Oleh :
Hanifah Astrid E.
G99131041 / G-16-2014
G99131057 / G-17-2014
Pembimbing :
M Lusia Susi H., dr. SpA, M.Sc
STATUS PASIEN
1.IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. N
Umur
: 9 bulan
Berat Badan
: 8 kg
Panjang Badan
: 72 cm
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Tulung Klaten
Tanggal masuk
: 22 September 2014
: 14447659
2.ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dengan cara alloanamnesis terhadap ibu pasien
A. Keluhan Utama
Diare
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan BAB cair 1 hari SMRS. BAB sebanyak
kurang lebih 5 kali per hari dengan konsistensi cair lebih banyak dari ampas.
Warna BAB kuning kecoklatan tanpa lendir dan darah. Sebelum dibawa ke
rumah sakit pasien tampak rewel dan cengeng. Pasien juga banyak minum
karena sering merasakan haus.
Selain itu pasien juga mual dan muntah sebanyak kurang lebih 10 kali
per hari. Muntah berisi minuman dan makanan yang dimakan. Sebelumnya
pasien mengkonsumsi ASI, susu formula, dan makanan keluarga sehari-hari.
BAK sebanyak 3-6 kali per hari warna kuning, dengan jumlah tiap
kencing kurang lebih gelas belimbing. Makan minum lahap. Demam (-).
: disangkal
Riwayat diare
: disangkal
Riwayat kejang
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
Riwayat kejang
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
gram, panjang badan 49 cm, pasien menangis kuat setelah lahir. Pasien tidak
sesak dan biru.
I. Riwayat Imunisasi
BCG
: 1 bulan
Hepatitis B
: 0,2,3,4 bulan
DPT
: 2,3,4 bulan
Polio
: 1,2,3,4 bulan
Campak
: 9 bulan
II
III
29 tahun
26 tahun
An. N / 9 bulan
Derajat Kesadaran
Status gizi
2. Vital sign
Suhu : 36.1 oC per aksiler
HR
: 94 x/menit
RR
: 32 x/menit
SiO2
: 99%
Status gizi :
BB/U = 8/8.2 x 100 % = 97.5 %
10. Thorax : bentuk normochest, retraksi (-/-) intercostal, gerakan simetris kanan
kiri
Cor: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Kiri atas
: SIC II LPSS
Kiri bawah
: SIC IV LMCS
Kanan atas
: SIC II LPSD
Palpasi
Perkusi
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), ronki basah kasar (/-), ronki basah halus (-/-), wheezing (-/-)
Posterior : Inspeksi : Pengembangan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi
Perkusi
Auskultasi: Suara dasar vesikuler (+/+), ronki basah kasar (/-), ronki basah halus (-/-), wheezing (-/-)
11. Abdomen :
Inspeksi
: tympani
Palpasi
12. Ekstremitas:
akral dingin
-
oedem
-
Status Neurologis
Reflek Fisiologis
Reflek Biceps
: +/+
Reflek Triceps
: +/+
Reflek Patella
: +/+
Motorik
5555
5555
Sensorik
sde
5555
5555
Reflek Patologis
Reflek Babinsky : -/-
Meningeal Sign
Kaku kuduk
Brudzinsky I : -/-
Reflek Gordon
Brudzinsky II : -/-
: -/-
Kernig
: -/-
: -/-
HASIL
SATUAN RUJUKAN
12.3
39.2
7.6
260
4.71
25
g/dl
%
ribu/ul
juta/ul
ribu/ul
mm/jam
11.5 15.5
35 45
4.4-11.3
150 450
4 5.20
<=15
83.2
26.1
31.4
fl
pg
g/dl
77.0 95.0
25.0 33.0
31.0 37.0
0
0
0
50.2
37.3
12.5
%
%
%
%
%
%
1.0 3.0
0.0 1.0
0.0 6.0
50.0-70.0
20.0 40.0
2.0 8.0
V. RESUME
Pasien datang dengan keluhan BAB cair 1 hari SMRS. BAB sebanyak
kurang lebih 5 kali per hari dengan konsistensi cair lebih banyak dari ampas.
Warna BAB kuning kecoklatan tanpa lendir dan darah. Sebelum dibawa ke
rumah sakit pasien tampak rewel dan cengeng. Pasien juga banyak minum
karena sering merasakan haus.
Selain itu pasien juga mual dan muntah sebanyak kurang lebih 10 kali
per hari. Muntah berisi minuman dan makanan yang dimakan. Sebelumnya
pasien mengkonsumsi ASI, susu formula, dan makanan keluarga sehari-hari.
BAK sebanyak 3-6 kali per hari warna kuning, dengan jumlah tiap
kencing kurang lebih gelas belimbing. Makan minum lahap. Demam (-).
Pada pemeriksaan vital sign didapatkan suhu 36.1 oC per aksiler, Hr 94
x/menit, Rr 32 x/menit, dan SiO2 99%. Keadaan umum tampak sakit sedang,
compos mentis dan gizi baik. Pada pemeriksaan kepala tampak UUB cekung
dan mata cekung (+).
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan LED 25 mm/jam, netrofil
segmen 50.2 %, monosit segmen 12.5 %.
Monitoring
KU/VS/SH per 4 jam
BCD per 8 jam
Planning
Feses rutin
Cek Elektrolit
Edukasi
Apabila didapatkan, demam, tinja berarah, makan minum sedikit, sangat haus,
diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari orang tua diharap
membawa kembali anaknya ke pusat pelayanan kesehatan.
IX. PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad sanam
: bonam
Ad fungsionam
: bonam
X. MONITORING
Dibawah ini adalah monitoring pasien:
Tanggal
22 September
BAB cair (+) 5x per BAB cair (+) 3x per BAB cair (+) 8x per
hari,
warna
23 September
kuning hari,
24 September
warna
kuning hari,
warna
kuning
(+)
kali, muntah
(+)
kali,
demam (-), haus (+), demam (-), haus (+), demam (-), haus (+),
BAK (+)
O
CM,
BAK (+)
sakit
BAK (+)
rewel, gelisah
N : 94x/ RR : 32x/, S N : 98x/ RR : 36x/, S N : 92x/ RR : 38x/, S
: 36,10C, SiO2 : 99%
Kepala
normocephal,
cekung
Mata:
anemis
normal, Kepala
normal, Kepala
UUB normocephal,
tidak cekung
conjunctiva Mata:
(-/-)
sclera anemis
UUB normocephal,
UUB
tidak cekung
conjunctiva Mata:
(-/-)
sclera anemis
conjunctiva
(-/-)
sclera
ikterik
(-/-),
mata ikterik
(-/-),
mata ikterik
(-/-),
mata
cekung (+)
cekung (-)
cekung (-)
reguler
reguler
Pulmo ant : SDV (-/-) Pulmo ant : SDV (-/-) Pulmo ant : SDV (-/-)
RBH (-/-) RBK (-/-)
post
SDV Pulmo
post
SDV
(+/+) RBH (-/-) RBK (+/+) RBH (-/-) RBK (- (+/+) RBH (-/-) RBK ((-/-)
/-)
/-)
teraba,
turgor tidak
teraba,
turgor tidak
teraba,
kembali cepat
kembali cepat
kembali cepat
turgor
Ext. Atas & bawah Ext. Atas & bawah Ext. Atas & bawah
lembab
(-),
dingin (-), edema (-), (-), edema (-), CRT < (-), edema (-), CRT <
Diagnosis
CRT < 2
ADP kuat
ADP kuat
ADP kuat
ringan sedang ec
ringan
viral dd bacterial
viral
Obs vomitus
Gizi baik
sedang
dd
ec
bacterial
sedang
dd
(perbaikan)
(perbaikan)
Obs vomitus
Obs vomitus
Gizi baik
Gizi baik
ec
bacterial
Terapi
Mondok
bangsal
anak
bangsal
Mondok
anak
Rehidrasi RL 200
ml/kgBB/hari~1
Infus
Mondok
bangsal
anak
RL
100
Infus
RL
ml/kgBB/hari~8 tpm
ml/kgBB/hari~8 tpm
ml/menit~16
tpm
makro
makro
makro~60
tpm
Zinc 1 x 20 mg po
Zinc 1 x 20 mg po
selama 14 haari
selama 14 haari
mikro
Zinc 1 x 20 mg po
L bio 1 x 1 sachet
L bio 1 x 1 sachet
L bio 1 x 1 sachet
40 cc/muntah
40 cc/muntah
Oralit
mg/kgBB/8 jam ~
mg/kgBB/8 jam ~
selama 14 haari
80cc/diare
dan 40 cc/muntah
Inj
ondancentron
Edukasi keluarga
Edukasi keluarga
BC D/8jam
BC D/12jam
BC D/12 jam
100
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
DIARE
A. Definisi
Diare secara epidemiologik biasanya didefinisikan sebagai keluarnya tinja yang lunak
atau cair tiga kali atau lebih dalam satu hari. Secara klinik, dibedakan atas tiga macam
sindrom diare, yaitu:
1. Diare cair akut
Diare yang terjadi secara akut dan berlangsung kurang dari 14 hari (kebanyakan
kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering dan
tanpa darah. Mungkin disertai muntah dan panas. Diare cair akut menyebabkan
dehidrasi dan bila masukan makanan berkurang juga mengakibatkan kurang gizi.
Kematian terjadi karena dehidrasi. Penyebab terpenting diare cair akut pada anak-anak
adalah: rotavirus, Escherichia coli enterotoksigenik, Shigella, Campylobacter jejuni
dan Cryptosporidium, Vibrio cholerae, Salmonella.
2. Disentri
Adalah diare yang disertai darah dalam tinja. Penyebab utama disentri akut adalah
Shigella. Entamoeba histolytica dapat menyebabkan disentri yang serius pada dewasa
muda tapi jarang pada anak. Akibat penting disentri antara lain ialah anoreksia,
penurunan berat badan dengan cepat dan kerusakan mukosa usus karena bakteri
invasif.
3. Diare persisten
Adalah diare yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung lebih dari 14 hari.
Dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri. Kehilangan berat badan yang nyata
sering terjadi. Volume tinja dapat dalam jumlah yang banyak sehingga ada resiko
mengalami dehidrasi. Tidak ada penyebab mikroba tunggal untuk diare persisten.3
Diare akut menurut Cohen adalah keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang
berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung kurang 14 hari.4 Menurut Noerasid
diare akut ialah diare yang terjadi secara mendakak pada bayi dan anak yang
sebelumnya
sehat.5
Sedangkan
American
Academy
of
Pediatrics
(AAP)
B. Epidemiologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta
kasus kematian sebagai akibatnya.7 Diperkirakan angka kejadian di negara
berkembang berkisar 3,5 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama
kehidupan dan 2 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan.8
Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per
1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar
280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan
balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3
dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 2.9
Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara langsung
atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus
ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunya di Inggris dan 352 juta dollar
di Amerika Serikat.11
C. Klasifikasi
Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang dibagi lagi
atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal, anatomis, obatobatan dan lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri, parasit dan jamur, sedangkan
non infeksi karena alergi, radiasi.10
D. Etiologi
Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh
gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Etiologi
diare pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini, telah
lebih dari 80% penyebabnya diketahui. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak
kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan
bayi.7
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 60%) sedangkan virus
lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus, Minirotavirus.
Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus
cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile,Clostridium perfringens, E coli,
Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, staphylococus aureus, vibrio cholerae dan
Yersinia enterocolitica. Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium
coli, Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia
lambdia, Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides
stercorlis, dan trichuris trichiura. 4,7,11,12
Sebuah studi tentang maslah diare akut yang terjadi karena infeksi pada anak di bawah
3 tahun di Cina, India, Meksiko, Myanmar, Burma dan Pakistan, hanya tiga agen
infektif yang secara konsisten atau secara pokok ditemukan meningkat pada anak
penderita diare. Agen ini adalah Rotavirus, Shigella sp dan E. Coli enterotoksigenik.
Rotavirus jelas merupakan penyebab diare akut yang paling sering diidentifikasi pada
anak dalam komunitas tropis dan iklim sedang.13 Diare dapat disebabkan oleh alergi
atau intoleransi makanan tertentu seperti susu, produk susu, makanan asing terdapat
individu tertentu yang pedas atau tidak sesuai kondisi usus dapat pula disebabkan oleh
keracunan makanan dan bahan-bahan kimia. Beberapa macam obat, terutama
antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika akan menekan flora normal
usus sehingga organisme yang tidak biasa atau yang kebal antibiotika akan
berkembang bebas.7,14
Di samping itu sifat farmakokinetik dari obat itu sendiri juga memegang peranan
penting. Diare juga berhubungan dengan penyakit lain misalnya malaria,
schistosomiasis, campak atau pada infeksi sistemik lainnya misalnya, pneumonia,
radang tenggorokan, dan otitis media.4,7
E. Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare
osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik terjadi
karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan difermentasi oleh
bahteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus meningkat yang akan menarik
cairan. Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi c AMP dan
cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit. Sedangkan diare karena
gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol otonomik,misal
pada diabetik neuropathi, post vagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.7
Prinsip mekanisme terjadinya diare cair, yaitu:
1. Diare sekretorik
Disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus. Hal ini terjadi bila
absorpsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung
terus atau meningkat. Hasil akhir adalah sekresi cairan yang mengakibatkan
kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair. Hal ini menyebabkan
terjadinya dehidrasi. Perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa
usus oleh toksin bakteri atau virus.
2. Diare osmotik
Mukosa usus adalah epitel berpori yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan cepat
untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan ekstraseluler.
Diare dapat terjadi apabila suatu bahan yg secara osmotik aktif dan sulit diserap. Jika
bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang larut didalamnya akan
lewat tanpa diabsorpsi sehingga terjadi diare.
3. Motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus menyerap
makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare
pula.1,3
F. Manifestasi kinis
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai
dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat diklasifikasikan
berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Dehidrasi ringan bila
penurunan berat badan kurang dari 5%,dehidrasi sedang bila penurunan berat badan
antara 5%-10% dan dhidrasi berat bila penurunan lebih dari 10%.7,15
Derajat Dehidrasi
Gejala
& Keadaan
Tanda
Umum
Tanpa
Dehidrasi
Baik, Sadar
Mata
Normal
Mulut/
Lidah
Basah
Dehidrasi
Gelisah Rewel Cekung
Ringan
Kering
Sedang
Dehidrasi
Berat
Letargik,
Sangat
Kesadaran
cekung dan
Menurun
kering
Estimasi
Rasa Haus
Kulit
BB % def.
cairan
Minum Normal,
50 %
Tampak
Turgor
50100
Kehausan
lambat
Tidak Haus
Sangat
kering
minum
5 10
Turgor
sangat
>10
>100 %
lambat
kebutuhan
kalori
terjadi
pemecahan
protein
dan
lemak
yang
G. Penatalaksanaan
Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi efektif
diare akut.6 Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan yang
hilang sebagai persentasi kehilangan total berat badan dibandingkan berat badan
sebelumnya sebagai baku emas.16
Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian secara
oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa
nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus dengan
pengeluaran air tinja yang banyak ( > 100 ml/kgBB/hari ) atau muntah hebat (severe
vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat
hebat (violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka
dapat dilakukan rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral
dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi15. Keuntungan upaya
terapi oral karena murah dan dapat diberikan dimana-mana. AAP merekomendasikan
cairan rehidrasi oral (ORS) untuk rehidrasi dengan kadar natrium berkisar antara 75-90
mEq/L dan untuk pencegahan dan pemeliharaan dengan natrium antara 40-60mEq/L.
Anak yang diare dan tidak lagi dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian
makanannya sesuai umur.6
Dehidrasi Ringan Sedang
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian oral
sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan secara intravena
sebanyak : 75 ml/kg bb/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak
dapat minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada
bayi dan 1-2 jam pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah
dapat diberikan sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah.17
Secara ringkas kelompok Ahli gastroenterologi dunia memberikan 9 pilar yang perlu
diperhatikan dalam penatalaksanaan diare akut dehidrasi ringan sedang pada anak,
yaitu12 :
1. Menggunakan CRO ( Cairan rehidrasi oral )
2. Cairan hipotonik
3. Rehidrasi oral cepat 3 4 jam
4. Realiminasi cepat dengan makanan normal
5. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus
6. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan
7. ASI diteruskan
8. Suplemen dnegan CRO ( CRO rumatan )
9. Anti diare tidak diperlukan
Dehidrasi Berat
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan anak
dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh ( somnolen-koma, pernafasan
Kussmaul, gangguan dinamik sirkulasi ) memerlukan pemberian cairan elektrolit
parenteral. Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan sebagai
berikut 12,15,17 :
K+(mEq/L) Basa(mEq/L)
308
154
154
428
50
77
77
253
50
38,5
38,5
Riger Laktat
273
130
109
Laktat 28
Ka-En 3B
290
27
50
50
20
Laktat 20
Ka-En 3B
264
38
30
28
Laktat 10
311
111
90
80
20
Citrat 10
245
70
75
65
20
Citrat 10
213
60
60
70
20
Citrat 3
(mOsm/L)
NaCl 0,9 %
NaCl
0,45
%+D5
NaCl
0,225%+D5
Standard WHOORS
Reduced
osmalarity
WHO-ORS
EPSGAN
recommendation
Kolera
Dewasa
Diare Kolera Balita
Diare Non Kolera
Balita
elektrolit
mmol/L
Macam
Diare
rata-rata
Na
Cl
HCO3
140
13
104
44
101
27
92
32
56
26
55
14
Shigella :
Trimetroprim 5-10mg/kg/hari
Sulfametoksasol 25mg/kg/hari Diabgi 2 dosis (5 hari)
Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 (5 hari)
Amebiasis :
Metronidasol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari)
Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg) (im) s/d 5
hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
Giardiasis :
Metronidasol 15mg.kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari )
Antisekretorik - Antidiare
Salazerlindo E dkk22 dari Department of Pedittrics, Hospital Nacional Cayetano
Heredia, Lima,Peru, melaporkan bahwa pemakaian Racecadotril (acetorphan) yang
merupakan enkephalinace inhibitor dengan efek anti sekretorik serta anti diare ternyata
cukup efektif dan aman bila diberikan pada anak dengan diare akut oleh karena tidak
mengganggu motilitas usus sehingga penderita tidak kembung .Bila diberikan
bersamaan dengan cairan rehidrasi oral akan memberikan hasil yang lebih baik bila
dibandingkan dengan hanya memberikan cairan rehidrasi oral saja .Hasil yang sama
juga didapatkan oleh Cojocaru dkk dan cejard dkk.untuk pemakaian yang lebih luas
masih memerlukan penelitian lebih lanjut yang bersifat multi senter dan melibatkan
sampel yang lebih besar.13
Probiotik
Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada
host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran
cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik
melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri
probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan pengobatn diare baik yang
disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, speudomembran colitis
maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional
rasional (antibiotik asociatek diarrhea ) dan travellers,s diarrhea. 14,15
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare akut
pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman dan efektif
dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira
2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian
sebanyak 1 2 kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare
adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba
terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada
anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus dan
imunno modulasi.14,16
Mikronutrien
Dasar pemikiran pengunaan mikronutrien dalam pengobatan diare akut didasarkan
kepada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna
dan terhadap proses perbaikan epitel seluran cerna selama diare. Seng telah dikenali
berperan di dalam metallo enzymes, polyribosomes , selaput sel, dan fungsi sel, juga
berperan penting di dalam pertumbuhan sel dan fungsi kekebalan .9
Sazawal S dkk melaporkan pada bayi dan anak lebih kecil dengan diare akut,
suplementasi seng secara klinis penting dalam menurunkan lama dan beratnya diare.
Pengobatan diare akut dengan vitamin A tidak memperlihatkan perbaikan baik
terhadap lamanya diare maupun frekuensi diare.13
laktosa untuk waktu yang lebih lama. Untuk intoleransi laktosa ringan dan sedang
sebaiknya diberikan formula susu rendah laktosa. Sabagaimana halnya intoleransi
laktosa, maka intoleransi lemak pada diare akut sifatnya sementara dan biasanya tidak
terlalu berat sehingga tidak memerlukan formula khusus.Pada situasi yang
memerlukan banyak energi seperti pada fase penyembuhan diare, diet rendah lemak
justru dapat memperburuk keadaan malnutrisi dan dapat menimbulkan diare kronik.12