberikan izin dan kewenangan untuk
mengajar. Hal ini diperlukan karena lulusan lembaga pendidikan tenaga keguruan
sangat bervariasi, baik di kalangan perguruan tinggi negeri maupun swasta. (NCES
dalam Mulyasa, 2007).
Dapat disimpulkan bahwa program sertifikasi guru adalah suatu program yang
dilakukan oleh pemerintah dibawah kuasa Dinas Pendidikan Indonesia dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, yang dilaksanakan melalui LPTK
yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah dengan pemberian sertifikat kepada guru
yang telah berhasil mengikuti program tersebut.
Sertifikasi

bagi

guru

dalam

jabatan

sebagai

upaya

meningkatkan

profesionalisme guru dan meningkatkan mutu layanan dan hasil pendidikan di


Indonesia, diselenggarakan berdasarkan landasan hukum sebagai berikut (Samani,
2007):
a.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

b.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

c.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan.

d.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2005 tentang


Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik.

e.

Fatwa/Pendapat Hukum Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia


Nomor I.UM.01.02-253.

12

f.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang


Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.

Menurut Jalal (2007), sertifikasi guru memiliki beberapa tujuan diantaranya


adalah sebagai berikut:
1.

Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen


pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2.

Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan.

3.

Meningkatkan martabat guru.

4.

Meningkatkan profesionalitas guru.

Sedangkan manfaatnya, menurut Fajar (2006), manfaat uji sertifikasi guru


adalah sebagai berikut:
1.

Melindungi profesi guru dari praktik-praktik layanan pendidikan yang


tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri.

2.

Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak


berkualitas dan profesional yang akan dapat menghambat upaya
peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia
di negeri ini.

3.

Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK yang bertugas


mempersiapkan calon guru dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu
bagi pengguna layanan pendidikan.

4.

Menjaga lembaga penyelenggaran pendidikan dari keinginan internal


dan tekanan eksternal yang potensial dapat menyimpang dari
ketentuan-ketentuan yang berlaku.

5.

Memperoleh tunjangan profesi bagi guru yang lulus ujian sertifikasi


sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan guru.

2.2.2. Profesionalisme Guru


Menurut Rice dan Bishoprich (1971) guru profesional adalah guru yang mampu
mengelola dirinya sendiri dalam mengerjakan tugasnya sehari-hari baik tugas
administrasi maupun tugas mengajar. Profesionalisme guru dipandang sebagai suatu
proses yang bergerak dari ketidak-tahuan menjadi tahu, dari ketidak-matangan
menjadi matang, dari diarahkan oleh orang lain menjadi mengarahkan dirinya sendiri.

13

Menurut Glickmen (1981) guru profesional adalah guru yang memiliki


kemampuan dan motivasi kerja yang tinggi. Seseorang tidak akan bekerja secara
profesional bila hanya memiliki salah satu dari dua persyaratan di atas. Maksudnya
betapapun tingginya kemampuan kerja seseorang tidak akan dapat bekerja secara
profesional apabila tidak memiliki kesungguhan hati (motivasi) yang tinggi untuk
melakukannya. Sebaliknya betapapun tingginya motivasi kerja seseorang ia tidak akan
sempurna dalam menyelesaikan tugasnya bila tidak didukung oleh kemampuan kerja
yang tinggi.
Sedangkan guru dalam kamus bahasa Indonesia edisi kedua (1991), diartikan
sebagai orang yang pekerjaannya atau mata pencahariannya mengajar. Sementara itu,
dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, yakni sebagaimana tercantum
dalam bab 1 ketentuan umum pasal 1 ayat 1, guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama, mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan dasar dan menegah dan di dalam UU No.
20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pada pasal 39 ayat 2 menjelaskan
bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran,

menilai

hasil pembelajaran,

melakukan

pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada


masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa profesionalisme guru
merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan
dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang
yang menjadi mata pencaharian. Adapun guru yang profesional itu sendiri adalah guru
yang berkualitas, berkompeten, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan
prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar siswa yang nantinya akan
menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik.
Bila ditinjau lebih dalam, terdapat beberapa karakteristik profesionalisme guru,
Rebore (1991), mengemukakan enam karakteristik profesionalisme guru, yaitu: (1)
pemahaman dan penerimaan dalam melaksanakan tugas, (2) kemauan melakukan
mengajar sama secara efektif dengan siswa, guru, orang tua siswa dan masyarakat, (3)
kemampuan mengembangkan visi dan pertumbuhan jabatan secara terus menerus, (4)
mengutamakan

pelayanan

dalam

tugas,

(5)

mengarahkan,

menekan

menumbuhkan pola perilaku siswa, serta (6) melaksanakan kode etik jabatan.

dan

14

Sementara itu, Glickman (1981), memberikan ciri profesionalisme guru dari


dua

sisi,

yaitu

kemampuan

berpikir

abstrak

(abstraction)

dan

komitmen

(commitment). Guru yang profesional memiliki tingkat berpikir abstrak yang tinggi,
yaitu mampu merumuskan konsep, menangkap, mengidentifikasi dan memecahkan
berbagai macam persoalan yang dihadapi dalam tugas dan juga memiliki komitmen
yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Komitmen adalah kemauan kuat untuk
melaksanakan tugas yang didasari dengan rasa penuh tanggung jawab.
Lebih lanjut, Welker (1992), mengemukakan bahwa profesionalisme guru
dapat dicapai bila guru ahli (expert) dalam melakasnakan tugas, dan selalu
mengembangkan diri (growth).
Glatthorm (1991), mengemukakan bahwa dalam melihat profesionalisme guru,
disamping kemampuan dalam melaksanakan tugas, juga perlu mempertimbangkan
aspek komitmen dan tanggung jawab (responsibility), serta kemandirian (autonomy)..
Membicarakan tentang profesionalisme guru, tentu tidak bisa dilepaskan dari
kegiatan pengembangan profesi guru itu sendiri. Secara garis besarnya, kegiatan
pengembangan profesi guru dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu:
(1)

Pengembangan intensif (intensive development),

(2)

Pengembangan kooperatif (cooperative development), dan

(3)

Pengembangan mandiri (self directed development).

Pengembangan intensif (intensive development) adalah bentuk pengembangan


yang dilakukan pimpinan terhadap guru yang dilakukan secara intensif berdasarkan
kebutuhan guru. Model ini biasanya dilakukan melalui langkah-langkah yang
sistematis, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi dan
pertemuan balikan atau refleksi. Teknik pengembangan yang digunakan antara lain
melalui pelatihan, penataran, kursus, loka karya, dan sejenisnya.
Pengembangan kooperatif (cooperative development) adalah suatu bentuk
pengembangan guru yang dilakukan melalui mengajar sama dengan teman sejawat
dalam suatu tim yang bemengajar sama secara sistematis. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru melalui pemberian masukan, saran,
nasehat, atau bantuan teman sejawat. Teknik pengembangan yang digunakan bisa
melalui pertemuan KKG atau MGMP/MGBK. Teknik ini disebut juga dengan
istilah peer supervision atau collaborative supervision.

15

Pengembangan

mandiri

(self

directed

development)

adalah

bentuk

pengembangan yang dilakukan melalui pengembangan diri sendiri. Bentuk ini


memberikan otonomi secara luas kepada guru. Guru berusaha untuk merencanakan
kegiatan, melaksanakan kegiatan, dan menganalisis balikan untuk pengembangan diri
sendiri. Teknik yang digunakan bisa melalui evaluasi diri (self evaluation) atau
penelitian tindakan (action research). (Departemen Pendidikan Nasional, 2007)
2.2.3. Pengalaman Mengajar
Untuk mencapai suatu pengajaran yang, seseorang perlu memiliki kesiapan akan
segala sesuatu yang diperlukan dalam pelaksaan tugas tersebut, baik kesiapan fisik,
kesiapan mental maupun kesiapan secara kognitif. Hal ini berlaku juga bagi seorang
guru yang berperan sebagai pemberi pelajaran kepada siswa dalam proses belajar
mengajar harus selalu membekali diri dengan persiapan sebelum mengajar.
Mempersiapkan diri sebelum mengajar menurut tiga aspek tersebut akan
membuat pengajar siap serta penuh percaya diri untuk memasuki ruangan kelas,
karena pengajar tersebut telah mengetahui cara yang akan digunakan untuk
menjelaskan bahan pelajaran. Persiapan yang baik sangat perlu untuk mendapatkan
atau memperoleh hasil yang maksimal. Ketiga tahapan tersebut harus ditempuh pada
setiap saat melaksanakan pengajaran. Satu tahap ditinggalkan, sebenarnya tidak dapat
dikatakan proses pengajaran.
Pada dasarnya konsep persiapan dalam melaksanakan proses belajar mengajar
adalah konsep yang sangat baik, namun implementasi dalam proses persiapan ini
memerlukan waktu yang cukup panjang. Perubahan zaman dan perubahan teknologi
pendidikan menuntut perubahan pola pikir, sikap serta nilai-nilai dari setiap individu
yang ikut di dalamnya. Pelaksanaan persiapan mengajar akan berhasil maka
perubahan pola pikir, sikap dan guru-gurunya harus mengikuti perubahan yang ada.
Berdasarkan pengertian kesiapan mengajar diatas, dapat dikemukakan bahwa
kesiapan mengajar adalah suatu titik kematangan atau keadaan yang diperlukan untuk
melakukan sesuatu kegiatan mengorganisasi lingkungan dengan baik yang
menetapkan guru sebagai fasilitator untuk membantu siswa agar dapat belajar dan
kegiatan tersebut terikat oleh suatu tujuan tertentu.Dengan demikian kesiapan guru
pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru atau praktik guru melaksanakan
pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan efisien. Dengan

16

perkataan lain strategi mengajar adalah politik atau taktik yang digunakan guru dalam
melaksanakan praktik mengajar.Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru
adalah kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar
(Hamalik, 2005). Kemampuan dalam melakasanakan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai pengajar. Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsungnya interaksi
antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai proses, belajar
dan mengajar memerlukan perencanaan yang seksama, yakni mengkoordinasikan
unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode dan alat
bantu mengajar serta penilaian evaluasi. Pada tahap berikutnya adalah tindakan atau
praktik mengajar.
Untuk mencapai kualitas yang baik sesuai dengan harapan guru, memerlukan
pengalaman-pengalaman dalam waktu yang sangat panjang. Lamanya waktu guru
mengisinya dengan pengalaman dalam mengajar adalah disebut pengalaman
mengajar. Seorang guru yang banyak pengalaman dalam mengajar akan mudah dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar akan lebih berkualitas.
Uzer (2005), menyatakan bahwa mengajar dikatakan berkualitas bila dalam
mengajar : 1) Dapat menjangkau tiga kemampuan hasil belajar, baik kognitif, afektif
maupun psikomotorik. 2) Sesuai dengan tujuan instruksional. 3) Terjadi proses belajar
pada siswa. 4) Terjadi perubahan tingkah laku yang positif.
Untuk menjangkau kualitas mengajar yang baik diperlukan pengalaman
mengajar yang lama. Pengalaman mengajar menunjukkan pada lamanya guru
mengajar pada bidang yang diajarkan. Dari pengalaman mengajar guru akan
memperolah beberapa keuntungan.
Sutrisno (2005), menyatakan keuntungan seoarang guru yang banyak
pengalaman mengajarkan adalah sebagai berikut: 1) Mampu menyusun persiapan
mengajar dengan cepat dan tepat. 2) Mudah beradaptasi dengan siswa dalam
mengajar. 3) Responsif terhadap masalah-masalah pengajaran terutama yang berkaitan
dengan proses belajar mengajar. 4) Fleksibel dalam menggunakan media pengajaran,
dan 5) Mudah memacu siswa untuk berprestasi.
Masa mengajar seorang guru yang dapat menggambarkan pengalaman
mengajar tentunya berkaitan dengan kemampuan menguasai teknologi pengajaran,
yaitu seorang guru yang dapat menganalisis masalah, mencari alternatif pemecahan
masalah yang berkaitan dengan kegiatan proses belajar mengajar. Pengalaman

17

mengajar seorang guru juga berhubungan dengan kesiapan mengajar. Makin banyak
pengalaman mengajar akan semakin siap mengajarnya. Seorang guru yang banyak
pengalaman mengajarnya akan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang timbul
dalam dunia pengajaran. Guru yang mempunyai pengalaman mengajar cukup lama
akan mampu meningkatkan mutu pengajaran, sehingga pengajaran akan semakin
terkontrol dan terkendali. Dari kajian teori diatas tampak bahwa pengalaman mengajar
mempunyai pengaruh terhadap kesiapan mengajar seorang guru.
Pengalaman mengajar juga menjadi salah satu faktor yang dapat mendukung
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Pengalaman mengajar yang dimiliki oleh
seorang guru menjadi penentu pencapaian hasil belajar yang akan diraih oleh siswa.
Pengalaman mengajar yang cukup, dalam arti waktu yang telah dilalui oleh seorang
guru dalam melaksanakan tugasnya akan mendukung pencapaian prestasi belajar
siswa yang maksimal sebagai tujuan yang akan diraih oleh sekolah. Pengalaman
mengajar merupakan suatu hal yang dijadikan perhatian yang tidak kalah pentingnya
dalam menentukan prestasi belajar siswa. Guru yang mempunyai pengalaman
mengajar yang memadai, secara positif akan mendukung siswa untuk lebih mudah
memahami materi yang diajarkan guru. Sebaliknya jika pengalaman mengajar yang
dimiliki oleh guru tidak memadai, maka kurang mendukung keberhasilan siswa dalam
mencapai prestasi yang diinginkan.
Guru yang berpengalaman akan merasa lebih mudah dalam menghadapi
masalah-masalah siswa dalam proses belajar mengajar yang berkaitan dengan materi
pelajaran, bahkan guru mampu memotivasi dan mendorong semangat belajar siswa
serta mampu memberdayakan kemampuan guru seoptimal mungkin. Dalam beberapa
hal, guru yang mempunyai masa mengajar lebih lama akan lebih berpengalaman
dalam melakukan pembelajaran dibanding dengan guru yang masih relatif baru.
2.2.4. Kinerja Guru
Penilaian kinerja guru (teacher performance appraisal) merupakan salah satu langkah
untuk merumuskan program peningkatan kompetensi guru secara efektif dan efisien.
Penilaian kinerja dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan guru yang sebenarnya
dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan penilaian kinerja ini juga akan
diketahui tentang kekuatan dan kelemahan guru-guru, sesuai dengan tugasnya masingmasing, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan konseling.

18

Penilaian kinerja guru dilakukan secara periodik dan sistematis untuk mengetahui
prestasi kerjanya, termasuk potensi pengembangannya.
Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, penilaian kinerja
guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka
pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak
dapat dipisahkan dari kemampuannya dalam penguasaan pengetahuan, penerapan
pengetahuan dan keterampilan, sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru.

Gambar 1. Indikator utama kinerja guru


Sumber : Badan PSDMPK-PMP, 2011.

Penguasaan kompetensi dan penerapan pengetahuan serta keterampilan guru,


sangat menentukan tercapainya kualitas proses pembelajaran atau pembimbingan
peserta didik, dan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan bagi sekolah, khususnya
bagi guru dengan tugas tambahan. Sistem penilaian kinerja guru adalah sistem
penilaian

yang

dirancang

untuk mengidentifikasi

kemampuan

guru dalam

melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan


dalam unjuk kerjanya.
Sebelum mengikuti penilaian kinerja guru, seorang guru harus mengikuti uji
kompetensi. Berdasarkan hasil uji kompetensi ini, guru akan dikelompokkan menjadi
dua kategori, yaitu: (1) guru yang sudah mencapai standar kompetensi minimal yang
ditetapkan, dan (2) guru yang belum memiliki standar kompetensi minimal yang
ditetapkan.
Guru yang sudah mencapai standar kompetensi minimum yang ditetapkan
diberi kesempatan untuk mengikuti penilaian kinerja guru. Sebaliknya, guru yang

19

belum mencapai standar minimum yang ditetapkan, diharuskan mengikuti pendidikan


dan pelatihan (diklat) melalui multimode, untuk kemudian mengikuti uji kompetensi.
Jika hasil uji kompetensi memenuhi persyaratan, guru yang bersangkutan
diberi peluang mengikuti penilaian kinerja guru. Fokus utama penilaian kinerja guru
adalah (1) disiplin guru (kehadiran, ethos kerja), (2) efisiensi dan efektivitas
pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa), (3) keteladanan guru (berbicara,
bersikap dan berperilaku), dan (4) motivasi belajar siswa.
Guru yang sudah mengikuti penilaian kinerja guru, akan dihitung angka kredit
yang diperoleh atas kinerjanya pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah yang dilakukannya pada tahun tersebut.
Kegiatan penilaian kinerja dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari proses
pengembangan karir dan promosi guru untuk kenaikan pangkat dan jabatan
fungsionalnya.
Seperti telah dijelaskan di muka, guru sebagai pendidik profesional
mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Selain tugas
utamanya tersebut, guru juga dimungkinkan memiliki tugastugas lain yang relevan
dengan fungsi sekolah. Oleh karena itu, dalam penilaian kinerja guru beberapa sub
unsur yang perlu dinilai adalah sebagai berikut.
1.

Penilaian kinerja yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran


bagi guru mata pelajaran atau guru kelas, khususnya berkaitan dengan,
(1) disiplin guru (kehadiran, ethos kerja), (2) efisiensi dan efektivitas
pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa), (3) keteladanan
guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan (4) motivasi belajar
siswa.

2.

Penilaian kinerja dalam melaksanakan proses pembimbingan bagi guru


Bimbingan Konseling (BK)/Konselor meliputi kegiatan merencanakan
dan melaksanakan pembimbingan, mengevaluasi dan menilai hasil
bimbingan,

menganalisis

hasil

evaluasi

pembimbingan,

dan

melaksanakan tindak lanjut hasil pembimbingan. Seperti halnya guru


mata pelajaran, fokus utama penilaian kineja bagi guru Bimbingan
Konseling (BK)/Konselor juga mencakup (1) disiplin guru (kehadiran,

20

ethos kerja), (2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas


transformasi ilmu ke siswa), (3) keteladanan guru (berbicara, bersikap
dan berperilaku), dan (4) motivasi belajar siswa.
3.

Kinerja yang terkait dengan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan


dengan fungsi sekolah. Pelaksanaan tugas tambahan ini dikelompokkan
menjadi dua, yaitu tugas tambahan yang mengurangi jam mengajar
tatap muka dan yang tidak mengurangi jam mengajar tatap muka.
Tugas tambahan yang mengurangi jam mengajar tatap muka meliputi:
(1) menjadi kepala sekolah per tahun; (2) menjadi wakil kepala sekolah
per tahun; (3) menjadi ketua program keahlian/program studi atau yang
sejenisnya; (4) menjadi kepala perpustakaan; atau (5) menjadi kepala
laboratorium, bengkel, unit produksi, atau yang sejenisnya. Tugas
tambahan yang tidak mengurangi jam mengajar tatap muka
dikelompokkan menjadi dua, yaitu tugas tambahan minimal satu tahun
(misalnya menjadi wali kelas, guru pembimbing program induksi, dan
sejenisnya) dan tugas tambahan kurang dari satu tahun (misalnya
menjadi pengawas penilaian dan evaluasi pembelajaran, penyusunan
kurikulum, dan sejenisnya).

Penilaian kinerja guru dalam melaksanakan tugas tambahan yang mengurangai


jam mengajar tatap muka dinilai dengan menggunakan instrumen khusus yang
dirancang berdasarkan kompetensi yang dipersyaratkan untuk melaksanakan tugas
tambahan tersebut. Tugas tambahan lain yang tidak mengurangi jam mengajar guru
dihargai langsung sebagai perolehan angka kredit sesuai ketentuan yang berlaku.
2.3.

PENELITIAN SEBELUMNYA

Berikut akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan variabel
kajian, diantaranya adalah:
Syarina, 2013. Berdasarkan penyajian dan analisis data, maka dapat
disimpulkan hasil penelitian ini bahwa: 1) Guru yang sudah sertifikasi memiliki total
skor yaitu 104 dengan kategori sangat baik sedangkan guru yang belum sertifikasi
memiliki total skor yaitu 90 dengan kategori baik. Sehingga dapat dilihat bahwa total
skor guru yang sudah sertifikasi lebih tinggi daripada guru yang belum sertifikasi dan
dapat disimpulkan bahwa kinerja guru yang sudah sertifikasi lebih baik dari pada guru

21

yang belum sertifikasi, 2) Hasil belajar siswa yang mengikuti proses pembelajaran
dengan guru yang sudah sertifikasi memiliki persentase 27,02 % nilai siswa baik dan
72,97 % nilai siswa lebih dari cukup sedangkan hasil belajar siswa yang mengikuti
proses pembelajaran dengan guru yang belum sertifikasi memiliki persentase 74,28 %
nilai siswa baik dan 25,71 % nilai siswa lebih dari cukup. Adanya pengaruh sertifikasi
terhadap kinerja guru ini dibuktikan dengan tingginya total skor kinerja guru yang
sudah sertifikasi daripada guru yang belum sertifikasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kinerja guru yang sudah sertifikasilebih baik daripada guru yang belum sertifikasi
tetapi hasil belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh sertifikasi tetapi dengan
mengikuti MGMP dan pengalaman mengajar juga berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa.
Dari hasil kesimpulan, peneliti mangajukan saran yaitu: 1) Kepada Kepala
Sekolah agar menyarankan kepada bawahannya untuk dapat mengikuti sertifikasi dan
mengadakan diskusi tentang manfaat sertifikasi bersama guru-guru di sekolah. 2)
Kepada guru SMK Negeri 4 Pekanbaru agar dapat mengikuti sertifikasi. Hal ini
akandapat membantu seorang guru dalam meningkatkan kinerja dalam proses
pembelajaran dan ini berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Bachtiar, 2011. Pelaksanaan kebijakan sertifikasi guru sertifikasi di Kota
Yogyakarta menunjukkan performa yang sangat baik. Dari segi proses pelaksanaan
berjalan dengan lancar dan bisa dikatakan sukses. Sejak 2006 sampai 2009 tingkat
partisipasi guru mengikuti sertifikasi sangat tinggi, tingkat kelulusan peserta sertifikasi
guru melalui jalur portofolio SDN di Kota Yogyakarta sejak 2006 sampai dengan 2009
rata-rata mencapai 98,65%. Sebuah capaian angka prosentase yang sangat tinggi
sehingga dari segi ouput kebijakan bisa dikatakan berhasil.
Dari segi dampak (impact), kebijakan sertifikasi guru khususnya guru Sekolah
Dasar Negeri di Kota Yogyakarta, terjadi perubahan peningkatan performa kinerja
profesionalitas guru tetapi belum signifikan. Sertifikasi belum memberikan dorongan
yang berarti terhadap perubahan profesionalisme para guru dalam proses belajar
mengajar. Yang terjadi pada fase awal ini adalah baru sebatas pada perubahan
kesejahteraan yang dalam hal ini adalah peningkatan pendapatan para guru lantaran
adanya tambahan 1 kali gaji pokok bagi guru yang sudah tersertifikasi.

22

Syamsul Bahri, 2011. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan:


1.

Kinerja guru SD di dataran Tinggimoncong Kabupaten Gowa Provinsi


Sulawesi Selatan termasuk dalam kategori baik (rerata = 100,93 dari
skor maksimum 124). Kemampuan mengajar guru dalam kategori
kurang (rerata = 86,11 dari skor maksimum 144); persepsi tentang
lingkungan kerja dalam kategori baik (rerata = 71,18 dari skor
maksimum 108); dan motivasi kerja dalam kategori sangat baik (rerata
= 78,05 dari skor maksimum 96).

2.

Terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan mengajar guru


terhadap kinerja guru SD di dataran Tinggimoncong Kabupaten Gowa.

3.

Terdapat pengaruh yang signifikan persepsi tentang lingkungan kerja


terhadap kinerja guru SD di dataran Tinggimoncong Kabupaten Gowa.

4.

Terdapat pengaruh yang signifikan motivasi kerja terhadap kinerja guru


SD di dataran Tinggimoncong Kabupaten Gowa.

5.

Terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan mengajar guru,


persepsi tentang lingkungan kerja, dan motivasi kerja secara bersamasama terhadap kinerja guru SD di dataran Tinggimoncong Kabupaten
Gowa.

Hasanah, 2010. Kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, work


performance atau job performance tetapi dalam bahasa Inggrisnya sering disingkat
menjadi performance saja. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja.
Kinerja atau prestasi kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan
yang didasari oleh pengetahuan, sikap, ketrampilan dan motivasi dalam menghasilkan
sesuatu. Kinerja selalu mendapat mendapat erhatian dalam manajemen karena sangat
berkaitan dengan produktivitas lembaga atau organisasi. performance = Ability x
motivation. Dan factor-faktor utama yang mempengaruhi kinerja adalah kemampuan
dan kemauan. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkann
atau kemampuan bekerja, dengan kata lain bahwa kinerja itu dapat diartikan sebagai
prestasi keja.
Ukuran kinerja secara umum yang kemudian diterjemahkan ke dalam penilaian
prilaku secara mendasar meliputi: (1) kualitas kerja; (2) kuantitas kerja; (3)
pengetahuan tentang pekerjaan; (4) pendapat atau pernyataan yang disampaikan; (5)
keputusan yang diambil; (6) perencanaan kerja; (7) daerah organisai kerja.

23

Kinerja dapat dimaknai sebagai kemampuan kerja yang dilihat dari tingkat
pencapaian atau penyelesaian tugas yang menjadi tanggung jawabnya, apakah sudah
sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan dari suatu bidang pekerjaan. Syarat-syarat
yang ditetapkan itu bisa berupa tujuan atau target/sasaran pekerjaan yang harus
diselesaikan. Guru merupakan faktor sentral di dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Berkaitan dengan itu, maka peran guru menjadi penentu dalam
ketercapaian pendidikan.
Ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggung-jawabnya menjalankan
amanah, profesi yang diembannya, rasa tanggung-jawab moral dipundaknya. Semua
itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas
keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan
dibarengi pula dengan rasa tanggungjawabnya mempersiapkan segala perlengkapan
pengajaran sebelum melaksanaka proses pembelajaran. Selain itu, guru juga seudah
mempertimbangkan akan metodologi yang akan digunakan, termasuk alat media
pendidikan yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di dalam
pelaksanaan evaluasi.
Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan
diukur berdasarkan spsesifikasi/criteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap
guru. Berkaiatan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan
guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan seorang
guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menilai
hasil belajar. Penilaian terhadap kinerja guru harus dilaksanakan untuk mengetahui
kinerja yang telah dicapai oleh guru. Penilaian ini penting bagi setiap guru dan
berguna bagi sekolah dalam menetapkan kegiatannya. Dengan penilaian berarti guru
mendapat perhatian dari atasannya, sehingga dapat mendorong mereka untuk
bersemangat bekerja.
Perbedaan penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini dengan penelitian
sebelumnya adalah lebih menekankan pada kajian yang terkait dengan kinerja guru
SD Negeri Di Wilayah 4, Kelurahan Grogol Selatan, Kecamatan Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan. Tujuannya adalah untuk menganalisis hubungan, mengidentifikasi
korelasi dan untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan mempengaruhi kinerja
guru.

24

2.4.

KERANGKA PIKIR PENELITIAN

Sejalan dengan latar belakang, identifikasi masalah, landasan teori dan kajian
penelitian sebelumnya, maka kerangka pikir dalam penelitian ini dilukiskan sebagai
berikut.

Sertifikasi

Profesionalisme

Kinerja Guru

Pengalaman
Mengajar

Gambar 2. Kerangka pikir penelitian


2.5.

HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan pada ulasan diatas, maka hipotesis alternatif penelitian yang diajukan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
H01 :

Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Sertifikasi dengan


Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di wilayah 4, Kelurahan Grogol Selatan,
Kecamatan Kebayoran lama, Jakarta Selatan.

Ha1 :

Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Sertifikasi dengan Kinerja


Guru Sekolah Dasar Negeri

di wilayah 4, Kelurahan Grogol Selatan,

Kecamatan Kebayoran lama, Jakarta Selatan.


H02 :

Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Profesionalisme dengan


Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di wilayah 4, Kelurahan Grogol Selatan,
Kecamatan Kebayoran lama, Jakarta Selatan.

Ha2 :

Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Profesionalisme dengan


Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di wilayah 4, Kelurahan Grogol Selatan,
Kecamatan Kebayoran lama, Jakarta Selatan.

25

H03 :

Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Pengalaman Mengajar


dengan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di wilayah 4, Kelurahan Grogol
Selatan, Kecamatan Kebayoran lama, Jakarta Selatan.

Ha3 :

Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Pengalaman Mengajar


dengan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di wilayah 4, Kelurahan Grogol
Selatan, Kecamatan Kebayoran lama, Jakarta Selatan.

H04 :

Diduga

tidak

terdapat

pengaruh

yang

signifikan

antara

Sertifikasi,

Profesionalisme dan Pengalam Mengajar dengan Kinerja Guru Sekolah Dasar


Negeri di wilayah 4, Kelurahan Grogol Selatan, Kecamatan Kebayoran lama,
Jakarta Selatan.
Ha4 :

Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Sertifikasi, Profesionalisme


dan Pengalam Mengajar dengan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri

di

wilayah 4, Kelurahan Grogol Selatan, Kecamatan Kebayoran lama, Jakarta


Selatan.

Anda mungkin juga menyukai