PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah
Model pembelajaran pendidikan jasmani tidak harus terpusat pada guru tetap
pada siswa. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan anak, isi
dan urusan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan
menyenangkan, sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan
keterampilan olahraga, tetapi pada perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep
dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan jasmani yang efektif
perlu dipahami oleh mereka yang hendak mengajar pendidikan jasmani.
Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang
dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan
1.2
1.3
1.4
Rumusan Masalah
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
Tujuan Penulisan
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan umumnya
kepada pembaca agar mengetahui tentang pengelolaan air yang bersih serta peran
perguruan tinggi dan mahasiswa di dalamnya, khususnya kepada penulis sebagai
wahana menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengelolaan air bersih.
1.5
Metode Penulisan
Penulis menggunakan metode deskriftif dengan menggambarkan bagaimana
masalah yang ada dan bagaimana solusinya serta melalui pendekatan kualitatif.
Mencari data dan informasi dari berbagai sumber dan mengolahnya menjadi
pemikiran baru dari penulis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui
berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani,
pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak
Selain dari pada itu pendidikan jasmani dan olahraga begitu kaya akan
pengalaman emosional. Aneka macam emosi terlibat di dalamnya. Kegiatan
pendidikan jasmani dan olahraga yang berakar pada permainan, ketrampilan dan
ketangkasan memerlukan pengerahan energi untuk menghasilkan yang terbaik.
2.2
2.2.1 Mengembangkan
keterampilan
pengelolaan
diri
dalam
upaya
2.3
gerak,
atletik,
keterampilan
kasti,
lokomotor
rounders,
non-lokomotor,dan
kippers, sepak
bola,
bola
basket,bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri,
serta aktivitas lainnya.
2.3.2 Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen
kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya
2.3.3 Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa
alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya
2.3.4 Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam
aerobic serta aktivitas lainnya
2.3.5 Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan
bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya
2.3.6 Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan
lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung
2.3.7 Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap
sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman
yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat
yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek
kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke
dalam semua aspek.
2.4
orang sering lupa bersyukur manakala ia sedang sehat dan baru akan menyadari
betapa nikmatnya sehat setelah ia menjadi sakit.
orang merasa perlu melakukan Olahraga, walaupun ia juga tahu akan ungkapan
bahwa olahraga menyehatkan. Pada hakekatnya semua lembaga Pemerintah maupun
swasta, yang membina maupun yang menggunakan sumber daya manusia, yang
bergerak di bidang apapun, sadar maupun tidak, dalam setiap kegiatannya selalu
terkandung tujuan memelihara/ membina mutu sumber daya manusia.
Konsep Olahraga Kesehatan adalah: Padat gerak, bebas stress, singkat (cukup
10-30 menit tanpa henti), adekuat, massaal, mudah, murah, meriah dan fisiologis
(bermanfaat dan aman) ! Massaal : Ajang silaturahim, ajang pencerahan stress, ajang
komunikasi sosial ! Jadi
Jasmani, Rohani dan Sosial yaitu Sehat seutuhnya sesuai konsep Sehat WHO !
Adekuat artinya cukup, yaitu cukup dalam waktu (10-30 menit tanpa henti) dan cukup
dalam intensitasnya. Menurut Cooper (1994), intensitas Olahraga
Kesehatan yang cukup yaitu apabila denyut nadi latihan mencapai 65-80%
DNM sesuai umur (Denyut Nadi Maximal sesuai umur = 220-umur dalam 29 tahun).
Masalah intensitas yang adekuat ini harus menjadi perhatian terutama pada Olahraga
Kesehatan Sasaran3 (lihat Sasaran Olahraga Kesehatan).
Yang lebih berbahaya lagi, ialah bahwa olahraga berat dapat menjadi pemicu
terjadinya serangan jantung dan stroke yang mematikan di waktu melakukan olahraga
berat, khususnya pada usia madya ke atas. Oleh karena itu olahraga kesehatan harus
submaximal, kecuali pada waktu menjalani tes kebugaran jasmani.
Oleh karena itu senam aerobik pada umumnya yang tidak berpola tetap, adalah
lebih baik dalam hal rangsangannya terhadap proses berpikir yang akan meningkatkan
kecerdasan dan khususnya bagi para lansia akan mencegah atau menghambat
kepikunan.
Sasaran-3 (Aerobiks) ialah Senam Pagi Indonesia seri D (SPI-D). Satu seri SPI-D
memerlukan waktu 145, sehingga untuk memenuhi kriteria waktu yang adekuat
maka SPI-D harus dilakukan minimal 6x berturut-turut tanpa henti, yang akan
mencapai waktu 10.5 menit.
SPI-D ini
macam gerak dan tata- urutannya sudah berpola tetap sehingga lama-kelamaan
Peserta dapat menjadi hafal akan macam gerakan dan tata-urutannya. Bila Peserta
sudah hafal, maka rangsangan terhadap proses berpikir menjadi berkurang. Oleh
karena itu senam aerobik pada umumnya yang tidak berpola tetap, adalah lebih baik
dalam hal rangsangannya terhadap proses berpikir. Tetapi dalam 31 hal intensitas,
senam aerobik berpola tetap seperti SPI-D lebih baik oleh karena gerakan yang sudah
dapat dihafalkan dapat dilakukan dengan lebih intensif.
Karakter anak didik yang dimaksud tentunya tidak lepas dari karakter bangsa
Indonesia serta kepribadian utuh anak, selain harus dilakukan oleh setiap orangtua
dalam keluarga, juga dapat diupayakan melainkan pendidikan nilai di sekolah. Saran
yang bisa diangkat yaitu :
Seluruh suasana dan iklim di sekolah sendirii sebagai lingkungan sosial terdekat
yang setiap hari dihadapi, selain di keluarga dan masyarakat luas, perlu
mencerminkan penghargaan nyata terhadap nilai-nilai, kemanusiaan yang mau
diperkenalkan dan ditumbuhkembangkan penghayatannya dalam diri peserta
didik. Misalnya, kalau sekolah ingin menanamkan nilai keadilan kepada para
peserta didik, tetapi di lingkungan sekolah itu mereka terang-terangan
menyaksikan berbagai bentuk ketidakadilan, maka di sekolah itu tidak tercipta
iklim dan suasana yang mendukung keberhasilan pendidikan nilai.
Tindakan nyata dan penghayatan hidup dari para pendidik atau sikap keteladanan
mereka dalam menghayati nilai-nilai yang mereka ajarkan akan dapat secara
instingtif mengimbas dan efektif berpengaruh pada peserta didik. Sebagai contoh,
kalau guru sendiri memberi kesaksikan hidup sebagai pribadi yang selalu
berdisiplin, maka kalau ia mengajarkan sikap dan nilai disiplin pada peserta
didiknya, ia akan lebih disegani.
Semua pendidik di sekolah, terutama para guru pendidikan jasmani perlu jeli
melihat peluang-peluang yang ada, baik secara kurikuler maupun non/ekstra
kurikuler, untuk menyadarkan pentingnya sikap dan perilaku positif dalam hidup
bersama dengan orang lain, baik dalam keluarga, sekolah, maupun dalam
masyarakat. Misalnya sebelum pelajaran dimulai, guru menegaskan bila anak
tidak mengikuti pelajaran karena membolos, maka nilai pelajaran akan dikurangi.
Secara kurikuler pendidikan nilai yang membentuk sikap dan perilaku positif juga
bisa diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri, misalnya dengan pendidikan
budi pekerti. Akan tetapi penulis tidak menyarankan untuk di lakukan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Olahraga bersifat netral dan umum, tidak digunakan dalam pengertian
3.2
Saran
Kesehatan adalah hal yang paling utama dalam kehidupan kita harus bisa
mengatur pola hidup dengan olahraga teratur dan pola etika pendidikan jasmani yang
sehat