Laporan Menjelang Gugur
Laporan Menjelang Gugur
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Umum
Pompa adalah jenis mesin fluida yang berfungsi untuk memindahkan
fluida melalui pipa dari suatu tempat ke tempat lain. Spesifikasi pompa
dinyatakan dengan jumlah fluida yang dapat dialirkan per satuan waktu (Q)
dan tinggi energi angkat (H). Dalam menjalankan fungsinya tersebut, pompa
mengubah energi gerak poros untuk menggerakkan sudu-sudu menjadi energi
gerak kemudian menghasilkan fluida bertekanan.
Pada umumnya fungsi dari pompa digunakan untuk menaikan fluida
ke sebuah reservoir, pengairan, irigasi, pengisi ketel dan sebagainya. Sedang
dalam pelaksanaan operasinya pompa dapat bekerja secara tunggal, seri dan
paralel. Yang kesemuanya tergantung pada kebutuhan serta peralatan yang
ada.
Dalam
perencanaan
instalasi
pompa,
harus
dapat
diketahui
Head specific
Energi yang ada pada aliran fluida per satuan berat fluida.
b.
Head static
Head yang dipengaruhi oleh ketinggian / elevasi dan tekanan
dalam keadaan diam (tidak dipengaruhi kecepatan).
Hs =
c.
+h
Head velocity
Head yang dipengaruhi oleh kecepatan.
Hv =
kecepatan
sangat
merugikan,
yaitu
mengakibatkan
turunnya
pada
pompa.
Satu
gelembung
memang
hanya
akan
mengakibatkan bekas kecil pada dinding namun bila hal itu terjadi
berulang-ulang maka bisa mengakibatkan terbentuknya lubang-lubang
kecil pada dinding. Bahkan semua material bisa rusak oleh kavitasi bila
dibiarkan terjadi dalam jangka waktu yang lama.
Gejala kavitasi yang timbul pada pompa biasanya ada suara
berisik dan getaran, unjuk kerjanya menjadi turun, kalau dioperasikan
dalam jangka waktu lama akan terjadi kerusakan pada permukaan
dinding saluran. Permukaan dinding saluran akan berlubang-lubang
karena erosi kavitasi sebagai tumbukan gelembung-gelembung yang
pecah pada dinding secara terus-menerus dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
Definisinya adalah : Sejumlah energi yang ada pada cairan yang diukur
pada nozzle intake pompa, besarnya kurang dari tekanan uap (vapor
pressure) dari cairan tersebut.
Jika cairan yang memasuki pompa tidak mempunyai margin NPSH A
yang cukup terhadap NPSHR maka akan terjadi kavitasi dan pompa akan
turun performanya serta dapat mengakibatkan kerusakan pada pompa.
Margin antara NPSHA dengan NPSHR sangat dibutuhkan dan besarnya
bervariasi. Besarnya margin tersebut tergantung dari tipe pompa, usia dan
kondisi pompa, dan variable lain. Sampai saat ini masih diperdebatkan
oleh para ahli dan mungkin satu-satunya solusi saat ini adalah
pengalaman.
Gambar 2.13 grafik yang menunjukan NPSHR pada berbagai macam flowrate.
Sumber : Sumber: http://bangkitwidayat.wordpress.com/2010/08/13/macammacam-kavitasi/
Dimana ,
Hsv
Pa
Tekanan
atmosfer (N/m2)
Pv
Tekanan
uap
jenuh (N/m2)
= Konstanta kavitasi
H = Head (m)
n = Putaran pompa (rpm)
Hsv.n = . H . n
Selain menggunakan rumus tersebut, penentuan NPSH yang
dibutuhkan dapat dilakukan dengan menggunakan kecepatan
spesifik hisap(s)
Hsv.n =
Dimana, Hsv.n = NPSH yang diperlukan (m)
Qn
= Kapasitas pada titik efisiensi terbaik
(m3/min)
n
S
Gambar 2.14 NPSH bila tekanan atmosfer bekerja pada permukaan air yang di
hisap
Sumber:Pompa dan kompresor, Sularso
Gambar 2.15 NPSH bila tekanan uap yang bekerja dalam tangki air hisap yang
tertutup
Sumber:Pompa dan kompresor, Sularso
E. Pulp Impeller
F. Propeller
C, D. Closed Impeller
b. Rumah Pompa
c. Poros Pompa
Sebagai penerus putaran pengerak kepada impeller dan pompa. Poros
pompa dibedakan menjadi dua, yaitu :
poros pompa datar atau horizontal
poros pompa tegak atau vertikal
C. Bantalan vertikal
B. Bantalan horizontal
D. Bantalan kinsbury
e. Selongong Poros
Berfungsi utuk mencegah kebocoran udara ke dalam pompa bila
beroperasi
dengan
tinggi
isap
(suction
lift)
dan
untuk
g) Inlet
Neraca Pegas
Alat ini digunakan untuk mengukur gaya pada pompa
Pipa Ventury
Alat ini digunakan untuk mengukur debit fluida
Bordon Gauge
Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan yang terjadi di dalam pompa
4.
Manometer U
Alat ini digunakan untuk mengukur beda tekanan pada pipa ventury
Persamaan energi :
w m g z
N .m
mP mv 2
P v2
c
2
N .m / kg
Persamaan ketinggian :
H z
P
v
c m
g 2g
z1
dimana
P1
v
P
v
1 z2 2 2
g 2g
g 2g
P
adalah head tekanan
g
v2
2g
m1 m 2
1 . V1 = 2 . V2
1 . A1 . L1 = 2 . A2 . L2
1 . A1 . v1 . t1 = 2 . A2 . v2 . t2
1 A1 1 2 A2 2
A1 1 A2 2
1
1
D 2 2 g h1 D 2 2 g h2
4
4
Pd Ps
(m)
dimana :
Pd tekanan buang
Ps tekanan isap
(N / m2 )
(N / m2 )
water g
2. Kapasitas (Q)
Q
0,189
h
1000
(m 3 / s )
dimana :
h = beda ketinggian Hg pada venturimeter (mm)
3. Putaran (n)
Satuan : rpm
Diukur dengan tachometer digital
4. Torsi (T)
T F L
dimana :
F Gaya beban (N )
L Lengan momen 0,179 m
5. Daya (W)
n
k
dimana :
(Watt )
6. Efisiensi ( )
W2
100%
W1
Pd1 Ps1
( m)
H2
Pd 2 Ps 2
( m)
H Total H 1 H 2
( m)
2. Kapasitas (Q)
Q
0,189
h
1000
(m 3 / s)
dimana :
h beda ketinggian
(mm)
3. Torsi (T)
T1 F1 L
( N .m)
T2 F2 L ( N .m)
TTotal T1 T2
dimana :
F Gaya beban (N )
L Lengan momen 0,179m
4. Daya (W)
dimana :
(Watt )
W2, 2 ( Pd 2 Ps 2 ) Q
W1, Total W1,1 W1, 2
(Watt )
(Watt )
5. Efisiensi ( )
W2 ,Total
W1, Total
100%
Pd1 Ps1
( m)
H2
Pd 2 Ps 2
( m)
H Total
H1 H 2
2
( m)
2. Kapasitas (Q)
Q
0,189
h
1000
(m 3 / s)
dimana :
h beda ketinggian
(mm)
3. Torsi (T)
T1 F1 L
( N .m)
T2 F2 L ( N .m)
TTotal T1 T2
dimana :
4. Daya (W)
dimana :
5. Efisiensi ( )
W2, Total
W1, Total
100%
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
3.1 Variabel yang Diamati
3.1.1 Variabel Bebas
Dalam percobaan pompa sentrifugal ini, variabel yang diamati
ada dua macam, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas
yang diamati adalah besarnya kecepatan putaran poros dan putaran
katup.
3.1.2 Variabel Terikat
Sedangkan variabel terikat dalam percobaan pompa sentrifugal
ini antara lain :
a. Besarnya head pompa yang dipengaruhi oleh beda tekanan isap dan
tekanan buang.
b. Besarnya daya air dan daya poros dari pompa.
c. Besarnya kapasitas pompa yang ditentukan oleh beda ketinggian
pada venturimeter.
d. Besarnya torsi dari pompa.
3.1.2 Variabel Terikat
Variabel control pada percobaan ini adalah putaran motor
3.2 Spesifikasi Peralatan yang Digunakan
Dalam pengujian pompa sentrifugal ini, digunakan perangkat
pompa sentrifugal dengan spesifikasi sebagai berikut :
Equipment
Serial No.
: TE 83/5806
Date
: 8 Maret 1982
Suplied to
Electrical Supply
1st Stage
Neco Shunt
C 166415.C
Variable 0 to 3000 rev/min
0,75 KW (1 HP)
Neco electrical 2AF ISO
Stuart no 25/2
13 m
130 L/minute
2nd Stage
Neco Shunt
C 166415.B
Variable 0 to 3000 rev/min
0,75 KW (1 HP)
Neco electrical 2AF ISO
Stuart no 25/2
13 m
130 L/minute
Power Constant
: Watts
Tachometer
Venturi
Calibration
v 0,2 h
Literature
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Data Hasil Percobaan
(terlampir)
2,9
1000 9,81
( m)
2. Kapasitas (Q)
Q
0,189
0,189
h
2 0,000267
1000
1000
(m 3 / s)
1700
n
60,5435
1,9
53
,35
k
(Watt )
5. Efisiensi ( )
W2
7,743
100% 12%
100%
60,5435
W1
b. Pompa Seri
1. Head
H1
Pd1 Ps1
26500
2,7
1000 9,81
H2
Pd 2 Ps 2
30000
3,06
1000
9,81
( m)
( m)
H Total H 1 H 2 5,76( m)
2. Kapasitas (Q)
Q
0,189
1000
0,189
8 0,0005345 (m 3 / s )
1000
3. Torsi (T)
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA
TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
( N .m)
4. Daya (W)
Daya Poros (W1) :
n
k
n
W1, 2 F2
k
W1, Total W1,1 W1, 2
W1,1 F1
1700
36,6448 (Watt )
53,35
1600
1,7
50,98407(Watt )
53,35
36,6448 50,98407 87,62887
1,15
(Watt )
5. Efisiensi ( )
W2 ,Total
W1, Total
100%
30,19925
100% 34%
87,62887
c. Pompa Paralel
1. Head
Pd1 Ps1
0,47.10 5
4,795
1000 9,81
( m)
H2
Pd 2 Ps 2
0,44.10 5
4,489
1000 9,81
( m)
H Total
H 1 H 2 4,7955 4,489
4,642 ( m)
2
2
2. Kapasitas (Q)
0,189
1000
0,189
5 0,000423 (m 3 / s )
1000
3. Torsi (T)
T1 F1 L 2,3 0,179 0,4117
( N .m)
( N .m)
( N .m)
4. Daya (W)
W1,1 F1
0,000423
9,9405(Watt )
2
0,000423
0,44.10 5
9,306 (Watt )
2
9,9405 9,306 19,2465 (Watt )
0,47.10 5
5. Efisiensi ( )
W2, Total
W1, Total
100%
19,2465
100% 18,401%
104,59
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian pompa sentrifugal dengan instalasi tunggal, seri,
maupun paralel, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
Semakin tinggi kapasitas fluida yang dialirkan pompa, maka head yang
dihasilkan semakin menurun.
5.2 Saran
Untuk lebih meningkatkan efisiensi kerja pada praktikum pengujian
pompa sentrifugal ini, maka disertakan pula saran-saran sebagai berikut :
Jadi
Dimana :
Jadi
Dimana :
Dari grafik terlihat juga bahwa head total memiliki nilai tertinggi. Hal
ini disebabkan karena pada head total merupakan penjumlahan dari head
pompa I dan pompa II. Dimana nilai head tertinggi dari pompa seri
adalah 7,244897 m dengan kapasitas sebesar 0,00059767 m 3/s. Disini
menunjukkan bahwa head pompa seri lebih besar dari pompa tunggal.
dapat dilihat bahwa polynomial grafik mengalami penurunan dari awal sampai
akhir putaran, dimana semakin bertambahnya kapasitas maka head akan
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena hubungan antara head dan
kapasitas pompa adalah berbandding terbalik, yang sesuai dengan rumus :
Jadi
Dimana :
Jadi,
100%
Dari rumus diatas dapat dilihat semakin besar nilai kapasitas (Q) maka
gaya akan dibebankan pada pompa juga akan semakin meningkat. Sehingga
daya poros (W1) juga akan mengalami peninhkatan juga seiring dengan
berkembangnya nilai kapasitas (Q). Dari grafik juga dapat dilihat bahwa kurva
grafik daya poros (W1) pada pompa seri memiliki nilai paling tinggi yaitu
sebesar (107,1028) watt. Hal ini disebabkan karena gaya pembebanan pada
pompa tunggal dan paralel lebih kecil dari pada pompa seri. Dalam grafik juga
dapat dilihat bahwa daya poros tinggi pada pompa tunggal berada pada
kapasitas (0,00096) m3/s, dengan daya poros sebesar (101,9681)watt, dan pada
pompa seri berada pada kapasitas (0,000707) m3/s dengan daya poros sebesar
(107,1028) watt, serta pada pompa paralel berada pada kapasitas (0,001086)
m3/s dengan adanya poros sebesar (73,08911)watt.
E.
Grafik Hubungan Kapasitas dan Daya Air (Tunggal, Seri, dan Paralel)
Dari grafik hubungan antara kapasitas (Q) dan daya air (W 2) dapat dilihat
kurva grafik dari masing-masing pompa (pompa tunggal, pararel dan seri)
mengalami kenaikan sampai pada titik tertentu, lalu kurva grafik untuk semua
pompa mengalami penurunan. Apabila dihubungkan dengan rumus adalah
sebagai berikut:
[watt]
Dimana:
Pd-Pd = beda tekanan pompa
Q = kapasitas
Dari rumus diatas dapat kita lihat bahwa antara beda tekanan pompa (PdPs) dan kapasitas akan diikuti pula dengan meningkatnya nilai beda pompa
yang mana akan meningkatkan nilai daya air (W 2) juga. Dalam grafik terlihat
bahwa kurva grafik mengalami penurunan padahal nilai kapasitas bertambah,
hal ini disebabkan oleh karena adanya penurunan perbadaan tekanan pada
pompa, baik pada pompa pararel, seri maupun tunggal sehingga menyebabkan
terjadinya penurunan daya air pada pompa. Kemudian juga karena kerugian
mekanis akibat adanya gesekan pada bantalan.
Dalam grafik juga dapat dilihat bahwa daya air tertinggi pada pompa
tinggal berada pada kapasitas (0,00046)m3/s.dengan daya air sebesar
(4,648785)watt dan pada pompa seri berada pada kapasitas (0,000598)m 3/s
dengan daya air sebesar (42,4346)watt serta pada pompa pararel berada pada
kapasitas sebesar (0,001035) m3/s dengan daya air sebesar (45,8325)watt.
F.
Dimana :
x 100 % =
(Watt)
Dari rumus diatas dapat kita ketahui bahwa nilai efisiensi adalah
perbandingan antara daya air (W2) dengan daya poros (W1). Alasan
mengapa ketika nilai kapasitas bertambah maka efisiensi juga bertambah
karena pada selisih antara daya poros dan daya air adalah kecil dan juga
hampir sebanding. Pada grafik juga terlihat adanya penurunan, hal ini
disebabkan karena nilai daya poros selalu meningkat seiring dengan
bertambahnya kapasitas (Q), sedangkan tidak pada daya air,daya air
hanya meningkat sampai kapasitas tertentu sehingga menyebabkan
selisih antara daya air dan daya poros semakin besar,sehingga
mengakibatkan efisiensi menurun. Hal lain yang menyebabkan turunnya
efisiensi adalah adanya kerugian gesek pada pompa sentifugal.
Dari grafik juga dapat dilihat efisiensi terbesar pada pompa seri
berada pada titik 51,363151 % dengan kapasitas 0,00059767 m3/s, pada
pompa pararel yaitu pada titik 57,39861386 % dengan kapasitas
x 100%
W2 = (Pd Ps) Q
W1 = F.
=
x 100%
=
=
Dari rumus terlihat bahwa jika kapasitas (Q) meningkat maka daya air
(W2) akan meningkat pula yang menyebabkan efisiensi akan meningkat.
Peningkatan nilai (Q) berbanding lurus dengan putaran (n).
Sedangkan putaran berhubungan dengan daya poros (W1). Dapat dilihat
bahwa dengan meningkatnya putaran (n) maka daya poros (W1) juga
akan meningkat yang menyebabkan efisensi akan menurun.
Pada grafik terlihat bahwa urutan efisiensi menurut variasi putaran dari
yang terbesar adalah 1800, 1900, 1600, 1700.
Jadi dari hasil praktikum didapatkan efisiensi paling tinggi adalah pada
putaran 1800 RPM dengan efisiensi tertinggi sebesar 26,68%.