Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Umum
Pompa adalah jenis mesin fluida yang berfungsi untuk memindahkan
fluida melalui pipa dari suatu tempat ke tempat lain. Spesifikasi pompa
dinyatakan dengan jumlah fluida yang dapat dialirkan per satuan waktu (Q)
dan tinggi energi angkat (H). Dalam menjalankan fungsinya tersebut, pompa
mengubah energi gerak poros untuk menggerakkan sudu-sudu menjadi energi
gerak kemudian menghasilkan fluida bertekanan.
Pada umumnya fungsi dari pompa digunakan untuk menaikan fluida
ke sebuah reservoir, pengairan, irigasi, pengisi ketel dan sebagainya. Sedang
dalam pelaksanaan operasinya pompa dapat bekerja secara tunggal, seri dan
paralel. Yang kesemuanya tergantung pada kebutuhan serta peralatan yang
ada.
Dalam

perencanaan

instalasi

pompa,

harus

dapat

diketahui

karakteristik pompa tersebut untuk mendapatkan sistem yang optimum. Inilah


manfaat praktikum yaitu untuk mendapatkan pengalaman pengujian instalasi
pompa. Karena sebagai engineer khusunya bidang teknik mesin harus
mengetahui tentang bagaimana fenomena dari pompa tersebut.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan praktikum adalah untuk mendapatkan lengkung
karakteristik dari:
a. Head terhadap kapasitas
b. Efisiensi terhadap kapasitas
c. Daya terhadap kapasitas
d. Torsi terhadap kapasitas

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori Pompa
2.1.1 Pengertian dan Macam Macam Fluida
Fluida didefinisikan sebagai zat / substansi yang akan mengalami
deformasi secara berkesinambungan apabila terkena gaya geser
(tangensial) sekecil apapun.
Macam macam fluida diklasifikasikan sebagai berikut:
A. Fluida berdasarkan tegangan geser yang diberikan:
Fluida newtonian
Fluida yang tegangan gesernya berbanding lurus secara linier
dengan gradient kecepatan pada arah tegak lurus dengan bidang
geser.
Fluida non newtonian
Fluida yang tegangan gesernya tidak nerbanding lurus dengan
gradient kecepatan pada arah tegak lurus dengan bidang geser.
B. Fluida berdasarkan sifat alirannya
Fluida turbulen
Fluida yang alirannya bergerak secara acak tidak stabil.
Fluida laminer
Fluida yang alirannya memiliki lintasan batas yang panjang
sehingga dikatakan juga aliran berlapis lapis.
C. Fluida berdasarkan viskositasnya
Aliran viscous
Aliran fluida pekat di mana kepekatan fluida ini tergantung pada
gesekan antara beberapa partikel penyusun fluida.
Aliran non viscous
Aliran fluida yang mempunyai kekentalan yang rendah

D. Fluida berdasakan sifat mampu mampat


Fluida kompresible
Adalah fluida yang berubah volume dan masa jenisnya apabila
diberi tekanan. Dengan nilai Mach Number (M) lebih dari 0,3.
Fluida inkompresible

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


Adalah fluida yang tidak berubah volume dan masa jenisnya
apabila diberi tekanan. Dengan nilai Mach Number (M) kurang
dari 0,3.
2.1.2 A. Pengertian dan Macam Macam Head
Head adalah satuan energi per satuan berat fluida. Satuan dari
head adalah (m atau ft). Pengukuran dilakukan dengan mengukur
beda tekanan antara pipa isap dengan pipa tekan.
Macam macam head antara lain :
a.

Head specific
Energi yang ada pada aliran fluida per satuan berat fluida.

b.

Head static
Head yang dipengaruhi oleh ketinggian / elevasi dan tekanan
dalam keadaan diam (tidak dipengaruhi kecepatan).
Hs =

c.

+h

Head velocity
Head yang dipengaruhi oleh kecepatan.
Hv =

B. Segitiga Kecepatan pada Pompa


Fluida mengalir kedalam pompa dikarenakan terhisap oleh
impeler yang berputar, dengan menganggap bahwa aliran fluida
terjadi adalah aliran dua dimensi, dan bahwa fluida mengikuti sudusudu impeler dengan tepat, kecepatan masuk dan keluar untuk suatu
impeler yang mempunyai sudu-sudu mengarah ke belakang
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 2.1 maka, u adalah
kecepatan suatu titik pada impeler relatif terhadap tanah, w adalah
kecepatan partikel fluida relatif terhadap impeler, dan c adalah
kecepatan absolut partikel fluida yang mengalir melalui impeler

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


relatif terhadap tanah. c merupakan hasil penjumlahan secara vektor
dari u dan w.

Gambar 2.1 Diagram Kecepatan Masuk dan Keluar Suatu Impeler


Sumber : Austin H. Church, Pompa dan Blower Sentrifugal
Sudut antara c dan u disebut , sudut antara w dan
perpanjangan u disebut , sudut juga merupakan sudut yang dibuat
antara garis singgung terhadap sudu impeler dan suatu garis dalam
arah gerakan sudu.
Umumnya diagram kecepatan fluida pada impeler seperti pada
Gambar 2.1 disederhanakan menjadi bentuk segitiga

kecepatan

seperti pada Gambar 2.2. Kecepatan relatif w dan kecepatan absolut


c dapat diuraikan menjadi komponen kecepatan tangensial diberi
subscript u ( searah u ) dan komponen kecepatan meridional dengan
subscript m.

Gambar 2.2 Diagram SegitigaKecepatan Masuk dan Keluar


Sumber : Austin H. Church, Pompa dan Blower Sentrifugal
2.1.3 Pengertian Pompa dan Klasifikasi Pompa

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


Pompa adalah suatu jenis mesin fluida yang digunakan untuk
memindahkan suatu fluida dari suatu tempat ke tempat lain dengan
memanfaatkan perubahan energi yang terjadi, yaitu energi mekanik
poros menjadi energi kinetik dan tekanan.

Gambar 2.3 Diagram Klasifikasi Jenis Pompa


Sumber : http://macammakati.blogspot.com/2011/03/klasifikasi-pompa-lanjutandaya-pompa.html
Klasifikasi Pompa menurut prinsip kerjanya, pompa dapat
diklasifikasikan menjadi:
A. Positive Displacement Pump (Pompa Perpindahan Positif)
Merupakan pompa yang menghasilkan kapasitas intermittent,
karena fluida di tekan di dalam elemen elemen pompa dengan
volume tertentu. Ketika fluida masuk langsung dipindahkan kesisi
buang sehingga tidak lagi ada kebocoran (aliran balik) dari sisi
buang ke sisi masuk. Pompa jenis ini menghasilkan head yang tinggi
dengan kapsitas rendah. Perubahan energi yang terjadi adalah energi
mekanik yang diubah langsung menjadi energi potensial.
Macam-macam positive displacement pump:
1. Reciprocating Pump
Pompa reciprocating adalah pompa di mana energi mekanik dari
penggerak pompa diubah menjadi energi aliran dari cairan yang
dipompa dengan menggunakan elemen yang bergerak bolak balik
di dalam silinder.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

Gambar 2.4 Reciprocating Pump


Sumber : http://macammakati.blogspot.com/2011/03/klasifikasi-pompa-lanjutandaya-pompa.html
2. Rotary Pump (Pompa Roda Gigi)
Pompa rotary adalah pompa perpindahan positif di mana energi
mekanis ditransmisikan dari mesin penggerak ke cairan dengan
menggunakan elemen yang berputar (rotor) di dalam rumah pompa
(casing).
Macam-macam pompa roda gigi :
1. Pompa roda gigi luar
Pompa ini merupakan jenis pompa rotari yang paling
sederhana. Apabila gerigi roda gigi berpisah pada sisi hisap,
cairan akan mengisi ruangan yang ada diantara gerigi
tersebut. Kemudian cairan ini akan dibawa berkeliling dan
ditekan keluar apabila giginya bersatu lagi.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

Gambar 2.5 Pompa roda gigi luar


Sumber : http://www.steam-boilers.org/boiler/rotary-pump.html

2. Pompa roda gigi dalam


Jenis ini mempunyai rotor yang mempunyai gerigi dalam
yang berpasangan dengan roda gigi kecil dengan penggigian
luar yang bebas (idler). Sebuah sekat yang berbentuk bulan
sabit dapat digunakan untuk mencegah cairan kembali ke
sisi hisap pompa.

Gambar 2.6 Pompa Roda Gigi Dalam


Sumber :http://macammakati.blogspot.com/2011/03/pompa-rotary-lanjutanpompa.html

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

3. Pompa Lobe (Pompa Caping)


Pompa ini mempunyai dua rotor atau lebih dengan
dua, tiga, atau lebih cuping pada masing masing rotor.
Putaran rotor tadi diserempakkan oleh roda gigi luarnya.

Gambar 2.7 Lobe pump


Sumber : http://www.pumpschool.com/principles/lobe_ani.htm
B. Pompa Dinamik
Pompa yang ruang kerjanya tidak berubah selama pompa
beroperasi. Untuk merubah kenaikan tekanan tidak harus merubah
volume aliran fluida. Pada pompa ini terjadi perubahan energi
mekanik menjadi energi kinetik kemudian menjadi energi potensial.
Pompa ini memiliki elemen utama sebuah rotor dengan suatu impeler
berputar dengan kecepatan tinggi. Fluida masuk dipercepat oleh
impeler yang menaikan kecepatan absolut fluida maupun tekanannya
dan melemparkan aliran melalui volute. Yang termasuk jenis pompa
ini adalah:
1. Pompa Aksial
Pompa ini memilki prinsip kerja berputarnya impeler akan
menghisap fluida yang dipompakan dna menekannya ke sisi tekan
dalam arah aksial. Pompa aksial biasanya diproduksi untuk
kebutuhan head rendah dengan kapsitas alairan yang besar. Dalam
aplikasinya, pompa ini banyak digunakan untuk keperluan
pengairan.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

Gambar 2.8 Pompa Aksial


Sumber : http://gunawananeva.files.wordpress.com/axial.jpg
2. Pompa Sentrifugal
Prisip kerjanya adalah fluida yang masuk dipercepat oleh impeller
yang menaikkan tekanan dan melempar fluida keluar melalui
volute.

Gambar 2.9 Pompa Sentrifugal


Sumber : http://www.hydrocarbonstechnology.com/contractors/pumps/varisco/varisco4.html
2.1.3 Pengertian dan Macam Macam Kavitasi pada Pompa Sentrifugal
Kavitasi adalah proses terjadinya perubahan fase pada aliran fluida
(cair) menjadi fase gas di bagian dalam pompa. Hal ini terjadi karena
tekanannya berkurang sampai dibawah tekanan uap jenuhnya. Misalnya,
air pada tekanan satu atmosfer akan mendidih dan menjadi uap jenuh
pada temperatur 100C. Tetapi jika tekanannya direndahkan, maka air

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


akan mendidih pada temperatur yang lebih rendah Jika tekanannya
cukup rendah, maka pada temperatur ruang pun, air dapat mendidih.
Kavitsi sering terjadi pada daerah yang bertekanan rendah dan
yang berkecapatan tinggi di dalam aliran. Pada pompa misalnya bagian
yang mudah mengalami kavitasi adalah sisi isapnya. Kavitasi akan
timbul jika tekanan isapnya terlalu rendah.
Kavitasi di dalam pompa dapat mengakibatkan:
1. Meningkatnya kebisingan dan getaran, akibatnya umur sil dan
bearing menjadi lebih pendek.
2. Kapasitas pompa menjadi berkurang.
3. Jika pompa dijalankan secara terus menerus dalam keadaan
pompa terjadi kavitasi, maka permukaan dinding menjadi
berlubang. Peristiwa ini disebut erosi kavitasi, sebagai akibat dari
tumbukan gelembung uap yang pecah pada dinding secara terus
menerus.
4. Berkurangnya efisiensi pompa.
5. Tersumbatnya sebagian lintasan impeller yang menurunkan kinerja
pompa.
Kavitasi banyak sekali memberikan kerugian pada kinerja pompa,
oleh karena itu diperlukan cara cara untuk mencegah kavitasi, antara
lain:
1. Tekanan sisi isap diperbesar. Cara ini menuntut dimensi pipa yang
lebih besar dengan batasan kurang lebih 3 atm.
2. Menurunkan temperature fluida.
3. Mengurangi kecepatan aliran pada sisi isap.
4. Pipa isap dibuat sependek mungkin dengan pompa untuk
mengurangi kerugian gesek.
Kavitasi

sangat

merugikan,

yaitu

mengakibatkan

turunnya

perfomansi, timbulnya suara dan getaran, serta rusaknya pompa.


Gelembung uap yang terbentuk dalam proses ini mempunyai siklus yang
sangat singkat. Knapp (Karassik dkk, 1976) menemukan bahwa mulai
terbentuknya gelembung sampai gelembung pecah hanya memerlukan
waktu sekitar 0,003 detik. Gelembung ini akan terbawa aliran fluida
sampai akhirnya berada pada daerah yang mempunyai tekanan lebih
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA
TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


besar daripada tekanan uap jenuh cairan. Pada daerah tersebut
gelembung tersebut akan pecah dan akan menyebabkan shock pada
dinding di dekatnya. Cairan akan masuk secara tiba-tiba ke ruangan yang
terbentuk akibat pecahnya gelembung uap tadi sehingga mengakibatkan
tumbukan. Peristiwa ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan
mekanis

pada

pompa.

Satu

gelembung

memang

hanya

akan

mengakibatkan bekas kecil pada dinding namun bila hal itu terjadi
berulang-ulang maka bisa mengakibatkan terbentuknya lubang-lubang
kecil pada dinding. Bahkan semua material bisa rusak oleh kavitasi bila
dibiarkan terjadi dalam jangka waktu yang lama.
Gejala kavitasi yang timbul pada pompa biasanya ada suara
berisik dan getaran, unjuk kerjanya menjadi turun, kalau dioperasikan
dalam jangka waktu lama akan terjadi kerusakan pada permukaan
dinding saluran. Permukaan dinding saluran akan berlubang-lubang
karena erosi kavitasi sebagai tumbukan gelembung-gelembung yang
pecah pada dinding secara terus-menerus dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

Gambar 2.10 Proses Kavitasi


Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/Chapter20II.pdf

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

Macam - macam tipe kavitasi pada pompa sentrifugal berdasarkan


penyebabnya yaitu :
1. Suction cavitation (kavitasi pada suction)
Kavitasi jenis ini terjadi akibat kekurangan NPSHA (NPSH aktual).
Aturan umumnya adalah NPSHA minimal harus sama atau lebih besar
dari NPSHR (NPSH yang dibutuhkan) untuk menghindari suction
cavitation. Mungkin kita akan beratnya-tanya, berapa margin yang
diperlukan antara NPSHA dengan NPSHR? Mungkin jawaban yang tepat
adalah tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil, karena perbedaan
yang besar antara NPSHA dengan NPSHR dapat menyebabkan resiko
kerusakan pada pompa terutama pada air yang relatif dingin (kurang dari
150 F). jadi perhatikan baik-baik kurva karakteristik pompa dari
manufactur. Tabel di bawah ini adalah margin antara NPSHA dengan
NPSHR yang direkomendasikan menurut J.T. McGuire, Pumps &
Systems Magazine 1996.

Gambar 2.11 tabel margin antara NPSHA dengan NPSHR


Sumber: http://bangkitwidayat.wordpress.com/2010/08/13/macam-macamkavitasi/
2. Recirculation Cavitation
Recirculation Cavitation diakibatkan oleh laju aliran (flow rate) yang
rendah pada pompa. Ada dua tipe dari recirculation cavitation yaitu
Suction side (terjadi di suction) dan Discharge side (terjadi di discharge)
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA
TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


dimana bisa terjadi pada saat yang bersamaan ataupun terpisah.
Keduanya terjadi akibat fenomena yang sama yaitu aliran balik pada
jarak yang berdekatan satu sama lain.
Ketika dua pola aliran yang bergerak saling berlawanan dan berdekatan
satu dengan yang lainnya, maka akan terbentuk pusaran sehingga
menyebabkan kecepatan fluida yang tinggi dan turbulensi, pada daerah
kecepatan tinggi tersebut akan terbentuk daerah tekanan rendah yang
dapat memicu terjadinya kavitasi.
Recirculation cavitation yang terjadi pada laju aliran (flow rate) yang
rendah secara tidak langsung merupakan fungsi dari tipe pompa dan
desain. Umumnya pompa dengan specific speed (Ns) dan suction specific
speed (Nss) rendah lebih sulit mengalami recirculation cavitation.
a. Suction recirculation cavitation
Jika fluida yang memasuki nozzle suction pompa alirannya terbalik maka
akan menghasilkan vortex dengan kecepatan tinggi baik di mata impeller
(impeller eye) maupun daerah di dekatnya, di nozzle suction, atau di pipa
yang dekat dengan nozzle suction. Kecepatan aliran yang tinggi akan
menghasilkan tekanan lokal yang rendah, tekanan lokal tersebut bisa
turun sampai di bawah tekanan uap-nya sehingga akan terjadi kavitasi.
Tanda-tanda terjadinya suction recirculation adalah terjadinya kerusakan
kavitasi di daerah pressure side dari inlet vanes atau dekat impeller eye
(mata impeller). Ketika melakukan pengamatan terhadap mata impeller,
daerah pressure side dari inlet vanes hendaknya menggunakan kaca
(unspection mirror) karena letaknya yang tersembunyi.
Noise yang terjadi karena suction recirculation cavitation bisa berbeda
dari noise akibat kavitasi jenis lain. Noise pada suction recirculation
cavitation terdengar seperti suara ledakan kecil (popping), gemertak
(crackling), pukulan (hammering) atau ketukan (knocking) yang keras,
dimana terjadi pada bagian suction nozzle dengan intensitas tinggi.
b. Discharge recirculation cavitation
Fluida yang meninggalkan sisi discharge impeller atau nozzle discharge
pompa pada flow rate (laju aliran) yang rendah kemungkinan bisa saja

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


berbalik arah, sehingga menghasilkan vortex (pusaran) berkecepatan
tinggi antara dua arah aliran sehingga menyebabkan area bertekanan
rendah. Tekanan dapat turun sampai di bawah tekanan uap (vapor
pressure) fluida sehingga dapat menyebabkan kavitasi. Kerusakan akibat
recirculation cavitation terjadi pada daerah discharge dari batas luar
impeller, cutwater, bagian dalam nozzle discharge, atau pada pipa dekat
nozzle discharge.
Secara umum noise yang terjadi akibat discharge recirculation cavitation
lebih kecil (sedikit) dari pada noise pada suction side recirculation. Noise
akibat discharge recirculation cavitation kebanyakan terdengar pada
nozzle discharge pompa, dan apabila terjadi suction recirculation
caviataion maka tidak akan terdengar suara letusan kecil (popping)
ataupun gemertak (crackling).

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

Gambar 2.12 kerusakan akibat Discharge Recirculation Cavitation


Sumber: http://bangkitwidayat.wordpress.com/2010/08/13/macam-macamkavitasi/
3. Incipient Cavitation
Hal pertama yang perlu dilakukan untuk memahami incipient cavitation
adalah anda harus memahami konsep NPSHi (Net Positive Suction Head
Inception) dan NPSHR.

dP or P adalah perbedaab tekanan yang diukur pada nozzle intake


(suction) dan discharge.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

NPSHi adalah titik dimana NPSH cukup tinggi untuk menekan


semua awal mula kavitasi pada pompa.

NPSHA (Net Positive Suction Head Available)

Definisinya adalah : Sejumlah energi yang ada pada cairan yang diukur
pada nozzle intake pompa, besarnya kurang dari tekanan uap (vapor
pressure) dari cairan tersebut.
Jika cairan yang memasuki pompa tidak mempunyai margin NPSH A
yang cukup terhadap NPSHR maka akan terjadi kavitasi dan pompa akan
turun performanya serta dapat mengakibatkan kerusakan pada pompa.
Margin antara NPSHA dengan NPSHR sangat dibutuhkan dan besarnya
bervariasi. Besarnya margin tersebut tergantung dari tipe pompa, usia dan
kondisi pompa, dan variable lain. Sampai saat ini masih diperdebatkan
oleh para ahli dan mungkin satu-satunya solusi saat ini adalah
pengalaman.

NPSHR (Net Positive Suction Head Required)

NPSHR disebut juga NPSH3%, mengacu kepada Hydraulic Institute (HI)


standard method (ANSI/HI 1.6-2000entrifugal Pump Tests).
Nilai NPSHR ditentukan oleh manufaktur berdasarkan pengetesan pompa
secara langsung sesuai dengan standard ANSI/HI. Biasanya informasi
NPSHR disajikan dalam bentuk kurva versus kurva karakteristik kapasitas
head dari pompa.
Dalam prakteknya NPSHA harus lebih besar dari NPSHR dengan margin
tertentu untuk menghindari kavitasi yang dapat mengakibatkan turunnya
efisiensi pompa dan dapat kerusakan pada pompa. Oleh karena itu
prosedur pengetesan standar HI mengatur NPSHR 3% lebih kecil dari
suction head. Asumsi perbedaan head 3% didasari oleh kavitasi yang
terjadi di dalam pompa.

Margin yang diperlukan NPSHA > NPSHR

a. Pompa dengan energy suction rendah (Low suction energy pump)


Definisi pompa dengan energi suction rendah adalah pompa dengan Nss
< 9500. NPSHA harus lebih besar dari NPSHR dengan margin antara 1
10 feet. Penambahan margin dapat diterima tetapi keausan akan

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


bertambah akibat incipient cavitation terutama pada pompa yang bekerja
dengan cairan berat seperti air ketika bekerja pada temperatur di bawah
150 F dan differential pressure-nya tinggi.
b. Pompa dengan energi suction tinggi (High suction energy pumps)
Pompa dengan energi suction tinggi adalah Nss >9500. NPSH A harus
lebih besar dengan besaran margin antara 3 20 atau lebih) untuk
menekan incipient cavitation. Untuk alasan tersebut pompa dengan Nss
tinggi mungkin saja membutuhkan inducer. Hanya orang yang bekerja di
manufaktur pompa dengan pengalaman yang tinggi yang bisa
menjelaskan dan mengawasi pemasangan (instalasi) dari high suction
energy pumps.

Gambar 2.13 grafik yang menunjukan NPSHR pada berbagai macam flowrate.
Sumber : Sumber: http://bangkitwidayat.wordpress.com/2010/08/13/macammacam-kavitasi/

Incipient Cavitation didefinisikan sebagai : Kavitasi yang terjadi di


bagian dalam pompa, dari titik 3% NPSHR sampai incipient point.
Incipient cavitation terjadi pada sebagian besar pompa setiap saat. Hal ini
terjadi karena turbulensi yang dihasilkan oleh impeller sehingga
menyebabkan tekanan lokal yang berada dibawah tekanan uap fluida
pompa. Pada dunia pompa umumnya incipient cavitation hanya
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA
TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


menyebabkan sedikit kerusakan dan sedikit penurunan performa oleh
karena itu konsep ini jarang digunakan. Tetapi hal ini berbeda pada high
energy suction pumps, konsep incipient cavitation sangatlah diperlukan.
berikut adalah contoh sistem high energy suction pumps antara lain
HVAC cooling towers, chilled water systems, dan boiler feed pumps.
Margin yang tinggi antara NPSHA dengan NPSHR dapat menyebabkan
peningkatan kerusakan oleh incipient cavitation, makin tinggi marginnya
makin tinggi pula tingkat kerusakannya sampai tercapai NPSHi tetapi
biasanya nilai NPSHi tidak dapat tercapai.
Faktor yang menyebabkan incipient cavitation menjadi masalah antara
lain :
1. Cairan berat seperti air terutama pada suhu yang dingin (<150 F).
2. High Suction Specific Speeds (Nss > 9500), dan High energy pumps.
3. Sistem dengan P tinggi.
4. Sistem dengan margin NPSHA dengan NPSHR tinggi.
Incipient cavitation sangat erat hubungannya dengan Suction Specific
Speed dari pompa, Suction Specific Speed yang lebih tinggi lebih mudah
terjadi masalah incipient cavitation. High Suction Energy pumps
memerlukan margin yang lebih besar antara NPSHA dengan NPSHR. The
standard Hydraulic Institute test method untuk NPSHR menentukanbahwa
NPSHR berada 3% lebih rendah dari P sebenarnya pompa tersebut.
Tetapi hal tersebut tidak berlaku umum dan hanya berlaku untuk low
suction energy pumps dan low suction specific speed pumps. Untuk
aturan pada High Suction Energy pumps biasanya sudah ditentukan oleh
manufakturnya.
4. Vane Passing Syndrome Cavitation
Vane Passing Syndrome Cavitation adalah kavitasi yang terjadi ketika
clearance antara ujung impeller dengan cutwater (bagian ujung impeller
yang berbentuk wedge-shape) terlalu kecil, sehingga menyebabkan
turbulensi. Biasanya kerusakan akibat Vane Passing Syndrome Cavitation

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


dapat diamati pada bagian center dari cutwater, ujung blade impeller,
discharge pelindung ujung impeller, dan casing pompa bagian
downstream teapt dibelakang cutwater.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


2.1.4 Pengertian dan Macam Macam NPSH
Net Positive Suction Head (NPSH) adalah tekanan awal bernilai
positif yang terdapat pada sisi inlet pompa. Syarat terjadinya kevakuman
pada pompa, nilai NPSH tidak boleh negatif. NPSH terdapat dua jenis :
a. NPSH Tersedia
Nilai NPSH yang tersedia pada sistem sebagai panduan dalam
pemilihan pompa. Dapat dirumuskan :

Dimana ,

Hsv

NPSH tersedia (m)

Pa

Tekanan

atmosfer (N/m2)
Pv

Tekanan

uap

jenuh (N/m2)

=Berat jenis fluida


hs

Head statis (m)

hls = Head looses dalam pipa hisap (m)


b. NPSH yang Dibutuhkan
Adalah Nilai NPSH minimal yang harus tersedia sebagai syarat
pompa tersebut untuk menghisap dan beroperasi dengan baik. Nilai
NPSH ini berbeda untuk setiap pompa dipengaruhi oleh desain sudusudu impeler, diameter impeler, kapasitas, dan putaran pompa.
Semakin besar kapasitas dan tinggi putaran pompa, maka NPSH
yang diperlukan juga semakin besar. Untuk mengetahui nilai NPSH
yang diperlukan dapat dilihat dari data sheet pompa. Supaya pompa
beroperasi dengan baik dan terhindar dari kavitasi, NPSH tersedia
harus lebih besar daripada NPSH yang diperlukan. Syarat ,
NPSH tersedia > NPSH yang dibutuhkan
Untuk penaksiran nilai NPSH yang diperlukan dapat dihitung
melalui konstanta kavitasi () dengan rumus :

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


Dimana,

= Konstanta kavitasi
H = Head (m)
n = Putaran pompa (rpm)
Hsv.n = . H . n
Selain menggunakan rumus tersebut, penentuan NPSH yang
dibutuhkan dapat dilakukan dengan menggunakan kecepatan
spesifik hisap(s)
Hsv.n =
Dimana, Hsv.n = NPSH yang diperlukan (m)
Qn
= Kapasitas pada titik efisiensi terbaik
(m3/min)
n
S

= Putaran pompa (rpm)


= Kecepatan spesifik hisap (m/s)

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

Gambar 2.14 NPSH bila tekanan atmosfer bekerja pada permukaan air yang di
hisap
Sumber:Pompa dan kompresor, Sularso

Gambar 2.15 NPSH bila tekanan uap yang bekerja dalam tangki air hisap yang
tertutup
Sumber:Pompa dan kompresor, Sularso

2.2 Pompa Sentrifugal


2.2 Pompa Sentrifugal dan Prinsip Kerjanya
2.2.1 Bagian-Bagian Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal mempunyai konstruksi sedemikian rupa
sehingga aliran zat cair yang keluar dari impeller akan melalui sebuah
bidang tegak lurus poros pompa. Konstruksi dari pompa sentrifugal
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

Gambar 2.16 Bagian-bagian pompa sentrifugal


Sumber : Tahara, Sularso. Pompa dan Kompresor, Pradnya Paramitha,
Jakarta, 2000, hal 75

Impeller dipasang pada satu ujung poros dan pad ujung


yang lain dipasang kopling untuk meneruskan daya dari penggerak.
Poros ditumpu oleh dua buah bantalan Sebuah paking atau perapat
dipasang pada bagian rumah yang ditembus poros, untuk mencegah air
membocor keluar atau udara masuk dalam pompa.
a. Impeller
Merupakan bagian yang berputar dari pompa dan memberikan daya
pada air, sehingga air akan mendapatkan energi spesifik berupa
kecepatan dan tekanan. Di dalam rumah siput, kecepatan air secara
berangsur-angsur diubah menjadi tekanan statis.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

Gambar 2.17 Bagian-bagian pompa sentrifugal


Sumber : Tahara, Sularso. Pompa dan Kompresor, Pradnya Paramitha,
Jakarta, 2000

Gambar 2.18 Macam-macam impeller


A. Open Impeller

E. Pulp Impeller

B. Semi Open Impeller

F. Propeller

C, D. Closed Impeller

G. Mixed Flow Impeller

Sumber : Edward, Hicks. Teknologi Pemakaian Pompa, Erlangga, Jakarta,


1996, hal 19

b. Rumah Pompa

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


Berfungsi sebagai pengarah fluida yang dilemparkan impeller.
Akibat gaya sentrifugal yang menuju pompa tekan, sebagian energi
kinetik fluida diubah menjadi tekanan.

Gambar 2.19 Desain Rumah Pompa


Sumber : Edward, Hicks. Teknologi Pemakaian Pompa, Erlangga, Jakarta,
1996, hal 20

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

c. Poros Pompa
Sebagai penerus putaran pengerak kepada impeller dan pompa. Poros
pompa dibedakan menjadi dua, yaitu :
poros pompa datar atau horizontal
poros pompa tegak atau vertikal

Gambar 2.20 Poros pompa


Sumber : http://macammakati.blogspot.com/2011/03/klasifikasi-pompasentrifugal-lanjutan.html
.
d. Bantalan Poros
Bantalan yang banyak dipakai pada pompa sentrifugal adalah
bantalan anti gesek, selongsong, rol bola, dan kingsbury. Bantalan
anti gesek dapat berupa baris tungal atau ganda. Bantalan rol banyak
dipakai untuk poros pompa berukuran besar.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

Gambar 2.21 Bantalan praktis untuk pompa


A. Bantalan rol

C. Bantalan vertikal

B. Bantalan horizontal

D. Bantalan kinsbury

Sumber : Edward, Hicks. Teknologi Pemakaian Pompa, Erlangga, Jakarta, 1996,


hal 22

e. Selongong Poros
Berfungsi utuk mencegah kebocoran udara ke dalam pompa bila
beroperasi

dengan

tinggi

isap

(suction

lift)

dan

untuk

mendistribusikan cairan perapat secara merata di sekeliling ruang


cincin (anular space) antara lubang peti dan permukaan selongsong
poros. Selongsong poros disebut juga sangkar perapat atau cincin
lantern.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

Gambar 2.22 Selongsong poros pompa


Sumber : Edward, Hicks. Teknologi Pemakaian Pompa, Erlangga, Jakarta, 1996,
hal 22

Selongsong poros ini menerima cairan yang bertekanan dari pompa


atau sumber tersendiri lainnya. Kadang-kadang digunakan minyak
gemuk sebaga medum perapat apabila cairan yang bersih tidak
tersedia atau tidak dapat dipakai (pompa air kotor).
.
f. Perapat Poros (Perapat Mekanis)
Digunakan untuk mencegah kebocoran di sekeliling poros. Perapat
poros ini juga dipakai apabila peti gasket tidak dapat mencegah
kebocoran secara maksimal. Permukaan perapat tegak lurus terhadap
poros pompa dan biasanya terdiri dari dua bagian yang dihaluskan
dan dilumasi. Perapat poros dibedakan menjadi dua, yaitu jenis
dalam dan jenis luar. Jenis luar dipakai apabila cairan yang dipompa
berpasir dan tidak diinginka adanya ebocoran pada peti gasket. Jenis
dalam digunakan untuk cairan yang mu dah menguap.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

Gambar 2.23 Perapat Mekanis


Sumber : Edward, Hicks. Teknologi Pemakaian Pompa, Erlangga, Jakarta, 1996,
hal 24

g) Inlet

Inlet merupakan saluran masuk fluida ke dalam rumah pompa.

Gambar 2.24 Inlet


Sumber : http://www.amking.com/mining-equipment/pumps/sump-pumps/16khyd01
h) utlet
Outlet digunakan sebagai saluran keluar fluida dari rumah pompa.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

Gambar 2.25 Outlet


Sumber : http://www.directindustry.com/prod/dynex/multiple-outlet-hydraulicpumps-14022-88450.html

2.2.2 Prinsip Kerja Pompa Sentirfugal


Secara garis besar, pompa bekerja dengan cara mengubah
energi mekanik dari poros yang mengerakkan sudu-sudu pompa,
kemudian menjadi energi kinetik dan tekanan pada fluida. Demikian
pula pada pompa sentrifugal, agar bisa bekerja, pompa membutuhkan
daya dari mesin penggerak pompa. Berputarnya impeller menyebabkan
tekanan vakum pada sisi isap pompa, akibatnya fluida yang mengalir
terhisap masuk ke dalam impeller. Di dalam impeller, fluida
mendapatkan percepatan sedemikian rupa dan terkena gaya sentrifugal,
sehingga fluida mengalir keluar dari impeller dengan kecepatan tertentu.
Kecepatan keluar fluida ini selanjutnya akan berkurang dan berubah
menjadi energi tekanan di dalam rumah pompa. Besarnya tekanan yang
timbul tergantung pada besarnya kecepatan fluida.
2.2.3 Macam-Macam Alat Ukur yang Digunakan
1.

Neraca Pegas
Alat ini digunakan untuk mengukur gaya pada pompa

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

Gambar 2.26 Neraca Pegas


Sumber : http://www.inticitrausaha.com/Neraca-Pegas-3-N.gif
2.

Pipa Ventury
Alat ini digunakan untuk mengukur debit fluida

Gambar 2.27 Pipa Ventury


Sumber : http://www.owp.csus.edu/glossary/venturi-meter.php
3.

Bordon Gauge
Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan yang terjadi di dalam pompa

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

Gambar 2.28 Bordon Gauge


Sumber : http://www.frca.co.uk/article.aspx?articleid=100325

4.

Manometer U
Alat ini digunakan untuk mengukur beda tekanan pada pipa ventury

Gambar 2.29 Manometer U


Sumber :
http://boomeria.org/physicslectures/atmospheric/atmospheric.html

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

2.3 Teori dan Persamaan yang Mendukung Percobaan


2.3.1 Persamaan Bernoulli
Suatu aliran fluida incompresible yng memiliki tekanan (P),
kecepatan (v), dan beda ketinggian (z) mempunyai energi aliran fluida
sebesar :

Persamaan energi :
w m g z

N .m

Persamaan energi spesifik :


w gz

mP mv 2

P v2

c
2

N .m / kg

Persamaan ketinggian :
H z

P
v

c m
g 2g

Persamaan Bernoulli umumnya ditulis dalam bentuk :


2

z1

dimana

P1
v
P
v
1 z2 2 2
g 2g
g 2g

P
adalah head tekanan
g
v2
2g

adalah head kecepatan

Syarat hukum Bernoulli:


1. Aliran steady
2. Fluida incompressible
3. Kerugian gesek diabaikan (invested/tanpa gesekan)

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


4. Tidak ada kabar yang masuk/tidak ada kerja
5. Kekentalan konstan (inviscos)
Persamaan Kontinuitas

m1 m 2

1 . V1 = 2 . V2
1 . A1 . L1 = 2 . A2 . L2
1 . A1 . v1 . t1 = 2 . A2 . v2 . t2
1 A1 1 2 A2 2

dengan air ,t (waktu) = konstan, maka :


Q1 Q2

A1 1 A2 2
1
1
D 2 2 g h1 D 2 2 g h2
4
4

dimana : Q = debit aliran (m3/s)


v

= kecepatan aliran (m/s)

A = luas penampang saluran (m2)


g

= percepatan gravitasi (m2/s)

= ketinggian jatuh fluida (m)

D = diameter saluran (m)


Persamaan air yang mengalir di atas adalah konstan, meskipun
alirannya melewati suatu bentuk penampang yang berbeda-beda.
2.3.3 Karakteristik Pompa Seri dan Paralel
1. Operasi Pompa dengan Karakteristik Sama

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


Gambar 2.30 Operasi Seri dan Paralel dari Pompa dengan Karakteristik
Sama
Sumber : Tahara, Sularso. Pompa dan Kompresor, Pradnya Paramitha,
Jakarta, 2000, hal 94

Gambar di atas menunjukkan operasi pompa tunggal,seri, dan


paralel untuk pompa dengan karakteristik sama. Pompa tunggal
berindeks 1, pompa seri berindeks 2, dan pompa paralel berindeks 3.
Harga head pada kurva 2 adalah dua kali harga head kurva 1
pada kapasitas yang sama. Sedangkan pada head yang sama, harga
kapasitas Q pada kurva 3 adalah dua kali kapasitas Q pada kurva 1.
Dari gambar ditunjukkan tiga buah kurva head kapasitas
sistem, yaitu R1, R2, dan R3. Kurva R3 menunjukkan tekanan yang
sangat tinggi.
Jika sistem mempunyai kurva R1, maka titik kerja pompa 1
akan terletak di A. Jika pompa disusun paralel, maka titik kerja
pompa berpindah ke B. Terlihat bahwa head di B tidak sama dengan
dua kali head di A, dikarenakan adanya perubahan head sistem.
Jika pompa mempunyai karakteristik R2, maka laju aliran
akan sama untuk susunan seri dan paralel. Susunan paralel biasa
digunakan untuk laju aliran besar. Sedangkan susunan seri digunakan
untuk head ang tinggi pada titik operasi. Untuk susunan seri, karena
pompa kedua menghisap zat bertekanan di pompa pertama, maka
perlu diperhatikan dalam hal kekuatan konstruksi dan kerapatan
terhadap kebocoran dalam rumah pompa.
2. Operasi Pompa Paralel dengan Karakteristik Berbeda

Gambar 2.31 Operasi Paralel dari Pompa dengan Karakteristik Berbeda

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


Sumber : Tahara, Sularso. Pompa dan Kompresor, Pradnya Paramitha,
Jakarta, 2000, hal 94

Gambar di atas menunjukkan pompa 1 yang mempunyai


kapasitas kecil dibandingkan dengan pompa 2. Jika keduanya
digabungkan, akan menghasilkan kurva karakteristik 3.
Untuk kurva R1 akan dicapai titik operasi di C dengan laju
aliran total sebesar Q. Pada keaadan ini, pompa 1 akan beroperasi di
titik D dan pompa 2 di titik E, sehingga didapatkan Qtotal = Q1 + Q2.
Jika kurva head kapasitas lebih curam dari R 2, maka pompa 1
tidak dapat menghasilkan aliran keluar karena head yang tinggi, hal
ini menyebabkan aliran kembali masuk pompa1. Untuk mencegah
hal tersebut, pompa dilengkapi dengan check valve (katup cegah)
pada saluran atau pipa keluarnya.
3. Operasi Pompa Seri dengan Karakteristik Berbeda
Gambar 2.25 menunjukkan susunan seri pompa. Kurva 1
adalah pompa kapasitas besar dan kurva 3 adalah karakteristik
pompa susunan seri.

Gambar 2.32 Operasi Seri dari Pompa dengan Karakteristik Berbeda


Sumber : Tahara, Sularso. Pompa dan Kompresor, Pradnya Paramitha,
Jakarta, 2000, hal 95

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


Jika sistem mempunyai kurva R1, maka operasi pompa seri
terletak di titik C. Pada keadaan ini, pompa 1 bekerja di titik D, dan
pompa 2 di titik E, dengan head total H total = H1 + H2. Untuk sistem
yang mempunyai kurva karakteristik R2, head pompa 1 akan menjadi
negatif (-) sehingga merugikan head pompa 2.

2.4 Rumus Perhitungan


2.4.1 Pompa Tunggal
1. Head (H)
H

Pd Ps

(m)

dimana :
Pd tekanan buang
Ps tekanan isap

(N / m2 )

(N / m2 )

water g

2. Kapasitas (Q)
Q

0,189
h
1000

(m 3 / s )

dimana :
h = beda ketinggian Hg pada venturimeter (mm)
3. Putaran (n)
Satuan : rpm
Diukur dengan tachometer digital
4. Torsi (T)

T F L
dimana :
F Gaya beban (N )
L Lengan momen 0,179 m

5. Daya (W)

Daya Poros (W1) :

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


W1 F

n
k

dimana :

(Watt )

k = konstanta brake = 53,35


n = putaran (rpm)

Daya Air (W2) :


W2 ( Pd Ps ) Q (Watt )

6. Efisiensi ( )

W2
100%
W1

2.4.2 Pompa Seri


1. Head
H1

Pd1 Ps1

( m)

H2

Pd 2 Ps 2

( m)

H Total H 1 H 2

( m)

2. Kapasitas (Q)
Q

0,189
h
1000

(m 3 / s)

dimana :
h beda ketinggian

(mm)

3. Torsi (T)
T1 F1 L

( N .m)

T2 F2 L ( N .m)
TTotal T1 T2

dimana :
F Gaya beban (N )
L Lengan momen 0,179m

4. Daya (W)

Daya Poros (W1) :

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


n
(Watt )
k
n
W1, 2 F2
(Watt )
k
W1, Total W1,1 W1, 2 (Watt )
W1,1 F1

dimana :

k = konstanta brake = 53,35


n = putaran (rpm)

Daya Air (W2) :


W2,1 ( Pd1 Ps1 ) Q

(Watt )

W2, 2 ( Pd 2 Ps 2 ) Q
W1, Total W1,1 W1, 2

(Watt )

(Watt )

5. Efisiensi ( )

W2 ,Total
W1, Total

100%

2.4.3 Pompa Paralel


1. Head
H1

Pd1 Ps1

( m)

H2

Pd 2 Ps 2

( m)

H Total

H1 H 2
2

( m)

2. Kapasitas (Q)
Q

0,189
h
1000

(m 3 / s)

dimana :
h beda ketinggian

(mm)

3. Torsi (T)
T1 F1 L

( N .m)

T2 F2 L ( N .m)
TTotal T1 T2

dimana :

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


F Gaya beban (N )
L Lengan momen 0,179m

4. Daya (W)

Daya Poros (W1) :


n
(Watt )
k
n
W1, 2 F2
(Watt )
k
W1, Total W1,1 W1, 2 (Watt )
W1,1 F1

dimana :

k = konstanta brake = 53,35


n = putaran (rpm)

Daya Air (W2) :


Q
(Watt )
2
Q
W2, 2 ( Pd 2 Ps 2 )
(Watt )
2
W2, Total W2,1 W2, 2 (Watt )
W2,1 ( Pd 1 Ps1 )

5. Efisiensi ( )

W2, Total
W1, Total

100%

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
3.1 Variabel yang Diamati
3.1.1 Variabel Bebas
Dalam percobaan pompa sentrifugal ini, variabel yang diamati
ada dua macam, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas
yang diamati adalah besarnya kecepatan putaran poros dan putaran
katup.
3.1.2 Variabel Terikat
Sedangkan variabel terikat dalam percobaan pompa sentrifugal
ini antara lain :
a. Besarnya head pompa yang dipengaruhi oleh beda tekanan isap dan
tekanan buang.
b. Besarnya daya air dan daya poros dari pompa.
c. Besarnya kapasitas pompa yang ditentukan oleh beda ketinggian
pada venturimeter.
d. Besarnya torsi dari pompa.
3.1.2 Variabel Terikat
Variabel control pada percobaan ini adalah putaran motor
3.2 Spesifikasi Peralatan yang Digunakan
Dalam pengujian pompa sentrifugal ini, digunakan perangkat
pompa sentrifugal dengan spesifikasi sebagai berikut :
Equipment

: Two Stage Centrifugal Pump

Serial No.

: TE 83/5806

Date

: 8 Maret 1982

Suplied to

: Karl Klub KG (for Indonesia)

Electrical Supply

: 220 Volt, 1 Phase, 50 Hz

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

Driving motor type


Serial no.
Speed
Power
Electrical control type
Pump type
Max head
Max flow

1st Stage
Neco Shunt
C 166415.C
Variable 0 to 3000 rev/min
0,75 KW (1 HP)
Neco electrical 2AF ISO
Stuart no 25/2
13 m
130 L/minute

2nd Stage
Neco Shunt
C 166415.B
Variable 0 to 3000 rev/min
0,75 KW (1 HP)
Neco electrical 2AF ISO
Stuart no 25/2
13 m
130 L/minute

Newton rev / min


53,35

Power Constant

: Watts

Tachometer

: Compand Type M 48, No. 62637

Venturi
Calibration

v 0,2 h

Diameters D = 37,5 mm dan d = 22,2 mm


Note

: Electrical Warning Labels Fitted

Literature

: Winning Diagram 41109

3.3 Instalasi Alat Percobaan

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

Gambar 3.1 Skema Instalasi Pompa


Sumber : Buku Petunjuk Praktikum Mesin Fluida

Instalasi percobaan ini terdiri dari 2 pompa sentrifugal, yaitu pompa I


(P1) dan pompa II (P2) yang masing-masing digerakkan oleh sebuah motor
listrik (M) yang dihubungkan dengan neraca pegas. Sebuah panel pengaturan
dan alat ukur (manometer raksa dan manometer bourdon). Jaringan pipa
dilengkapi dengan dua katup isap yaitu katup pompa I (A) dan katup pompa II
(B). Sebuah katup pengatur aliran tunggal, seri dan paralel (C), sebuah katup
pengatur keluaran (D), sebuah venturi (V)
3.4 Langkah Percobaan
1. Periksa kedudukan alat ukur agar tidak menyimpang.
2. Passtikan tangki terisi air.
3. Pastikan dinamometer dalam keadan setimbang.
4. Katup A dibuka, katup B ditutup (pengujian pompa tunggal).
5. Pompa I dihidupkan .
6. Besar putaran dilihat pada tachometer digital, jaga putaran tetap konstan.
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA
TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


7. Dalam keadan katup buang tertutup, catat data pada alat ukur.
8. Ulangi langkah 7 dengan memutar katup buang 180o, tiap pengambilan
data. Lakukan hingga terbuka penuh.
9. Untuk mengakhiri pengujian, putar perlahan pengatur kecepatan agar
kecepatan melambat. Katup buang ditutup kembali, matikan mesin.
10. Pada pengujian pompa seri, katup C diubah kedudukannya 180 o dan
pompa II dihidupkan. Langkah 7 dan 8 diulangi lagi.
11. Pada pengujian pompa paralel, katup C diubah kedudukannya 180o (seperti
kedudukan awal). Katup B dibuka dan pompa I dinyalakan. Langkah 7 dan
8 diulangi lagi .
12. Percobaan selesai.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Data Hasil Percobaan
(terlampir)

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

4.2 Pengolahan Data


4.2.1 Contoh Perhitungan
a. Pompa Tunggal
1. Head
Pd Ps
2900

2,9

1000 9,81

( m)

2. Kapasitas (Q)
Q

0,189
0,189
h
2 0,000267
1000
1000

(m 3 / s)

3. Putaran (n) = 1700 rpm


4. Torsi (T)

T F L 1.9 0,179 0,3401 ( N .m)


5. Daya (W)
Daya Poros (W1) :
W1 F

1700
n
60,5435
1,9
53
,35
k

(Watt )

Daya Air (W2) :


W2 ( Pd Ps ) Q = ( 29000) 0,000267 7,743 (Watt )

5. Efisiensi ( )

W2
7,743
100% 12%
100%
60,5435
W1

b. Pompa Seri
1. Head
H1

Pd1 Ps1
26500

2,7
1000 9,81

H2

Pd 2 Ps 2
30000

3,06
1000
9,81

( m)

( m)

H Total H 1 H 2 5,76( m)

2. Kapasitas (Q)
Q

0,189
1000

0,189
8 0,0005345 (m 3 / s )
1000

3. Torsi (T)
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA
TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


T1 F1 L 1,15 0,179 0,20585

( N .m)

T2 F2 L 1,7 0,179 0,3043 ( N .m)


TTotal T1 T2 = 0,51015 ( N .m)

4. Daya (W)
Daya Poros (W1) :
n
k
n
W1, 2 F2
k
W1, Total W1,1 W1, 2
W1,1 F1

1700
36,6448 (Watt )
53,35
1600
1,7
50,98407(Watt )
53,35
36,6448 50,98407 87,62887
1,15

(Watt )

Daya Air (W2) :


W2,1 ( Pd 1 Ps1 ) Q
W2, 2 ( Pd 2 Ps 2 ) Q
W1, Total W1,1 W1, 2
26500 0,0005345 14,16425 (Watt )
30000 0,0005345 16,035 (Watt )
14,16425 16,035 30,19929 (Watt )

5. Efisiensi ( )

W2 ,Total
W1, Total

100%

30,19925
100% 34%
87,62887

c. Pompa Paralel
1. Head

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


H1

Pd1 Ps1
0,47.10 5

4,795
1000 9,81

( m)

H2

Pd 2 Ps 2
0,44.10 5

4,489
1000 9,81

( m)

H Total

H 1 H 2 4,7955 4,489

4,642 ( m)
2
2

2. Kapasitas (Q)

0,189
1000

0,189
5 0,000423 (m 3 / s )
1000

3. Torsi (T)
T1 F1 L 2,3 0,179 0,4117

( N .m)

T2 F2 L 0,8 0,179 0,1432

( N .m)

TTotal T1 T2 0,4117 0,1432 0,5549

( N .m)

4. Daya (W)

Daya Poros (W1) :


1800
n
2,3
77,6 (Watt )
53,35
k
n
1800
W1, 2 F2
0,8.
26,99 (Watt )
53,35
k
W1, Total W1,1 W1, 2 77,6 26,99 104,59 (Watt )

W1,1 F1

Daya Air (W2) :


Q
2
Q
W2, 2 ( Pd 2 Ps 2 )
2
W2, Total W2,1 W2, 2
W2,1 ( Pd 1 Ps1 )

0,000423
9,9405(Watt )
2
0,000423
0,44.10 5
9,306 (Watt )
2
9,9405 9,306 19,2465 (Watt )
0,47.10 5

5. Efisiensi ( )

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

W2, Total
W1, Total

100%

19,2465
100% 18,401%
104,59

4.2.2 Grafik dan Pembahasan


(terlampir)

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian pompa sentrifugal dengan instalasi tunggal, seri,
maupun paralel, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

Semakin tinggi kapasitas fluida yang dialirkan pompa, maka head yang
dihasilkan semakin menurun.

Untuk mendapatkan head yang tinggi, maka digunakan instalasi pompa


seri dengan head yang dihasilkan dua kali lebih besar dari pompa
tunggal.

Semakin tinggi kapasitas fluida yang dialirkan pompa, maka efisiensi


yang dihasilkan juga semakin besar.

Untuk mendapatkan kapasitas yang tinggi, maka digunakan instalasi


pompa paralel dengan kapasitas yang dihasilkan dua kali lebih besar dari
pompa tunggal.

Semakin besar kapasitas fluida yang dialirkan pompa, maka semakin


besar pula torsi yang dihasilkan, yang diakibatkan oleh kecepatan air
yang semakin cepat dan gaya motor yang semakin besar.

Efisiensi yang dihasilkan pompa semakin lama semakin besar, akan


tetapi setelah mencapai titik optimum, nilainya cenderung menurun,
yang diakibatkan oleh adanya head losses akibat gesekan fluida dengan
pipa, perubahan luas penampang, belokan pada pipa, shock effect pada
impeller, serta efek benturan air.

5.2 Saran
Untuk lebih meningkatkan efisiensi kerja pada praktikum pengujian
pompa sentrifugal ini, maka disertakan pula saran-saran sebagai berikut :

Sebelum melaksanakan praktikum, hendaknya para praktikan memahami


terlebih dahulu konsep dasar dari pompa beserta teori-teori yang
mendukungnya.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

Selama pengujian berlangsung, hendaknya praktikan mengamati


jalannya percobaan dengan seksama.

Dalam pengambilan data pengujian, hendaknya praktikan lebih teliti dan


cermat dalam melihat data yang ada.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

4.2.2 Pembahasan Grafik


A. Grafik Hubungan Kapasitas dan Head ( Pompa Tunggal)
Pada grafik hubungan kapasitas pada pompa tunggal dapat dilihat
bahwa kurva grafik cenderung mengalami penurunan. Dimana semakin
bertambahnya kapasitas fluida maka headnya semakin turun. Hal ini
disebabkan karena hubungan antara head dan kapasitas berbanding
terbalik sesuai dengan rumus berikut :

Jadi
Dimana :

Beda tekanan akan mempengaruhi kapasitas pada pompa, yaitu


pada saat beda tekanan (Pd Ps) turun maka kapasitas dari pompa akan
betambah, dan seperti juga sebaliknya. Dalam grafik juga dapat dilihat
bahwa head tertinggi pada pengujian pompa tunggal berada pada head
4,081633 m dengan kapasitas sebesar 0,00019 m3/s.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


B. Grafik Hubungan Kapasitas dan Head ( Pompa Seri)
Dari grafik hubungan antara kapasitas dan head pada pompa susunan
seri dapat dilihat polynomial grafik mengalami penurunandari awal
putaran sampai akhir putaran mesin, dimana semakin bertambahnya
kapasitas maka head akan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan
karena hubungan antara head dan kapasitas pompa adalah berbandding
terbalik. Head dapat dirumuskan sebagai berikut :

Jadi
Dimana :

Dari grafik terlihat juga bahwa head total memiliki nilai tertinggi. Hal
ini disebabkan karena pada head total merupakan penjumlahan dari head
pompa I dan pompa II. Dimana nilai head tertinggi dari pompa seri
adalah 7,244897 m dengan kapasitas sebesar 0,00059767 m 3/s. Disini
menunjukkan bahwa head pompa seri lebih besar dari pompa tunggal.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


C.

Grafik Hubungan Kapasitas dan Head ( Pompa Pararel)


Dari grafik hubungan kapasitas terhadap head pada pengujian pompa pararel

dapat dilihat bahwa polynomial grafik mengalami penurunan dari awal sampai
akhir putaran, dimana semakin bertambahnya kapasitas maka head akan
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena hubungan antara head dan
kapasitas pompa adalah berbandding terbalik, yang sesuai dengan rumus :

Jadi
Dimana :

Pada pertambahan nilai kapasitas maka akan mempengaruhi beda


tekanan (Pd Ps) karena tekanan masuk semakin besar maka mengakibatkan
terjadinya penurunan beda tekanan , dimana beda tekanan juga berbanding
lurus dengan head, sehingga menyebabkan penurunan nilai head . Dalam
grafik juga terlihat kapasitas pada pompa pararel lebih besar dari pada pompa
seri dan pompa tunggal. Hal ini karena kapasitas pompa pararel dihasilkan
dari kapasitas pompa I dan pompa II.
Nilai kapasitas tertinggi pada pompa pararel yaitu sebesar
0,001239356 m3/s, dengan head sebesar 1,27551024 m, nilai ini
membuktikan pompa pararel dapat menghasilkan kapasitas yang lebih besar
dari pompa seri dan pompa tunggal.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

D. Grafik Hubungan Kapasitas dan Daya Poros (Tunggal, Seri, dan


Paralel)
Dari grafik hubungan antara kapasitas (Q) dan daya poros (W 1) dapat
dilihat bahwa polinomial grafik mengalami kenaikan dari setiap jenis pompa,
yaitu pompa tunggal, seri, dan paralel. Dimana semakin tinggi kapasitas (Q)
maka semakn tinggi pula nilai daya porosnya (W 1). Hal ini disebabkan karena
nilai kapasitasnya (Q) berbanding lurus dengan daya poros (W1) dimana sesuai
dengan rumus berikut:

Jadi,

100%

Dari rumus diatas dapat dilihat semakin besar nilai kapasitas (Q) maka
gaya akan dibebankan pada pompa juga akan semakin meningkat. Sehingga
daya poros (W1) juga akan mengalami peninhkatan juga seiring dengan
berkembangnya nilai kapasitas (Q). Dari grafik juga dapat dilihat bahwa kurva
grafik daya poros (W1) pada pompa seri memiliki nilai paling tinggi yaitu
sebesar (107,1028) watt. Hal ini disebabkan karena gaya pembebanan pada
pompa tunggal dan paralel lebih kecil dari pada pompa seri. Dalam grafik juga
dapat dilihat bahwa daya poros tinggi pada pompa tunggal berada pada
kapasitas (0,00096) m3/s, dengan daya poros sebesar (101,9681)watt, dan pada
pompa seri berada pada kapasitas (0,000707) m3/s dengan daya poros sebesar
(107,1028) watt, serta pada pompa paralel berada pada kapasitas (0,001086)
m3/s dengan adanya poros sebesar (73,08911)watt.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

E.

Grafik Hubungan Kapasitas dan Daya Air (Tunggal, Seri, dan Paralel)
Dari grafik hubungan antara kapasitas (Q) dan daya air (W 2) dapat dilihat
kurva grafik dari masing-masing pompa (pompa tunggal, pararel dan seri)
mengalami kenaikan sampai pada titik tertentu, lalu kurva grafik untuk semua
pompa mengalami penurunan. Apabila dihubungkan dengan rumus adalah
sebagai berikut:
[watt]
Dimana:
Pd-Pd = beda tekanan pompa
Q = kapasitas
Dari rumus diatas dapat kita lihat bahwa antara beda tekanan pompa (PdPs) dan kapasitas akan diikuti pula dengan meningkatnya nilai beda pompa
yang mana akan meningkatkan nilai daya air (W 2) juga. Dalam grafik terlihat
bahwa kurva grafik mengalami penurunan padahal nilai kapasitas bertambah,
hal ini disebabkan oleh karena adanya penurunan perbadaan tekanan pada
pompa, baik pada pompa pararel, seri maupun tunggal sehingga menyebabkan
terjadinya penurunan daya air pada pompa. Kemudian juga karena kerugian
mekanis akibat adanya gesekan pada bantalan.
Dalam grafik juga dapat dilihat bahwa daya air tertinggi pada pompa
tinggal berada pada kapasitas (0,00046)m3/s.dengan daya air sebesar
(4,648785)watt dan pada pompa seri berada pada kapasitas (0,000598)m 3/s
dengan daya air sebesar (42,4346)watt serta pada pompa pararel berada pada
kapasitas sebesar (0,001035) m3/s dengan daya air sebesar (45,8325)watt.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

F.

Grafik Hubungan Kapasitas dan Torsi (Tunggal, Seri, dan Paralel)


Dari grafik hubungan antara kapasitas dengan torsi (T) dapat dilihat
bahwa polinomial grafik mengalami peningkatan dari putaran awal
sampai dengan putaran akhir. Dimana semakin meningkatnya nilai
kapasitas maka torsi (T) akan ikut meningkat. Hal ini disebakan karena
nilai kapasitas (Q) yang berbanding lurus dengan nilai torsi (T) dimana
sesuai dengan rumus :

Dimana :

Sehingga jika kapasitas meningkat maka nilai gaya pembebanan F


untuk memindahkan fluida juga meningkat. Dengan meningkatnya nilai
gaya pembebanan akan diikuti pula dengan meningkaynya nilai torsiu.
Dari grafik hubungan antara kapasitas (Q) terhadap torsi (T) dapat
dilihat bahwa torsi tertinggi dimiliki oleh pompa seri dengan nilai
torsinya adalah 0,6265 Nm. Kemudian diikuti oleh torsi pada pompa
pararel dengan nilai 0,50836 Nm dan terakhir pada pompa tunggal
dengan nilai 0,50728 Nm. Hal ini disebabkan karena gaya pembebanan
pada pompa seri lebih besar jika dibandingkan dengan gaya pembebanan
pada pompa tunggal dan pararel.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


G. Grafik Hubungan Kapasitas dengan Efisiensi (Tunggal, Seri, dan
Paralel)
Pada grafik hubungan kapasitas (Q) dan efisiensi () dapat
dilihat bahwa polinomial grafik mengalami kenaikan pada titik tertentu
tapi kemudian mengalami penurunan. Hak ini dapat diseuaikan dengan
rumus berikut :

x 100 % =

Dimana : W1 = Daya poros (Watt)


W2 = Daya air

(Watt)

Dari rumus diatas dapat kita ketahui bahwa nilai efisiensi adalah
perbandingan antara daya air (W2) dengan daya poros (W1). Alasan
mengapa ketika nilai kapasitas bertambah maka efisiensi juga bertambah
karena pada selisih antara daya poros dan daya air adalah kecil dan juga
hampir sebanding. Pada grafik juga terlihat adanya penurunan, hal ini
disebabkan karena nilai daya poros selalu meningkat seiring dengan
bertambahnya kapasitas (Q), sedangkan tidak pada daya air,daya air
hanya meningkat sampai kapasitas tertentu sehingga menyebabkan
selisih antara daya air dan daya poros semakin besar,sehingga
mengakibatkan efisiensi menurun. Hal lain yang menyebabkan turunnya
efisiensi adalah adanya kerugian gesek pada pompa sentifugal.
Dari grafik juga dapat dilihat efisiensi terbesar pada pompa seri
berada pada titik 51,363151 % dengan kapasitas 0,00059767 m3/s, pada
pompa pararel yaitu pada titik 57,39861386 % dengan kapasitas

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA


0,000378 m3/s, dan pada pompa tunggal yaitu pada titik 16,14368144 %
dengan kapasitas 0,000327358 m3/s.
H. Grafik Hubungan Kapasitas dengan Efisiensi pada Pompa Tunggal
dengan Variasi Putaran
Dari grafik terlihat bahwa efisiensi tertinggi pada putaran 1600 RPM =
16,33 %, pada putaran 1700 RPM = 16,1436 %, pada putaran 1800 RPM
= 26,28 %, dan pada putaran 1900 RPM = 13,91 %.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa dengan adanya kenaikan pada
kapasitas, maka efisiensi akan meningkat sampai titik maksimum yang
kemudian akan mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan rumus :

x 100%

W2 = (Pd Ps) Q
W1 = F.
=

x 100%

=
=
Dari rumus terlihat bahwa jika kapasitas (Q) meningkat maka daya air
(W2) akan meningkat pula yang menyebabkan efisiensi akan meningkat.
Peningkatan nilai (Q) berbanding lurus dengan putaran (n).
Sedangkan putaran berhubungan dengan daya poros (W1). Dapat dilihat
bahwa dengan meningkatnya putaran (n) maka daya poros (W1) juga
akan meningkat yang menyebabkan efisensi akan menurun.
Pada grafik terlihat bahwa urutan efisiensi menurut variasi putaran dari
yang terbesar adalah 1800, 1900, 1600, 1700.
Jadi dari hasil praktikum didapatkan efisiensi paling tinggi adalah pada
putaran 1800 RPM dengan efisiensi tertinggi sebesar 26,68%.

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM POMPA

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Anda mungkin juga menyukai