Anda di halaman 1dari 26

PRESENTASI KASUS

SEORANG ANAK PEREMPUAN 9 BULAN DENGAN DIARE AKUT


DEHIDRASI RINGAN SEDANG DAN GIZI BAIK

Oleh :

Hanifah Astrid E.

G99131041 / G-16-2014

Nimas Ayu Suri P.

G99131057 / G-17-2014

Pembimbing :
M Lusia Susi H., dr. SpA, M.Sc

KEPANITERAAN KLINIK SMF / BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
BOYOLALI
2014

STATUS PASIEN

1.IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. N

Umur

: 9 bulan

Berat Badan

: 8 kg

Panjang Badan

: 72 cm

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Tulung Klaten

Tanggal masuk

: 22 September 2014

Tanggal Pemeriksaan : 23 September 2014


RM

: 14447659

2.ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dengan cara alloanamnesis terhadap ibu pasien
A. Keluhan Utama
Diare
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan BAB cair 1 hari SMRS. BAB sebanyak
kurang lebih 5 kali per hari dengan konsistensi cair lebih banyak dari ampas.
Warna BAB kuning kecoklatan tanpa lendir dan darah. Sebelum dibawa ke
rumah sakit pasien tampak rewel dan cengeng. Pasien juga banyak minum
karena sering merasakan haus.
Selain itu pasien juga mual dan muntah sebanyak kurang lebih 10 kali
per hari. Muntah berisi minuman dan makanan yang dimakan. Sebelumnya
pasien mengkonsumsi ASI, susu formula, dan makanan keluarga sehari-hari.
BAK sebanyak 3-6 kali per hari warna kuning, dengan jumlah tiap
kencing kurang lebih gelas belimbing. Makan minum lahap. Demam (-).

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat mondok di RS

: disangkal

Riwayat diare

: disangkal

Riwayat kejang

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat diare

: disangkal

Riwayat kejang

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

E. Riwayat Nutrisi Anak


1. Usia 0-6 bulan: diberikan ASI tiap kali bayi menangis atau minta
minum, sehari biasanya lebih dari 8 kali, selama kurang lebih 10 mnit,
setelah manyusu bayi tertidur.
2. Pisang dan bubur susu mulai diberikan saat usia 6 bulan 2-3 kali sehari
satu mangkok kecil dengan diselingi ASI dan atau susu formula jika
bayi lapar.
3. Nasi tim dengan sayur dan lauk pauk (tau, tempe, daging ayam, daging
sapi telur, hati ayam, ikan laut) mulai diberikan saat usia 9 bulan, 3 kali
sehari, banyaknya kurang lebih 1 mangkok kecil, susu formula tetap
diberikan.
F. Riwayat Pemeriksaan Kehamilan dan Prenatal
Ibu pasien hamil pada usia 26 tahun. Pemeriksaan kehamilan dilakukan di
bidan. Frekuensi pemeriksaan pada trimester I-II 1x/bulan, trimester III 2 kali
tiap minggu. Sakit selama kehamilan (-). Ibu pasien tidak pernah minum jamu
selama hamil, obat-obatan yang diminum adalah vitamin dan tablet penambah
darah.
G. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir di bidan desa setempat. Pasien lahir 5 hari setelah hari perkiraan
lahir, partus normal, spontan, durasi persalinan singkat, berat waktu lahir 3300

gram, panjang badan 49 cm, pasien menangis kuat setelah lahir. Pasien tidak
sesak dan biru.

H. Riwayat Pemeriksaan Postnatal


Pemeriksaan bayi setelah lahir dilakukan di Posyandu setempat.

I. Riwayat Imunisasi
BCG

: 1 bulan

Hepatitis B

: 0,2,3,4 bulan

DPT

: 2,3,4 bulan

Polio

: 1,2,3,4 bulan

Campak

: 9 bulan

Imunisasi dasar sesuai KMS sudah lengkap.


J. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pasien senyum mulai usian 1 bulan
Tertawa mulai usia 2 bulan
Mengangkat kepala 90 mulai 3 bulan
Tengkurap dan berbalik sendiri mulai usia 6 bulan
K. Pohon Keluarga
I

II

III

29 tahun

26 tahun
An. N / 9 bulan

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum

: tampak sakit sedang, lemah

Derajat Kesadaran

: compos mentis, GCS E4V5M6

Status gizi

: kesan gizi baik

2. Vital sign
Suhu : 36.1 oC per aksiler
HR

: 94 x/menit

RR

: 32 x/menit

SiO2

: 99%

Status gizi :
BB/U = 8/8.2 x 100 % = 97.5 %

(-2 SD < Z score < 0 SD)

PB/U = 72/70 x 100 % = 102 %

(0 SD < Z score < 2 SD)

BB/PB = 8/8.5 x 100 % = 94%

(-2 SD < Z score < 0 SD)

Status gizi baik menurut antropometri


3. Kepala : bentuk normal, LK = 45 cm (nellhouse = 0 SD, normocephal), UUB
cekung
4. Mata

: conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor 2 mm/ 2


mm, reflek cahaya (+/+), air mata (+), kelopak mata cekung (+)

5. Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)


6. Mulut

: mukosa basah (+), sianosis (-)

7. Telinga : sekret (-/-)


8. Tenggorokan : tonsil T1T1 hiperemis (-) faring hiperemis (-)
9. Leher

: kelenjar getah bening tidak membesar.

10. Thorax : bentuk normochest, retraksi (-/-) intercostal, gerakan simetris kanan
kiri
Cor: Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi

: Batas jantung kesan tidak membesar

Kiri atas

: SIC II LPSS

Kiri bawah

: SIC IV LMCS

Kanan atas

: SIC II LPSD

Kanan bawah : SIC IV LPSD


Auskultasi

: Bunyi Jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

Pulmo: anterior : Inspeksi

: Pengembangan dada kanan sama dengan kiri

Palpasi

: Fremitus raba sulit dievaluasi

Perkusi

: Sonor / Sonor di semua lapang paru

Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), ronki basah kasar (/-), ronki basah halus (-/-), wheezing (-/-)
Posterior : Inspeksi : Pengembangan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi

: Fremitus raba sde

Perkusi

: Sonor / Sonor di semua lapang paru

Auskultasi: Suara dasar vesikuler (+/+), ronki basah kasar (/-), ronki basah halus (-/-), wheezing (-/-)
11. Abdomen :

Inspeksi

: dinding dada sejajar dinding perut

Auskultasi : bising usus (+) normal


Perkusi

: tympani

Palpasi

: supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-),


turgor kembali < 2 detik

12. Ekstremitas:
akral dingin
-

oedem
-

CRT <2 detik

ADP teraba kuat

Status Neurologis
Reflek Fisiologis
Reflek Biceps

: +/+

Reflek Triceps

: +/+

Reflek Patella

: +/+

Reflek Achilles : +/+

Motorik
5555
5555

Sensorik
sde

5555
5555

Reflek Patologis
Reflek Babinsky : -/-

Meningeal Sign

Reflek Chaddock : -/-

Kaku kuduk

Reflek Oppenheim: -/-

Brudzinsky I : -/-

Reflek Gordon

Brudzinsky II : -/-

: -/-

Reflek Schuffer : -/-

Kernig

: -/-

: -/-

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium darah 23 September 2014
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
LED
INDEX ERITROSIT
MCV
MCH
MCHC
HITUNG JENIS
Eosinofil
Basofil
Netrofil batang
Netrofil segmen
Limfosit
Monosit

HASIL

SATUAN RUJUKAN

12.3
39.2
7.6
260
4.71
25

g/dl
%
ribu/ul
juta/ul
ribu/ul
mm/jam

11.5 15.5
35 45
4.4-11.3
150 450
4 5.20
<=15

83.2
26.1
31.4

fl
pg
g/dl

77.0 95.0
25.0 33.0
31.0 37.0

0
0
0
50.2
37.3
12.5

%
%
%
%
%
%

1.0 3.0
0.0 1.0
0.0 6.0
50.0-70.0
20.0 40.0
2.0 8.0

V. RESUME
Pasien datang dengan keluhan BAB cair 1 hari SMRS. BAB sebanyak
kurang lebih 5 kali per hari dengan konsistensi cair lebih banyak dari ampas.
Warna BAB kuning kecoklatan tanpa lendir dan darah. Sebelum dibawa ke

rumah sakit pasien tampak rewel dan cengeng. Pasien juga banyak minum
karena sering merasakan haus.
Selain itu pasien juga mual dan muntah sebanyak kurang lebih 10 kali
per hari. Muntah berisi minuman dan makanan yang dimakan. Sebelumnya
pasien mengkonsumsi ASI, susu formula, dan makanan keluarga sehari-hari.
BAK sebanyak 3-6 kali per hari warna kuning, dengan jumlah tiap
kencing kurang lebih gelas belimbing. Makan minum lahap. Demam (-).
Pada pemeriksaan vital sign didapatkan suhu 36.1 oC per aksiler, Hr 94
x/menit, Rr 32 x/menit, dan SiO2 99%. Keadaan umum tampak sakit sedang,
compos mentis dan gizi baik. Pada pemeriksaan kepala tampak UUB cekung
dan mata cekung (+).
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan LED 25 mm/jam, netrofil
segmen 50.2 %, monosit segmen 12.5 %.

VI. DAFTAR MASALAH


1. BAB cair 1 hari SMRS, 5x per hari, warna kuning kecoklatan, lendir (-), darah
(-)
2. KU tampak sakit sedang, rewel, cengeng, dan sering merasa haus.
3. Mual dan muntah (+), + 10 kali sehari, berisi makanan yang dimakan.
4. Kepala: UUB cekung
5. Mata: Mata cekung (+)
6. LED 25 mm/jam, netrofil segmen 50.2 %, monosit segmen 12.5 %.

VII. DIAGNOSA BANDING


1. Diare akut dehidrasi ringan sedang ec viral dd bacterial
2. Obs vomitus
3. Gizi baik

VIII. DIAGNOSA KERJA

1. Diare akut dehidrasi ringan sedang ec viral dd bacterial


2. Obs vomitus
3. Gizi baik
IX. PENATALAKSANAAN
Terapi
Mondok bangsal anak
Rehodrasi RL 200 ml/kgBB/hari~1 ml/menit~16 tpm makro~60 tpm mikro
Zinc 1 x 20 mg po selama 14 haari
L bio 1 x 1 sachet
Oralit 80cc/diare dan 40 cc/muntah
Inj ondancentron 0.1 mg/kgBB/8 jam ~ 0.8 mg/8 jam
Edukasi keluarga

Monitoring
KU/VS/SH per 4 jam
BCD per 8 jam

Planning
Feses rutin
Cek Elektrolit

Edukasi

ASI tetap diberikan.

Jaga kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum menyiapkan makanan.

Jaga kebersihan lingkungan.

Makanan tetap dilanjutkan.

Memasak makanan dan penyedian air minum yang bersih.

Apabila didapatkan, demam, tinja berarah, makan minum sedikit, sangat haus,
diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari orang tua diharap
membawa kembali anaknya ke pusat pelayanan kesehatan.

IX. PROGNOSIS
Ad vitam

: bonam

Ad sanam

: bonam

Ad fungsionam

: bonam

X. MONITORING
Dibawah ini adalah monitoring pasien:
Tanggal

22 September

BAB cair (+) 5x per BAB cair (+) 3x per BAB cair (+) 8x per
hari,

warna

23 September

kuning hari,

24 September

warna

kuning hari,

warna

kuning

kecoklatan, lendir (-), kecoklatan, lendir (-), kecoklatan, lendir (-),


darah (-), mual dan darah (-), mual dan darah (-), mual dan
muntah (+) + 10 kali, muntah

(+)

kali, muntah

(+)

kali,

demam (-), haus (+), demam (-), haus (+), demam (-), haus (+),
BAK (+)
O

CM,

BAK (+)

sakit

BAK (+)

sedang, CM, sakit sedang

CM, sakit sedang

rewel, gelisah
N : 94x/ RR : 32x/, S N : 98x/ RR : 36x/, S N : 92x/ RR : 38x/, S
: 36,10C, SiO2 : 99%
Kepala

normocephal,
cekung
Mata:
anemis

: 37,20C, SiO2 : 98%

normal, Kepala

normal, Kepala

UUB normocephal,
tidak cekung

conjunctiva Mata:
(-/-)

sclera anemis

: 37,00C, SiO2 : 98%


normal,

UUB normocephal,

UUB

tidak cekung

conjunctiva Mata:
(-/-)

sclera anemis

conjunctiva
(-/-)

sclera

ikterik

(-/-),

mata ikterik

(-/-),

mata ikterik

(-/-),

mata

cekung (+)

cekung (-)

cekung (-)

Hidung: NCH (-/-)

Hidung: NCH (-/-)

Hidung: NCH (-/-)

Mulut: MB (+), tonsil Mulut: MB (+), tonsil Mulut: MB (+), tonsil


faring hiperemis (-)

faring hiperemis (-)

faring hiperemis (-)

Cor : batas jantung Cor : batas jantung Cor : batas jantung


tidak melebar, BJ I-II tidak melebar, BJ I-II tidak melebar, BJ I-II
reguler

reguler

reguler

Pulmo ant : SDV (-/-) Pulmo ant : SDV (-/-) Pulmo ant : SDV (-/-)
RBH (-/-) RBK (-/-)

RBH (-/-) RBK (-/-)

Pulmo post : SDV Pulmo

post

RBH (-/-) RBK (-/-)

SDV Pulmo

post

SDV

(+/+) RBH (-/-) RBK (+/+) RBH (-/-) RBK (- (+/+) RBH (-/-) RBK ((-/-)

/-)

/-)

Abdomen : supel, BU Abdomen : supel, BU Abdomen : supel, BU


(+) normal, hepar lien (+) normal, hepar lien (+) normal, hepar lien
tidak

teraba,

turgor tidak

teraba,

turgor tidak

teraba,

kembali cepat

kembali cepat

kembali cepat

Urin output (+)

Urin output (+)

Urin output (+)

turgor

Ext. Atas & bawah Ext. Atas & bawah Ext. Atas & bawah
lembab

(-),

akral lembab (-), akral dingin lembab (-), akral dingin

dingin (-), edema (-), (-), edema (-), CRT < (-), edema (-), CRT <

Diagnosis

CRT < 2

ADP kuat

ADP kuat

ADP kuat

Diare akut dehidrasi

Diare akut dehidrasi

ringan sedang ec

ringan

viral dd bacterial

viral

Obs vomitus
Gizi baik

sedang
dd

ec

bacterial

Diare akut dehidrasi


ringan
viral

sedang
dd

(perbaikan)

(perbaikan)

Obs vomitus

Obs vomitus

Gizi baik

Gizi baik

ec

bacterial

Terapi

Mondok

bangsal

anak

bangsal

Mondok
anak

Rehidrasi RL 200
ml/kgBB/hari~1

Infus

Mondok

bangsal

anak
RL

100

Infus

RL

ml/kgBB/hari~8 tpm

ml/kgBB/hari~8 tpm

ml/menit~16

tpm

makro

makro

makro~60

tpm

Zinc 1 x 20 mg po

Zinc 1 x 20 mg po

selama 14 haari

selama 14 haari

mikro
Zinc 1 x 20 mg po

L bio 1 x 1 sachet

L bio 1 x 1 sachet

Oralit 80cc/diare dan

Oralit 80cc/diare dan

L bio 1 x 1 sachet

40 cc/muntah

40 cc/muntah

Oralit

Inj ondancentron 0.1

Inj ondancentron 0.1

mg/kgBB/8 jam ~

mg/kgBB/8 jam ~

0.8 mg/8 jam

0.8 mg/8 jam

selama 14 haari

80cc/diare

dan 40 cc/muntah
Inj

ondancentron

0.1 mg/kgBB/8 jam

Edukasi keluarga

Edukasi keluarga

KU/ VS/SH/ 4 jam

KU/ VS/TD/ 8 jam

KU/ VS/TD/8 jam

BC D/8jam

BC D/12jam

BC D/12 jam

~ 0.8 mg/8 jam


Edukasi keluarga
Monitoring

100

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.

DIARE

A. Definisi
Diare secara epidemiologik biasanya didefinisikan sebagai keluarnya tinja yang lunak
atau cair tiga kali atau lebih dalam satu hari. Secara klinik, dibedakan atas tiga macam
sindrom diare, yaitu:
1. Diare cair akut
Diare yang terjadi secara akut dan berlangsung kurang dari 14 hari (kebanyakan
kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering dan
tanpa darah. Mungkin disertai muntah dan panas. Diare cair akut menyebabkan
dehidrasi dan bila masukan makanan berkurang juga mengakibatkan kurang gizi.
Kematian terjadi karena dehidrasi. Penyebab terpenting diare cair akut pada anak-anak
adalah: rotavirus, Escherichia coli enterotoksigenik, Shigella, Campylobacter jejuni
dan Cryptosporidium, Vibrio cholerae, Salmonella.
2. Disentri
Adalah diare yang disertai darah dalam tinja. Penyebab utama disentri akut adalah
Shigella. Entamoeba histolytica dapat menyebabkan disentri yang serius pada dewasa
muda tapi jarang pada anak. Akibat penting disentri antara lain ialah anoreksia,
penurunan berat badan dengan cepat dan kerusakan mukosa usus karena bakteri
invasif.
3. Diare persisten
Adalah diare yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung lebih dari 14 hari.
Dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri. Kehilangan berat badan yang nyata
sering terjadi. Volume tinja dapat dalam jumlah yang banyak sehingga ada resiko
mengalami dehidrasi. Tidak ada penyebab mikroba tunggal untuk diare persisten.3
Diare akut menurut Cohen adalah keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang
berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung kurang 14 hari.4 Menurut Noerasid
diare akut ialah diare yang terjadi secara mendakak pada bayi dan anak yang

sebelumnya

sehat.5

Sedangkan

American

Academy

of

Pediatrics

(AAP)

mendefinisikan diare dengan karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau perubahan


konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam
atau sakit perut yang berlangsung selama 3 7 hari.6

B. Epidemiologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta
kasus kematian sebagai akibatnya.7 Diperkirakan angka kejadian di negara
berkembang berkisar 3,5 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama
kehidupan dan 2 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan.8
Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per
1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar
280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan
balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3
dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 2.9
Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara langsung
atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus
ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunya di Inggris dan 352 juta dollar
di Amerika Serikat.11

C. Klasifikasi
Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang dibagi lagi
atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal, anatomis, obatobatan dan lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri, parasit dan jamur, sedangkan
non infeksi karena alergi, radiasi.10

D. Etiologi
Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh
gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Etiologi
diare pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini, telah

lebih dari 80% penyebabnya diketahui. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak
kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan
bayi.7
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 60%) sedangkan virus
lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus, Minirotavirus.
Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus
cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile,Clostridium perfringens, E coli,
Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, staphylococus aureus, vibrio cholerae dan
Yersinia enterocolitica. Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium
coli, Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia
lambdia, Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides
stercorlis, dan trichuris trichiura. 4,7,11,12
Sebuah studi tentang maslah diare akut yang terjadi karena infeksi pada anak di bawah
3 tahun di Cina, India, Meksiko, Myanmar, Burma dan Pakistan, hanya tiga agen
infektif yang secara konsisten atau secara pokok ditemukan meningkat pada anak
penderita diare. Agen ini adalah Rotavirus, Shigella sp dan E. Coli enterotoksigenik.
Rotavirus jelas merupakan penyebab diare akut yang paling sering diidentifikasi pada
anak dalam komunitas tropis dan iklim sedang.13 Diare dapat disebabkan oleh alergi
atau intoleransi makanan tertentu seperti susu, produk susu, makanan asing terdapat
individu tertentu yang pedas atau tidak sesuai kondisi usus dapat pula disebabkan oleh
keracunan makanan dan bahan-bahan kimia. Beberapa macam obat, terutama
antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika akan menekan flora normal
usus sehingga organisme yang tidak biasa atau yang kebal antibiotika akan
berkembang bebas.7,14
Di samping itu sifat farmakokinetik dari obat itu sendiri juga memegang peranan
penting. Diare juga berhubungan dengan penyakit lain misalnya malaria,
schistosomiasis, campak atau pada infeksi sistemik lainnya misalnya, pneumonia,
radang tenggorokan, dan otitis media.4,7

E. Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare
osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik terjadi
karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan difermentasi oleh
bahteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus meningkat yang akan menarik
cairan. Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi c AMP dan
cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit. Sedangkan diare karena
gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol otonomik,misal
pada diabetik neuropathi, post vagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.7
Prinsip mekanisme terjadinya diare cair, yaitu:
1. Diare sekretorik
Disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus. Hal ini terjadi bila
absorpsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung
terus atau meningkat. Hasil akhir adalah sekresi cairan yang mengakibatkan
kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair. Hal ini menyebabkan
terjadinya dehidrasi. Perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa
usus oleh toksin bakteri atau virus.
2. Diare osmotik
Mukosa usus adalah epitel berpori yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan cepat
untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan ekstraseluler.
Diare dapat terjadi apabila suatu bahan yg secara osmotik aktif dan sulit diserap. Jika
bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang larut didalamnya akan
lewat tanpa diabsorpsi sehingga terjadi diare.
3. Motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus menyerap
makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare
pula.1,3

F. Manifestasi kinis
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai
dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat diklasifikasikan
berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Dehidrasi ringan bila
penurunan berat badan kurang dari 5%,dehidrasi sedang bila penurunan berat badan
antara 5%-10% dan dhidrasi berat bila penurunan lebih dari 10%.7,15
Derajat Dehidrasi
Gejala

& Keadaan

Tanda

Umum

Tanpa
Dehidrasi

Baik, Sadar

Mata

Normal

Mulut/
Lidah

Basah

Dehidrasi
Gelisah Rewel Cekung

Ringan

Kering

Sedang
Dehidrasi
Berat

Letargik,

Sangat

Kesadaran

cekung dan

Menurun

kering

Estimasi
Rasa Haus

Kulit

BB % def.
cairan

Minum Normal,

Turgor baik < 5

50 %

Tampak

Turgor

50100

Kehausan

lambat

Tidak Haus

Sangat

Sulit, tidak bisa

kering

minum

5 10

Turgor
sangat

>10

>100 %

lambat

Sumber : Sandhu, 200116


Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu : dehidrasi
hiponatremia ( < 130 mEg/L ), dehidrasi iso-natrema (130m 150 mEg/L) dan
dehidrasi hipernatremia ( > 150 mEg/L ). Pada umunya dehidrasi yang terjadi adalah
tipe iso natremia (80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas cairan tubuh, sisanya 15
% adalah diare hipernatremia dan 5% adalah diare hiponatremia.
Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis metabolik
dengan anion gap yang normal ( 8-16 mEg/L), biasanya disertai hiperkloremia. Selain
penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH darah kenaikan pCO2. Hal
ini akan merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan kecepatan pernapasan
sebagai upaya meningkatkan eksresi CO2 melalui paru (pernapasan Kussmaul) Untuk
pemenuhan

kebutuhan

kalori

terjadi

pemecahan

protein

dan

lemak

yang

mengakibatkan meningkatnya produksi asam sehingga menyebabkan turunnya nafsu


makan bayi. Keadaan dehidrasi berat dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam
yang menurun dan akumulasi anion asam secara bersamaan menyebabkan berlanjutnya
keadaan asidosis.16
Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa, sehingga pada
keadaan asidosis metebolik dapat terjadi hipokalemia. Kehilangan kalium juga melalui
cairan tinja dan perpindahan K+ ke dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat pula
menimbulkan hipokalemia. Kelemahan otot merupakan manifestasi awal dari
hipokalemia, pertama kali pada otot anggota badan dan otot pernapasan. Dapat terjadi
arefleks, paralisis dan kematian karena kegagalan pernapasan. Disfungsi otot harus
menimbulkan ileus paralitik, dan dilatasi lambung. EKG mnunjukkan gelombang T
yang mendatar atau menurun dengan munculnya gelombang U. Pada ginjal
kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel tubulus dan
menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan gagal ginjal.7

G. Penatalaksanaan
Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi efektif
diare akut.6 Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan yang
hilang sebagai persentasi kehilangan total berat badan dibandingkan berat badan
sebelumnya sebagai baku emas.16
Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian secara
oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa
nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus dengan
pengeluaran air tinja yang banyak ( > 100 ml/kgBB/hari ) atau muntah hebat (severe
vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat
hebat (violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka
dapat dilakukan rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral
dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi15. Keuntungan upaya
terapi oral karena murah dan dapat diberikan dimana-mana. AAP merekomendasikan
cairan rehidrasi oral (ORS) untuk rehidrasi dengan kadar natrium berkisar antara 75-90

mEq/L dan untuk pencegahan dan pemeliharaan dengan natrium antara 40-60mEq/L.
Anak yang diare dan tidak lagi dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian
makanannya sesuai umur.6
Dehidrasi Ringan Sedang
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian oral
sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan secara intravena
sebanyak : 75 ml/kg bb/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak
dapat minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada
bayi dan 1-2 jam pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah
dapat diberikan sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah.17
Secara ringkas kelompok Ahli gastroenterologi dunia memberikan 9 pilar yang perlu
diperhatikan dalam penatalaksanaan diare akut dehidrasi ringan sedang pada anak,
yaitu12 :
1. Menggunakan CRO ( Cairan rehidrasi oral )
2. Cairan hipotonik
3. Rehidrasi oral cepat 3 4 jam
4. Realiminasi cepat dengan makanan normal
5. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus
6. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan
7. ASI diteruskan
8. Suplemen dnegan CRO ( CRO rumatan )
9. Anti diare tidak diperlukan

Dehidrasi Berat
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan anak
dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh ( somnolen-koma, pernafasan
Kussmaul, gangguan dinamik sirkulasi ) memerlukan pemberian cairan elektrolit
parenteral. Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan sebagai
berikut 12,15,17 :

Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam


Usia >12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2-2 jam
Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi kebutuhan penderita
akan kalori, namun hal ini tidaklah menjadi masalah besar karena hanya menyangkut
waktu yang pendek. Apabila penderita telah kembali diberikan diet sebagaimana
biasanya . Segala kekurangan tubuh akan karbohidrat, lemak dan protein akan segera
dapat dipenuhi. Itulah sebabnya mengapa pada pemberian terapi cairan diusahakan
agar penderita bila memungkinkan cepat mendapatkan makanan / minuman sebagai
biasanya bahkan pada dehidrasi ringan sedang yang tidak memerlukan terapi cairan
parenteral makan dan minum tetap dapat dilanjutkan.16

Pemilihan jenis cairan


Cairan Parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan atau tanpa syok,
sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya, serta memperbaiki
renjatan hipovolemiknya. Cairan Ringer Laktat (RL) adalah cairan yang banyak
diperdagangkan dan mengandung konsentrasi natrium yang tepat serta cukup laktat
yang akan dimetabolisme menjadi bikarbonat. Namun demikian kosentrasi kaliumnya
rendah dan tidak mengandung glukosa untuk mencegah hipoglikemia. Cairan NaCL
dengan atau tanpa dekstrosa dapat dipakai, tetapi tidak mengandung elektrolit yang
dibutuhkan dalam jumlah yang cukup. Jenis cairan parenteral yang saat ini beredar dan
dapat memenuhi kebutuhan sebagai cairan pengganti diare dengan dehidrasi adalah
Ka-EN 3B.16 Sejumlah cairan rehidrasi oral dengan osmolaliti 210 268 mmol/1
dengan Na berkisar 50 75 mEg/L, memperlihatkan efikasi pada diare anak dengan
kolera atau tanpa kolera.16

Komposisi cairan Parenteral dan Oral :


Osmolalitas

Glukosa(g/L) Na+(mEq/L) CI-(mEq/L)

K+(mEq/L) Basa(mEq/L)

308

154

154

428

50

77

77

253

50

38,5

38,5

Riger Laktat

273

130

109

Laktat 28

Ka-En 3B

290

27

50

50

20

Laktat 20

Ka-En 3B

264

38

30

28

Laktat 10

311

111

90

80

20

Citrat 10

245

70

75

65

20

Citrat 10

213

60

60

70

20

Citrat 3

(mOsm/L)
NaCl 0,9 %
NaCl

0,45

%+D5
NaCl
0,225%+D5

Standard WHOORS
Reduced
osmalarity
WHO-ORS
EPSGAN
recommendation

Komposisi elektrolit pada diare akut :


Komposisi

Kolera

Dewasa
Diare Kolera Balita
Diare Non Kolera
Balita

elektrolit

mmol/L

Macam

Diare

rata-rata

Na

Cl

HCO3

140

13

104

44

101

27

92

32

56

26

55

14

Sumber : Ditjen PPM dan PLP, 1999 16

Mengobati kausa Diare


Tidak ada bukti klinis dari anti diare dan anti motilitis dari beberapa uji klinis. 18 Obat
anti diare hanya simtomatis bukan spesifik untuk mengobati kausa, tidak memperbaiki
kehilangan air dan elektrolit serta menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.
Antibiotik yang tidak diserap usus seperti streptomisin, neomisin, hidroksikuinolon
dan sulfonamid dapat memperberat yang resisten dan menyebabkan malabsorpsi.
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh
karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting).12
Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera
shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus).
Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh
karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi
yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan
gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis15. Anti motilitis
seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi sehingga
terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.12
Beberapa antimikroba yang sering menjadi etiologi diare pada anak15,14
Kolera :

Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari)


Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)

Shigella :
Trimetroprim 5-10mg/kg/hari
Sulfametoksasol 25mg/kg/hari Diabgi 2 dosis (5 hari)
Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 (5 hari)

Amebiasis :
Metronidasol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari)
Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg) (im) s/d 5
hari tergantung reaksi (untuk semua umur)

Giardiasis :
Metronidasol 15mg.kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari )

Antisekretorik - Antidiare
Salazerlindo E dkk22 dari Department of Pedittrics, Hospital Nacional Cayetano
Heredia, Lima,Peru, melaporkan bahwa pemakaian Racecadotril (acetorphan) yang
merupakan enkephalinace inhibitor dengan efek anti sekretorik serta anti diare ternyata
cukup efektif dan aman bila diberikan pada anak dengan diare akut oleh karena tidak
mengganggu motilitas usus sehingga penderita tidak kembung .Bila diberikan
bersamaan dengan cairan rehidrasi oral akan memberikan hasil yang lebih baik bila
dibandingkan dengan hanya memberikan cairan rehidrasi oral saja .Hasil yang sama
juga didapatkan oleh Cojocaru dkk dan cejard dkk.untuk pemakaian yang lebih luas
masih memerlukan penelitian lebih lanjut yang bersifat multi senter dan melibatkan
sampel yang lebih besar.13

Probiotik
Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada
host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran
cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik
melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri
probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan pengobatn diare baik yang
disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, speudomembran colitis
maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional
rasional (antibiotik asociatek diarrhea ) dan travellers,s diarrhea. 14,15
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare akut
pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman dan efektif
dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira
2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian
sebanyak 1 2 kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare
adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba
terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada
anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus dan
imunno modulasi.14,16

Mikronutrien
Dasar pemikiran pengunaan mikronutrien dalam pengobatan diare akut didasarkan
kepada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna
dan terhadap proses perbaikan epitel seluran cerna selama diare. Seng telah dikenali
berperan di dalam metallo enzymes, polyribosomes , selaput sel, dan fungsi sel, juga
berperan penting di dalam pertumbuhan sel dan fungsi kekebalan .9
Sazawal S dkk melaporkan pada bayi dan anak lebih kecil dengan diare akut,
suplementasi seng secara klinis penting dalam menurunkan lama dan beratnya diare.
Pengobatan diare akut dengan vitamin A tidak memperlihatkan perbaikan baik
terhadap lamanya diare maupun frekuensi diare.13

Bhandari dkk mendapatkan pemberian vitamin A 60 mg dibanding dengan plasebo


selama diare akut dapat menurunkan beratnya episode dan risiko menjadi diare
persisten pada anak yang tidak mendapatkan ASI tapi tidak demikian pada yang
mendapat ASI.13

Mencegah / Menanggulangi Gangguan Gizi


Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare, terutama
pada anak dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan jangan dihentikan lebih
dari 24 jam, karena pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi yang cukup.Bila
tidak makalah ini akan merupakan faktor yang memudahkan terjadinya diare kronik9
Pemberian kembali makanan atau minuman (refeeding) secara cepat sangatlah penting
bagi anak dengan gizi kurang yang mengalami diare akut dan hal ini akan mencegah
berkurangnya berat badan lebih lanjut dan mempercepat kesembuhan. Air susu ibu dan
susu formula serta makanan pada umumnya harus dilanjutkan pemberiannya selama
diare penelitian yang dilakukan oleh Lama more RA dkk menunjukkan bahwa
suplemen nukleotida pada susu formula secara signifikan mengurangi lama dan
beratnya diare pada anak oleh karena nucleotide adalah bahan yang sangat diperlukan
untuk replikasi sel termasuk sel epitel usus dan sel imunokompeten. Pada anak lebih
besar makanan yang direkomendasikan meliputi tajin (beras, kentang, mi, dan pisang)
dan gandum (beras, gandum, dan cereal). Makanan yang harus dihindarkan adalah
makanan dengan kandungan tinggi, gula sederhana yang dapat memperburuk diare
seperti minuman kaleng dan sari buah apel. Juga makanan tinggi lemak yang sulit
ditoleransi karena karena menyebabkan lambatnya pengosongan lambung.11
Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa diberikan pada penderita yang
menunjukkan gejala klinik dan laboratorium intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa
berspektrum dari yang ringan sampai yang berat dan kebanyakan adalah tipe yang
ringan sehingga cukup memberikan formula susu biasanya diminum dengan
pengenceran oleh karena intoleransi laktosa ringan bersifat sementara dan dalam
waktu 2 3 hari akan sembuh terutama pada anak gizi yang baik. Namun bila terdapat
intoleransi laktosa yang berat dan berkepanjangan tetap diperlukan susu formula bebas

laktosa untuk waktu yang lebih lama. Untuk intoleransi laktosa ringan dan sedang
sebaiknya diberikan formula susu rendah laktosa. Sabagaimana halnya intoleransi
laktosa, maka intoleransi lemak pada diare akut sifatnya sementara dan biasanya tidak
terlalu berat sehingga tidak memerlukan formula khusus.Pada situasi yang
memerlukan banyak energi seperti pada fase penyembuhan diare, diet rendah lemak
justru dapat memperburuk keadaan malnutrisi dan dapat menimbulkan diare kronik.12

Menanggulangi Penyakit Penyerta


Anak yang menderita diare mungkin juga disertai dengan penyakit lain. Sehingga
dalam menangani diarenya juga perlu diperhatikan penyakit penyerta yang ada.
Beberapa penyakit penyerta yang sering terjadi bersamaan dengan diare antara lain:
infeksi saluran nafas, infeksi susunan saraf pusat, infeksi saluran kemih, infeksi
sistemik lain (sepsis,campak ), kurang gizi, penyakit jantung dan penyakit ginjal.13

Anda mungkin juga menyukai