Anda di halaman 1dari 2

Ny.

D, seorang janda, 82 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan luka yang
bernanah dan tidak kunjung sembuh di bagian betis kanan. Pasien mengeluh rasa pegal, gatal,
dan rasa terbakar. Luka ini sudah dialami pasien sejak tiga tahun yang lalu. Luka ini muncul
akibat tertusuk duri tanaman saat ia sedang berkebun. Selain luka, pasien juga mengeluh
adanya bengkak pada tungkai bawah yang semakin memberat saat pasien berdiri lama dan
membaik saat pasien bersandar dengan tungkai yang ditinggikan.
Pasien memiliki riwayat overweight ringan, hipertensi, tiroidektomi, osteoarthritis,
dan operasi penggantian total sendi lutut. Beberapa obat-obatan yang rutin diminum pasien
adalah obat antiinflamasi, antihipertensi, dan obat sulih hormon thyroid (Eltroxin). Pasien
memiliki lima anak, namun saat ini hanya tinggal berdua bersama anak bungsunya yang
masih kuliah. Pasien hanya berpenghasilan dari gaji pensiun almarhum suaminya.
a. Keadaan umum : Baik, kompos mentis
b. Tanda vital :
Tensi
: 110/70 mmHg
Respirasi Rate
: 20x/menit
Nadi
: 82x/menit
Suhu
: 36,80 C
c. Status gizi :
Berat badan
: 65 kg
Tinggi badan
: 165 cm
BMI
: 23,86 kg/m2
Kesan
: overweight
d. Kepala
: dbn
e. Leher
: tidak teraba massa thyroid (post thyroidektomi)
f. Thorax
: dbn
g. Abdomen
: dbn
h. Ekstremitas
: Terdapat ulserasi di cruris dextra posterior. Tepi ulkus tidak teratur,
berukuran 10 cm x 4 cm. Ulkus dikelilingi area eritema dan hiperpigmentasi. Tepi ulkus
lunak dan meninggi. Di dasar ulkus terlihat jaringan fibrosa dan eksudat purulen. Terlihat
pelebaran pembuluh darah di cruris dextra yang berwarna kebiruan dan berkelok-kelok.
Teraba pulsasi arteri di bagian distal luka.

Pemeriksaan penunjang : manut nyimas. Pokoknya harus bisa menjelaskan indikasi


masing-masing pemeriksaan
Diagnosis : ulkus cruris dextra et causa insufisiensi fungsi vena.
Diagnosis banding :
1. ulkus diabetikum
2. ulkus arteriosum.
Referensi kasus
Bain G. 2008. Case report on a non-healing venous ulcer utilising a cellulose / super polymer
dressing for exudate control. Wound Practice and Research; 16(4): 186-191

Anda mungkin juga menyukai