Nama Mahasiswa
: Devi Fauziyyah
Tempat Praktik
Hari/Tanggal
A. Pengertian Appendicitis
Appendicitis adalah infeksi yang terjadi di umbai cacing, penyebab paling umum
inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga abdomen, adalah penyebab paling
umum untuk bedah abdomen darurat. (Smelzer,dkk,2002 edisi 8 hal 1097)
Appendicitis adalah peradangan dari appendiks, dan penyebab abdomen akut
yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki laki maupun
perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki laki umur 10 samapai 30 tahun. (Arif
Mansjoer,2002,hal 307)
Appendicitis adalah penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi.
Walaupun appendicitis dapat terjadi pada setiap usia namun paling sering terjadi pada
remaja dan dewasa muda. Angka moralitas penyakit ini tinggi sebelum era antibiotic.
( Sylvia A. price. Dkk,2006,hal 448)
Dari pengertian diatas dapat disumpulkan bahwa appendicitis adalah
peradangan dari appendiks vermi formis dan merupakan penyebab paling sering
timbul kadang tanpa disertai oleh penyebab yang pasti.
B. Etiologi
Appendisitis biasanya disebabkan oleh :
1. Penyumbatan lumen appendiks oleh hyperplasia folikel limpoid.
2. Fekalit dalam lumen Appendiks.
3. Benda asing.
4. Struktur karena fibrosis karena adanya peradangan sebelumnya atau neoplasma.
5. Kebiasaan makan makanan rendah serat akan mengakibatkan konstipasi yang dapat
menimbulkan appendiks. Hal tersebut akan meningkatkan tekanan intra sekal,
sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks dan meningkatkan pertumbuhan
kuman flora pada kolon.
C. Klasifikasi
1. Apendisitis akut
Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks. Apendisitis akut pada
dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh proses infeksi dari
apendiks. Penyebab obstruksi dapat berupa :
a. Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.
b.
Fekalit
c. Benda asing
d.
Tumor.
Adanya obstruksi mengakibatkan mucin / cairan mukosa yang diproduksi tidak dapat
keluar dari apendiks, hal ini semakin meningkatkan tekanan intra luminer sehingga
menyebabkan tekanan intra mukosa juga semakin tinggi.
Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding apendiks
sehingga terjadi peradangan supuratif yang menghasilkan pus / nanah pada dinding
apendiks. Selain obstruksi, apendisitis juga dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi
dari organ lain yang kemudian menyebar secara hematogen ke apendiks.
2. Apendisitis Purulenta (Supurative Appendicitis)
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan
terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis.
Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks. Mikroorganisme yang
ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan infeksi serosa
sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada appendiks dan
mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen terdapat eksudat
fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan,
nyeri lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif.
Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tandatanda peritonitis umum.
3. Apendisitis kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua syarat :
riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks
secara makroskopikdan mikroskopik, dan keluhan menghilang satelah apendektomi.
Kriteria mikroskopik apendiksitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding
apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus
lama dimukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens apendisitis kronik antara
1-5 persen.
4. Apendissitis rekurens
Diagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di
perut kanan bawah yang mendorong dilakukan apeomi dan hasil patologi menunjukan
peradangan akut. Kelainan ini terjadi bila serangn apendisitis akut pertama kali
sembuh spontan. Namun, apendisitis tidak perna kembali ke bentuk aslinya karena
terjadi fribosis dan jaringan parut. Resiko untuk terjadinya serangn lagi sekitar 50
persen. Insidens apendisitis rekurens biasanya dilakukan apendektomi yang diperiksa
secara patologik.
Pada apendiktitis rekurensi biasanya dilakukan apendektomi karena sering penderita
datang dalam serangan akut.
5. Mukokel Apendiks
Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin akibat adanya
obstruksi kronik pangkal apendiks, yang biasanya berupa jaringan fibrosa. Jika isi
lumen steril, musin akan tertimbun tanpa infeksi. Walaupun jarang,mukokel dapat
disebabkan oleh suatu kistadenoma yang dicurigai bisa menjadi ganas.
Penderita sering datang dengan eluhan ringan berupa rasa tidak enak di perut kanan
bawah. Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka kanan. Suatu saat bila terjadi
infeksi, akan timbul tanda apendisitis akut. Pengobatannya adalah apendiktomi.
6. Tumor Apendiks
Adenokarsinoma apendiks
Penyakit ini jarang ditemukan, biasa ditemukan kebetulan sewaktu apendektomi atas
indikasi apendisitis akut. Karena bisa metastasis ke limfonodi regional, dianjurkan
hemikolektomi kanan yang akan memberi harapan hidup yang jauh lebih baik
dibanding hanya apendektomi.
7. Karsinoid Apendiks
Ini merupakan tumor sel argentafin apendiks. Kelainan ini jarang didiagnosis
prabedah,tetapi ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan patologi atas spesimen
apendiks dengan diagnosis prabedah apendisitis akut. Sindrom karsinoid berupa
rangsangan kemerahan (flushing) pada muka, sesak napas karena spasme bronkus,
dan diare ynag hanya ditemukan pada sekitar 6% kasus tumor karsinoid perut. Sel
tumor memproduksi serotonin yang menyebabkan gejala tersebut di atas.
Meskipun diragukan sebagai keganasan, karsinoid ternyata bisa memberikan residif
dan adanya metastasis sehingga diperlukan opersai radikal. Bila spesimen patologik
apendiks menunjukkan karsinoid dan pangkal tidak bebas tumor, dilakukan operasi
ulang reseksi ileosekal atau hemikolektomi kanan.
D. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
apendiks
mempunyai
keterbatasan
sehingga
menyebabkan
penekanan
tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi
terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis
supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang
diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding
yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat
apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Pada
anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks
lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi
karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007) .
E. Pathway
F. Manifestasi Klinik
Manifestasi Klinik yang biasanya timbul pada appendisitis adalah :
1. Nyeri perut pada kuadran kanan bawah.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Demam ringan.
Mual.
Muntah.
Hilang nafsu makan.
Konstipasi.
Kadang kadang diare.
G. Komplikasi
Adapun komplikasi umum pada appendisitis adalah :
1. Perforasi appendiks
Terjadi pada 20% kasus yang tidak terdiagnosis dengan baik. Rasa nyeri bertambah
dahsyat dan mulai dirasa menyebar, demam tinggi ( rata rata 38,55C ). Jumlah lekosit
yang meninggi merupakan tanda khas kemungkinan sudah terjadi perforasi.
2. Peritonitis
Peritonitis lokal merupakan akibat dari mikroperforasi dari appendisitis yang telah
mengalami gangrene. Sedangkan peritonitis umum adalah merupakan tindak lanjut
daripada peritonitis lokal tersebut. Bertambahnya rasa nyeri, defans musculer yang
meluas, distensi abdomen, bahkan ileus paralitik, merupakan gejala gejala
peritonitis yang makin berat.
3. Abses
Merupakan akibat lain dari perforasi. Teraba massa lunak di abdomen kanan bawah.
Seperti tersebut diatas karena perforasi terjailah walling off ( pembentukkan dinding
) oleh omentum atau viscera lainnya, sehingga terabalah massa ( infiltrat ) di regio
abdomen kanan bawah tersebut. Massa mula mula bisa berupa plegmon, kemudian
berkembang menjadi rongga yang berisi pus. Dengan USG bisa dideteksi adanya
bentukan abses ini. Untuk massa atau infiltrat ini, beberapa ahli menganjurkan anti
biotika dulu, setelah 6 minggu kemudian dilakukan appendektomi. Hal ini untuk
menghindari penyebaran infeksi.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan menurut Betz(2002), Catzel(1995), Hartman(1994), antara lain :
1. Anamnesa
Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah :
a.
b.
c.
d.
Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit,
menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
2.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan
diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat
ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan
karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). pada keadaan
perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.
3. Laboratorium
Pemeriksaan darah : lekosit ringan umumnya pada apendisitis sederhana lebih dari
13000/mm3 umumnya pada apendisitis perforasi. Tidak adanya lekositosis tidak
menyingkirkan apendisitis. Hitung jenis: terdapat pergeseran ke kiri. Pemeriksaan
urin : sediment dapat normal atau terdapat lekosit dan eritrosit lebih dari normal
bila apendiks yang meradang menempel pada ureter atau vesika. Pemeriksaan
laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi
tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang.
Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi.
Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada
keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi
pada ginjal.
I. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer, 2000 :
1.
Sebelum operasi
a.
b.
c.
Rehidrasi
d.
Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.
e.
f.
2.
Operasi
a.
Apendiktomi.
b.
c.
Abses
apendiks
diobati
dengan
antibiotika
IV,massanya
mungkin
Pasca operasi
a.
Observasi TTV.
b.
Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan
lambung dapat dicegah.
c.
d.
Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien
dipuasakan.
e.
f.
g.
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur
selama 2x30 menit.
h.
Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
i.
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif yang
ditandai dengan :
a.
Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
b.
Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat
tanda-tanda peritonitis
c.
b.
Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak
tinggi lagi.
c.
d.
3)
4)
Kebiasaan eliminasi.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
2)
Sirkulasi : Takikardia.
3)
4)
Aktivitas/istirahat : Malaise.
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
2. Pemeriksaan Penunjang
:Nyeri
dapat
dengan
berkurang
proses
atau
penyakit.
hilang.
Kriteria Hasil :
a)
Nyeri berkurang
b)
c)
d)
e)
Menunjukkan
teknik
relaksasi
yang
efektif
untuk
mencapai
kenyamanan.
f)
g)
h)
i)
j)
k)
dengan
mual,muntah,
anoreksia.
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
b. Post Operasi
atau
hilang.
Kriteria Hasil :
a)
Nyeri berkurang
b)
c)
d)
Menunjukkan
teknik
relaksasi
yang
efektif
untuk
mencapai
kenyamanan.
e)
f)
g)
h)
i)
j)
yang
:
Setelah
dilakukan
tidak
tindakan
keperawatan
adekuat.
diharapkan
pembekuan.
i) Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.
j) Atur kemungkinan transfusi darah.