Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Disfungsi
ereksi
adalah
ketidakmampuan
untuk
mencapai
dan
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI EREKSI
BAB III
PATOFISIOLOGI
3.1 Psikogenik
Impotensi psikogenik merupakan penyebab disfungsi ereksi terbanyak,
kondisi psikologi mempengaruhi sekitar 90% impotensi pada pria1. Teori ini
meyadarkan kita bahwa disfungsi ereksi adalah gangguan kondisi fungsional atau
fisik.
Perilaku seksual dan ereksi pada penis dikontrol oleh bagian otak yaitu
hipotalamus,
sistem
limbik,
dan
korteks
serebri.
Dengan
stimulasi
3.2 Organik
3.2.1 Neurogenik
Diperkirakan 10 % sampai 19 % disfungsi ereksi disebabkan oleh gangguan
neurogenik. Prevalensi disfungsi ereksi cenderung lebih tinggi jika disebabkan
oleh gangguan iatrogenik. Ereksi adalah suatu proses neurovaskular, beberapa
BAB IV
DIAGNOSIS
4.1 Anamnesis
Setelah dilakukan anamanesis secara umum, terhadap penderita disampaikan
beberapa pertanyaan sederhana dan bersifat hati-hati mengenai masalah yang
berhubungan dengan fungsi seksual. Anamnesis mengenai cara terjadinya
disfungsi ereksi, libido dan ereksi pagi hari sangat penting ditanyakan untuk
membedakan apakah kelainan organik atau psikogenik1,3,5.
Rosen dkk telah dirancang suatu kusioner tentang indeks fungssi ereksi yang
terdiri dari 15 pertanyaan yang dikenal dengan International Index of Erectile
Function (IIEF)19. IIEF telah digunakan secara luas di seluruh dunia dengan
meneliti terjadinya disfungsi ereksi, dan penelitian membuktikan bahwa IIEF
begitu mudah digunakan dalam klinik. IIEF digunakan untuk menilai fungsi
seksual pada pria yang mencakup fungsi ereksi, orgasmus, hasrat seksual,
kepuasan dalam senggama dan kepuasan secara keseluruhan. IIEF mempunyai
BAB V
TATALAKSANA DISFUNGSI EREKSI
Dalam terapi disfungsi ereksi, yang menjadi sasaran terapi (bagian yang akan
diterapi) adalah ereksi penis. Berdasarkan sasaran yang diterapi, maka tujuan
terapi adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas ereksi penis yang nyaman saat
berhubungan seksual. Kualitas yang dimaksud adalah kemampuan untuk
mendapatkan dan menjaga ereksi. Sedangkan kuantitas yang dimaksud adalah
seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menjaga ereksi (waktu untuk tiaptiap orang berbeda untuk mencapai kepuasan orgasme, tidak ada waktu normal
dalam ereksi)1,5.
Sebelum memilih terapi yang tepat, perlu diketahui penyebab atau faktor
resiko pada pasien yang berperan dalam menyebabkan munculnya disfungsi
ereksi. hal ini terkait dengan beberapa penyebab disfungsi ereksi yang terkait.
Dengan demikian, jika diketahui penyebab disfungsi ereksi yang benar maka
dapat diberikan terapi yang tepat pula. Terapi untuk disfungsi ereksi dapat
dibedakan menjadi dua yaitu terapi tanpa obat (nonfarmakologis-pola hidup sehat
danmenggunakan alat ereksi seperti vakum ereksi) dan terapi menggunakan obat
(farmakologis)1,3.
Yang pertama kali harus dilakukan oleh pasien disfungsi ereksi harus
memperbaiki pola hidup menjadi sehat9. Beberapa cara dalam menerapkan pola
hidup sehat antara lain olah raga, menu makanan sehat, kurangi dan hindari rokok
atau alkohol, menjaga kadar kolesterol dalam tubuh, mengurangi berat badan
hingga normal), dan mengurangi stres. Jika dengan menerapkan pola hidup sehat,
pasien sudah mengalami peningkatan kepuasan ereksi maka pasien disfungsi
ereksi tidak perlu menggunakan obat. Disfungsi ereksi sangat berhubungan
dengan kondisi kesehatan kita seperti diabetes, penyakit kardiovaskuler,
sindroma metabolik9,16.
BAB VI
KESIMPULAN