Kerjasama Internasional PBAK
Kerjasama Internasional PBAK
Disusun oleh: 2B
Anisa Astuti
Ghea Asmarandhana
Dinna Lestari
Habibah Apriliani
N Wini Apriliyani
Erni Suharni
Faturrachman Pangestu S
Yeni Nuraeni
Tingkat II B
Kata Pengantar
Puji dan syukur kita panjatkan ke khadirat Allah SWT atas berkah dan rahmatnya
saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dalam makalah ini
kami Membahas Mengenai Kerjasama Internasional Dalam Pemberantasan
Korupsi
Tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian mata kuliah ini terutama untuk Dosen Mata
Kuliah Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi yaitu Drs. Asep Taryana, Mkes
sebagai dosen pembimbing yang telah memberi petunjuk serta saran, sebab jika
tidak ada bimbingan dari beliau penyusun tidak dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.
Penyusun berharap semoga penyusunan makalah ini dapat menjadi manfaat
untuk kita semua. Sebelumnya penyusun memohon maaf jika dari penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena
penyusun juga masih dalam tahap pembelajaran. Semoga yang membaca dan
dosen yang bersangkutan dapat memaklumi serta memberikan kritik dan saran
agar penyusun dapat memperbaiki pada tugas yang akan datang.
Bandung, Oktober 2014
Penyusun
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korupsi telah menjadi musuh semua Negara sehingga menarik perhatian
PBB untuk mengadakan bahan sendiri untuk mengatasi kasus-kasus korupsi
yang membelit banyak Negara. Setelah diratifikasinya Konvensi PBB
Melawan Anti Korupsi ( UN Convention Againts Corruption) oleh 94 negara
pada Desember 2003 maka kejahatan korupsi dapat dilaporkan ke United
Nations Ofiifce on Drugs and Crime (UNODC) badan PBB yang menangani
tindak criminal, termasuk kejahatan korupsi yang berkantor di Vienna.
Konvensi ini merupakan terobosan karena Negara yang meratifikasi
bersepakat untuk mengembalikan asset-aset yang dikorup, saling membantu,
membekukan rekening bank, melucuti property, dan mengekstradisi tersangka
pelaku.
Di Indonesia, korupsi telah merajalela dan banyak diantaranya para
koruptor yang melarikan diri dari Negara Kesatuan RI ini dengan sederet
kasus. Untuk menangkap para koruptor yang melarikan diri ke luar negeri
tersebut diperlukan kerjasama antar Negara atau kerjasama Internasional agar
mempermudah penangkapan para koruptor kembali kedalam negeri.
Pembentukan konvensi yang dibentuk oleh PBB merupakan langkah yang
baik dimana 94 Negara telah meratifikasinya. Mengingat masalah Korupsi di
UNCAC (United Nations Convention Against Coruption) Tahun 2003 telah
dirumuskan ke dalam bentuk-bentuk Tindak Pidana Korupsi. Salah satu
bentuk perubahan yang dilakukan untuk mengharmonisasikannya, adalah
dengan adanya amandemen terhadap UU Korupsi Nomor 39 Tahun 1999 yang
telah dirobah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Korupsi, dengan Rancangan Undang-Undang tersebut, yang
saat ini sudah sampai tahap pembahasan. Salah satu aturan yang diangkat
adalah tentang Korupsi bukan hanya terjadi oleh Pegawai Negeri saja, tapi
juga dilakukan oleh swasta, serta masalah kriminalisasi Gratifikasi.
Harmonisasi peraturan tersebut diperlukan agar penegakan hukum tindak
pidana korupsi bisa berjalan sempurna, yaitu dalam hal diperlukan upaya
ekstradisi, bantuan timbal balik, perampasan aset dan segala jenis kerja sama
internasional. Dengan mengacu kepada UNCAC maka negara lain akan
mudah mengerti tentang tindak pidana korupsi yang terjadi di dua negara
tersebut. Dengan acuan yang sama maka kerja sama internasional akan mudah
dilaksanakan, karena sesuai dengan perintah konvensi tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kerjasama Internasional
dalam
pemberantasan korupsi?
2. Apa manfaat dari kerjasama Internasional dalam pemberantasan
korupsi?
3. Apa saja tindakan yang dilakukan dalam kerjama Internasional untuk
pemberantasan korupsi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kerjasama Internasional dalam
pemberantasan korupsi
2. Mengetahui manfaat kerjasama Internasional dalam pemberantasan
korupsi
3. Mengetahui tindakan apa saja yang dilakukan dalam kerjasama
Internasional untuk pemberantasan korupsi
BAB II
ISI
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perkembangan peraturan tindak pidana korupsi di Indonesia sebagaimana
terdapat dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi 2003
(disingkat KAK 2003), secara global dan repersentatif KAK 2003 memuat
delapan Bab telah diratifikasi Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2006 yang memuat beberapa substansi menarik dari aspek filsufis,
yuridis, dan sosiologis.
Perspektif KAK 2003 dari apek filsufis, sosiologis dan yuridis
mendeskripsikan bahwa KAK 2003 memepergunakan beberapa pendekatan
dalam pemberantasan tindak pidana korupsi. Apabila diperbandingkan dengan
ketentuan hukum positif Indonesia, pendekatan dalam KAK 2003 ternyata lebih
lengkap, detail dan menggunakan pendekatan preventif, represif, dan restorative
terhadap strategi pemberantasan tindak pidana korupsi. Strategi tersebut
berorientasi kepada aspek pencegahan, penindakan, kerja sama internasional
khususnya dalam pengambilan asset-aset dan serta menetapkan kedudukan
swasta dan keikutsertaan peran masyarakat dalam pemberantasan korupsi.
Ketiga pendekatan ini beserta strategi pemberantasan korupsi haruslah
dilakukan secara seimbang dan bersama antara sistem pencegahan dan
penindakan dengan sistem pengembaian aset hasil korupsi melalui sistem kerja
sama internasional dengan berlandaskan resiprositas antar negara. Ketiga
pendekatan beserta keempat strategi tersebut saling berinteraksi dan berkorelasi
hingga jikalau terjadi ketimpangan dalam sistem pemberantasan korupsi akan
berdampak pada ketiga sistem lainnya.
3.2. Saran
Dengan adanya Konvensi PBB Anti Korupsi 2003 dapat membuat
peraturan tindak pidana korupsi di Indonesia dapat lebih baik lagi