BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran adalah kitab suci umat Islam. Diturunkan kepada Nabi Muhammad
melalui Malaikat Jibril. Kitab terakhir ini merupakan sumber utama ajaran Islam dan
pedoman hidup bagi setiap Muslim. Al-Quran bukan sekedar memuat petunjuk
tentang hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia
dengan sesamanya (Hablum min Allah wa hablum min an-nas), serta manusia dengan
alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna (kaffah), diperlukan
pemahaman terhadap kandungan al-Quran dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten.
Al-Quran merupakan mukjizat terbesar nabi Muhammad SAW. Diturunkan
dalam bahasa Arab, baik lafal maupun uslub-nya. Suatu bahasa yang kaya kosa kata
dan sarat makna. Kendati al-Quran berbahasa Arab, tidak berarti semua orang Arab
atau orang yang mahir dalam bahasa Arab, dapat memahami al-Quran secara rinci.
Al-Quran adalah kitab yang agung, memiliki nilai sastra yang tinggi. Meskipun
diturunkan kepada bangsa Arab yang lima belas abad lalu terkenal dengan jiwa yang
kasar. Al-Quran mampu meruntuhkan dominasi syair-syair Sastrawan Arab, hingga
tidak berdaya dihadapan Al-Quran.
Kitab suci al-Quran sebagai pedoman umat Islam harus dipahami dengan
benar. Hasbi Ash-Shidieqi menyatakan untuk dapat memahami al-Quran dengan
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik permasalahan sebagai berikut:
1. Apa dan bagaimana Ulumul Quran?
2. Bagaimana perkembangan Ulumul Quran dan urgensi mempelajarinya?
T.M. Hasbi Ash-Shidieqi, Sejarah dan pengantar Ilmu Al-Quran/ Tafsir, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1980), Cet. VII, H. 112
BAB II
ULUMUL QURAN DAN PERKEMBANGANNYA
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), Cet. VIII, h.
277
3
Mujid al-Din Muhammad bin Yaqub al-Farizi, al-Qamus al- Muhith, (Mesir: Mustafa alBaby al-Halaby, 1952/1371 H), Juz. IV, Cet. II, H. 155
4
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, ( Jakarta: PT. Syamil Cipta Media,
2004), h. 507
5
Muhammad Abdul Azhim Az-Zarqani, Manahil al- Irfan fi Ulum al-Quran, ( Beirut: Dar
al-Kutub al-Ilmiah, 1996/1416 H), Juz I, h.16
6
Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, al- Madkhal li Dirasah al- Quran al- Karim,
(Beirut: Dar al- Jil, 1992/1412), h.19-20
1. Quran adalah kata sifat dari al-Qaru yang bermakna al-jamu (kumpulan).
Selanjutnya kata ini digunakan sebagai salah satu nama bagi kitab suci yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, karena al-Quran terdiri dari sekumpulan
surah dan ayat, memuat kisah-kisah, perintah dan larangan, dan mengumpulkan inti
sari dari kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Pendapat ini dikemukakan al-Zujaj
(w. 311)
2. Kata al-Quran adalah ism alam, bukan kata bentukan dan sejak awal digunakan
sebagaimana bagi kitab suci umat Islam. Pendapat ini diriwayatkan dari Imam Syafii
(w.204).
Menurut Abu Syuhbah, dari beberapa pendapat di atas, yang paling tepat adalah
pendapat yang mengatakan al-Quran bentuk masdhar dari kata Qara-a.7
Sedangkan al-Quran menurut istilah adalah: Firman Allah Swt, yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw., yang memiliki kemukjizatan lafal, membacanya
bernilai ibadah, diriwayatkan secara mutawatir, yang tertulis dalam mushaf, dimulai
dengan surat al- Fatihah dan di akhiri dengan surat an-Nas.8
Kata ulum yang disandarkan kepada kata al-Quran telah memberikan pengertian
bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan alQuran, baik dari segi kberadaannya sebagai al-Quran maupun dari segi pemahaman
terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnya. Secara istilah, para ulama telah
merumuskan berbagai defenisi Ulumul Quran.
1. Al-Zarqani
merumuskan
pengertian
Ulumul
Quran
sebagai:
beberapa
Muhammad bin Muhammad Abu Syabah, al- Madkhal li Dirasah al-Quran al- Karim, h.
19-20
8
Ibid.,
urut-urutannya,
pengumpulannya,
penulisannya,
bacaannya,
penafsirannya,
Manna al- Qathan memberikan defenisi bahwa Ulumul Quran adalah ilmu
Ulumul Quran ialah pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan AlQuran, dari segi nuzulnya, tertibnya, mengumpulnya, menulisnya, membacanya dan
menafsirkannya, Ijaznya, nasikh mansukhnya, menolak syubhat-syubhat yang
dihadapkan kepadanya.11
Defenisi nomor satu dan dua di atas pada dasarnya sama. Keduanya menunjukkan
bahwa ulumul Quran adalah kumpulan sejumlah pembahasan yang pada mulanya
merupakan ilmu-ilmu yang berdiri sendiri. Ilmu-ilmu ini tidak keluar dari ilmu agama
dan bahasa. Masing-masing menampilkan sejumlah aspek pembahasan yang
dianggap penting. Objek pembahasannya adalah Al-Quran.
Adapun perbedaannya terletak pada tiga hal:
1. Aspek pembahasannya; defenisi pertama menampilkan sembilan aspek
pembahasannya dan yang kedua menampilkan hannya lima daripadanya.
9
Muhammad Abdul Azim, Manahil al- Irfan fi ulum al- Quran, ( Beirut: Dar al-Fikr,
1988), h. 27
10
Manna Al-Qathan, Mabahits fi Ulum al-Quan. ( Beirut: Al- Syarikah al-Muttahidah li altauzi, 1973), h. 15
11
T.M. Hasbi As-Shiddiqie, Ilmu-ilmu Al-Quran, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h.10-11
penafsiran
dan
kemujizatan
Al-Quran
sebagai
bagian
12
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Quran, ( Jakarta: PT RajaGrafindo, 2002), Cet. Ke IV, h. 9
13
5. Persoalan makna al-Quran yang berhubungan dengan hukum yaitu ayat yang
bermakna umum yang dikhususkan oleh sunnah, yang nash, yang zhahir, yang
mujmal (global), yang munfashal (yang terinci), yang manthuq (makna yang
berdasarkan pengutaraan), nasikh mansukh, mutlaq (tidak terbatas) dan muqayyad
(terbatas) dan lain sebagainya
6. Persoalan makna Al-Quran yang berhubungan dengan lafal fashl (pisah), washal
(berhubungan), ijaz (singkat), ithnab (panjang) musawah (sama) dan qashr
(pendek).14
suatu ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis. Para sahabat adalah orang Arab asli yang
dapat merasakan struktur bahasa Ara yang tinggi dan memahami apa yang diturunkan
kepada Rasul SAW. Bila mereka menemukan ksulitan dalam memahami ayat-ayat
tertentu, mereka dapat menanyakan langsung kepada Rasul SAW. Sebagai contoh,
ketika turun ayat:
14
120
15
16
Ibid., h. 412
17
Shubhi Al-Shalih, Mabaahits fi Ulumul Quran,( Beirut: Dar al-ilm al-Malayin, 1977), h.
10
18
19
11
dianggap sebagai peletak batu pertama bagi apa yang disebut ilmu tafsir, ilmu asban
al-nuzul, ilmu nasikh dan mansukh, ilmu gharib al- Quran dan lainnya.
Pada abad ke 2 H ulumul Quan memasuki masa pembukuan. Para ulama
memberikan prioritas perhatian mereka kepada ilmu tafsir karena fungsinya sebagai
Umm al-ulum al-Quraniah (induk ilmu-ilmu Al-Quran). Penulis pertama dalam
tafsir adalah Syubah Ibn al-Hajjaj, Sufyan Ibn Uyaynah, dan Wali Ibn al-Jarrah.
Pada abad ke-3 terkenal seorang tokoh tafsir, yaitu Ibn Jarir al-Thabari. Dia
orang pertama membentangkan berbagai pendapat dan mentarjih sebagiannya atas
lainnya. Ia juga mengemukakan Irab dan istinbath (penggalian hukum dari alQuran). Di abad ini juga lahir ilmu asbab al-Nuzul, ilmu nasikh dan mansukh, ilmu
tentang ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah.
Berikut ini dapat kita lihat karya ulama pada abad ke -3, yaitu:
1. Kitab Asbab al-Nuzul karangan Ali Ibn Al-Madini
2. Kitab nasikh dan mansukh, Qiraat dan keutamaan Al-Quran disusun oleh Abu
Ubaid al-Qasim Ibn Salam.
3. Kitab tentang ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah karya Muhammad Ibn Ayyub al
Dharis20
Di abad ke-4 lahir ilmu gharib al-Quran dan beberapa kitab Ulumul Quran.
Adapun Ulama ulumul Quran pada masa ini adalah:
1. Abu Bakar Muhammad Ibn al-Qasim al-Anbari, kitabnya Ajaib Ulumul Quran.
Isi kitab ini tentang keutamaan Al-Quran, turunnya atas tujuh huruf, penulisan
mushaf-mushaf, jumlah surah, ayat dan kata kata Al-Quran.
2. Abu al-Hasan al-Asyari, kitabnya Al-Mukhtazan fi Ulumul Quran
20
12
Di abad ke-5 muncul pula tokoh dalam ilmu qiraat. Adapun para tokoh serta
karyanya adalah;
1. Ali Ibn Ibrahim Ibn Said al- Hufi, kitabnya Al- Burhan fi Ulumul Quran dan
Irab Al-Quran
2. Abu Amr al- Dani, kitabnya Al-Taisir fi al-Qiraat al-SabI dan Al- Muhkam fi alNuqath
3. Al- Mawardi, kitabnya tentang amtsal Quran.22
Pada abad ke-6 lahir pula ilmu Mubhamat al-Quran. Abu Qasim Abdur
Rahman al-Suahaili mengarang Mubhamat al-Quran. Ilmu ini menerangkan lafallafal Al-Quran yang maksudnya apa dan siapa tidak jelas. Ibn al-Jauzi menulis kitab
Funun al- Afnan Fi Ajaib al-Quran dan kitab Al- Mujtaba fi Ulum Tataallaq bi alQuran.23
Pada abad ke-7 Ibn Abd al-Salam yang terkenal dengan sebutan AlIzz
mengarang kitab Majaz al-Quran. Alam al-Din al-Sakhawi mengarang tentang
Qiraat. Ia menulis kitab Hidayah al- Murtab fi al- Mutasyabih. Abu Syamah Abd alRahman Ibn Ismail al- Maqdisi, menlis kitab Al- Mursyid al- Wajiz fi ma Yataallaq
bi al- Quran al- Aziz.
21
22
Ibid.
23
Nawawi, Rifat Syauqi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, ( Jakarta: Bulan Bintang,
1988), h. 221
13
Pada abad ke-8 H muncul beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru
tentang Al-Quran, seperti berikut ini:
1. Ibn Abi al- Ishba, kitabnya tentang badai al-Quran.
Ilmu ini membahas berbagai macam keindahan bahasa dalam al-Quran.
2. Ibn Qayyim, menulis tentang Aqsamul Quran
3. Najamuddin al-Thufi, menulis tentang Hujaj al-Quran. Isi kitab ini tentang
bukti-bukti yang dipergunakan Al-Quran dalam menetapkan suatu hukum
4. Abu Hasan al-Mawardi menyusun ilmu amstal al-Quran
5. Badruddin al-Zarkasyi, kitanya Al- Burhan fi Ulum Al-Quran.24
Pada abad ke- 9 muncul beberapa ulama melanjutkan perkembangan ilmuilmu Quran, yaitu:
1. Jalaluddin al- Bulqini, kitabnya Mawaqi al- Ulum min Mawaqi al- Nujum.
Menurut Al-Suyuthi, Al-Buqini dipandang sebagai ulama yang mempelopori
penyusunan Ulumul Quran yang lengkap. Sebab dalam kitabnya tercakup 50
macam ilmu Al-Quran
2. Muhammad Ibn Sulaiman al-Kafiaji, kitabnya Al-Tafsir fi Qawaid al-Tafsir. Di
dalamnya diterangkan makna tafsir, takwil, al-Quran, surat dan ayat. Juga
dijelaskan dalam kitabnya itu tentang syarat-syarat menafsirkan ayat-ayat AlQuran.
3. Jalaluddin al-Suyuthi, kitabnya Al-Tahbir fi Ulum al-Tafsir (873 H). Kitab ini
memuat 102 macam ilmu-ilmu Al-Quran. Menurut sebagian Ulama. Kitab ini
dipandang sebagai kitab Ulumul Quran yang paling lengkap. Al-Suyuthi merasa
24
Ibid., h. 222
14
belum puas, beliau menyusun lagi sebuah kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Quran. Di
dalam kitab ini terdapat 80 macam ilmu-ilmu Al-Quran secara padat dan
sistematis. Menurut al- Zarqani kitab ini merupakan kitab pegangan bagi para
peneliti dan penulis dalam ilmu ini. Setelah wafatnya Al-Suyuthi tidak terlihat
munculnya penulis yang memiliki kemampuan seperti kemampuannya. Sehingga
terjadi kevakuman sejak wafatnya Imam Al-Suyuthi sampai dengan akhir abad ke
13 H.25
Sejak penghujung abad ke-13 H hingga abad ke -15, perhatian ulama terhadap
penyusunan kitab-kitab Ulumul Quran kembali bangkit. Kebangkitan ini sejalan
dengan kebangkitan modern dalam perkembangan ilmu-ilmu agama lainnya.diantara
Ulama yang menulis tentang Ulumul Quran ialah:
1. Syeikh Thahir Al-Jazairi, kitabnya Al-Tibyan li Badh Al- Mabahits AlMutaalliqah bi Al-Quran.
2. Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi (1332 H) kitabnya, Mahaasin Al-Takwil
3. Muhammad Abd Al-Azhim Al-Zarqani, kitabnya Manaahil Al-Irfan Fi Ulum
Al-Quran.
4. Musthafa Shadiq Al-Rafi, kitabnya Ijaz Al-Quran
5. Sayyid Quttub, kitabnya Al-Thaswir al-Fanni Fi Al-Quran dan Fi Zilal AlQuran
6. Muhammad Rasyid, kitabnya Tafsir al-Mannar
7. Shubhi al-Shalih, kitabnya Mabaahits Fi Ulum Al-Quran
8. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqi, kitabnya ilmu-ilmu Quran
9. Rifat Syauki Nawawi dan Ali Hasan, kitabnya Pengantar ilmu Tafsir
25
15
Ibid., h.21
27
28
Ibid., h. 34-35
29
16
2. Agar mengetahui cara dan gaya yang digunakan oleh para mufassir (ahli tafsir)
dalam menafsirkan Al-Quran dengan disertai penjelasan tentang tokoh-tokoh
ahli tafsir yang ternama serta kelebihan-kelebihannya.
3. Agar mengetahui persyaratan-persyaratan dalam menafsirkan Al-Quran
4. Mengetahui ilmu-ilmu lain yang dibutuhkan dalam menafsirkan Al-Quran.30
Hubungan Ulumul Quran dengan tafsir juga dapat dilihat dari beberapa hal
yaitu:
a. Fungsi Ulumul Quran sebagai alat untuk menafsirkan, yaitu:
1. Ulumul Quran akan menentukan bagi seseorang yang membuat syarah atau
menafsirkan ayat-ayat Al-Quran secara tepat dapat dipertanggung jawabkan.
Maka bagi mafassir Ulumul Quran secara mutlak merupakan alat yang harus
lebih dahulu dikuasai sebelum menafsirkan ayat-ayat Al-Quran.
2. Dengan menguasai Ulumul Quran seseorang baru bisa membuka dan
menyelami apa yang terkandung dalam Al-Quran
3. Ulumul Quran sebagai kunci pembuka dalam menafsirkan ayat Al-Quran
sesuai dengan maksud apa yang terkandung di dalamnya dan mempunyai
kedudukan sebagai ilmu pokok dalam menafsirkan Al-Quran.
b. Fungsi Ulumul Quran sebagai Standar atau Ukuran Tafsir
Apabila dilihat dari segi ilmu, Ulumul Quran sebagai standar atau ukuran
tafsir Al-Quran artinya semakin tinggi dan mendalam Ulumul Quran dikuasai oleh
seseorang mufassir maka tafsir yang diberikan akan semakin mendekati kebenaran,
30
17
maka dengan Ulumul Quran akan dapat dibedakan tafsir yang shahih dan tafsir
yang tidak shahih.
Ada beberapa syarat dari ahli tafsir (mufassir) yaitu:
1.
Akidahnya bersih
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa Ulumul Quran sangat penting
dipelajari dalam rangka sebagai pijakan dasar dalam menafsirkan Al-Quran oleh
para mufassir. Dapat dikatakan semakin dikuasainya Ulumul Quran oleh mufassir
maka semakin tinggilah kualitas tafsir yang dibuatnya.
31
Ibid., h. 218-219
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa Ulumul Quran adalah ilmu yang
membahas segala hal yang berhubungan dengan Al-Quran dan ilmu-ilmu yang
disandarkan kepada Al-Quran sebagai penunjang untuk memahami Al-Quran
secara luas dan mendalam. Perlu kita pelajari agar tidak terjadi kesalahan dalam
memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran yang menjadi acuan dan
pedoman hidup dalam rangka meraih kesuksesan di dunia dan akhirat.
2. Pertumbuhan dan perkembangan Ulumul Quran berlangsung dalam rentang
waktu yang panjang. Walaupun pada masa nabi hidup di siplin ilmu ini belum
dibukukan, sebab sahabat merasa cukup meminta penjelasan dari rasul akan
sesuatu yang tidak dipahami. Namun hal ini berkembang, dimana wilayah Islam
telah luas dan banyak orang Ajam (non Arab) yang masuk Islam, tentunya
mereka mengalami kesulitan dalam membaca dan memahami Al-Quran. Lahirlah
inisiatif dari Usman untuk menyalin Al-Quran kembali dari Salinan Al-Quran
yang pernah ditulis di masa Nabi hidup dan diperbanyak. Tindakan ini disusul
dengan berbagai kegiatan para sahabat dan para tabiin untuk menggali berbagai
ilmu dalam Al-Quran, sehingga lahirlah berbagai kitab. Akhirnya pada abad ke-2
H Ulumul Quran mulai dibukukan. Dengan kitab-kitab yang sudah ditulis
tersebut semakin meramaikan pembahasan para Ulama tentang Al-Quran.
3. Imam As-Suyuthi adalah salah satu Ulama Ulumul Quran yang berpengaruh,
karena kitabnya menjadi pegangan bagi para peneliti dan penulis dalam ilmu ini.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abu Syabah, Muhammad bin Muhammad, al- Madkhal li Dirasah al-Quran alKarim (tt, tp)
Abu Syahbah, Muhammad bin Muhammad, al- Madkhal li Dirasah al- Quran alKarim, (Beirut: Dar al- Jil, 1992/1412).
As-Shiddiqie, T.M. Hasbi, Ilmu-ilmu Al-Quran, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993).
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, ( Jakarta: PT. Syamil Cipta
Media, 2004).
Al-Farizi, Mujid al-Din Muhammad bin Yaqub, al-Qamus al- Muhith, (Mesir:
Mustafa al-Baby al-Halaby, 1952/1371 H), Juz. IV, Cet. II.
Mansyur, Kahar, Pokok-pokok Ulumul Quran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992).
Nawawi, Rifat Syauqi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, ( Jakarta: Bulan
Bintang, 1988)
Al-Qathan, Manna, Mabahits fi Ulum al-Quan. ( Beirut: Al- Syarikah alMuttahidah li al-tauzi, 1973).
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Quran, ( Jakarta: PT RajaGrafindo, 2002), Cet. Ke IV.
Al-Shalih, Shubhi, Mabaahits fi Ulumul Quran,( Beirut: Dar al-ilm al-Malayin,
1977).
Ash-Shiddieqi, T.M. Hasbi, Ilmu-Ilmu Al-Quran, (Jakarta:Bulan Bintang, 1973.
___________, T.M. Hasbi, Sejarah dan pengantar Ilmu Al-Quran/ Tafsir, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1980), Cet. VII.
Syadali, Ahmad, Ulumul Quran, (Bandung: Pustaka Setia, 1997).
Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), Cet.
VIII.
Al-Zarqani, Muhammad Abdul Azhim, Manahil al- Irfan fi Ulum al-Quran, (
Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1996/1416 H), Juz I.
20
_________, Muhammad Abdul Azim, Manahil al- Irfan fi ulum al- Quran, (Beirut:
Dar al-Fikr, 1988)