Disusun Oleh :
dr. Hastin Nur Setyawati
Dokter Pembimbing :
Dr. Asep Nasrullah
PUSKESMAS PEMENANG
KABUPATEN LOMBOK UTARA
PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT
2014
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan
kematian
nomor
tiga
setelah
penyakit
penderita
TB
sudah
mendapatkan
pengobatan.
Sedangkan
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, dimana Indonesia masuk dalam 22
negara yang dikategorikan high burden countries terhadap TB, dapat
dikatakan bahwa kasus TB di Indonesia cukup tinggi. Faktor lingkungan yang
tidak memenuhi syarat kesehatan, merupakan faktor risiko sumber penularan
berbagai jenis penyakit termasuk tuberkulosis paru. Dari identifikasi masalah
tersebut, dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah : Apakah Ada
Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis
Paru di Puskesmas Pemenang.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan faktor lingkungan fisik rumah dengan kejadian
tuberkulosis paru.
2. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi masing-masing faktor risiko terhadap kejadian
tuberkulosis paru.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat tentang penyakit tuberkulosis paru
terutama faktor lingkungan fisik rumah apa saja yang berhubungan, cara
penularan, pencegahan, dan pengobatannya.
2. Bagi Instansi Terkait (Puskesmas dan Dinas Kesehatan)
Sebagai bahan pertimbangan dan pemikiran bagi program pemberantasan
penyakit tuberkulosis paru terutama untuk menentukan kebijakan dalam
perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi program.
3. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman langsung dalam
pelaksanaan penelitian, serta merupakan pengetahuan yang di peroleh
dalam melaksanakan penelitian dilapangan.
E. KEASLIAN PENELITIAN
Di bawah ini adalah beberapa penelitian serupa yang pernah
dilakukan sebelumnya :
No.
Judul Penelitian
Hubungan
Tahun
Metode
Hasil
Antara
Karakteristik Lingkungan
1.
Variabel
Kecamatan
2007
Kasus
Kontrol
Paseh
OR = 14
Pencahayaaan rumah
OR = 5,58
Ventilasi rumah
OR = 3,69
kelembaban rumah
OR = 18,57
Kabupaten Sumedang
Kesehatan
Rumah
2.
Kesehatan
lingkungan
dan
penyakit
rumah
Kejadian
Tuberkulosis
lingkungan
2005
Kasus
Kontrol
OR = 4,94
Status gizi
OR = 5,84
Sumber penularan
sumatera Barat
OR = 2,478
Pencahayaan
OR = 2,2
Ventilasi
Keberadaan
OR = 5,96
jendela
ruang
OR = 4,248
tidur
Hubungan
Fisik
3.
Lingkungan
Rumah
Kejadian
tuberkulosis
dengan
Penyakit
Paru
Kabupaten Banyumas
di
2006
Kasus
Kontrol
OR = 3,281
OR = 3,683
Jenis lantai
OR = 2,129
OR = 5,508
Jenis dinding
OR = 2,299
OR = 2,421
OR = 2,384
Kontak penderita
OR = 5,455
Status gizi
OR = 2,425
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis Paru
1. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa yang ditularkan melalui
udara (droplet nuclei) saat seorang penderita tuberkulosis batuk dan
percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang
lain saat bernapas.5
2. Penyebab Tuberkulosis
Tuberkulosis paru disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosa.
Ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882.Karakteristik
kuman Mycobacterium Tuberculosa adalah mempunyai ukuran 0,5-4
mikron x 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak
bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai
lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat). Dapat
bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga
disebut basil tahan asam (BTA), tahan terhadap zat kimia dan fisik, serta
tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman (dapat tertidur
lama) dan aerob.7
Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100C selama 510 menit atau pada pemanasan 60C selama 30 menit, dan dengan
alkohol 70-95% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di
udara, di tempat yang lembab dan gelap bisa berbulan-bulan namun tidak
tahan terhadap sinar matahari atau aliran udara. Data pada tahun 1993
melaporkan bahwa untuk mendapatkan 90% udara bersih dari
kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali pertukaran udara per jam.7
3. Gejala-gejala Tuberkulosis
Gejala klinis pasien Tuberkulosis Paruadalah:
a. Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
b. Dahak bercampur darah.
c. Batuk berdarah.
d. Sesak napas.
e. Badan lemas.
f. Nafsu makan menurun.
g. Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik.
h. Demam meriang lebih dari satu bulan.
Dengan strategi yang baru (DOTS, directly observed treatment
shortcourse) gejala utamanya adalah batuk berdahak dan/atau terusmenerus selama tiga minggu atau lebih. Berdasarkan keluhan tersebut,
seseorang sudah dapat ditetapkan sebagai tersangka. Gejala lainnya
adalah gejala tambahan. Dahak penderita harus diperiksa dengan
pemeriksaan mikroskopis.7
4. Penemuan Pasien Tuberkulosis
a. Penemuan Pasien Tuberkulosis Pada Orang Dewasa7
Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek,
diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien.Penemuan
pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan program
penanggulangan Tuberkulosis.
Strategi penemuan pasien Tuberkulosis dilakukan secara
pasif dengan promosi aktif. Penjaringan tersangka pasien dilakukan
di unit pelayanan kesehatan, didukung dengan penyuluhan secara
aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk
meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien Tuberkulosis.
Pemeriksaan terhadap kontak pasien Tuberkulosis, terutama mereka
yang BTA positif dan pada keluarga anak yang menunjukan gejala
sama, harus diperiksa dahaknya. Penemuan secara aktif dari rumah
ke rumah, dianggap tidak cost efektif.
dipengaruhi
oleh
beberapa
faktor
diantaranya
10
lingkungan
rumah
yang
tidak
memenuhi
syarat.
memenuhi
kebutuhan
fisiologis,
memenuhi
kebutuhan
anggota
keluarga
terjamin
ketenangannya
dan
11
bergerak,
bernapas
dan
untuk
memudahkan
membersihkan lantai.
7. Ukuran ruang tidur anak yang berumur 5 tahun sebesar 4,5 m,
dan yang umurnya 5 tahun adalah 9 m. Artinya dalam satu
ruangan anak yang berumur 5 tahun kebawah diberi kebebasan
menggunakan volume ruangan 1,5 x 1 x 3 m, dan diatas 5 tahun
menggunakan ruangan 3 x 1 x 3 m.
8. Mempunyai halaman yang dapat ditanami pepohonan.
9. Hewan/ternak yang akan mengotori ruangan dan ribut/bising
hendaknya dipindahkan dari rumah dan dibuat kandang tersendiri
dan mudah dibersihkan.
10. Perumahan juga harus mampu mencegah penularan penyakit:
a) Tersedianya air bersih untuk minum yang memenuhi syarat
kesehatan.
b) Tidak memberi kesempatan serangga (nyamuk dan lalat), tikus
dan binatang lainnya bersarang di dalam atau di sekitar rumah.
c) Pembuangan kotoran (tinja) dan air limbah memenuhi syarat
kesehatan.
12
kaitannya
dengan
masalah
kesehatan
masyarakat.
Untuk
13
syarat
sanitasi.Di
daerah-daerah
pedesaan,
masalah
yang
tidak
memenuhi
persyaratan
fisik
akan
14
8. Luas Ruangan
Rumah yang sehat harus memenuhi persyaratan psikologis
meliputi
privacy
(kebebasan),
security
(keamanan),
safety
maupun
moral.Luas
bangunan
yang
optimum
menurut
Dua individu dari jenis kelamin berbeda dan usia diatas 10 tahun
yang bukan suami isteri, tidur dalam satu kamar.
b.
15
dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah 5 tahun.
9. Ventilasi
Menurut Suyono dan Budiman (2011), hawa segar diperlukan
untuk mengganti udara ruangan yang sudah terpakai. Udara bebas
mempunyai
susunan
unsur
Oksigen
20,7%,
Nitrogen
78,8%,
16
17
B. KERANGKA KONSEP
Variabel bebas
Faktor Lingkungan fisik rumah :
-
Suhu
Kelembaban
Luas ventilasi
Intensitas pencahayaan
Kepadatan hunian
Variabel terikat
Kejadian Tuberkulosis paru
Variabel pendukung
faktor risiko kejadian
tuberkulosis paru
C. HIPOTESIS
Berdasarkan uraian di atas, dapat dibuat hipotesis ada hubungan
antara faktor lingkungan fisik rumah dengan kejadian tuberkulosis paru di
puskesmas pemenang
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross
sectional (potong lintang). Menurut Gordis cit Fina (2004) dalam penelitian
rancangan studi potong lintang pengambilan data variabel bebas dan variabel
terikat diamati secara bersamaan pada suatu periode tertentu.8
n = besar sampel
Z = nilai pada kurva normal
P1 = proporsi terpapar pada kelompok kasus
19
20
5. Lantai rumah yang baik adalah kondisi kedap air, terbuat dari bahan
yang cukup keras, kuat, rata, dan mudah dibersihkan.
6. Kelembaban adalah keadaan lembab dalam ruangan yang berkisar
40%-70%.
7. Pencahayaan yang memenuhi syarat adalah masuknya sinar matahari
kedalam ruangan dan menyebar secara merata, terang dan tidak silau
sehingga dapat membaca secara normal.
3. Instrumen Penelitian
Penilaian terhadap lingkungan fisik rumah dilakukan dengan
melakukan wawancara dan observasi, kemudian menilai persyaratan
untuk masing-masing objek yang diteliti, dengan menggunakan
Kepmenkes no. 829 tahun 1999 dan Pedoman Teknis Penilaian Rumah
Sehat, yang mana dikatakan baik jika nilai 35-42 (> 83%), dan dikatakan
kurang jika <35 ( 83%).
4. Cara Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung terhadap
responden ataupun keluarga responden, dengan menggunakan instrumen
penelitian berupa kuesioner.
b. Data Sekunder
Data
sekunder
diperoleh
dari
formulir
laporan
kejadian
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Pemenang pada bulan
Agustus sampai dengan September 2014.
Karakteristik
responden
berdasarkan
usia,
jenis
kelamin,dan
Persen ( % )
0 10
10,94
11 20
10,94
21 30
4,69
31 40
7,81
41 50
14
21,87
51 60
15
23,44
61 70
14,06
71 80
6,25
22
Jenis kelamin
Jumlah
Persen ( % )
Laki-laki
38
59,36
Perempuan
26
40,64
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
Kurang
42
65,6
65,6
65,6
Baik
22
34,4
34,4
100,0
Total
64
100,0
100,0
23
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
Tuberkulosis
46
71,9
71,9
71,9
Non-TB
18
28,1
28,1
100,0
Total
64
100,0
100,0
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
Tidak rawan
64
100,0
100,0
100,0
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
15
23,4
23,4
23,4
49
76,6
76,6
100,0
Total
64
100,0
100,0
24
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
62
96,9
96,9
96,9
Tanah
3,1
3,1
100,0
Total
64
100,0
100,0
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
Cukup
33
51,6
51,6
51,6
Tidak Cukup
31
48,4
48,4
100,0
Total
64
100,0
100,0
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Ada Ventilasi
Valid
60
93,8
93,8
93,8
6,3
6,3
100,0
64
100,0
100,0
25
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
4,7
4,7
4,7
15
23,4
23,4
28,1
7,8
7,8
35,9
4,7
4,7
40,6
Sumur terlindungi
24
37,5
37,5
78,1
14
21,9
21,9
100,0
Total
64
100,0
100,0
Ledeng / PAM
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Leher angsa
Valid
51
79,7
79,7
79,7
Cemplung / cubluk
3,1
3,1
82,8
14,1
14,1
96,9
Tidak ada
3,1
3,1
100,0
64
100,0
100,0
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
28
43,8
43,8
43,8
Lainnya
36
56,3
56,3
100,0
Total
64
100,0
100,0
26
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Sendiri
25
39,1
39,1
39,1
Bersama
28
43,8
43,8
82,8
Tidak Ada
11
17,2
17,2
100,0
Total
64
100,0
100,0
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Saluran tertutup
35
54,7
54,7
54,7
Saluran terbuka
13
20,3
20,3
75,0
Tanpa saluran
16
25,0
25,0
100,0
Total
64
100,0
100,0
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Mengalir lancar
27
42,2
42,2
42,2
Mengalir lambat
12
18,8
18,8
60,9
25
39,1
39,1
100,0
Total
64
100,0
100,0
Valid
27
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Diangkut petugas
4,7
4,7
4,7
Ditumbun
19
29,7
29,7
34,4
Dibakar
29
45,3
45,3
79,7
Dibuang ke sungai
14,1
14,1
93,8
Dibuang sembarangan
6,3
6,3
100,0
64
100,0
100,0
Valid
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
23
35,9
35,9
35,9
Ada gangguan
41
64,1
64,1
100,0
Total
64
100,0
100,0
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
30
46,9
46,9
46,9
Minyak tanah
10
15,6
15,6
62,5
Kayu bakar
24
37,5
37,5
100,0
Total
64
100,0
100,0
Valid
28
Jumlah responden yang menggunakan bahan bakar listrik dan gas adalah
sebanyak 30responden (46,9%), yang menggunakan bahan bakar minyak tanah
adalah sebanyak 10 responden (15,6%) dan jumlah responden yang menggunakan
bahan bakar kayu bakar adalah sebanyak 24 responden atau sebesar 37,5%.
a. Uji Hipotesis
Pada bagian ini akan menggambarkan tabulasi silang antarakategori
rumah sehat dengan kejadian tuberkulosis. Untuk membuktikan ada tidaknya
hubungan yang signifikan antarakategori rumah sehat dengan kejadian
tuberkulosispada responden, maka dilakukan uji Chi-Square. Berikut ini
adalah hasil perhitungan berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner.
Kejadian TBC * Kategori Lingkungan Fisik Rumah Crosstabulation
Kategori Lingkungan Fisik Rumah
Kurang
Count
Total
Baik
42
46
91,3%
8,7%
100,0%
18
18
0,0%
100,0%
100,0%
42
22
64
65,6%
34,4%
100,0%
TBC
% within Kejadian TBC
Kejadian TBC
Count
Non-TBC
% within Kejadian TBC
Count
Total
% within Kejadian TBC
29
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
sided)
sided)
sided)
,000
43,849
,000
55,187
,000
47,810
b
,000
47,063
,000
,000
64
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,19.
b. Computed only for a 2x2 table
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil data di atas terlihat bahwa responden dengan
lingkungan fisik rumah yang kurang baik sebanyak 42 responden(65,6%)
sedangkan dengan kategori lingkungan fisik rumah baik sebanyak 22
responden(34,4%).
Sedangkan dari uji hipotesis dapat dilihat bahwa responden dengan
kategori lingkungan rumah fisik yang kurang, memiliki proporsi kejadian
tuberkulosis lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan kategori
lingkungan rumah fisik yang baik.
Melalui uji Chi-square didapatkan nilai p=0,000 yang berarti kurang dari
0,05, yang berarti hasil data signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan lingkungan fisik rumah dengan kejadian tuberkulosis.
Responden dengan kategori lingkungan fisik rumah yang kurang memiliki
30
hunian
mempengaruhi
terhadap
kejadian
tuberkulosis.
Kepadatan hunian yang baik adalah >8m2/orang. Semakin padat, maka pertukaran
udara akan semakin sempit, dan memudahkan penularan tuberkulosis.
Kelembapan berperan dalam pertumbuhan kuman penyakit. Kelembapan
yang normal di tempat tidur berkisar 40-70%. Kelembapan yang tinggi dapat
menjadi tempat yang disukai kuman untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Kelembapan dapat disebabkan oleh 3 faktor, yaitu kelembapan yang naik dari
tanah, merembes melalui dinding, dan bocor melalui atap.Kelembaban
diakibatkan oleh ventilasi yang tidak memenuhi syarat dan padat penghuni.
Ventilasi yang tidak memenuhi syarat membuat cahaya matahari tidak dapat
masuk ke dalam rumah sehingga meningkatkan kelembaban di dalam rumah.
Pada penderita tuberkulosis banyak yang tidak memenuhi syarat rumah
sehat, diantaranya adalah ventilasi dan pencahayaan yang kurang, bahkan ada 4
responden yang tidak memiliki ventilasi pada ruang tidurnya sama sekali. Rumah
dengan ventilasi yang kurang akan berpengaruh terhadap kejadian tuberkulosis
paru. Ventilasi rumah berfungsi untuk mengeluarkan udara yang tercemar
(bakteri, CO2) di dalam rumah dan menggantinya dengan udara yang segar dan
bersih atau untuk sirkulasi udara tempat masuknya cahaya ultraviolet. Dalam
penelitian ini ventilasi yang kurang berhubungan dengan kejadian tuberkulosis.
Hasil ini sesuai dengan penelitian terdahulu bahwa ada hubungan antara ventilasi
dengan kejadian tuberkulosis.
Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah pembuangan kotoran dan
pembuangan air limbah. Apabila syarat dari dua hal tersebut tidak dipenuhi maka
akan mempermudah kuman untuk tumbuh, sehingga meningkatkan risiko
kejadian tuberkulosis.
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Jumlah responden paling banyak berusia antara 51-60 tahun yaitu 15
orang dan paling sedikit pada rentang usia 21-30 tahun yaitu 3 orang.
2. Jumlah responden yang mengalami tuberkulosis adalah sebanyak 46
orang dan yang tidak mengalami tuberkulosis sebanyak 18 orang.
3. Jumlah responden yang memiliki lingkungan fisik rumah kurang baik
berjumlah 42 orang sedangkan dengan kategori lingkungan fisik rumah
baik sebanyak 22 orang.
4. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa responden dengan kategori
lingkungan fisik rumah yang kurang, memiliki proporsi kejadian
tuberkulosis lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan kategori
lingkungan fisik rumah yang baik.
5. Dari hasil uji chi-square ditunjukkan bahwa terdapat hubungan
lingkungan fisik rumah dengan kejadian tuberkulosis. Responden dengan
kategori lingkungan fisik rumah yang kurang memiliki kecenderungan
mengalami tuberkulosis dibandingkan dengan responden dengan dengan
kategori lingkungan fisik rumah yang baik.
B. SARAN
1. Bagi dinas kesehatan setempat
a. Perlu diadakan penyuluhan mengenai tuberkulosis bagi masyarakat
yang masih minim pengetahuan.
b. Pemantauan fisik rumah secara berkala bekerjasama dengan dinas
pekerjaan umum dan pihak lain yang terkait dan diharapkan dapat
mencegah penularan serumah atau meminimalisir peningkatan
kejadian tuberkulosis.
32
2. Puskesmas
Puskesmas bekerjasama dengan kader kesehatan untuk membentuk
Komunitas Masyarakat Peduli (KMP) dan kader tuberkulosis agar dapat
mengatasi permasalahan tuberkulosis dilapangan serta memudahkan
penemuan kasus dilapangan secara langsung, sehingga memudahkan
penyembuhan penderita.
3. Masyarakat
Saling mengupayakan kesehatan tempat tinggal yang tidak memenuhi
syarat.
4. Peneliti
Memperbaiki
penelitian
yang sebelumnya
telah
ada
dengan
33
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Anonim.
2007.
Aspek
Teknis
dalam
Penyehatan
Rumah.
http://miqralingkungan.blogspot.com/2007
Anonim. 2014. Laporan Kasus Tuberkulosis di Wilayah Puskesmas
Pemenang tahun 2010-2013
Atmosukarto, Sri Soewati. 2000. Pengaruh Lingkungan Pemukiman dalam
Penyebaran Tuberkulosis. Jakarta: Media Litbang Kesehatan. Vol 9.
Depkes RI
Azwar A. 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Edisi 2. Cetakan Pertama
Hariyadi S. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Departemen Ilmu Penyakit
Paru FK Unair-RSUD dr. Soetomo
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2011. Laporan Situasi Terkini
Perkembangan Tuberkulosis Di Indonesia. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan RI
Priyo Hastono and Sutanto. 2001. Modul Analisis Data. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia
34